BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. ( LKjIP ) DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN PARIWISATA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2014

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

TARGET KINERJA SASARAN BERASARKAN RENSTRA

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB VI Indikator Kinerja yang Mengaeu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

SEKSI PROMOSI DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB),

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Selatan Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

MATRIKS RENCANA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BUPATI MAGETAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN,

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

DINAS PERDAGANGAN TAHUN 2018

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Adanya Kegiatan Usaha

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB

Kebijakan dan Program Kementerian Pertanian Yang Mendukung Program Kewirausahaan Masyarakat

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN SUBANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN BELANJA LANGSUNG APBD KOTA DENPASAR SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2017 SUMBER DANA RENCANA BIAYA 1 TH TARGET

BAB I PENDAHULUAN. yang nyata-nyata lebih baik dibandingkan produk saingan. Salah satu jalan

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jabodetabek, dan lain-lain. kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, wood-flooring,

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Seksi Ekspor Impor Pasal 18

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro Propinsi Jawa Barat Awal milenium ketiga merupakan era pra kondisi bagi negara-negara di dunia untuk menghadapi perdagangan bebas, baik yang bersifat regional seperti AFTA, NAFTA, APEC, Pasar Bebas Eropa, Kelompok Ekonomi Asia Selatan dan lain-lain, maupun perdagangan bebas dunia secara global. Perubahan-perubahan kondisi perdagangan bebas dunia tersebut membawa konsekuensi semakin ketatnya persaingan antar unit-unit bisnis termasuk agribisnis, baik domestik maupun internasional dalam memperebutkan pangsa pasar dunia yang semakin terbuka. Persaingan tersebut akan bersifat glonal tanpa memperdulikan kepentingan posisi perusahaan sebagai "home country" atau "host country". Perdagangan bebas tersebut juga membawa konsekuensi bagi terbukanya batas-batas negara sebagai lalu-lintas perdagangan barang dan jasa, seta lancarnya mobilitas sumberdaya modal, tenaga kerja, teknologi dan input-input produksi lainnya. Dengan demikian, disatu sisi peluang ekspor akan semakin besar dan disisi lain peluang masuknya barang impor dari negara lain juga semakin besar, sehingga hanya produk-produk yang memiliki

keunggulan komparatif nasional yang akan mampu meraih pangsa pasar, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor. Propinsi Jawa Barat sebagai bagian dari Indonesia merupakan wilayah sentra produksi agribisnis utama di Indonesia. Produk agribisnis Jawa Barat memiliki potensi pasar regional yang sangat besar juga merupakan pemasok utama untuk Ibu Kota Jakarta dan berpeluang besar pula untuk dikembangkan pasar ekspornya. Bagi Jawa Barat pra kondisi menghadapi perdagangan bebas regional AFTA dan perdagangan bebas global seperti yang digambarkan di atas, memerlukan perhatian khusus dan komitmen yang tinggi dari segenap stakeholder agribisnis untuk mempersiapkan dunia usaha usaha agribisnis menghadapi perubahan-perubahan tersebut, yaitu dengan penataan infrastruktur perdagangan yang berstandar internasional, seperti fasilitas pemasaran, system jaringan distribusi bagi produk agribisnis, infrastruktur jaminan mutu yang berstandar internasional, mekanisme dan sistem informasi secara terpadu yang mampu memonitor permintaan, pasokan dan harga di berbagai tingkatan, sehingga dapat mecegah terjadinya fluktuasi jumlah pasokan dan fluktuasi harga yang sering tidak terkendali, serta proses produksi dan penanganan pasca produksi yang menggunakan teknologi yang tepat guna, tepat waktu, tepat sasaran dan tepat mutut, juga pengembangan industri agro sebagai salah satu segmen pasar produk agribisnis yang potensial.

Pemberlakuan pasar bebas regional dan global yang sudah semakin dekat, medorong Pemerintah Propinsi Jawa Barat untuk terus berbenah dan mempersiapkan diri serta mendorong akselerasi penataan dan pengembangan agribisnis, diantaranya dengan penataan institusi pembinanya. Kondisi Agribisnis Jawa Barat Agribisnis sebagai salah satu core business pembangunan Jawa Barat, berkonotasi bahwa sector ini adalah sebagai penggerak dan titik bertemunya sector ekonomi lainnya yaitu insustri manufaktur dan jasa-jasa. Adanya keterbatasan infrastruktur agribisnis akibat ketimpangan perhatian terhadap pertanian di masa lalu, kurangnya sinkronisasi dan koordinasi antara instasi pengemban pembangunan, serta keterbatasan sumberdaya pembangunan yang dimiliki pemerintah maupun masyarakat dunia usaha, menjadi dasar perlunya perhatian dalam akselerasi penataan dan pengembangan agribisnis sebagai salah satu sumberdaya ekonomi di Jawa Barat. Permasalahan utama yang kini dirasakan dan memerlukan pemecahan segera dalam pengembangan agribisnis di Jawa Barat antara lain adalah : 1. Produk agribisnis Jawa Barat masih lemah dalam tingkat pemenuhan kuantitas, kualitas, harga yang proporsional dan kontinyuitas supply sebagaimana yang diinginkan oleh pasar 2.Belum adanya Sistem Penjaminan / Sertifikasi Mutu produk agribisnis yang credible, independen, terakreditasi dan diakui pasar dunia internasional

3.Masih lemahnya system informasi yang meghubungjan antara kebutuhan pasar dengan produksi yang ada di produsen (petani), sehingga segmen pasar yang tersedia tidak dapat dimasuki oleh produk yang ada, sementara limpahan produksi banyak terjadi stagnasi di sentra-sentra produsen akibat dari keterbatasan informasi pasar dan mengandalkan pasar langganan yang sudah ada, namun jumlahnya masih terbatas 4.Terbatasnya fasilitas transaksi antara produsen dengan segmen pasar yang ada Salah satu alternatif untuk mengakses semua permasalahan yang ada di dalam kegiatan Agribisnis adalah dibentuknya Dinas Industri dan Perdagangan Agro Propinsi Jawa Barat, yang akan berkonsentrasi dalam fasilitas pengembangan agribisnis pada off farm. Sebagai acuan pelaksanaan tugas operasionalnya Dinas Industri dan Perdagangan Agro mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut : VISI : Sebagai akselerator dalam mewujudkan perindustrian dan perdagangan agro termaju di Indonesia tahun 2008

MISI : 1. Mengembangkan regulasi perindustrian dan perdagangan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran produk agro. 2. Mengembangkan fasilitas pasar untuk meningkatkan penyerapan pasar dalam negeri dan luar negeri. 3. Mengembangkan sistem pembiayaan dan kemitraan usaha untuk mewujudkan kewirausahaan yang handal. 4. Mengembangkan usaha industri dan perdagangan agro untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk di pasar domestik dan ekspor. 2.2 Stuktur Organisasi Perusahaan Adapun struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro Jawa barat dapat dilihat pada gambar 2.1

GAMBAR 2.1 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN AGRO Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro Jawa Barat 2.3 Deskripsi Jabatan Tugas dan Pokok di dalam Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Agro Propinsi Jawa Barat terbagi kedalam beberapa bagian diantaranya: 1. Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan Dinas. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana di maksud pada Ayat (1) pasal ini, Kepala Dinas mempunyai fungsi: a. Penetapan kebijakan operasional di bidang Perindustrian dan Perdagangan Agro b. Pengaturan dan kordinasi pelaksanaan kebijakan teknis operasional di bidang Perindustrian dan Perdagangan Agro

c. Fasilitas dan pengendalian pelaksanaan tugas-tugas dibidang Perindustrian dan Perdagangan Agroyang meliputi melaksanakan pembinaan dan pengembangan Indusri dan Perdagangan Agro. 2. Bagian Tata Usaha Bagian Tata usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengelolaan kepegawaian, keuangan dan umum. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Bagian Tata Usaha Mempunyai fungsi: a. Pengelolaan urusan Kepegawaian b. Pengelolaan urusan Keuangan 3. Subdinas Bina Program Subdinas Bina Program mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyusunan rencana strategis di didang perindustrian dan perdagangan agro,penyusunan program kerja Dinas yang meliputi program pembangunan perindustrian dan perdagangan agro serta rencana strategis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) di bidang perindustrian dan perdagangan agro. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Bina Program mempunyai fungsi:

a. Penyusunan bahan bahan pedoman teknis pengumpulan data dan penyebaran informasi. b. Penyusunan bahan pedoman teknis penyusunan program dan Rencana trategis (Rensetra). c. Penyusunan bahan teknis pembuatan pelaporan dan evaluasi. 4. Subdinas Industri Agro Subdinas Industri Agro mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis operasional pengembangan agro industri. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Subdinas Agro mempunyai fungsi: a. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional di bidang pengembangan agro industri. b. Pengkajian bahan fasilitas peningkatan keterampilan dan kemampuan pengusaha industri. c. Pengkajian bahan fasilitas kelancaran pengadaan sarana, produksi dan usaha. 5. Subdinas Perdagangan Agro

Subdinas Perdagangan Agro mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan operasional di bidang perdagangan dalam dan luar negeri. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Subdinas Perdagangan Agro mempunyai fungsi: a. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan usaha perdagangan luar negeri. b. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan usaha perdagangan dalam negeri. c. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi peredaran barang dan jasa bidang agribisnis. Seksi Bina Sarana a. Seksi Bina Sarana mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan operasional dan fasilitas pengembangan usaha agro industri. b. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Seksi Bina Sarana mempunyai fungsi: Pengumpulan dan pengolahan dan evaluasi data fasilitasi sarana agro industry.

Penyusunan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi sarana agro industri. Seksi Bina Produksi eksi Bina Produksi tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan operasional dan fasilitas pengembangan diversifikasi produk dan peningkatan kelancaran pengadaan barang. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Seksi Bina Sarana Produksi mempunyai fungsi: a. Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data penembanagn produk dan peningkatan kelancaran pengadaan barang. b. Penyusunan bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan divertifikasi produk dan peningkatan kelancaran pengadaan barang. 6. Subdinas Kerja sama, Pembiayaan dan Utilitas Subdinas Kerjasama, Pembiayaan dan Utilitas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis operasional di bidang kerjasama, pembiayaan dan utilitas. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Subdinas Kerjasama, Pembiayaan dan Utilitas mempunyai fungsi:

a. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan kerjasama kelembagaan industry agro. b. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi pengembangan pembiayaan/permodalan industry agro. c. Pengkajian bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi utilitas industri agro. 2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan Aspek Kegiatan Subdinas Perdagangan, pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro Provinsi Jawa Barat, adalah Program Pengembangan Perdagangan Dalam dan Luar Negri Tujuannya untuk Meningkatkan kegiatan perdagangan dalam negeri dan luar negeri melalui peningkatan daya saing komoditas ekspor, pengembangan pemasaran ekspor tertib tata niaga, perlindungan konsumen dan produsen sehingga tercipta kestabilan harga dan terjaminnya distribusi barang dan jasa, sasaran yang diharapkan oleh Subdinas Perdagangan Agro Provinsi Jawa Barat meliputi : a. Tercapainya nilai transaksi penjualan hasil lelang produk agro minimal sebesar 23 Milyar b. Meningkatnya nilai ekspor tahun 2006 menjadi US$ 3,2 Milyar c. Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri d. Tertatanya sistem distribusi barang e. Meningkatnya peluang pasar melalui even promosi dagang

Kegiatan yang dilaksanakan Subdin Perdagangan Agro Provinsi Jawa barat adalah : 1. Pengembangan Sistem Perdagangan Produk Agro Dalam Negeri a. Optimalisasi pengembangan pola lelang forward komoditi agro b. Monitoring harga kebutuhan pokok masyarakat di 3 pasar c. Koordinasi antisipasi pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat d. Promosi produk industri dan perdagangan agro dalam negeri meliputi : 1) Fasilitasi Pasar Peduli Ramadhan 2) Partisipasi Pameran Jawa Barat Expo 3) Partisipasi Pekan Raya Jakarta (PRJ) 4) Partisipasi Agro and Food di Jakarta e. Pengembangan dan optimalisasi perdagangan komoditi agro antar pulau meliputi : 1) Konsolidasi perdagangan komoditi agro antar pulau ke Provinsi Kalimantan Barat 2) Penyusunan Neraca Perdangan 3) Pengembangan perdagangan dan pasar perdesaan produk agro 2. Kegiatan Pengembangan Sistem Perdagangan Produk Agro Luar Negeri a. Penyebarluasan informasi perdagangan luar negeri b. Pembinaan dunia usaha melalui Bimbingan Ekspor dan Impor produk agro di 4 wilayah c. Sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri (ekspor impor) di Bandung d. Peningkatan mutu produk bunga potong, ubi jalar dan ikan hias berorientasi ekspor

e. Partisipasi promosi dagang nasional meliputi : 1) Partisipasi Pameran Produk Ekspor (PPE) di Jakarta 2) Partisipasi Pameran Produk Ekspor Daerah (PPED) di Yogyakarta 3) Partisipasi Pameran Produk Ekspor Daerah (PPED) di Medan f. Partisipasi promosi dagang di luar negeri meliputi : 1) Partisipasi pada Indonesia Solo Exhibition di Beijing China