BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

dokumen-dokumen yang mirip
Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

pareparekota.bps.go.id

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya


Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Katalog :

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

STATISTIK GENDER 2011


BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

madiunkota.bps.go.id

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013


BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

Profile Perempuan Indonesia

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN


Katalog BPS:

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

Katalog BPS :

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012



KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara


DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

PENDAHULUAN SUMBER DATA

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013



Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR)


BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

RINGKASAN DARI BLOK IV Banyaknya ART Banyaknya ART umur 0-4 th Banyaknya ART umur 10+ th

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Dalam melaksanakan pembangunan, Pemerintah Kabupaten membuat perencanaan yang didukung oleh data dan informasi yang akurat untuk mewujudkan Visi Kabupaten Penajam Paser Utara Terwujudnya Kabupaten Penajam Paser Utara Sebagai Pusat Agribisnis (Pertanian, Perkebunan, Perikanan) dan Agroindustri yang Berbasis pada Ekonomi Kerakyatan. Untuk membangun Kabupaten Penajam Paser Utara yang jumlah penduduknya 142.922 jiwa, Pemerintah Kabupaten dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks. Oleh karena itu, suatu langkah strategis diperlukan agar dapat melaksanakan pembangunan

secara optimal, yaitu dengan tetap menjaga stabilitas kesatuan dan persatuan bangsa. Sejalan dengan pembangunan nasional, pembangunan di daerah perlu direncanakan berdasarkan informasi yang lengkap, dapat dipercaya dan tepat waktu. Bertolak dari kepentingan di atas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Penajam Paser Utara bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Penajam Paser Utara melakukan survei khusus yang ditujukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi penduduk, yang akan dipakai sebagai pendekatan utama dalam melihat keberhasilan pembangunan daerah yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan penduduknya. Survei ini disebut dengan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010. Diharapkan hasil survei ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat data dasar bagi perencanaan pembangunan daerah di masa yang akan datang. Page 2

1.2 Metodologi 1.2.1 Sumber Data Sebagian besar data sosial ekonomi penduduk yang disajikan pada publikasi ini berdasarkan data hasil Susenas Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010. Selain itu, data juga diperoleh dari survei-survei lain yang diadakan BPS. Sebagai pelengkap dan pembanding digunakan pula data sekunder yang berasal dari intansiinstansi yang berkaitan dengan topik yang dikaji dalam publikasi ini. 1.2.2 Metode Penarikan Sampel Metode penarikan sampel Suseda berdasarkan Kerangka Contoh Induk (KCI) BPS yang disusun dalam rangka pelaksanaan kegiatan survei-survei BPS yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2000-2010. KCI ini pertama kali digunakan dalam SP1990 dan terus disempurnakan untuk dapat menunjang setiap jenis survei yang dilaksanakan. Page 3

Pemilihan Blok Sensus (BS) Suseda dilakukan secara acak dengan jumlah yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan biaya. Alokasi BS terpilih masingmasing kecamatan dilakukan sedemikian rupa sehingga penyebarannya merata sebanding dengan size jumlah BS di tiap kecamatan. Selanjutnya dari setiap BS terpilih dipilih kelompok segmen untuk memudahkan operasi lapangan dengan pertimbangan bahwa kelompok segmen tersebut telah mewakili BS yang ada. Dari masing-masing BS atau dengan kelompok segmen selanjutnya dipilih 16 rumah tangga dengan mempergunakan metode systematic sampling. 1.2.3 Pendugaan Nilai Populasi Pendugaan nilai karakteristik populasi dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama adalah memproyeksikan total penduduk dan rumah tangga keadaan tahun 2010 berdasarkan proyeksi BPS. Tahap berikutnya adalah dengan menghitung nilai relatif karakteristik sampel. Formula yang digunakan adalah : Page 4

Y i = NR Si x Y i = 1,2,3,...n. Y = Nilai proyeksi total, yang diperoleh berdasarkan proyeksi BPS dan trend antar sensus NR Si = Nilai relatif dari sampel untuk karakteristik ke-i Y i = Nilai proyeksi karakteristik ke-i 1.2.4 Metode Analisis Metode analisis yang dipakai adalah Analisis Deskriptif (sederhana) dan agregasi. Peralatan statistik yang dipakai adalah angka relatif (%) dan absolut, rasio, dan lain sebagainya. Mengingat data sosial ekonomi yang disajikan hanya data agregasi, maka karakteristik tabel yang ditampilkan lebih beragam. 1.2.5 Sistematika Penyajian Mengingat luasnya cakupan yang dianalisis, penulisan diarahkan pada tujuh bab sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan, memuat latar belakang, metodologi, konsep dan definisi; Page 5

Bab 2 Kependudukan, memuat data dan ulasan tentang penduduk dan karakteristiknya, keluarga berencana, dan berbagai aspek lain yang berkaitan dengan kependudukan; Bab 3 Kesehatan, memuat data dan ulasan tentang gambaran kesehatan masyarakat. Bab 4 Pendidikan, memuat data dan ulasan yang berkaitan dengan pendidikan, seperti tingkat partisipasi sekolah, tingkat melek huruf, dan berbagai kondisi sosial ekonomi yang dipengaruhi oleh kondisi pendidikan di masyarakat; Bab 5 Perumahan, memuat data dan ulasan tentang kondisi perumahan dan keadaan lingkungan perumahan; Bab 6 Konsumsi, memuat data dan ulasan mengenai pengeluaran dan kondisi masyarakat. Bab 7 Penutup, memuat ikhtisar dan kesimpulan uraian dari bab sebelumnya. Page 6

1.3 Konsep dan Definisi Konsep dan definisi yang dipakai dalam Suseda Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010 adalah konsep dan definisi yang telah dibakukan oleh BPS. Pembakuan ini dianggap penting agar data sosial ekonomi yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Konsep dan definisi yang digunakan adalah: Penduduk atau Anggota Rumah Tangga (ART), adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga. ART yang telah bepergian 6 bulan dan ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai ART. Rumah tangga, adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Page 7

Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk pria terhadap 100 penduduk wanita. Keluhan Kesehatan, adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik penyakit ringan, kronis, kecelakaan atau penyebab lainnya. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan rasio antara penduduk yang mengikuti jenjang suatu pendidikan terhadap penduduk dalam suatu kelompok umur yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan rasio penduduk suatu kelompok umur yang sedang mengikuti suatu jenjang pendidikan terhadap seluruh penduduk pada kelompok umur tersebut. Angka Beban Tanggungan (dependency ratio), adalah rasio antara penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 tahun keatas) terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun). Page 8

Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran Per-Kapita Sebulan, adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Page 9

BAB II KEPENDUDUKAN Dalam demografi dikenal tiga fenomena yang saling berkaitan dan merupakan bagian penting dari kependudukan. Ketiga fenomena tersebut adalah besar dan persebaran penduduk (size and population distribution), komposisi penduduk (population composition), dan dinamika penduduk (change in population). Dalam bab ini, ketiga fenomena akan dikemukakan disertai faktorfaktor yang memungkinkan menjadi penyebab dan akibat dari terjadinya fenomena tersebut. 2.1 Persebaran Penduduk Penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara yang berjumlah 142.922 orang tersebar dalam 4 kecamatan dengan persebaran yang kurang seimbang. Kecamatan Penajam yang paling banyak penduduknya yaitu mencapai 46,87 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara. Hal ini dikarenakan Kecamatan Page 10

Penajam merupakan Ibukota Kabupaten dan pusat Pemerintahan. Di samping itu, pembukaan wilayah oleh pengembang secara intensif untuk pemukiman semakin mengukuhkan Kecamatan Penajam sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Sedangkan Kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Waru yang distribusinya hanya sekitar 10,94 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara. Gambar 1. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 11

2.2 Komposisi Penduduk Komposisi penduduk merupakan fenomena demografi yang mengelompokkan penduduk berdasarkan aspek tertentu. Secara umum, pengelompokan penduduk dilakukan berdasarkan aspek biologis, sosial, ekonomi, dan geografis. Komponen dalam aspek biologis adalah umur dan jenis kelamin. Komponen sosial terdiri atas tingkat pendidikan, status perkawinan, dan sebagainya. Dalam sub-bab ini akan dikemukakan pengelompokan berdasarkan aspek biologis dan aspek sosial. Komposisi penduduk menurut aspek biologis, sebagaimana dikemukakan sebelumnya, terdiri atas komposisi berdasarkan jenis kelamin dan komposisi berdasarkan umur. Secara keseluruhan rasio jenis kelamin tahun 2010 adalah 110,27 yang berarti dari 100 orang wanita terdapat 110 orang pria. Dengan perkataan lain, jumlah penduduk pria lebih banyak 10,27 persen dibandingkan jumlah penduduk wanita. Page 12

Komposisi penduduk berdasarkan umur mencatat bahwa kelompok usia produktif mencapai 65,50 persen dari seluruh penduduk dan merupakan kelompok terbesar. Proporsi penduduk usia lanjut secara keseluruhan hanya 3,04 persen. Sementara itu, proporsi penduduk usia muda mencapai 31,46 persen. Struktur umur penduduk seperti itu memang merupakan struktur umur yang umum terjadi di Indonesia. Dengan struktur umur seperti itu penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara digolongkan pada peralihan penduduk muda ke penduduk tua (Intermediate). Suatu populasi digolongkan penduduk tua (old population) bila proporsi penduduk usia muda <30 persen, penduduk usia dewasa > 60 persen, dan penduduk usia lanjut >10 persen. Sedangkan penduduk muda (young population) adalah bila penduduk usia muda > 40 persen, penduduk usia dewasa < 55 persen, penduduk usia lanjut <5 persen. Penduduk yang berada diantara kedua klasifikasi tersebut disebut penduduk peralihan. Page 13

Ketergantungan (dependency ratio) secara keseluruhan mencapai 52,68. Ini berarti, bahwa setiap 1 orang yang tidak/belum produktif ditanggung oleh 2 orang produktif. Rasio ketergantungan ini merupakan perbandingan antara penduduk yang tergolong belum/tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) dan penduduk produktif (15-64 tahun). Rasio ketergantungan anak mencapai 48,03, sedangkan rasio ketergantungan lansia mencapai 4,64. Dilihat dari aspek sosial, dikemukakan status perkawinan penduduk usia 10 tahun ke atas. Penduduk yang berstatus belum kawin sekitar 36 ribu atau 32,61 persen dari total penduduk usia 10 tahun ke atas. Dirinci menurut jenis kelamin, pria yang berstatus belum kawin mencapai 22 ribu atau sekitar 38,69 persen dari seluruh penduduk pria berusia 10 tahun ke atas. Sedangkan wanita yang berstatus belum kawin mencapai 14 ribu atau sekitar 26,14 persen dari seluruh penduduk wanita berusia 10 tahun ke atas. Page 14

Proporsi penduduk pria yang berstatus kawin mencapai 58,59 persen, lebih rendah dibandingkan kategori yang sama pada penduduk wanita yang mencapai 62,60 persen. Sementara itu, penduduk berstatus cerai, baik cerai hidup maupun cerai mati relatif kecil. Penduduk berstatus cerai hidup secara keseluruhan kurang dari tiga persen atau sekitar 2,42 persen. Penduduk pria berstatus cerai hidup sebesar 1,61 persen dan penduduk wanita berstatus sama sebesar 3,29 persen. Angka penduduk berstatus cerai hidup ini menunjukkan angka yang cukup jauh berbeda antara pria dan wanita. Begitu pula halnya dengan angka penduduk berstatus cerai mati, angka yang ditunjukkan oleh penduduk berstatus cerai mati jauh berbeda antara pria dan wanita. Proporsi penduduk berstatus cerai mati pada pria hanya sekitar 1,11 persen, sedangkan proporsi wanita berstatus cerai mati sebesar 7,97 persen. Tampak bahwa proporsi pada wanita sekitar tujuh kali dari proporsi pria. Sementara secara keseluruhan Page 15

proporsi penduduk berstatus cerai mati sebesar 4,44 persen dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas. Dengan angka di atas dapat diketahui bahwa orang tua tunggal (single parent) pada wanita lebih banyak daripada pria. Hal demikian terjadi diasumsikan karena daya tahan wanita untuk hidup sendiri membesarkan anak-anaknya lebih tinggi daripada daya tahan pria. Selain itu, secara sosio-psikologis kemungkinan seorang wanita untuk menikah setelah ditinggalkan suaminya relatif lebih sulit. 2.3 Dinamika Penduduk Dinamika penduduk adalah perubahan penduduk, baik pengurangan maupun penambahannya. Faktor yang mempengaruhi dinamika penduduk adalah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan kepindahan atau migrasi. Dalam pembahasan ini, titik berat pembahasan diutamakan pada indikator fertilitas. Selain itu, dibahas juga tentang keluarga berencana yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Page 16

Salah satu indikator fertilitas adalah umur perkawinan pertama. Semakin muda seseorang melakukan perkawinan semakin panjang masa reproduksinya sehingga peluang melahirkan semakin besar. Karena resiko melahirkan hanya terjadi pada wanita, maka umur yang diperhitungkan adalah umur wanita pada saat perkawinan pertamanya. Perkawinan pertama lebih banyak dilakukan pada kelompok umur diatas 19-24 tahun. Hal ini sesuai dengan program penurunan fertilitas yang dicanangkan pemerintah dengan menentukan umur (20-25) tahun sesuai umur ideal untuk melaksanakan perkawinan. Bila dilihat polanya tampak bahwa proposi penduduk yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun atau kurang masih sekitar 18,33 persen dari seluruh penduduk wanita usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin. Proporsi terbesar perkawinan pertama adalah pada kelompok umur diatas 19 tahun yang mencapai 53,71 persen. Sedangkan proporsi penduduk yang Page 17

melangsungkan perkawinan pertamanya antara umur 17-18 tahun mencapai 27,96 persen, lebih tinggi dibandingkan proporsi yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun atau kurang. Penurunan fertilitas juga banyak dipengaruhi oleh adanya program keluarga Berencana (KB). Usaha yang dilakukan pemerintah dengan membentuk badan khusus yang menangani KB tampaknya cukup berhasil. Fertilitas semakin menurun sehingga laju pertumbuhan penduduk pun bisa ditekan. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep beyond family planning yang menyatakan bahwa apabila program KB dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan. Tingkat keberhasilan KB biasanya tidak hanya diukur dari penurunan fertilitas yang dicapai tetapi juga dari pencapaian target akseptor. Seseorang dikatakan sebagai akseptor KB adalah apabila ia menggunakan salah satu alat/cara KB dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dan bukan karena alasan lain seperti alasan kesehatan, serta harus mengacu pada Page 18

masa berlaku atau ke-efektif-an dari masing-masing alat/cara KB tersebut. Tingkat penggunaan alat KB cukup tinggi. Tercatat dari 30.620 wanita usia subur, wanita pernah kawin berumur 15-49 tahun yang sedang menggunakan dan pernah menggunakan alat KB sebanyak 86,72 persen. Sedangkan dari 26.554 wanita usia subur yang pernah memakai alat KB tersebut, yang sedang memakai alat KB mencapai 60,52 persen. Berdasarkan alat atau cara yang digunakan peserta KB aktif, suntikan KB dan Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, yang keduanya mencapai 83,84 persen dari seluruh akseptor KB. Walaupun termasuk alat kontrasepsi modern, sebenarnya pil mempunyai risiko kegagalan cukup tinggi dibandingkan alat kontrasepsi modern lainnya. Untuk itu, perlu ada upaya untuk mengubah pandangan masyarakat yang lebih menyukai pil sebagai cara ber-kb dan diarahkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif. Page 19

Metode KB selain pil dan suntik yang penggunanya cukup banyak adalah IUD/AKDR/Spiral dan Susuk KB. Proporsi pengguna metode ini adalah lebih dari 5 persen. Sedangkan metode KB selain ketiga metode tersebut tampaknya kurang diminati oleh para akseptor dan kurang dari 4 persen. Page 20

BAB III KESEHATAN 3.1 Kesehatan Penduduk Dalam usaha pendayagunaan Sumber Daya Manusia (SDM) secara lebih efektif, peran kesehatan yang mempengaruhi kinerja produktifitas sangat menentukan. Apabila seseorang sedang menderita sesuatu penyakit, maka dapat dipastikan bahawa produktifitas dari orang tersebut akan berkurang/menurun secara signifikan. Dari hasil survei, tercatat beberapa jenis penyakit yang umum diderita oleh penduduk. Dari beberapa jenis penyakit tersebut, yang banyak dikeluhkan adalah penyakit batuk dan pilek yang masing-masing diderita lebih dari 45 ribu penduduk atau lebih dari 30 persen penduduk, penyakit lainnya sekitar 15 ribu atau 11,02 persen dan penyakit kepala berulang lebih dari 13 ribu orang atau 9,52 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara. Page 21

Selain jenis penyakit yang biasa diderita oleh penduduk, ada beberapa jenis keluhan kesehatan yang walaupun menurut persentase cukup kecil, tetapi dampaknya dapat mempengaruhi tingkat kualitas sumber daya manusia pada akhirnya. Diantara jenis penyakit yang perlu diperhatikan tersebut antara lain asma, sakit gigi, dan diare. Penyakit asma/sesak napas, yang diderita oleh 2,23 persen penduduk, selain merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh masalah kelembaban udara, juga dapat mencerminkan kualitas tempat tinggal penduduk yang mungkin masih jauh dari tempat tinggal yang layak huni. Sedangkan sakit gigi yang mencapai 3,18 persen, sangat dipengaruhi oleh budaya hidup sehat manusia yang juga berkaitan erat dengan faktor penggunaan air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan penyakit diare/buang air terus menerus merupakan cerminan lingkungan/sanitasi yang tidak memenuhi standar kesehatan dan penggunaan fasilitas MCK yang tidak memadai. Page 22

3.2 Kesehatan Balita Keadaan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu gambaran tingkat kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam beberapa hal, indikator yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak merupakan indikator sangat mendasar. Angka kematian bayi maupun kematian ibu sering sekali menjadi ukuran kesejahteraan secara keseluruhan. Terlebih lagi angka kematian bayi merupakan salah satu komponen dalam perhitungan Indek Mutu Hidup (Physical Quality of Life Index). Salah satu yang berkaitan erat dengan angka kematian bayi dan angka kematian ibu adalah penolong persalinan. Penolong persalinan ini secara garis besar dibagi menjadi tenaga medis dan tenaga non medis. Semakin tinggi proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga medis maka kesehatan bayi dan ibu akan semakin baik. Menurut penolong persalinan, dari jumlah sekitar 15 ribu balita, 80,96 persen diantaranya lahir dengan pertolongan tenaga medis. Angka ini cukup tinggi untuk Page 23

ukuran Indonesia karena secara nasional kurang dari 50 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga medis terdidik. Dengan angka ini dapat dikatakan bahwa pelayanan kesehatan terutama pada saat persalinan di Kabupaten Penajam Paser Utara cukup baik. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa lebih dari separuh persalinan ditolong oleh bidan yaitu lebih dari 10 ribu kelahiran balita atau 67,10 persen. Sedangkan dokter membantu persalinan kurang dari dua ribu kelahiran balita atau 12,72 persen dari seluruh balita. Sementara itu, jumlah persalinan oleh tenaga non medis juga cukup besar, yaitu hampir 3 ribu persalinan atau 19,05 persen dari jumlah balita. Dirinci menurut jenis kelamin, penolong kelahiran bayi laki-laki dan perempuan untuk dua kategori tersebut di atas tidak jauh berbeda. Page 24

Gambar 2. Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kelanjutan pertumbuhan balita, adalah pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI terutama ASI Eksklusif akan mempengaruhi kualitas dan kelangsungan hidup balita. Sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan bahwa bayi sebaiknya diberi ASI hingga berusia 2 tahun. Sementara bayi hingga minimal berusia 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa makanan tambahan (ASI Eksklusif). Tercatat sebanyak hampir seribu balita atau 6,33 persen tidak pernah diberi ASI. Balita yang disusui selama 6 bulan saja sekitar 17,30 persen dari seluruh balita yang Page 25

ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, dan balita yang disusui selama 7 24 bulan sebanyak lebih dari 10 ribu balita atau 68,43 persen. Sedangkan balita yang disusui selama lebih dari 24 bulan sebanyak 7,94 persen. Dirinci menurut jenis kelamin relatif tidak ada perbedaan yang mencolok antara lamanya pemberian ASI pada balita lakilaki maupun balita perempuan. Page 26

BAB IV PENDIDIKAN 4.1 Kemampuan Baca Tulis Kemampuan baca tulis merupakan kemampuan mendasar bagi seseorang untuk mengembangkan wawasannya. Dalam kaitan dengan pendidikan formal, kemampuan baca tulis ini merupakan syarat mutlak untuk mengikuti setiap jenjang pendidikan. Kemampuan baca tulis yang dimaksud adalah kemampuan membaca dan menulis suatu kalimat sederhana dengan suatu huruf. Dampak pembangunan bidang pendidikan yang ingin dicapai adalah semakin meningkatnya persentase penduduk yang melek huruf. Hal ini menggambarkan mutu manusia yang diukur dalam aspek semakin tinggi tingkat melek huruf maka semakin tinggi mutu sumber daya manusia. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin sekitar 92,92 persen dari seluruh Page 27

penduduk berumur 5 tahun ke atas. Hal ini berarti persentase penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin yaitu sekitar 7,08 persen. Sedangkan persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf arab adalah sekitar 70,66 persen dan untuk huruf lainnya sekitar 2,58 persen. Indikator kemajuan lainnya adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk. Proporsi tertinggi penduduk 10 tahun ke atas berdasarkan pendidikan tertinggi yang berhasil ditamatkan adalah tamat SD yang mencapai sekitar 31,30 persen, sedangkan proporsi penduduk yang menamatkan Perguruan Tinggi sekitar 4,97 persen. Proporsi yang berpendidikan rendah (memiliki ijazah SLTP ke bawah) 76,69 persen. Artinya lebih dari separuh penduduk berpendidikan SLTP ke bawah. 4.2 Partisipasi Sekolah Indikator kemajuan bidang pendidikan lainnya adalah kepedulian penduduk terhadap pentingnya Page 28

mengikuti pendidikan sebagai upaya memperbaiki kualitas dirinya. Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar disebut juga Gross Enrollment Ratio/GER, Sedangkan Angka Partisipasi Murni dikenal dengan istilah Net Enrollment Ratio/NER. APK merupakan rasio antara penduduk yang mengikuti jenjang suatu pendidikan terhadap penduduk dalam suatu kelompok umur yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut. Sedangkan APM merupakan rasio penduduk suatu kelompok umur yang sedang mengikuti suatu jenjang pendidikan terhadap seluruh penduduk pada kelompok umur tersebut. Dengan konsep tersebut, APK maksimal akan mungkin menunjukkan angka lebih dari 100 persen. Sedangkan APM maksimal akan menunjukkan angka 100 persen. Page 29

Gambar 3. APM dan APK Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara APK SD tahun 2010 menunjukkan angka 114,28 persen, sedangkan APM SD hanya mencapai 95,69 persen. Selisih sekitar 19 persen antara APK dan APM disebabkan oleh adanya penduduk yang seharusnya tidak bersekolah di SD tetapi sudah/masih bersekolah di SD. Penduduk tersebut terdiri atas penduduk yang seharusnya belum bersekolah di SD atau usianya kurang dari 7 tahun dan penduduk yang seharusnya sudah menyelesaikan pendidikannya di SD atau penduduk yang berusia di atas 12 tahun. Besarnya proporsi ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kecenderungan Page 30

orang tua untuk menyekolahkan anaknya lebih dini atau sebaliknya, terdapat pula orang tua yang terlambat menyekolahkan anaknya. Pada jenjang pendidikan SLTP, APK mencapai 89,97 persen dan APM mencapai 75,97 persen. Selisih ini disebabkan oleh banyaknya penduduk berumur kurang dari 13 tahun dan penduduk berumur di atas 15 tahun yang bersekolah di SLTP. Uraian di atas perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk melihat keterersediaan fasilitas pendidikan lanjutan dengan jarak dari Lokasi SD, serta melihat motifasi dan dukungan orang tua. Sementara itu APK dan APM SLTA sebesar 68,86 dan 56,10 persen. Page 31

BAB V PERUMAHAN 5.1 Kondisi Perumahan Sebagai kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang, maka keberadaan papan (perumahan) layak huni yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat memberi suasana nyaman bagi penghuninya, merupakan salah satu dampak perubahan tingkat sosial ekonomi penduduk. Menurut luas lantai perumahan bangunan tempat tinggal, sebagian besar rumah tangga menempati luas lantai 50-99 m 2, yaitu mencapai 16.154 rumah tangga atau 44,33 persen dari seluruh rumah tangga. Sedangkan rumah tangga yang luas lantainya kurang dari 20 m 2, tidak sampai 2 ribu rumah tangga atau sekitar 5,44 persen. Dan persentase rumah tangga menurut luas lantai rumah yang terkecil adalah 2,40 Page 32

persen, yaitu rumah tangga dengan luas lantai lebih dari 149 m 2. Gambar 4. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara 5.2 Fasilitas Rumah Sampai saat ini, sumber air minum yang paling banyak digunakan adalah Sumur sebesar 28,66 persen rumah tangga. Sedangkan yang menggunakan air minum yang berasal Leding mencapai 11,81 persen. Pengguna air dalam kemasan, pompa, mata air terlindungi, air sungai, air hujan dan lainnya sebesar 59,53 persen. Indikator sosial sebagai petunjuk kesejahteraan rumah tangga lainnya adalah ketersediaan fasilitas jamban yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan Page 33

penghuni. Tercatat rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri dan jamban bersama mencapai 90,92 persen rumah tangga. Sedangkan yang memakai jamban umum sekitar 2,37 persen rumah tangga. Disamping itu masih ada lebih 2.446 rumah tangga yang tidak memiliki jamban atau sekitar 6,71 persen. Gambar 5. Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 34

BAB VI PENGELUARAN KONSUMSI Pola Konsumsi Pola konsumsi masyarakat dipengaruhi banyak faktor. Faktor sosial budaya misalnya memegang peranan cukup penting dalam penentuan pola konsumsi. Selain itu, tingkat pendapatan juga memegang peranan yang tidak kalah pentingnya. Dalam pembahasan ini, untuk memperoleh tingkat pendapatan tersebut dilakukan pendekatan dengan menggunakan tingkat pengeluaran penduduk. Pendekatan ini dilakukan karena data pendapatan sangat sulit diperoleh. Selain itu sekalipun data tingkat pendapatan dapat diperoleh, biasanya mempunyai akurasi yang kurang baik. Sebaliknya data pengeluaran relatif lebih baik akurasinya. Walaupun tingkat pengeluaran tidak sama dengan tingkat pendapatan, ketidaksamaan tersebut sangat kecil sehingga data Page 35

pengeluaran dapat diasumsikan sama dengan pendapatan. Perubahan pola konsumsi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan peningkatan kesejahteraan. Secara umum, pendapatan yang tinggi menyebabkan persentase pengeluaran untuk bukan makanan relatif tinggi. Hal ini terjadi karena penduduk berpendapatan tinggi bisa memenuhi kebutuhan makanannya hanya dengan sebagian kecil pendapatannya. Sementara itu, untuk penduduk berpendapatan rendah sebagian besar pendapatannya hanya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan yang merupakan kebutuhan pokok. Dengan demikian ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan semakin tinggi pula proporsi pengeluaran untuk keperluan bukan makanan. Tercatat rata-rata pengeluaran penduduk untuk makanan mencapai 292.126 rupiah per-kapita sebulan lebih tinggi dari pengeluaran bukan makanan dengan rata-rata pengeluaran 263.397 rupiah. Total pengeluaran Page 36

secara rata-rata mencapai sekitar 555.523 rupiah. Terlihat bahwa pengeluaran untuk bukan makanan lebih kecil daripada pengeluaran untuk makanan. Sebagaimana dibahas diatas, kondisi ini menandakan tingkat kesejahteraan masyarakat belum baik, dikarenakan pengeluaran konsumsi masyarakat masih terfokus pada makanan. Pada kelompok makanan, pengeluaran terbesar terdapat pada pengeluaran untuk padi-padian, tembakau serta sirih, ikan, makanan minuman jadi, serta telur dan susu yang secara keseluruhan mencapai 63,30 persen dari total pengeluaran untuk makanan. Sedangkan untuk kelompok bukan makanan, pengeluaran terbesar yaitu pada perumahan dan fasilitas rumah tangga serta aneka barang dan jasa (termasuk jasa pendidikan dan jasa kesehatan) yang keseluruhan mencapai 84,09 persen dari total pengeluaran untuk non makanan. Page 37

BAB VII PENUTUP Beberapa indikator yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya menunjukkan perubahan yang cukup mendasar dari keadaan sosial dan ekonomi penduduk Kabupaten penajam Paser Utara. Persebaran penduduk menunjukkan ketimpangan yang cukup besar di beberapa wilayah kecamatan/kelurahan. Komposisi penduduk menurut golongan umur ditandai dengan masih cukup besarnya penduduk usia (0-14) tahun, yang mencapai 31,46 persen. Hal ini mengakibatkan beban tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tidak produktif masih cukup tinggi. Tingginya rasio ketergantungan merupakan beban secara ekonomi yang cukup berat. Indikator bidang kesehatan menunjukkan keadaan kesehatan cukup baik. Dokter dan bidan berperan cukup besar dalam peningkatan kesehatan penduduk terutama kesehatan ibu dan anak. Salah satu Page 38

indikatornya adalah dominannya peranan dokter dan bidan sebagai penolong kelahiran balita dibanding tenaga non paramedis. Indikator bidang pendidikan menunjukkan kualitas sumber daya manusia di daerah ini relatif baik. Akan tetapi secara absolut masih banyak penduduk yang buta huruf. Demikian pula masih cukup banyak penduduk usia sekolah yang masih belum terserap oleh lembaga pendidikan sesuai dengan umurnya. Dilihat dari struktur penduduk yang pada dewasa ini dalam kategori transisi dari kategori penduduk muda ke arah penduduk tua, maka secara konkrit, angkatan kerja dipastikan akan tetap bertambah besar. Pemuda yang masuk pasar kerja setiap tahun baik yang tamat pendidikan maupun yang tidak sekolah diperkirakan akan selalu bertambah. Oleh karena itu tantangan yang lebih mendesak untuk perencanaan pembangunan adalah perluasan kesempatan kerja agar dapat menyerap pencari kerja yang sudah ada saat ini. Page 39

Kondisi sebagian besar perumahan cukup baik, luas lantai yang dikuasai secara rata-rata memenuhi prasyarat keluarga sejahtera. Selain itu, fasilitas perumahan seperti sumber air minum dan sarana mandi-cuci-kakus (MCK) menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk telah lama menyadari akan pentingnya kesehatan, yang ditandai dengan semakin kecilnya penggunaan fasilitas perumahan yang kurang memenuhi syarat dari segi kesehatan. Page 40

Tabel 2.1 Jumlah, Persebaran dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Uraian 2010 (1) (2) Penduduk 142.922 Babulu 29.434 Waru 15.642 Penajam 66.983 Sepaku 30.863 Penyebaran 100,00 Babulu 20,60 Waru 10,94 Penajam 46,87 Sepaku 21,59 Kepadatan 42,88 Babulu 73,69 Waru 28,24 Penajam 55,48 Sepaku 26,33 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 41

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Babulu 15.488 20,66 13.946 20,52 29.434 20,60 Waru 8.184 10,92 7.458 10,97 15.642 10,94 Penajam 35.181 46,94 31.802 46,79 66.983 46,87 Sepaku 16.098 21,48 14.765 21,72 30.863 21,59 Jumlah 74.951 100 67.971 100 142.922 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 42

Tabel 2.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (1) (2) (3) Laki-laki 74.951 52,44 Perempuan 67.971 47,56 Jumlah 142.922 100 Sex Ratio 110,27 Anak-anak (0-14 th) 44.963 31,46 Dewasa (15-64 th) 93.611 65,50 Tua/Lanjut ( 65 th) 4.348 3,04 Jumlah 142.922 100 Dependency Ratio 52,68 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 43

Tabel 2.4 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Termasuk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Kegiatan Utama Seminggu yang Lalu Laki-Laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Bekerja 74,83 37,25 57,08 Mencari Pekerja 10,65 0,07 8,97 Sumber : Sakernas BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 44

Tabel 2.5 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Status Perkawinan Belum Kawin Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 22.406 38,69 14.233 26,13 36.639 32,61 Kawin 33.926 58,59 34.093 62,60 68.019 60,53 Cerai Hidup 932 1,61 1.793 3,29 2.725 2,42 Cerai Mati 644 1,11 4.340 7,97 4.984 4,44 Jumlah 57.908 100 54.459 100 112.367 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 45

Tabel 2.6 Wanita 10 tahun ke atas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Umur Perkawinan Pertama Jumlah Persentase (1) (2) (3) 16 7.375 18,33 17 18 11.249 27,96 19 24 17.071 42,44 25 4.532 11,27 Jumlah 40.227 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 46

Tabel 2.7 Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut Pemanfaatan Alat KB di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Pemanfaatan Alat KB Jumlah Persentase (1) (2) (3) Sedang Menggunakan Alat KB 18.532 60,52 Tidak Menggunakan Alat KB Lagi 8.022 26,20 Tidak Pernah Menggunakan Alat KB 4.066 13,28 Jumlah 30.620 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 47

Tabel 2.8 Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut Cara KB yang Digunakan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Pemanfaatan Alat KB Jumlah Persentase (1) (2) (3) AKDR/IUD/spiral 943 5,09 Suntikan KB 8.754 47,24 Susuk KB / norplan / inplanon / alwalit 1.291 6,96 Pil KB 6.784 36,61 Kondom/karet KB 67 0,36 Lainnya 693 3,74 Jumlah 18.532 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 48

Tabel 3.1 Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Utama di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Jenis Keluhan Kesehatan Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) Panas 13.545 9,48 129.377 90,52 Batuk 22.745 15.91 120.177 84,09 Pilek 23.912 16,73 119.010 83,27 Asma/napas sesak/cepat 3.190 2,23 139.732 97,77 Diare/buang air 1.545 1,08 141.377 98,92 Sakit kepala berulang 13.613 9,52 129.309 90,48 Sakit gigi 4.540 3,18 138.382 96,82 Lainnya 15.745 11,02 127.177 88,98 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 49

Tabel 3.2 Balita Menurut Lamanya Disusui Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Lamanya Disusui Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (Bulan) Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak Pernah 843 10,19 138 1,91 981 6,33 0 6 1.692 20,46 987 13,68 2.679 17,30 7 24 5.293 64,00 5.303 73,50 10.596 68,43 24 + 442 5,35 787 10,91 1.229 7,94 Jumlah 8.270 100 7.215 100 15.485 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 50

Tabel 3.2 Balita Menurut Penolong Kelahiran dan Jenis Kelamin di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Penolong Kelahiran Laki-laki + Laki-laki Perempuan Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dokter 1.210 14,63 760 10,53 1970 12,72 Bidan 5.487 66,35 4.904 67,97 10.391 67,10 Paramedis lain 55 0,67 120 1,66 175 1,13 Dukun 1.464 17,70 1.371 19,00 2.835 18,31 Famili/Lainnya 54 0,65 60 0,83 114 0,74 Jumlah 8.270 100 7.215 100 15.845 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 51

Tabel 4.1 Penduduk 5 Tahun Ke Atas Menurut Kepandaian Baca Tulis di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Dapat Baca Tulis Dapat Tidak Dapat Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) Huruf Latin 118.411 92,92 9.026 7,08 Huruf Arab 90.043 70,66 37.394 29,34 Huruf Lainnya 3.292 2,58 124.145 97,42 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 52

Tabel 4.2 APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Jenjang Pendidikan APK APM (1) (2) (3) SD 114,28 95,69 SLTP 89,97 75,97 SLTA 75,97 56,10 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 53

Tabel 4.3 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak punya ijazah SD 17.665 28,01 15.683 32,35 33.348 28,04 SD/Sederajat 18.432 29,23 18.801 32,07 37.233 31,30 SLTP/Sederajat 11.429 18,12 9.205 18,12 20.634 17,35 SLTA/Sederajat 12.545 19,89 9.273 14,11 21.818 18,34 Perguruan Tinggi 2.993 4,75 2.925 3,35 5.918 4,97 Jumlah 63.064 100 55.887 100 118.951 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 54

Tabel 4.4 Penduduk 5-24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Golongan Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 5 6 1.480 8,29 1.111 7,00 2.591 7,69 7 12 9.824 55,03 8.063 50,82 17.887 53,04 13 15 3.423 19,18 3.585 22,59 7.008 20,78 16 18 2.636 14,76 2.404 15,15 5.040 14,95 19 24 489 2,74 704 4,44 1.193 3,54 Jumlah 17.582 100 15.867 100 33.719 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 55

Tabel 4.5 Persentase Penduduk 5-24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Pendidikan yang Sedang Dilakukan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Golongan Umur Pendidikan yang Sedang Dilakukan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 5 6 100 - - - 100 7 12 96,27 3,73 - - 100 13 15 7,37 83,44 9,19-100 16 18 4,72 7,05 85,77 2,46 100 19 24-4,52 28,30 67,08 100 Jumlah 60,99 20,53 15,74 2,74 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 56

Tabel 4.6 Persentase Penduduk Usia 5-24 Tahun Menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Partisipasi Sekolah Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak / Belum Pernah Sekolah 3.618 5,43 4.870 8,01 8.488 6,66 Masih Sekolah 18.044 27,06 15.934 26,23 33.978 26,66 Tidak Bersekolah Lagi 45.020 67,51 39.952 65,76 84.972 66,68 Jumlah 66.682 100 60.756 100 127.438 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 57

Tabel 5.1 Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Luas Lantai (m 2 ) Jumlah Persentase (1) (2) (3) < 20 1.981 5,44 20-49 14.509 39,81 50-99 16.154 44,33 100-149 2.924 8,02 >149 874 2,40 Jumlah 36.442 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 58

Tabel 5.2 Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Sumber Air Minum Jumlah Persentase (1) (2) (3) Air Dalam Kemasan 10.990 30,16 Leding 4.302 11,81 Pompa 4.734 12,99 Sumur Terlindung 5.712 15,67 Sumur Tak Terlindung 5.369 14,73 Mata Air Terlindung 813 2,23 Mata Air Tak Terlindung 474 1,30 Lainnya 4.048 11,11 Jumlah 36.442 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 59

Tabel 5.3 Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Jumlah Persentase (1) (2) (3) Sendiri 30.498 83,69 Bersama 2.633 7,23 Umum 865 2,37 Tidak Ada 2.446 6,71 Jumlah 36.442 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 60

Tabel 5.4 Rumah Tangga Menurut Status Tempat Tinggal di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Status Tempat Tinggal Jumlah Persentase (1) (2) (3) Milik Sendiri 28.012 76,87 Kontrak 583 1,60 Sewa 1.529 4,20 Bebas Sewa 2.296 6,30 Dinas 1.882 5,16 Milik Orang Tua / Sanak / Saudara 2.005 5,50 Lainnya 135 0,37 Jumlah 36.442 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 61

Tabel 6.1 Rumah Tangga Menurut Golongan Pengeluaran Konsumsi per Kapita per Bulan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Golongan Pengeluaran (Rupiah) Jumlah Persentase (1) (2) (3) 60.000 79.000-0 80.000 99.000 68 0,19 100.000 149.000 270 0,74 150.000 199.000 474 1,30 200.000 299.000 4.140 11,36 300.000 399.000 5.769 15,83 400.000 499.000 6.710 18,41 500.000 599.000 5.605 15,38 600.000 + 13.406 36,79 Jumlah 36.442 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 62

Tabel 6.2 Pengeluaran Rata-rata per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Makanan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Kelompok Makanan Pengeluaran Rata-rata per Kapita per Bulan (Rp) Persentase (1) (2) (3) Padi-padian 46.634 15,96 Umbi-umbian 2.314 0,79 Ikan 35.399 12,12 Daging 10.000 3,42 Telur dan susu 26.647 9,12 Sayur-sayuran 26.025 8,91 Kacang-kacangan 10.157 3,48 Buah-buahan 9.845 3,37 Minyak dan lemak 12.671 4,34 Bahan minuman 16.728 5,73 Bumbu-bumbuan 9.576 3,28 Konsumsi lainnya 12.181 4,17 Makanan dan minuman jadi 31.216 10,68 Tembakau dan sirih 42.733 14,63 Jumlah 292.126 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 63

Tabel 6.3 Pengeluaran Rata-rata per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Bukan Makanan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Tahun 2010 Kelompok Bukan Makanan Jumlah Pengeluaran (Rp) Persentase (1) (2) (3) Perumahan dan fasilitas rumah tangga 130.668 49,61 Aneka barang dan jasa 90.811 34,48 Pakaian (bahan pakaian, pakaian jadi, sepatu, topi dan lainnya) Barang tahan lama (alat rumah tangga, perkakas, elektronik, perhiasan dll) Pajak dan Asuransi (PBB, pajak kendaraan, asuransi kesehatan, lainnya) Keperluan pesta dan upacara (perkawinan, khitanan, dan lainnya) 16.629 6,31 12.563 4,77 6.225 2,36 6.501 2,47 Jumlah 263.397 100 Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara Page 64