SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

Produksi Massal Bibit Tebu Varietas PS864 dan PS881 dengan Stabilitas Genetik Tinggi dan Bebas Virus Hasil Kultur Apeks Untuk Pengembangan di Sulawesi

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

LAPORAN KEMAJUAN TERMIN I X.46

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

RINGKASAN EKSEKUTIF DAMARIS BARUS Marimin Sri Hartoyo.

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

TEBU. (Saccharum officinarum L).

KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN LITBANG PERTANIAN

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BIBIT TEBU UNGGUL UNTUK MENUNJANG PROGRAM SWASEMBADA GULA NASIONAL

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

NASKAH SEMINAR HASIL. Oleh : Vinna Nour Windaryati NIM

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PG. DJOMBANG BARU DI KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

... Hubungi Kami : Demikian penawaran kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

Keragaan Kelembagaan dalam Agribisnis Gula di Sulawesi Selatan Institutional Performance of Sugar Agribusiness in South Sulawesi

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. berbagai macam produk baik dari sektor hortikultura maupun perkebunan. Seiring

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

I. PENDAHULUAN Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

ANALISIS USAHATANI TEBU DI LAHAN TEGALAN KASUS DI KABUPATEN BONDOWOSO

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR

BAB I PENDAHULUAN. menargetkan produksi gula 5,7 juta ton pada tahun 2015 nanti. Salah satu upaya

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

BAB I PENDAHULUAN. peralatan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Permasalahan umum yang ada di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan bibit pada suatu tanaman yang akan dieksploitasi secara besar-besaran dalam waktu yang cepat akan sulit dicapai dengan perbanyakan melalui teknik konvensional. Salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui teknik kultur in vitro.

LANJUTAN. Untuk mendukung terwujudnya swasembada gula yang dicanangkan pemerintah dengan target produksi gula sebesar 5,7 juta ton pada tahun 2014 Ketersediaan bibit tebu yang cukup besar, yaitu kurang lebih 39 milyar stek/bibit siap salur. Penyediaan bibit tebu adalah menggunakan bibit kultur jaringan yang relatif dapat mempercepat sekaligus menjamin mutu bibit tebu.

LANJUTAN. Selama ini penyediaan bibit tebu dilaksanakan melalui pembangunan kebun benih tebu berjenjang (KBP, KBN, KBI, KBD) yang memerlukan waktu ± 2 tahun Bibit tebu asal kultur jaringan, sebelum digunakan di Kebun Tebu Giling (KTG) ditanam dulu di Kebun Benih Datar (KBD) yang hanya membutuhkan waktu ± 7 bulan.

TEKNIK KULTUR JARINGAN Teknik menumbuhkan bagian tanaman (protoplas, sel, jaringan, dan organ) secara aseptis hingga membentuk planlet (tanaman utuh) Diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat, bebas dari hama penyakit, disamping itu bibit yang diperoleh mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Bibit tebu asal kultur jaringan yang akan ditanam pada kebun pembenihan (KBD) adalah dalam bentuk bagal mikro G 2, berdiameter 10 18 mm dengan jumlah mata dorman yang viable sebanyak 6 8 mata per bagal.

RUMUSAN MASALAH Konsumsi gula di Indonesia cenderung meningkat tiap tahun baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri, sementara itu produksi gula dalam negeri belum mampu memenuhi konsumsi, dengan demikian untuk memenuhi pasokan diperoleh melalui impor yang volumenya beberapa tahun terakhir > 1 juta t pertahun dengan nilai ± AS $500 juta, suatu nilai yang cukup besar, menguras devisa (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2010). produktivitas dan rendemen rendah, masing-masing 70 80 t/ha dan 7 %, sementara potensi hasil 100 t/ha dan 10% Penggunaan dan ketersediaan bibit yang bermutu belum terjamin

TUJUAN, KELUARAN DAN SASARAN TUJUAN 1) mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah pembibitan tebu asal kultur jaringan dan 2) menyusun model pengembangan pembibitan tebu asal kultur jaringan sesuai dengan kondisi spesifik lokasi berdasarkan prinsip agribisnis PRODUK TARGET Produk target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah usul rekomendasi kebijakan berupa model pengembangan agribisnis pembibitan tebu asal kultur jaringan. Rekomendasi ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengambil kebijakan dan pelaku usahatani tebu dalam rangka meningkatkan kualitas bibit tebu yang pada gilirannya akan meningkatkan produksi dan pendapatan petani dan pengusaha. Produk target yang juga ingin dicapai adalah data dan informasi serta profil pembibitan tebu asal kultur jaringan di Sulawesi Selatan BENTUK KEGIATAN HASIL LITBANG Bentuk kegiatan pemanfaatan hasil litbang dari hasil kegiatan ini adalah sebagai bahan informasi dan acuan dalam rangka mendorong pengembangan agribisnis pembibitan tebu asal kultur jaringan guna menjamin ketersediaan bibit tebu dalam jumlah cukup, berkualitas dan harga terjangkau, serta menguntungkan penangkar. Dengan demikian akan meningkatkan kualitas pertanaman tebu giling yang pada gilirannya akan mengungkit produksi tebu, gula dan pendapatan petani.

METODOLOGI. LOKASI DAN WAKTU Di wilayah tanam PG. TAKALAR Kabupaten Takalar, PG CAMMING dan PG ARASOE di Kabupaten Bone. Pengkajian di lakukan mulai bulan Februari September 2012. TAHAPAN PELAKSANAAN Persiapan, Koordinasi dan apresiasi dengan stakeholder, Pengumpulan data eksisting sistem produksi dan distribusi bibit tebu asal kultur jaringan, Focus group discussion (FGD) dengan petani, dan pengelola PG, Workshop penyusunan model sistem agribisnis bibit tebu asal kultur jaringan, Implemenetasi model TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling. Petani yang menggunakan bibit tebu asal kultur jaringan.

METODOLOGI. JENIS DATA Data Primer dan Sekunder meliputi karakteristik responden, Penguasaan teknologi, Persepsi terhadap bibit tebu asal kultur jaringan, Sistem produksi bibit tebu petani, Sistem produksi bibit tebu pabrik gula, Karakteristik teknologi bibit tebu asal kultur jaringan TEKNIK PENGUMPULAN DATA Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman di lapangan. Selain itu juga dilakukan diskusi melalui Focus discussion group terhadap penyuluh lapangan dan kelompok tani. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan perilaku Petani Tebu di lokasi penelitian. Analisis pendapatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani.

HASIL DAN PEMBAHASAN SISTIM PRODUKSI PABRIK GULA (PG) PG SWASTA Kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen perusahaan perkebunan (estate) dimana PG sekaligus memiliki lahan HGU (Hak Guna Usaha) PG BUMN Sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat. Umumnya melakukan hubungan kemitraan dengan petani tebu.

HASIL DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEBU DI SUL SEL, TAHUN 2010 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000-1 2 3 4 5 Takalar 918 900 1,675 1,861 443 Bone 1,118 1,007 61,772 61,342 378 Gowa 596 558 743 1,331 673 Takalar Bone Gowa

HASIL DAN PEMBAHASAN 3,000 PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEBU DI SUL SEL, TAHUN 2011 2,500 2,000 1,500 1,000 500-1 2 3 4 5 Takalar 794 794 1,907 2,401 371 Bone 1,319 - - - 597 Gowa 663 663 273 411 699 Takalar Bone Gowa

HASIL DAN PEMBAHASAN PRODUKSI PTP. NUSANTARA XIV (PERSERO) 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000-1 2 3 PG Takalar 3,277 6,178 1,885 PG Bone (Arasoe) 3,816 7,517 1,969 PG Bone (Camming) 4,279 13,646 3,189 PG Takalar PG Bone (Arasoe) PG Bone (Camming)

HASIL DAN PEMBAHASAN PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEBU DI SUL SEL TAHUN 2011 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1 2 3 PG Takalar 3118 5539 3157 PG Bone (Arasoe) 3743 4589 2164 PG Bone (Camming) 3864 5266 2543 PG Takalar PG Bone (Arasoe) PG Bone (Camming)

HASIL DAN PEMBAHASAN DATA GILING PTP. NUSANTARA XIV (PERSERO), TAHUN 2010 Uraian PG Takalar Lokasi Pengkajian PG Bone (Arasoe) PG Bone (Camming) Luas Giling (Ha) 3.815 4.278 3.276 Tebu Giling (Ton) 177.179 256.188 137.017 Tebu (Ha) 46.43 59.87 41.80 Rendemen (%) 4.22 5.31 4.50 Produksi Gula (Ton) 7.517 13.645 6.177 Produksi Tetes (Ton) 8.093 10.895 8.028 Awal Giling 16 Juli 2010 18 Juli 2010 28 Juni 2010 Akhir Giling 12 Jan 2010 14 Peb 2010 9 Nop 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN DATA GILING PTP. NUSANTARA XIV (PERSERO), TAHUN 2011 Uraian Lokasi Pengkajian PG Takalar PG Bone (Arasoe) PG Bone (Camming) Luas Giling (Ha) 3.799 4.914 4.186 Tebu Giling (Ton) 82.446 128.477 131.341 Tebu (Ha) 21,70 25,14 31,38 Rendemen (%) 5,81 5,43 5,66 Produksi Gula (Ton) 4.793 6.997 7.447 Produksi Tetes (Ton) 3.297 5.969 7.942 Awal Giling 16 Juli 2011 14 Juli 2011 18 Mei 2011 Akhir Giling 4 Okt 2011 14 Okt 2011 3 Agt 2011

PENJELASAN RENDEMEN Rendemen adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Jika rendemen tebu 10 %, artinya, dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula, akan diperoleh gula, 10 kg.

RENDEMEN DIAKIBATKAN OLEH Peranan bibit unggul, penerapan baku teknis dan manejemen tebang angkut sangat penting dalam meningkatkan rendemen. Kesulitan PG mendapatkan tebu khususnya dua bulan pertama musim giling, masa tanam yang mundur dan varietas memberikan kontribusi terhadap belum optimalnya rendemen.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN Laboratorium kultur jaringan di BB- Biogen menghasilkan varietas-varietas : PS 881 PS 882 PMC 7616 SS 57 (Kentung) PSDM 901 Varietas yang terbanyak diproduksi adalah PS 864 dan PS 862 Varietas yang tersebar di Sulawesi Selatan adalah PS 881, PS 861 dan VMC 7616 dan PSBN 901

HASIL DAN PEMBAHASAN MASALAH BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN P3GI Viabilitas tinggi 60-70 Produksi berorientasi pada kuantitas kurang memperhatikan kualitas Transportasi yang cukup lama sehingga mengakibatkan bibit rusak Harga bibitnya mahal Petani dibebankan ongkos kirim

KETERSEDIAAN INFORMASI TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN Petani tebu di Sulawesi Selatan secara umum didominasi (70%) oleh petani kecil dengan luas areal kurang dari 1 ha. Proporsi petani dengan areal antara 1-5 ha diestimasi sekitar 10-20%, Petani yang memiliki areal diatas 5 ha, bahkan sampai puluhan ha diperkirakan sekitar 5 10 %%.

BERDASARKAN FAKTOR AGROKLIMAT ADA 2 KALENDER PERTANAMAN Pola I adalah pengolahan tanah dilakukan mulai bulan April dan penanaman dilakukan pada bulan Mei-Juni. Masa panen berlangsung pada bulan Mei hingga November. Pola II adalah pengolahan tanah dilakukan pada September dan penanaman dilakukan pada bulan Oktober dan November. Untuk pola ini, panen dilakukan pada bulan Oktober dan November tahun berikutnya.

UNTUK MEMPEROLEH PRODUKTIVITAS TEBU DAN RENDEMEN TINGGI PG berusaha melakukan kerjasama dengan kelompok tani dalam menyusun jadwal tanam dan tebang. perebutan waktu tebang, masih sering menjadi masalah. Para petani sering tidak mendapat jatah tebang yang sesuai dengan harapan mereka. Di satu sisi pihak manajemen PG sudah secara maksimal mengatur jadwal tebang giling guna memaksimalkan potensi secara keseluruhan. Di sisi lain PG harus memenuhi jumlah hari giling minimal.

SISTIM PRODUKSI BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN Usaha pembibitan (kebun bibit datar, KBD) antara lain dilakukan oleh PTPN, perusahaan swasta serta Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Usaha Pembibitan PTPN dilakukan untuk memenuhi PTPN sendiri serta untuk pekebun tebu rakyat. Pembibitan tebu memerlukan areal yang relatif luas. Untuk 1ha KBD akan menghasilkan bibit untuk 7-8 ha tanaman. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab harga bibit tebu relatif mahal, yaitu Rp 1,5 1,7 juta per ha tanaman.