PENDAPATAN NELAYAN YANG MENGGUNAKAN PERAHU MOTOR DAN PERAHU TANPA MOTOR DI DESA PARANGGI, KECAMATAN AMPIBABO, KABUPATEN PARIGI-MOUTONG ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

C E =... 8 FPI =... 9 P

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TANGKAP NELAYAN DI KELURAHAN BANTAYA KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

J. Agroland 16 (4) : , Desember 2009 ISSN : X

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

ANALISIS DETERMINASI USAHA PERIKANAN TANGKAP NELAYAN DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

Dampak Bantuan Sarana Perikanan Tangkap Terhadap Peningkatan Pendapatan Nelayan Di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PEDAGANG KELAPA MUDA DI KELURAHAN TATURA UTARA DENGAN KELURAHAN TALISE KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Usaha Perikanan Tangkap

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

Ayodhyoa, Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan. Bagian Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 29 halaman.

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

Transkripsi:

Media Litbang Sulteng 2 (2) : 153 157, Desember 2009 ISSN : 1979-5971 PENDAPATAN NELAYAN YANG MENGGUNAKAN PERAHU MOTOR DAN PERAHU TANPA MOTOR DI DESA PARANGGI, KECAMATAN AMPIBABO, KABUPATEN PARIGI-MOUTONG Oleh : Novalina Serdiati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghitung rata-rata pendapatan nelayan tradisional di Desa Paranggi Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong, dan membandingkan antara pendapatan dan perahu tanpa motor. Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan di Desa Parigi Moutong, dan semua anggota populasi dijadikan sampel sehingga metode yang digunakan adalah sensus. Data penelitian ini diperoleh dengan melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan adalah Rp. 11.833.619 per tahun, sedangkan motor sebesar Rp. 12.943.063 per tahun. Kedua nilai tersebut tidak berbeda secara statitistik. Rata-rata pendapatan nelayan tradisional di Desa paranggi, Kecamatan Ampibabo adalah Rp. 12.139.672 per tahun, atau sebesar Rp.1.011.639 per bulan. Nilai ini masih lebih besar Rp. 251.639 dibanding upah minimum regional tenaga kerja di Sulawesi Tengah sebesar Rp. 860.000. Kata Kunci : Pendapatan Nelayan Perahu Motor, Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong. I. PENDAHULUAN Kabupaten Parigi Moutong mempunyai panjang garis pantai sepanjang 472 kilometer dan luas areal tangkapan ikan ± 28.208 km². Dengan potensi seperti itu, Kabupaten Parigi Moutong diperkirakan memiliki potensi lestari perikanan tangkap sebesar 587.250 ton per tahun, yang terdiri dari jenis ikan pelagis besar sebanyak 106.000 ton, ikan pelagis kecil sebesar 379.440 ton, ikan demersal 83.840 ton dan jenis ikan lainnya sebesar 17.970 ton (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2004) Namun demikian pengembangan sektor kelautan dan perikanan berjalan lambat, karena kebijakan pembangunan lebih berorientasi kepada pengembangan kegiatan di daratan dibandingkan di kawasan pesisir dan lautan. Sehingga eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir dan kelautan terabaikan, dan sebagian besar masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan masih hidup di bawah garis kemiskinan (Serdiati, 2007). 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan nelayan dikelompokkan atas : (1) masalah yang berkaitan dengan kepemilikan alat tangkap dan perahu bermotor, (2) akses terhadap modal khususnya menyangkut persyaratan kredit, (3) persyaratan pertukaran hasil tangkapan (hasil penjualan) yang tidak berpihak kepada nelayan, (4) sarana penyimpanan ikan, (5) hak pengusahaan kawasan tangkap, dll. Faktor-faktor ini pula yang telah membatasi peningkatan hasil tangkapan para nelayan (Nikijuluw 1998a; Mulyadi, 2005) Masyarakat nelayan di Sulawesi Tengah dan Kabupaten Parigi Moutong didominasi oleh nelayan tradisional. Ciri nelayan tradisional versus nelayan modern adalah pada perbedaan modal usaha yang relatif rendah, tanpa dukungan kelembagaan dan penguasaan teknologi yang terbatas yaitu perahu tanpa motor, tanpa informasi teknologi, dan alat tangkap yang sederhana (Nikijuluw and Naamin 1994; Nikijuluw 1998b; Manadiyanto, dkk, 2004). Kelemahan penguasaan modal dan teknologi menyebabkan kehidupan masyarakat nelayan belum mampu memberikan kesejateraan dan peningkatan taraf hidup yang lebih baik, melalui 75

rendahnya produksi ikan hasil tangkapan nelayan. Hasil penelitian Bamba dan Serdiati (2008) menunjukkan bahwa penggunaan setiap 1 unit perahu bermotor (katinting) akan menghasilkan perbedaan produksi ikan tangkapan sebesar 2,4231 ton dibanding perahu tanpa motor, selama setahun. Adanya pengaruh motor perahu terhadap produksi ikan hasil tangkapan mungkin karena kemampuan jelajah perahu bermotor lebih luas dengan peluang yang tinggi untuk mencapai tempat-tempat perairan dengan ukuran gerombolan ikan yang besar, relatif dibanding yang dapat dilakukan oleh perahu tanpa motor, karena kemampuan menjelajahi perairan sampai lepas pantai (Yugasmoro, 2004; Indrawasih, 2006; Bamba dan Serdiati, 2008). Namun demikian, penggunaan motor (katinting) membutuhkan biaya tambahan relatif dibanding penggunaan tanpa motor, yang berhubungan dengan biaya perawatan katinting dan biaya bahan bakar. Sehingga, walaupun penggunaan perahu bermotor menghasilkan perbedaan yang lebih banyak terhadap ikan tangkapan dibanding perahu tanpa motor, namun belum pasti diikuti dengan peningkatan pendapatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pendapatan nelayan yang dan perahu tanpa motor di Desa Paranggi Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong. II. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Parigi Moutong selama empat bulan pada bulan Juni sampai dengan September 2008. Desa ini dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain : (1) Wilayah tersebut merupakan salah satu pusat transaksi nelayan di Kecamatan Ampibabo. (2) Sebagai salah satu pusat pengembangan perikanan tangkap di Sulawesi Tengah yang ditandai dengan dibangunnya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). 2.2 Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh nelayan di Desa Paranggi, Kecamatan Ampibabo, yang memiliki perahu sebagai sarana penangkapan ikan. Jumlah tersebut sebanyak 58 orang, terdiri dari 42 orang nelayan yang perahu bermotor (PM) atau motor luar (outboard engine) dan 16 orang nelayan memiliki perahu tidak bermotor (PTM). Dalam penelitian ini semua populasi dijadikan sampel sehingga metode yang digunakan adalah sensus. 2.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan responden serta pihak lain yang dapat memberikan penjelasan yang relevan dengan penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan panduan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data yang diperoleh dari responden adalah a. Identitas responden b. Pengalaman responden sebagai nelayan c. Tenaga penggerak perahu/kapal yang dipergunakan d. Jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan saat melaut e. Jumlah tenaga kerja (ABK) di atas perahu f. Volume produksi g. Harga ikan h. Lamanya melaut i. Jumlah trip penangkapan per-periode melaut Data tentang keadaan umum wilayah, volume produksi, dan harga ikan diperoleh dari Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Parigi Moutong, Kantor Kecamatan Ampibabo, dan Kantor Desa Paranggi. 2.4 Analisis Data Untuk mengetahui besar pendapatan nelayan di Desa Paranggi Kecamatan 76

Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong digunakan rumus: Dimana : π = Pendapatan nelayan TR = Total Revenue (Penerimaan keseluruhan) TC = Total Cost (Biaya keseluruhan) TR = Q i x P q TC = FC+VC Q i = jumlah ikan hasil tangkapan (kg) P q = harga ikan (Rp) Dalam menganalisis pendapatan nelayan di wilayah penelitian ini, selain pendapatan rata-rata responden, juga dilakukan perbandingan antara pendapatan yang dan motor. Untuk membandingkan pendapatan dengan nelayan yang perahu tanpa motor digunakan uji-t (t-test) (Walpole, 1982) dengan rumus : X t S A X XA XB dimana : X A = Rata-rata pendapatan responden A nelayan yang perahu motor (PM). X B = Rata-rata pendapatan responden B (nelayan yang perahu tanpa motor (PTM) S X A- X B = Simpangan baku beda dua contoh Bentuk hipotesis : H o : X A = X B H 1 : X A X B B Keterangan : H 0 : Tidak ada perbedaan pendapatan antara nelayan responden A dan nelayan responden B. H 1 : Ada perbedaan pendapatan antara nelayan responden A dan nelayan responden B Melalui bantuan software microsoft exel akan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : (1). Jika P(T<=t) two tail (uji dua arah) < t critical two tail, maka H 1 ditolak dan H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara pendapatan responden A dengan responden B pada tingkat kesalahan (α) 0,05 atau pada tingkat kepercayaan 95%. (2). Sebaliknya jika P(T<=t) two tail (uji dua arah) > t critical two tail, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pendapatan antara responden A dengan responden B pada tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan α 0,05. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Pendapatan Nelayan Ada terjadi perbedaan tiga kali besar dalam hal rata-rata total biaya antara nelayan yang (Rp. 25.633.643) dengan nelayan yang perahu tanpa motor (Rp. 7.859.531). Perbedaan ini disebabkan komponen total biaya yang menyusunnya, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap, dimana nelayan yang perahu motor lebih besar dibanding perahu tanpa motor (Tabel 1). Tingginya komponen biaya tetap pada nelayan yang adalah khususnya disebabkan nilai penyusutan motor katinting yang digunakan. Sementara tingginya biaya tidak tetap pada nelayan yang mengunakan perahu motor adalah disebakan bahan bakar, dan perbekalan. Rata-rata penerimaan nelayan di Desa Parigi Moutong adalah Rp. 33.098.948. Rata-rata penerimaan nelayan yang dan perahu tanpa motor adalah Rp 37.467.262 dan Rp 21.632.125. Perbedaan tersebut disebabkan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak oleh nelayan yang perahu motor dibanding dengan nelayan yang perahu tanpa motor. Pendapatan rata-rata nelayan di Desa 77

Parigi Moutong adalah Rp. 12.139.672,41. Pendapatan rata-rata nelayan yang adalah Rp. 11,833,619, sedangkan nelayan yang tidak adalah Rp. 12,943,063 (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata Pendapatan Nelayan tradisional di Di Desa Parigi Moutong. dan tanpa (N=58) (N=42) perahu tanpa motor (N=16) Biaya 5.361.810 7.088.393 829.531 Tetap Biaya 15.597.466 18.545.250 7.859.531 Variabel Total Biaya 20.959.276 25.633.643 8.689.063 Penerimaan 33.098.948 37.467.262 21.632.125 Pendapatan 12.139.672 11.833.619 12.943.063 Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam hal pendapatan antara dan nelayan yang perahu tanpa motor (Tabel 1). Ketiadaan perbedaan itu karena tingginya penerimaan nelayan yang juga diikuti oleh tingginya total biaya. Sehingga walaupun jumlah tangkapan ikan yang diperoleh oleh nelayan yang lebih banyak; ini dihubungkan dengan jangkauan tangkapan mereka yang lebih luas, dibanding nelayan yang perahu tanpa motor, tetapi total biaya nelayan yang juga banyak relatif dibanding motor. Tidak adanya perbedaan pendapatan antara nelayan yang perahu motor dan perahu tanpa motor, maka sangat beralasan untuk menghitung pendapatan nelayan tradisional di Desa Paranggi Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong tanpa membedakan yang dan yang perahu tanpa motor. Pendapatan per-tahun rata-rata seorang nelayan di Desa Paranggi Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong adalah Rp.12.139.672. Jumlah tersebut bila dirata-ratakan dalam hitungan per bulan menjadi sebesar Rp.1.011.639. Nilai ini masih lebih besar Rp. 251.639 dibanding Upah Minimum Regional tenaga kerja di Sulawesi Tengah sebesar Rp. 860.000. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Walaupun penerimaan setahun (Rp. 37.467.262) lebih besar dibanding motor (Rp. 21.632.125), namun total biaya (Rp. 25.633.643) juga lebih besar dibanding motor (Rp. 8.689.063). Sehingga pendapatan (Rp. 11.833.619) dan nelayan yang perahu tanpa motor (Rp. 12.943.063) tidak berbeda secara statistik. Rata-rata pendapatan nelayan tradisional di Desa paranggi, Kecamatan Ampibabo adalah Rp. 12.139.672 per tahun, atau sebesar Rp.1.011.639 per bulan. Nilai ini masih lebih besar Rp. 251.639 dibanding Upah Minimum Regional tenaga kerja di Sulawesi Tengah sebesar Rp. 860.000. Penelitian ini merekomendasikan bahwa nelayan tradisional di Desa Paranggi, Kecamatan Ampibabo, yang perahu tanpa motor, dan bila ingin menginvestasikan modalnya dan mengembangkan usahanya, adalah dengan tidak melalui motorisasi perahu mereka. Motorisasi mungkin diperlukan ketika pengembangan diperluas, dan atau ketika jumlah tangkapan nelayan yang perahu tanpa motor pada daerah jangkauan yang dekat dari pantai, telah menurun. 78

DAFTAR PUSTAKA Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan RI, 2004. Daya Dukung Kelautan dan Perikanan Selat Sunda, Teluk Tomini, Teluk Saleh, Teluk Ekas. Bamba, Y. dan Serdiati, N. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan hasil tangkapan nelayan tradisional di desa Parigi Moutong. Agrisains, Volume 9 Nomor 3 168-175. Ghaffar, Mukhlisa, 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan.Thesis. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Indrawarsih, Ratna, 2006. Strategi Pengadaan Modal Nelayan di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur dan Malaysia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Volume 1 Nomor 2. Manadiyanto, Tajerin, Sapto Adi Pranowo, 2004. Opsi Kebijakan Industri Perikanan Cakalang di kawasan Timur Indonesia; Suatu Pendekatan Analityc Hierarchy Process. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 10 Nomor 7. Nikijuluw, V.P.H. 1998a Establishment of a local Fishery Co-management: Lessons Gained from Bali Island. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia Volume 1 Nomor 1. Nikijuluw, V.P.H. 1998b. Identification of Indigenous Coastal Fisheries Management (ICFM) System in Sulawesi, Maluku, and Irian Jaya. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources, 1(2):1-14. Nikijuluw, V.P.H. and N. Naamin. 1994. Current and Future Community-based Fishery Management in Indonesia, Indonesian Agricultural Research and Development Journal, 16(2): 19-23. Serdiati, Novalina, 2007. Identifikasi potensi area, kualitas air dan karakteritik oseanografi perairan zona I Sulawesi Tengah untuk pengembangan budidaya laut. Jurnal Agroland Volume 14 Nomor 4. Walpole, R.E. 1982. Introduction to Statistics. MacMillan Publishing Co. Inc. New York. Waridin, 2005. Analisis Efisiensi Alat Tangkap Cantrang di Kabuapten Pemalang, Jawa Tengah. Yugasmoro Anggoro, 2004. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Produksi Perikanan Tangkap Di Desa Bone oge Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu 79