PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN DAN ANALISIS MODEL PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model Penjadwalan Pekerjaan pada Flowshop dengan Kriteria Minimasi Total Waktu Tinggal Aktual

Model Penjadwalan Pekerjaan pada Zero-buffer Flowshop Tipe (1) dengan Kriteria Minimasi Total Waktu Tinggal Aktual

MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

PENGEMBANGAN PENJADUALAN JOB SHOP INSERTED IDLE TIME DENGAN SCHEDULLING GRAPH UNTUK MEMINIMASI BIAYA TARDINESS & EARLINESS

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB)

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masalah keterlambatan selesainya produk yang diakibatkan banyaknya waktu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

4.6 Data Waktu Siap Setiap Mesin Pengerjaan Komponenkomponen Screw Conveyor Penentuan Due Date BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PENJADWALAN PRODUKSI BEDDING GOODS UNTUK PEMENUHAN JADWAL PENGIRIMAN DI PT. HILON SUMATERA

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

Irfan Muhammad 1, M.Adha Ilhami. 2, Evi Febianti 3 1,2, 3 JurusanTeknikIndustri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa PENDAHULUAN

Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham

ABSTRAK. Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING DI PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA : Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

ABSTRAK Giffler dan Thompson

Algoritma Penjadwalan Job Shop Alternatif Routing Menggunakan Variable Neighborhood Descent With Fixed Threshold Untuk Minimisasi Makespan *

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

Penjadwalan Kelompok Buku Cerita Menggunakan Algoritma Modrak (2010) dengan Kriteria Minimisasi Makespan *

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi flow shop merupakan kegiatan perencanaan

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

TUGAS AKHIR Pengembangan Algoritma Simulated Annealing pada Permasalahan Hybrid Flowshop Scheduling untuk Minimasi Makespan

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2017

JOB SQUENCING DINI WAHYUNI. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara


BAB 1 PENDAHULUAN. mesin, manusia serta bahan-bahan baku produk merupakan salah satu faktor yang

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 1. Latar Belakang Kecenderungan pasar sekarang ini seperti beragamnya kebutuhan konsumen, siklus hidup produk yang makin pendek, serta tekanan kompetitif untuk mengurangi ongkos, telah mengakibatkan perlunya sistem tanpa persediaan (zero inventory). Hal ini dilakukan antara lain dengan meminimasi lamanya order berada di lantai pabrik. Tetapi, di pihak lain, untuk mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar, sistem harus merespon permintaan dengan cepat. Hal ini mengakibatkan perlunya persediaan. Sementara itu, persaingan yang semakin ketat dalam dalam dunia bisnis mendorong pihak produsen untuk membuat produk yang sesuai dengan keinginan konsumen (customized), mempunyai tingkat kualitas yang tinggi, harga yang murah dan pengiriman yang tepat waktu. Situasi customized production biasanya berkaitan dengan sistem produksi job shop dan memiliki karakteristik dinamik dan tidak pasti, yang seringkali menimbulkan tindakan penjadwalan ulang (rescheduling). Menurut Halim (1993) dalam Barnali (1996), pada kondisi praktis ketepatan penyelesaian order cenderung dianggap lebih penting dari pada minimasi lamanya order berada di lantai pabrik. Alasannya adalah pemenuhan due date secara konsisten akan menjaga kesetiaan pelanggan, yang merupakan kunci sukses dalam bisnis di pasar global dengan tingkat persaingan tinggi. Salah satu solusi atas konflik ini adalah penjadwalan yang efisien (Jain dan Meeran, 1999). Baker (19) mendefinisikan penjadwalan sebagai proses pengalokasian sumber-sumber yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Penjadwalan merupakan kegiatan yang penting dalam perencanaan dan pengendalian produksi, karena jadwal yang baik akan memaksimumkan efektivitas pemanfaatan setiap sumber daya yang ada. Tetapi, masalah penjadwalan sesungguhnya merupakan masalah yang sangat kompleks, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap implementasi, terutama pada saat muncul gangguan pada jadwal tersebut. Gangguan pada jadwal akan mengakibatkan tindakan penjadwalan ulang, dan penjadwalan ulang bisa berdampak luas bagi aktivitas operasional di lantai produksi. Dengan demikian, penjadwalan ulang yang seharusnya dilakukan adalah penjadwalan ulang yang memberikan dampak minimum pada aktivitas di lantai produksi. Teknik Sisipan merupakan suatu teknik penjadwalan yang tidak melakukan perubahan pada seluruh jadwal, tetapi hanya melakukan penyisipan pada jadwal parsial yang telah ada. Nawaz et al. (1983) mengusulkan algoritma sisipan untuk melakukan penjadwalan job pada permutasi flow shop, yaitu job secara berurutan disisipkan pada jadwal parsial. Brasel et al. (1993) menggabung Teknik Sisipan dengan beam search pada masalah open shop. Hasil komputasi menunjukkan untuk jumlah job dan mesin yang besar, kualitas solusi dengan Teknik Sisipan sangat baik. Sementara itu Werner et al. (1995) menggunakan Teknik Sisipan yang digabungkan dengan beam search untuk masalah job shop tanpa setup time. Sedangkan Sotskov et al. (1999) menerapkan Teknik Sisipan pada masalah job shop dengan setup time. Tampak bahwa diantara penelitian penjadwalan dengan Teknik Sisipan di atas, penelitian Sotskov et al. (1999) merupakan penelitian yang paling mendekati masalah penjadwalan pada situasi pasar saat ini. 00 digitized by USU digital library 1

Sotskov et al. (1999) menggunakan dua jenis kriteria dalam menilai jadwal yang dihasilkan, yaitu: Kriteria reguler, menggunakan pendekatan maju, dengan tujuan minimasasi makespan dan minimisasi w i C i, dengan w i adalah bobot job i dan C i adalah saat selesai job i. Kriteria non reguler, menggunakan pendekatan mundur, dengan tujuan minimisasi ongkos penalti, yaitu minimisasi w i (C i -d i ), dengan d i = due date job i. Sotskov et al. (1999) pada kriteria non reguler sudah memasukkan pertimbangan due date dalam melakukan penjadwalan dan menggunakan pendekatan mundur, tetapi terlihat bahwa bila jadwal tidak fisibel (saat datang terlanggar) maka jadwal pengerjaan job digeser ke kanan (right shift), sehingga mengakibatkan due date terlanggar. Berdasarkan hal tersebut tampak diperlukan penelitian dengan Teknik Sisipan yang berbasis pada penelitian Sotskov et al. (1999) untuk mengakomodasikan kasus yang tidak mengizinkan job terlambat (no tardy jobs).. Rumusan Masalah Penelitian ini membahas masalah penjadwalan dengan Teknik Sisipan pada sistem produksi job shop dengan setup time yang mensyaratkan job tidak boleh terlambat. Dasar pengembangan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Sotskov et al. (1999) yang telah menggunakan Teknik Sisipan pada job shop dengan setup time dan mengizinkan job terlambat. Kriteria yang digunakan oleh Sotskov et al. (1999) adalah minimasi total ongkos earliness dan tardiness, sedangkan kriteria dalam model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah minimasi total ongkos simpan dan ongkos penolakan job. 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan algoritma penjadwalan job shop dengan Teknik Sisipan dengan pembatas bahwa job tidak boleh mengalami keterlambatan.. Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Mesin selalu tersedia Setiap mesin hanya dapat memproses satu job pada satu saat tertentu Setiap job hanya dapat diproses di satu mesin pada suatu waktu tertentu Tidak boleh terjadi interupsi, yaitu sekali suatu operasi dimulai harus dikerjakan hingga selesai Waktu proses, waktu setup, saat datang, due date, bobot dan routing masingmasing job deterministik dan diketahui dengan baik. Waktu setup tidak bergantung pada urutan pengerjaan job (sequence independent) Setup dapat dimulai sebelum kedatangan job di mesin. Tidak ada biaya simpan work in process; hanya ada biaya simpan produk jadi. 5. Batasan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi dalam beberapa hal, yaitu: Setiap job tidak memiliki routing alternatif Penelitian dilakukan untuk sistem manufaktur diskrit. 00 digitized by USU digital library

6. Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan algoritma penjadwalan job shop dengan Teknik Sisipan, yang merupakan pengembangan dari penelitian Sotskov et al. (1999). Pengembangan yang dilakukan adalah berupa penambahan kendala bahwa job tidak boleh mengalami keterlambatan (no tardy jobs). Pertimbangan perlunya kendala ini adalah bahwa menurut Halim (1993) dalam Barnali (1996), pada kondisi praktis pemenuhan due date lebih penting dari minimisasi inventory. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kajian pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian. Langkah berikutnya adalah melakukan pengembangan dan pengujian model sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah pengujian model, dilakukan analisis terhadap hasil pengujian. Langkah terakhir adalah menyusun kesimpulan dan saran untuk tindak lanjut penelitian.. Algoritma Sotskov et al. (1999) Sotskov et al. (1999) tidak menunjukkan dengan jelas langkah demi langkah proses penjadwalan dengan Teknik Sisipan. Tetapi dari contoh kasus yang diberikan, Algoritma Sotskov et al. (1999) dapat disusun sebagai berikut: Algoritma Sotskov et al. (1999) Langkah 1 Identifikasi routing, kelompok, waktu setup, waktu operasi, saat datang, due date, dan bobot masing-masing job Langkah Tentukan saat paling awal mulai operasi (R ) untuk semua operasi dari masing-masing job. -Untuk operasi pertama suatu job: R =max{saat datang, waktu setup} -Untuk operasi yang bukan pertama: R =saat selesai paling cepat dari operasi sebelumnya Langkah 3 Pilih job dengan bobot terbesar. Jadwalkan secara mundur operasi terakhir job tersebut (operasi yang terakhir dilakukan dalam pemrosesan job) agar selesai tepat pada saat due date. Langkah Set j=1 Langkah 5 Jadwalkan secara mundur semua operasi lainnya dari job tersebut pada Langkah 3 (operasi pendahulu) sesuai dengan routing. Langkah 6 Pilih job dengan bobot terbesar berikutnya. Jadwalkan operasi terakhir job tersebut agar selesai tepat pada saat due date. Bila tidak mungkin selesai pada saat due date: a) jadwalkan secara mundur operasi tersebut sebelum operasi yang sudah terjadwal, hitung ongkos yang timbul. b) jadwalkan operasi tersebut secara mundur sesudah operasi yang sudah terjadwal, hitung ongkos yang timbul. 00 digitized by USU digital library 3

c) sisipkan operasi tersebut secara mundur di antara operasi yang sudah terjadwal sedekat mungkin dengan due date. Hitung ongkos yang timbul Pilih jadwal dengan ongkos terkecil sebagai dasar penjadwalan selanjutnya. Ongkos= w i (C i -d i ). Langkah Set j=j+1 Langkah 8 Jadwalkan operasi lainnya. Periksa apakah saat mulai saat paling awal mulai operasi? Bila ya : lanjutkan ke langkah 9 tidak : geser jadwal ke kanan sebanyak waktu yang diperlukan agar job yang sedang dijadwal fisibel. Hitung ongkos yang timbul. Ongkos= w i (C i -d i ). Langkah 9 Ulangi Langkah 6 sampai dengan 8. Lanjutkan ke Langkah 10. Langkah 10 Apakah j sudah sama dengan jumlah job? ya : penjadwalan selesai. Lanjutkan ke Langkah 11. Tidak : ulangi langkah 9 Langkah 11 Periksa apakah ada alternatif jadwal dengan ongkos lebih kecil. Perbaikan dilakukan dengan menggeser jadwal lebih dekat ke arah due datenya Langkah 1 Pilih alternatif jadwal dengan ongkos terkecil sebagai jadwal definitif. 8. Algoritma Usulan Pada penelitian Tugas Akhir ini pengembangan model Sotskov et al. (1999) dilakukan dengan menambah kendala bahwa job tidak boleh mengalami keterlambatan (no tardy jobs). Karena tidak menginginkan adanya job yang tardy, maka bila dari hasil penjadwalan ditemui job yang saat datangnya terlanggar, maka job tersebut ditolak. Sehingga ongkos yang timbul adalah berupa ongkos simpan dan ongkos penolakan job. Besarnya ongkos simpan adalah hasil kali ongkos simpan persatuan waktu dengan lamanya job disimpan, sedangkan ongkos penolakan job diasumsikan sebagai besarnya keuntungan yang hilang bila job tersebut diterima. Sehingga total ongkos adalah penjumlahan dari ongkos simpan ditambah ongkos penolakan job. Secara matematis dinyatakan dengan: TC = w max( 0, d C ) + B i S i i i r r R dengan : TC=total ongkos w i =ongkos simpan job i per satuan waktu d i =due date job i C i =saat selesai job i B r =ongkos penolakan job r S=set job yang diterima (dijadwalkan) R=set job yang ditolak 00 digitized by USU digital library

Kesamaan Algoritma Sotskov et al. (1999) dengan algoritma usulan adalah pada Langkah 1 (inisialisasi) sampai dengan Langkah 5. Pada Langkah 6 terdapat perbedaan tindakan yang diambil pada kedua algoritma tersebut bila job tidak mungkin selesai pada saat due date, dan merupakan pembeda utama antara algoritma usulan dengan Algoritma Sotskov et al. (1999). Pada Algoritma Sotskov et al. (1999), bila job melanggar saat datang (atau saat paling awal mulai operasi) maka waktu pengerjaannya langsung digeser ke kanan. Sedangkan pada algoritma usulan, bila saat datang (atau saat paling awal mulai operasi) terlanggar maka dilakukan pertukaran operasi, dan bila job tetap tidak fisibel maka job tersebut ditolak. Pertukaran operasi yang dilakukan pada suatu saat adalah pertukaran antara operasi yang akan dijadwalkan dari suatu job dengan operasi terjadwal dari job lain manapun, yang terletak di sebelah kiri saat tersebut. Dalam pertukaran tersebut harus diperhatikan: routing dari masing-masing job tetap valid. total ongkos tidak bertambah besar sesudah dilakukan pertukaran operasi, saat mulai paling awal masing-masing operasi tidak terlanggar Pertukaran operasi dihentikan segera setelah diperoleh jadwal yang fisibel (tidak perlu mempertukarkan seluruh operasi yang mungkin). Sedangkan bila setelah dilakukan pertukaran diantara semua alternatif yang mungkin ternyata jadwal tetap tidak fisibel, maka job yang terakhir dijadwal harus ditolak dan jadwal definitif adalah jadwal terakhir sebelum pertukaran dilakukan. Mekanisme pertukaran operasi tersebut dapat disusun dalam langkah-langkah sebagai berikut: Algoritma Pertukaran Operasi Langkah 0 Tetapkan p=0 (artinya belum dilakukan pertukaran operasi, dan nilai p digunakan untuk aturan berhenti) Langkah 1 Identifikasi operasi yang belum berhasil dijadwal Langkah Perhatikan operasi yang telah berhasil dijadwal dari job yang sedang dijadwal (successor dari operasi yang sedang dijadwal) Langkah 3 Catat saat mulai (t) operasi yang terakhir dijadwal pada Langkah Langkah Periksa operasi dari job lain (syarat: bukan operasi terakhir), yang terletak di sebelah kiri t (hasil Langkah 3) di mesin hasil Langkah 1. Banyaknya operasi tersebut nyatakan sebagai q. Langkah 5 Ambil satu operasi hasil Langkah untuk dipertukarkan posisinya dengan operasi yang sedang dijadwal 00 digitized by USU digital library 5

Langkah 6 Pertukarkan kedua operasi tersebut. Tentukan p=p+1 Langkah Periksa apakah saat mulai saat mulai paling awal? Ya : pertukaran selesai, jadwal fisibel Tidak : Periksa apakah p<q? ya : kembali ke Langkah 5 tidak : pertukaran selesai, tolak job yang terakhir dijadwal. Agar mekanisme pertukaran operasi dapat lebih jelas, berikut ini ditunjukkan sebuah contoh. Misalkan dari kegiatan penjadwalan yang telah dilakukan diperoleh jadwal seperti pada Gambar 1. Ketujuh job tersebut terbagi ke dalam kelompok, yaitu: G 1 =(3), G =(,5,), G 3 =(,6), dan G =(1). Diketahui bahwa routing Job 3 adalah (1,,3), operasi Job 1 di mesin 3 telah terjadwal, sedangkan operasi di mesin dan di mesin 1 belum terjadwal. Waktu proses Job 3 di mesin dan di mesin 1 masing-masing satuan waktu. Diketahui saat paling awal mulai operasi (3,) adalah 5 dan saat paling awal mulai operasi (3,1) adalah 3. m3 m m1 1 6 3 5 5 6 1 1 5 6 10 0 30 Gambar 1. Contoh Penjadwalan Sebelum Operasi (3,) Dijadwalkan Bila operasi (3,) disisipkan disebelah kiri operasi (1,) diikuti dengan menjadwal operasi (3,1) maka pada Gambar 3. terlihat bahwa operasi (3,) dan operasi (3,1) melanggar saat paling awal mulai operasi. m3 m m1 1 6 3 5 5 6 3 1 3 1 5 6 10 0 30 Gambar. Operasi (3,) Dijadwalkan Sebelum Operasi (1,) 00 digitized by USU digital library 6

Karena jadwal di atas tidak fisibel maka dilakukan pertukaran operasi mengikuti langkah-langkah yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu: Langkah 0 p=0 Langkah 1 Operasi yang belum dijadwal adalah operasi (3,) dan (3,1), saat paling awal mulai operasi (3,) seharusnya adalah 5 dan saat paling awal mulai operasi (3,1) seharusnya adalah 3 Langkah Operasi yang sudah terjadwal dari Job 1 adalah operasi (1,3) Langkah 3 Saat mulai operasi (1,3) adalah 1 (t=1). Langkah Operasi di mesin yang terletak di sebelah kiri t=1 adalah operasi (1,) dan operasi (,), q=. Langkah 5 Operasi (1,) dan operasi (,) akan dipertukarkan dengan operasi (3,) Langkah 6 Operasi (1,) dipertukarkan dengan operasi (3,) p=1 Langkah saat mulai operasi (3,) dan operasi (3,1) saat paling awal mulai operasi, tetapi operasi (1,3) tidak fisibel. p<q, kembali ke Langkah 5. Langkah 5 operasi (,) akan dipertukarkan dengan operasi (3,) Langkah 6 operasi (,) dipertukarkan posisinya dengan operasi (3,), p= Langkah saat mulai operasi (3,) dan operasi (3,1) saat paling awal mulai operasi, tetapi operasi (,) tidak fisibel. p=q, pertukaran selesai, Job 3 ditolak. Dampak pertukaran operasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar. 00 digitized by USU digital library

m3 m m1 1 6 3 5 5 6 1 3 3 1 5 6 10 0 30 Gambar 3. Operasi (3,) Dijadwalkan Sesudah Operasi (1,) m3 1 6 3 5 m 5 6 1 3 m1 3 1 5 6 10 0 30 Gambar. Operasi (3,) Dipertukarkan Dengan Operasi (,) Jadwal definitif adalah jadwal sebelum dilakukan pertukaran operasi seperti terlihat pada Gambar 5. m3 m m1 1 6 5 5 6 1 1 5 6 10 0 30 Gambar 5. Jadwal Definitif Secara lengkap prosedur penjadwalan job shop menggunakan Teknik Sisipan (Insertion Techniques) dengan syarat job tidak boleh mengalami keterlambatan (no tardy jobs), yang selanjutnya disebut sebagai Algoritma ITNT, adalah sebagai berikut: 00 digitized by USU digital library 8

Algoritma ITNT Langkah 1 Identifikasi routing, kelompok, waktu setup, waktu operasi, saat datang, due date, bobot dan ongkos penolakan masing-masing job. Langkah Tentukan saat paling awal mulai operasi (R ) untuk semua operasi dari masing-masing job: - Untuk operasi pertama suatu job: R =maks (saat datang, waktu setup) - Untuk operasi yang bukan pertama: R =saat selesai paling cepat dari operasi sebelumnya Langkah 3 Pilih job dengan bobot terbesar. Jadwalkan secara mundur operasi terakhir job tersebut (operasi yang terakhir dilakukan dalam pemrosesan job) agar selesai tepat pada saat due date. Langkah Set j=1 Langkah 5 Jadwalkan secara mundur semua operasi lainnya dari job tersebut pada Langkah 3 (semua operasi pendahulu) sesuai routing Langkah 6 Pilih job dengan bobot terbesar berikutnya. Jadwalkan secara mundur operasi terakhir job tersebut agar selesai tepat pada saat due date. Bila tidak mungkin selesai pada saat due date: a) Geser operasi yang sudah terjadwal ke kiri sehingga job yang sedang dijadwal dapat selesai tepat waktu. Hitung ongkos yang timbul. b) Jadwalkan operasi tersebut secara mundur sesudah operasi yang sudah terjadwal (job selesai lebih cepat). Hitung ongkos yang timbul. c) Sisipkan operasi tersebut diantara operasi yang sudah terjadwal hingga job yang disisipkan dapat selesai tepat pada saat due date. Hitung ongkos yang timbul. Pilih jadwal dengan ongkos terkecil sebagai dasar penjadwalan selanjutnya. TC= w max( 0, d C) + B i S Langkah Set j=j+1 i i i r r R Langkah 8 Jadwalkan operasi lainnya. Periksa apakah saat mulai saat paling awal mulai operasi? ya : jadwal fisibel. Lanjutkan ke langkah 10. Tidak : jadwal tidak fisibel Langkah 9 Periksa apakah ada operasi yang bisa dipertukarkan. 00 digitized by USU digital library 9

Gunakan Algoritma Pertukaran Operasi Langkah 10 Ulangi Langkah 6 sampai dengan 8. Langkah 11 Apakah j sudah sama dengan jumlah job? ya : penjadwalan selesai. Lanjutkan ke Langkah 1 tidak : ulangi langkah 10 Langkah 1 : Tentukan: jumlah job yang selesai tepat waktu jumlah job yang selesai lebih cepat jumlah job yang ditolak total ongkos. Agar dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai penerapan Algoritma ITNT, berikut ini diuraikan langkah demi langkah penerapan model tersebut untuk kasus yang terdapat pada penelitian Sotskov et al. (1999). Langkah 1 n=5, m=3 dan job terdiri dari 3 kelompok, yaitu G 1 ={1,,3}, G ={} dan G 3 ={5}. Job 1 dan 3 memiliki routing yang sama yaitu q 1 =q 3 =(1,,3) dan Job, dan 5 memiliki routing: q =q =q 5 =(,1,3). Waktu setup dan waktu proses adalah sebagai berikut: 6 1 5 3 S = 1 3 T = 1 3 5 5 6 6 5 1 Saat datang, bobot dan due date masing-masing job ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Saat datang, bobot dan due date job i job 1 3 5 r i 0 8 3 1 w i 1 3 5 d i 5 0 35 38 30 Bila terjadi penolakan job, maka ongkos yang timbul ditunjukkan dalam Tabel. Tabel. Ongkos penolakan job i job 1 3 5 B i 10 30 50 0 0 Langkah Dari tabel di atas diperoleh nilai saat paling awal mulai operasi (i,j) dengan mempertimbangkan hanya data job i dan setup kelompok. 00 digitized by USU digital library 10

8 1 9 11 R'= 8 9 1 5 3 9 19 1 Langkah 3 Job dijadwal sesuai bobot. Job 5 dijadwal terlebih dahulu. Langkah j=1 Langkah 5 Operasi (5,1) dan (5,) dijadwalkan. Langkah 6 Job 3 dijadwalkan. a) Job 3 dijadwalkan sebelum Job 5, total ongkos =0 b) Job 3 dijadwalkan sesudah Job 5. Due date terlewati 1 satuan waktu. Pengerjaan Job 5 dimajukan 1 satuan waktu, total ongkos= Maka Job 3 dijadwalkan sesudah Job 5 Langkah j= Langkah 8 Operasi (3,) dan operasi (3,1) dijadwalkan. Saat mulai > saat paling awal mulai operasi Langkah 10 Jadwalkan Job. Bila dijadwal sebelum Job 5, total ongkos=55 Bila dijadwal sesudah Job 5, total ongkos=91 Maka Job dijadwalkan sebelum Job 5. j=3 Operasi (,1) dan (,) dijadwalkan saat mulai >saat paling awal mulai operasi Langkah 11 j < jumlah job Jadwalkan Job Job dapat dijadwal tepat waktu tanpa menggeser yang lain j= Operasi (,1) dan (,) dijadwalkan saat mulai > saat paling awal mulai operasi j < jumlah job jadwalkan Job 1 Job 1 dijadwal sebelum Job, total ongkos=6 00 digitized by USU digital library 11

j=5 Operasi (1,) dan (1,1) dijadwalkan saat mulai < saat paling awal mulai operasi, ke Langkah 9 Langkah 9 pengerjaan operasi (1,) dan (,) dipertukarkan, Job 1 tetap tidak fisibel, maka Job 1 ditolak Langkah 11 j = jumlah job Langkah 1 job yang selesai tepat waktu = buah (Job dan 3) job yang selesai lebih cepat = buah (Job dan 5) job yang ditolak = 1 buah (Job 1) Total ongkos= 55 + 10 = 65. Jadwal tersebut dalam bentuk gantt chart adalah sebagai berikut: m3 5 3 1 5 m 5 3 m1 5 3 10 0 30 0 Gambar 6. Jadwal kasus Sotskov et al. (1999) menggunakan Algoritma ITNT dengan C =0, C 3 =35, C =6, C 5 =9, Job 1 ditolak, dan total total ongkos = 65. 00 digitized by USU digital library 1