BAB V PENUTUP. Barat yang bergerak dalam bidang produksi semen. Tahun 2010 PT. Semen

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

Pertemuan 3 Activity Based Costing

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 5

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAKS. Kata kunci : Aktivitas, Sistem Akuntansi Tradisional, Sistem ABC, Harga Pokok Produk.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB III METODE PENELITIAN

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

FACTORY OVERHEAD COST (BIAYA OVERHEAD PABRIK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Diajukan oleh : Yunanto D

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman, kehidupan dunia usaha semakin berkembang.

Akuntansi Biaya. Factory Overhead. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di PT Sukasari, berikut

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang dihadapi perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari semakin

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015.

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

ABTSRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

KUESIONER. Jawablah pertanyaa-pertanyaan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. metode tradisional dalam menghitung harga pokok produksi. Metode tradisonal atau

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X.

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Akuntansi Biaya. Review. Ellis Venissa, MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

OLEH : SRI PRATIWI SUHARDI

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

PENERAPAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) SEBAGAI SARANA UNTUK MENDORONG EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. PT. Semen Padang merupakan salah satu industri semen tertua di Sumatera Barat yang bergerak dalam bidang produksi semen. Tahun 2010 PT. Semen Padang sudah mulai beralih dari penerapan sistem aplikasi Oracle menjadi SAP (System Application in Product) yang merupakan software enterprise resources planning / ERP. 2. PT. Semen Padang telah melakukan pembagian atau pengelompokan yang jelas pada departemen/unit kerja produksi dan departemen/unit kerja penunjang produksi. Hal ini dapat dilihat pada struktur organisasinya. 3. PT. Semen Padang tidak mengklasifikasikan biaya ke dalam tiga bagian yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Tapi mengklasifikasikan biaya produksi menjadi dua bagian yaitu biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. 4. Pengklasifikasian biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen pada PT. Semen Padang tidak tepat. Hal ini karena perusahaan mengklasifikasikan biaya pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan mesin sebagai biaya tidak langsung departemen (direct departmental cost). 5. Dalam pembebanan biaya overhead pabrik, PT. Semen Padang masih menggunakan metode pembebanan secara tradisional yang dikenal sebagai pembebanan berdasarkan fungsional (FBC) dan masih berbasis unit. Hal ini

dikarenakan biaya-biaya yang berhubungan dengan proses produksi dikumpulkan oleh perusahaan pada cost center atau satu pool biaya yaitu departemen. 6. PT. Semen Padang menggunakan SKF (statistical key figure) sebagai acuan untuk mengalokasikan biaya dari departemen jasa ke departemen produksi. SKF terbagi dua yaitu SKF fix portion dan SKF Actual Activity. Penggunaan SKF fix portion ditetapkan untuk biro manajemen produksi,sementara penggunaan SKF Actual Activity ditetapkan untuk biro pemeliharaan mesin dan biro pemeliharaan listrik dan instrumen. SKF fix portion untuk pengalokasian biaya dari biro manajamen produksi tidak menggunakan cost driver, tetapi hanya mengalokasikan seluruh biaya secara merata dengan bobot biaya yang sama untuk bidang raw mill, kiln & coal mill,dan cement mill. Pengalokasian biaya dari biro manajemen produksi ke bidang raw mill, kiln&coal mill,dan cement mill tidak tepat, karena setiap bidang mengkonsumsi biaya yang berbeda. Untuk penggunaan SKF Actual Activity, cost driver yang digunakan sudah tepat. Biro pemeliharaan mesin menggunakan dasar pemakaian jam mesin sebagai cost driver karena terfokus pada penggunaan mesin dan alat produksi. Pada biro pemeliharaan listrik dan instrumen sudah tepat menggunakan dasar pemakaian KWH listrik sebagai cost driver karena dinilai dari jumlah pemakaian listrik oleh masing-masing bidang. 7. Metode alokasi yang digunakan PT. Semen Padang dalam pengalokasian biaya tidak langsung dari departemen penunjang ke departemen produksi sudah benar. Perusahaan menggunakan metode alokasi langsung karena dalam metode ini, biaya departemen jasa dialokasikan langsung ke departemen produksi dengan

asumsi bahwa setiap departemen jasa tidak memberikan jasa kepada departemen jasa lainnya, tetapi hanya memberikan jasa ke departemen produksi. Oleh karena itu, biaya departemen jasa tidak perlu dialokasikan ke departemen jasa lainnya, tetapi langsung dialokasikan ke departemen produksi. 8. Proses perhitungan harga pokok produk yang dilakukan PT. Semen Padang tidak tepat. PT. Semen Padang membebankan biaya ke setiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Hal ini dikarenakan PT. Semen Padang menghasilkan produk yang sama (homogen/single product). Untuk perhitungan di bidang raw mill, kiln & coal mill dan packer pembebanan biaya yang dilakukan sudah tepat,karena bahan baku yang digunakan serta lama proses untuk setiap bidang dalam menghasilkan produk adalah sama. Namun tidak pada bidang cement mill karena penggunaan bahan baku dan lama proses pada bidang ini berbeda untuk setiap jenis produk yang dihasilkan. 5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya berfokus pada pembebanan biaya overhead untuk produk yang rutin diproduksi oleh perusahaan, yaitu untuk semen jenis OPC type 1 dan jenis semen PCC. Sementara untuk jenis semen lain hanya diproduksi jika ada pesanan khusus (by order) sehingga tidak dimasukkan dalam penelitian. 5.3 Implikasi Penelitian Implikasi dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat terhadap perkembangan ilmu akuntansi, terutama yang berkaitan dengan proses pembebanan biaya overhead. 2. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong penelitian lebih lanjut dengan memperbaiki keterbatasan penelitian ini. Penelitian dapat dilakukan dengan lebih spesifik pada seluruh biaya terkait semua biaya produksi, bukan hanya biaya overhead saja. 3. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memicu perusahaan agar lebih memperhatikan pengelompokkan dan proses pembebanan biaya dengan tepat sehingga harga pokok produk yang dihasilkan lebih akurat. 5.4 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberikan saran-saran yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan perbaikan sebagai berikut : 1. PT. Semen Padang seharusnya mengklasifikasikan biaya penyusutan mesin dan biaya pemeliharaan mesin sebagai biaya langsung departemen (direct departemental cost). Hal ini dikarenakan setiap bidang menggunakan mesin dengan lama proses yang berbeda khususnya pada bidang cement mill. Juga dalam pengklasifikasian biaya seharusnya perusahaan tidak hanya mengklasifikasikan biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk departemen saja, tetapi juga mengklasifikasikan biaya langsung dan tidak langsung untuk produk. Sehingga pembebanan biaya langsung dan tidak langsung ke produk menjadi lebih akurat.

2. Dalam penetapan SKF fix portion sebagai salah satu acuan untuk proses pengalokasian biaya dari departemen jasa ke departemen produksi, PT. Semen Padang seharusnya mengalokasikan biaya dari biro manajemen produksi dengan tidak membagi rata atau memberi bobot biaya yang sama ke bidang raw mill, kiln & coal mill & cement mill. Tetapi perlu menetapkan cost driver yang tepat, misalnya dengan penggunaan jam mesin karena pada semua bidang di departemen produksi terfokus kepada penggunaan mesin dan alat produksi. Dengan penggunaan jam mesin sebagai cost driver,pengalokasian biaya akan didistribusikan sesuai dengan sumber daya yang digunakan oleh setiap bidang. 3. Dalam proses pengalokasian biaya, PT. Semen Padang seharusnya menggunakan cost driver yang tepat. Cost driver yang perlu ditetapkan adalah untuk pengalokasian biaya dari direktorat produksi ke departemen tambang, produksi dan teknik pabrik, kemudian cost driver untuk pengalokasian biaya dari departemen produksi ke biro manajemen produksi, biro pemeliharaan listrik & instrumen, biro pemeliharaan mesin dan biro packer sehingga proses pengalokasian biaya menjadi lebih akurat. 4. Dalam proses perhitungan harga pokok produk, PT. Semen Padang seharusnya tidak langsung membagi jumlah biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen dengan total unit yang dihasilkan, tetapi seharusnya terlebih dahulu menetapkan cost driver yang tepat dalam proses pembebanan biaya overhead karena setiap bidang mengkonsumsi bahan baku, sumber daya, dan lama proses yang berbeda khususnya untuk bidang cement mill.