BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Pati singkong (PT. Sungai Budi, Lampung), anhidrida suksinat

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak. kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODE PENELITIAN

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Aloe chinensis Baker

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB IV METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Buah Stroberi

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

LAMPIRAN. Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan ODF Antalgin

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

BAB III METODE PENELITIAN

DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Metode Penelitian. Ekstraksi Minyak Biji Kamandrah Metode Pengempaan

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

ABSTRAK. Kata kunci : daun sirih hijau, tablet hisap, granulasi basah, gelatin ABSTRACT

Optimasi Fast Disintegrating Tablet (FDT) Ranitidin Hidroklorida dengan Menggunakan Metode Simplex Lattice Design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FORMULASI TABLET DISPERSIBEL EKSTRAK KERING DAUN SUKUN DENGAN CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAI PENGHANCUR SECARA METODE GRANULASI KERING

Octalya Mutiara, Ari Widayanti, Pramulani Mulya Lestari Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Jakarta ABSTRACT

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA. Pengujian Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 32,67 ± 0,37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

TABLET EFFERVESCENT TABLET EFFERVESCENT. I. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

Transkripsi:

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI), hidroksi propil metil selulosa (ShinEtsu, Jepang), natrium alginat (Kimica corporation, Jepang), Mg stearat, polivinil pirolidon (BASF, Jerman), talk, natrium bikarbonat (Balian, China), etanol (Merck, Jerman), asam klorida (Merck, Jerman). B. ALAT Neraca analitik EB-330H (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV- Vis V-630 (Jasco, Jepang), alat uji disolusi (Erweka, Jerman), pengayak dengan mesh 14 dan 16 (Restch, Jerman), flowmeter GDT (Erweka, Jerman), friability tester (Erweka TAR, Jerman), bulk-density tester (Pharmeq 245-2E, Indonesia), hardness tester TBH 28 (Erweka, Jerman), mesin pencetak tablet (Korsch, Jerman), moisture analyzer AMB 50 (Adam, Amerika), pengaduk ultrasonik (Branson 3200, Amerika), oven (Inventum, Belanda), dan jangka sorong. 21

22 C. CARA KERJA 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Setelah melakukan uji formula pendahuluan maka dipilihlah lima formula yang terbaik dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1. Formula tablet mengapung verapamil HCl Komponen Formula (% w/w) I II III IV V Verapamil 26 26 26 26 26 HCl PPSS 26,5 31,8 37,1 42,4 26,5 Na Alginat 26,5 21,2 15,9 10,6 - HPMC - - - - 26,5 Talk 2 2 2 2 2 Mg stearat 1 1 1 1 1 PVP 3 3 3 3 3 NaHCO 3 15 15 15 15 15 Sediaan tablet mengapung verapamil HCl dibuat dengan metode granulasi basah. Pembuatan granul dilakukan dengan cara mencampurkan verapamil HCl dengan PPSS dan natrium alginat/hpmc dengan konsentrasi seperti pada Tabel 1 hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan larutan PVP 3% sampai terbentuk massa granul, kemudian diayak dengan ayakan 14

23 mesh dan dikeringkan pada suhu 40 o C di dalam oven selama 12 jam hingga diperoleh granul yang kering. Granul kering kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 16 mesh, kemudian pada massa tersebut ditambahkan natrium bikarbonat, Mg stearat dan talk. Massa dicampur hingga homogen, kemudian massa granul tablet dievaluasi laju alir, kelembaban, dan indeks kompresibilitasnya. Granul dicetak menjadi tablet dengan bobot masing-masing sekitar 700 mg. 2. Kurva Kalibrasi Verapamil HCl a. Pembuatan Kurva Serapan Verapamil HCl Larutan Verapamil HCl dengan konsentrasi 20 ppm dalam aquades dan HCl 0,1 N diukur serapannya pada panjang gelombang 200 400 nm. Kemudian lihat kurva serapannya. b. Pembuatan Kurva Kalibrasi Verapamil HCl dalam medium air Dibuat larutan verapamil HCl dalam pelarut air dengan konsentrasi 20,12; 28,168; 36,216; 40,24; 50,3; 70,42 ppm. Setiap konsentrasi larutan diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimumnya (278 nm). Kemudian dari data yang telah diperoleh maka dibuat persamaan regresi liniernya (y= bx + a).

24 c. Pembuatan Kurva Kalibrasi Verapamil HCl dalam medium HCl 0,1 N Dibuat larutan verapamil HCl dalam pelarut HCl 0,1 N dengan konsentrasi 16,0; 20,0; 32,0; 40,0; 50,0; 70,0 ppm. Setiap konsentrasi larutan diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimumnya (278 nm). Kemudian dari data yang telah diperoleh maka dibuat persamaan regresi liniernya (y= bx + a). 3. Evaluasi Massa Tablet (granul) a. Indeks kompresibilitas (12) Uji indeks kompresibilitas dilakukan untuk mengetahui sifat alir dari granul yang dihasilkan. Indeks kompresibilitas diukur dengan menggunakan alat bulk-density tester. Granul atau massa tablet ditimbang sebanyak 50 gram (m), kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu diukur volumenya (V1). BJ bulk = m/v1 Gelas ukur yang berisi granul kemudian diletakkan pada alat tapping, kemudian diketukkan sebanyak 300 kali. Percobaan diulangi dengan ketukan sebanyak 300 kali yang kedua untuk memastikan bahwa volume granul tidak mengalami penurunan (V2), kemudian volume diukur. BJ tapped = m/v2. Kemudian indeks kompresibilitasnya dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Indeks kompresibilitas = ( BJ tapped BJ bulk ) BJ tapped x 100 %

25 Tabel 2. Skala kemampuan mengalir (28) Indeks kompresibilitas (%) Sifat alir < 10 Istimewa 11 15 Baik 16 20 Sedang 21 25 Agak baik 26 31 Buruk 32 37 Sangat buruk > 38 Sangat, sangat buruk b. Laju alir dan sudut reposa (12) Laju alir dan sudut reposa ini diukur dengan menggunakan alat flowmeter setelah massa granul tersebut dialirkan dan sudutnya diukur dengan menggunakan alat pengukur jangka sorong. Sejumlah bahan ditimbang dan dimasukkan ke dalam corong lalu diratakan. Alat dinyalakan dan waktu yang diperlukan seluruh granul untuk mengalir dicatat. Laju alir dihitung dengan satuan gram/detik. Sudut reposa ditentukan dengan mengukur sudut kecuraman bukit yang dihitung sebagai berikut : tan α = H R

26 Keterangan : α = sudut reposa H = tinggi bukit (cm) R = jari-jari alas bukit (cm) Laju aliran yang baik yaitu apabila memiliki sudut 20 40 o. Apabila memiliki sudut reposa lebih besar 50 o maka laju alirnya jelek. Tabel 3. Hubungan sifat alir terhadap sudut reposa (28) Sudut reposa ( o ) Kategori sifat alir 25 30 Istimewa 31 35 Baik 36 40 Sedang 41 45 Agak baik 46 55 Buruk 56 65 Sangat buruk > 66 Sangat, sangat buruk 4. Evaluasi Sediaan Tablet a. Penampilan fisik (12, 25) Penampilan fisik merupakan parameter kualitas tablet yang penting untuk diperhatikan untuk menjamin penerimaan bagi konsumen, mengontrol keseragaman antara bahan, antara tablet yang satu dengan lainnya, serta memantau ada atau tidaknya kesalahan pada waktu pembuatan.

27 Pengamatan dilakukan secara fisik meliputi bentuk, warna, tekstur, bentuk permukaan, ada atau tidaknya bau, rasa dan kerusakan pada tablet. b. Uji Kandungan Obat (5) Tujuan uji ini adalah untuk menentukan kandungan obat dalam sediaan tablet yang telah dibuat, menjamin sediaan tersebut mengandung obat dalam jumlah yang sesuai dengan dosis yang ditentukan dan akan memberikan efek terapetik sesuai dengan yang diinginkan. Penetapan kadar tablet dilakukan dengan cara sejumlah 20 tablet dihancurkan hingga menjadi serbuk. Kemudian ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 180 mg verapamil HCl dan dimasukan kedalam labu ukur 100,0 ml, lalu larutkan dalam air. Aduk dengan pengaduk ultrasonik selama 60 menit, cukupkan volumenya dengan air dan disaring. Filtrat diencerkan bertingkat hingga diperoleh kadar verapamil HCl sebesar 72 ppm. Tentukan kadarnya dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 278 nm. Pengukuran diulang sebanyak tiga kali. Kadar verapamil HCl dalam tablet tersebut harus memenuhi persyaratan yaitu (tidak kurang dari 90,0% dan tidak boleh lebih dari 110,0%). c. Keseragaman ukuran (9, 25) Pengujian keseragaman ukuran dilakukan dengan menggunakan alat jangka sorong untuk menjamin keseragaman fisik dari sediaan yang telah dibuat. Pengukuran tablet meliputi ukuran tebal dan diameter dari 20 tablet

28 yang diambil dari tiap batch. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak boleh kurang dari 1 ⅓ tebal dari tablet tersebut. d. Keseragaman bobot (9, 25) Tablet ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan digital. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang telah ditetapkan pada kolom A, dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet. Tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B. Cara perhitungan penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata: Penyimpangan (%) = bobot tablet bobot tablet rata-rata x 100 %

29 Tabel 4. Tabel syarat keseragaman bobot tablet Bobot rata-rata Penyimpangan rata-rata A B 25 mg/ kurang 15% 30% 26 mg s.d 150 mg 10% 20% 151 mg s.d 300 mg 7,5% 15% > 300 mg 5% 10% e. Kekerasan tablet (12, 25) Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat hardness tester. Diambil 20 tablet dari masing-masing batch. Kemudian sampel dari tablet diletakkan diantara plat penguji mesin kekerasan. Satuan kekerasan yang dilakukan adalah kp. Kekarasan tablet akan mempengaruhi profil disolusi dan waktu hancur dari tablet yang telah dibuat. f. Keregasan tablet (12, 25) Ditentukan dengan menggunakan alat friability tester. Sampel terdiri dari 20 tablet dibersihkan, ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam alat uji keregasan tablet. Alat dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Sampel kemudian dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang kembali. Uji ini dilakukan untuk menjamin tablet yang dihasilkan tetap dalam keadaan baik selama proses distribusi dan penyimpanan. Kemudian keregasan tablet dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

30 Keregasan tablet = W 1 W 2 W 1 x 100 % Keterangan : W 1 W 2 = Berat tablet awal = Berat tablet akhir g. Uji keterapungan (Buoyancy test) (24) Uji keterapungan secara in vitro dijelaskan dengan floating lag time. Tablet dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml yang berisi HCl 0,1 N, dan waktu yang dibutuhkan oleh tablet terangkat ke permukaan dan mengapung disebut dengan floating lag time. Kemudian juga diamati berapa lama tablet mengapung. g). Uji daya mengembang (26) Uji ini dilakukan dengan cara menimbang berat awal tablet (W1) kemudian tablet tersebut dimasukkan ke dalam media larutan HCl 0,1 N selama 8 jam. Timbang tablet setiap 0,5; 1; 2; 3,5; 5; 8 jam. Kemudian dibuat grafik indeks daya mengembang terhadap waktu. Dihitung juga kemampuan mengembang setelah 8 jam dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : S = W2 W1 W1 S = Daya mengembang

31 W 1 W 2 = Berat tablet awal = Berat tablet akhir h. Uji Disolusi (27) Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan metode USP yang dimodifikasi, yaitu dilakukan terhadap tiga tablet menggunakan alat disolusi tipe 1 (tipe keranjang) dengan kecepatan 50 rpm dalam medium 900 ml HCl 0,1 N pada suhu 37 + 0,5 o C. Pengambilan cuplikan dilakukan pada jam ke 0,5; 1; 2; 3,5; 5; dan 8. Kemudian ukur jumlah verapamil HCl dalam sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang maksimumnya (278 nm) dengan menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Jika perlu maka dilakukan pengenceran pada filtrat yang telah diambil. Tabel 5. Penerimaan persentase obat yang dilepaskan dengan dosis 180 mg atau 240 mg. Waktu (jam) Jumlah yang terlarut (%) 1 7 15 2 16 30 3,5 31 50 5 51 75 8 Tidak kurang dari 85