HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI YANG MEMILIKI KETERBATASAN PENGLIHATAN TENTANG VULVA HYGIENE DI SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN 2015 Oleh 1) Katrina Anjarsari 2) Lilik Hanifah 2) Dosen Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Remaja putri banyak yang tidak sadar akan pentingnya menjaga kebersihan alat kelamin bagian luar, hal ini dapat dilakukan dengan yang benar. Pengetahuan remaja putri tentang dapat mempengaruhi sikap remaja putri tersebut dalam melakukan secara benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015. Desain penelitian adalah desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan di SLB-A YKAB Surakarta yang terdata pada bulan April 2015 sejumlah 30 remaja putri. Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel, tetapi menggunakan subjek penelitian yaitu seluruh remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan sejumlah 30 remaja putri. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data univariat untuk pengetahuan menggunakan standart deviasi dan sikap menggunakan rumus rentang skala. Sedangkan analisis bivariat menggunakan rumus Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri mayoritas cukup sebanyak 18 responden (60,0%) dengan sikap remaja putri mayoritas baik sebanyak 18 responden (60,0%). Hasil uji statistik didapatkan Z hitung =2,92> Z tabel =1,96 sehingga H 0 ditolak dan Ha diterima. Simpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang vulva hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015. Kata Kunci : Pengetahuan remaja putri, sikap remaja putri, PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi menunjukkan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksinya. 1 Kesehatan reproduksi wanita berhubungan dengan kehamilan, kemandulan, serta seluruh siklus kehidupan wanita. Agar seorang wanita dapat melalui fungsi reproduksinya secara sehat, maka kesehatannya harus dijaga sejak muda bahkan (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 193
masih anak-anak. 2 Pada tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang ke 5 yakni tentang masalah kesehatan reproduksi dalam menurunkan angka kematian ibu sangat penting mencantumkan akses kesehatan reproduksi secara universal kepada semua individu. Terdapat juga pada tujuan MDGs ke 6 yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi yaitu tentang pengendalian Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan penyakit menular lainnya. 3 Pelayanan kesehatan reproduksi pada wanita merupakan salah satu wewenang bidan dalam menjalankan praktik, hal ini telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan pada BAB III Penyelenggaraan Praktik Pasal 9; kemudian Pasal 13 huruf d juga menyebutkan bahwa bidan berwenang melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu, anak, remaja, dan lingkungan. 4 Cara menjaga kesehatan reproduksi wanita salah satunya dengan memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi. 5 Menurut Survey Departemen Kesehatan Jawa Tengah tahun 2008, sekitar 316 orang mengalami infeksi pada genetalia eksterna dan 592 orang mengalami keputihan serta 68,6% tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi kurang. 3 Hal ini juga didukung dari penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 1 Surakarta pada Tahun 2013 bahwa pengetahuan siswi tentang saat menstruasi sebagian besar masuk dalam kategori cukup yaitu 34 responden (54%). 3 Menurut penelitian lainnya di SMK Gajah Mungkur 2 Giritontro Wonogiri pada tahun 2014 diketahui bahwa sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan organ genetalia eksterna sebagian besar termasuk dalam kategori sikap cukup sebanyak 36 responden (63%). 6 Masalah kesehatan reproduksi khususnya organ genetalia pada wanita bagian luar meliputi leukorea, vulvitis dan lain-lain. Leukorea adalah keluarnya cairan jernih atau berwarna putih atau hijau atau kuning selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau maupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. 7 Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva atau organ kelamin wanita bagian luar. 8 Salah satu penyebab terjadinya leukorea dan vulvitis yaitu oleh karena cara membersihkan alat kelamin () yang kurang benar, misalnya cara cebok yang tidak benar, mencuci vagina dengan air kotor, pemakaian pembilas vagina yang berlebihan, dan penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat. 7 Perawatan alat reproduksi atau alat kelamin salah satunya yaitu dengan melakukan. Vulva hygiene merupakan perawatan diri pada organ genetalia bagian luar yang terdiri atas mons veneris yang terletak di depan simpisis pubis, labia mayora, labia minora, klitoris kemudian bagian yang terkait disekitarnya seperti uretra, vagina, perineum dan anus. 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan adalah pengetahuan dan sikap. Jika pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang vulva hygiene baik, maka sikap remaja putri tersebut juga baik. Sehingga dapat mengurangi angka kejadian dari keputihan dan infeksi alat kelamin bagian luar. 10 (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 194
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 26 Oktober 2014 di SLB-A YKAB Surakarta yang dilakukan dengan wawancara tentang diketahui bahwa dari 8 remaja putri mayoritas pemahaman tentang masih kurang. SLB-A YKAB Surakarta merupakan salah satu sekolah berkebutuhan khusus terutama yang mengalami gangguan penglihatan. Menurut informasi dari salah satu pengurus yayasan, di SLB-A YKAB Surakarta ini belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi tentang. Sehingga dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum pada penelitian ini adalah : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang. Tujuan khusus penelitian ini adalah : Mengetahui pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang vulva hygiene, Mengetahui sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang, Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. B. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang. (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 195
C. Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015. No Variabel Definisi Operasional 1. Pengetahuan Hasil Remaja Putri pengetahuan yang remaja putri memiliki yang memiliki Keterbatasan keterbatasan Penglihatan penglihatan tentang tentang vulva Vulva hygiene yang Hygiene meliputi : a. Pengertian b. Manfaat vulva hygiene c. Waktu melakukan d. Cara melakukan e. Akibat tidak melakukan 2. Sikap Reaksi atau Remaja Putri respon remaja yang putri yang memiliki memiliki Keterbatasan keterbatasan Penglihatan penglihatan tentang tentang vulva Vulva hygiene yang Hygiene meliputi : a. Pengertian b. Manfaat vulva hygiene c. Waktu melakukan d. Cara melakukan e. Akibat tidak melakukan Parameter dan Kategori Parameter yang digunakan adalah rumus standar deviation dengan kategori : a. Baik = x>38,792 b. Cukup = 28,748 x 38,792 c. Kurang = x<28,748 Parameter yang digunakan adalah rumus rentang skala dengan kategori : a. Baik = 112 148 b. Cukup = 75 111 c. Kurang = 37-74 Alat Ukur Kuesioner Kuesioner Skala Pengukuran Ordinal Ordinal (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 196
D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan di SLB-A YKAB Surakarta bulan April tahun 2015 sebanyak 30 responden. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan di SLB-A YKAB Surakarta bulan April tahun 2015 sebanyak 30 responden. E. Alat dan Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan tulisan atau huruf Braille. Kuesioner pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang bersifat tertutup, dimana responden memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada, yaitu Benar dan Salah. Kuesioner pengetahuan dalam penelitian ini terdiri dari 39 soal dengan kisi-kisi dalam penentuan tabel berikut. Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene No Indikator Penyataan Jumlah Positif Negatif butir soal 1. Pengertian vulva 1, 2 3 3 hygiene 2. Manfaat 4, 6, 7, 10 5, 8, 9 7 3. Waktu melakukan vulva hygiene 4. Cara melakukan vulva hygiene 5. Akibat tidak melakukan 12, 13 11 3 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 28, 29, 30, 31, 33 14, 16, 21, 25, 26, 27, 32, 34, 35 37, 39 36, 38 4 22 Jumlah 23 16 39 Kuesioner sikap remaja putri yang keterbatasan penglihatan tentang vulva hygiene bersifat tertutup, dimana responden memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Kuesioner sikap dalam penelitian ini terdiri dari 37 soal dengan kisi-kisi dalam penentuan tabel berikut. (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 197
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene No Indikator Komponen Jumlah Kognitif Afektif Konatif butir + - + - + - soal 1. Pengertian vulva 1 2 - - - - 2 hygiene 2. Manfaat 4, 6 7 - - 3, 5 8 6 3. Waktu melaksanakan - - - - 9, 10 11 3 4. Cara melakukan vulva hygiene 5. Akibat tidak melakukan - 22 13, 16, 21, 27, 29 15, 23, 26, 28, 32, 34 14, 18, 19, 24, 30, 31, 33 12, 17, 20, 25, 35 36 37 - - - - 2 24 Jumlah 4 4 5 6 11 7 37 Hasil perhitungan uji validitas kuesioner pengetahuan diketahui 39 butir soal dinyatakan valid dari 45 butir soal dengan nilai r hitung (0,372-0,796) > r tabel (0,361 dimana n = 30 dengan taraf signifikasi 5%). Untuk 6 butir soal yang tidak valid dibuang karena tiap indikator masih ada yang mewakili. Hasil perhitungan uji validitas kuesioner sikap diketahui 37 butir soal dinyatakan valid dari 41 butir soal dengan nilai r hitung (0,364-0,841) > r tabel (0,361 dimana n = 30 dengan taraf signifikasi 5%). Untuk 4 butir soal yang tidak valid dibuang karena tiap indikator masih ada yang mewakili. Hasil perhitungan uji reliabilitas kuesioner pengetahuan menunjukkan nilai sebesar 0,944 > 0,361 (r tabel). Dengan demikian kuesioner pengetahuan dikatakan reliablel. Hasil perhitungan uji reliabilitas kuesioner sikap menunjukkan nilai sebesar 0,931 > 0,7 sehingga kuesioner sikap dinyatakan reliabel. Metode Pengumpulan Data primer dilakukan dengan cara memberikan kuesioner yang menggunakan tulisan atau huruf Braille secara langsung kepada responden, kemudian kuesioner diisi oleh responden. Setelah kuesioner diisi lengkap oleh responden, dikumpulkan kembali ke peneliti. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara meminta data remaja putri yang ada di SLB-A YKAB Surakarta dibagian yayasan. (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 198
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode Pengolahan Data dalam penelitian ini menggunakan teknik : editing, coding, scoring, tabulating, dan data entry Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis Univariat Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang dan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam melakukan. a. Analisis pengetahuan Analisis dari variabel pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang dapat dikategorikan dalam kategori baik, cukup, kurang. Ketentuan tersebut menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation). Untuk menganalisis variabel pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang adalah sebagai berikut: Penelitian ini menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation), responden dimasukkan dalam kategori pengetahuan baik, cukup, dan kurang. Standarnya adalah sebagai berikut : 1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD = x > 33,77 + 5,022 = x > 38,792 2) Cukup : bila nilai mean 1 SD x mean + 1 SD = 33,77-5,022 x 33,77 + 5,022 = 28,748 x 38,792 3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean 1 SD = x < 33,77-5,022 = x < 28,748 Selanjutnya data hasil penelitian tersebut dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi relatif b. Analisis sikap Analisis dari variabel sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang dapat dikategorikan dalam kategori baik, cukup, dan kurang dengan menggunakan rumus Rentang Skala. Dengan Nilai interpretasi kategori sikap yaitu : Baik = 112-148 Cukup = 75-111 Kurang = 37-74 2. Analisis Bivariat Analisis Bivariat pada penelitian ini menggunakan Uji Spearman Rank (Rho). Penelitian ini dikatakan signifikan atau Ho ditolak apabila dari hasil perhitungan nilai Z hitung > Z tabel dan sebaliknya penelitian dikatakan tidak signifikan atau Ho diterima apabila Z hitung < Z tabel. (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 199
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian Dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang telah dilaksanakan pada tanggal 27 April 2015 di SLB-A YKAB Surakarta dengan jumlah responden sebanyak 30 remaja putri didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Analisis Univariat a. Pengetahuan Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Hasil penelitian pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Pengetahuan Frekuensi (f) Prosentase (%) Baik 8 26,7 Cukup 18 60,0 Kurang 4 13,3 Total (n) 30 100 Tabel 5. menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 mayoritas dalam kategori cukup sebanyak 18 responden (60,0%). b. Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Hasil penelitian sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Sikap Frekuensi (f) Prosentase (%) Baik 18 60,0 Cukup 10 33,3 Kurang 2 6,7 Total (n) 30 100 Tabel 6. menunjukkan bahwa sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam melakukan di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 mayoritas dalam kategori baik sebanyak 18 responden (60,0%). 2. Analisis Bivariat Analisis hubungan antara pegetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015 (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 200
Tabel 7. Hubungan antara Pegetahuan dengan Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Penge Sikap Total Koefisien Z tahuan Baik Cukup Kurang Spearman hitung f % f % f % f % Baik 8 26,7 0 0,0 0 0,0 8 26,7 0,653 2,92 Cukup 10 33,3 8 26,7 0 0,0 18 60,0 Kurang 0 0,0 2 6,7 2 6,7 4 13,3 Total 18 60,0 10 13,3 2 6,7 30 100 Berdasarkan tabel 7. diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,3%) dengan sikap kurang sebanyak 2 responden (6,7%), dengan sikap cukup sebanyak 2 responden (6,7%), dan dengan sikap baik tidak ada. Responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) dengan sikap kurang tidak ada, dengan sikap cukup sebanyak 8 responden (26,7%), dan dengan sikap baik sebanyak 10 responden (33,3%). Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (26,7%), dan semua responden dengan kategori sikap baik. Berdasarkan tabulasi silang diatas, jika remaja putri dengan keterbatasan penglihatan yang mempunyai pengetahuan baik tentang vulva hygiene maka akan bersikap baik dalam melakukan. Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% maka harga Z tabel = Z 0,475 = 1,96. Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa Z hitung = 2,92 > Z tabel = 1,96 maka H 0 ditolak dan H a diterima, artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015. B. Pembahasan 1. Pengetahuan Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5. menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 mayoritas dalam kategori cukup sebanyak 18 responden (60,0%). Dari 18 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dengan pengetahuan cukup dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan bahwa remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan yang tinggal bersama dalam asrama akan saling tukar informasi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut, karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 10 Lingkungan di SLB-A YKAB Surakarta merupakan lingkungan yang menyadari akan anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian segala macam informasi tentang pengetahuan banyak didapatkan anak berkebutuhan khusus terumata bagi anak yang memiliki keterbatasan (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 201
penglihatan di SLB-A YKAB Surakarta. Sekolah SLB-A YKAB Surakarta merupakan suatu sarana yang penting bagi anak berkebutuhan khusus untuk menimba ilmu supaya dapat diterapakan dalam kehidupan. Pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 minoritas dalam kategori kurang sebanyak 4 responden (13,3%). Dari 4 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam kategori kurang dapat dipengaruhi oleh faktor umur yang belum matang atau belum cukup umur untuk menerima sebuah informasi. Hal ini sesuai dengan teori, apabila seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang. 10 Pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 dalam kategori baik sebanyak 8 responden (26,7%). Dari 8 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam kategori baik dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, dimana pengetahuan remaja putri tersebut didapatkan pada saat menempuh pendidikan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut dalam menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media masa. Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki. 10 Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia baik dimasa sekarang maupun dimasa depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa alam, apa manusia, apa air dan lainnya. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan peraba dengan sendiri. 10 Keterbatasan penglihatan ini tidak menghalangi seorang remaja putri untuk memiliki pengetahuan tentang. Karena pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari panca indera selain penglihatan. Menggunakan indera penciuman dapat mengetahui adanya bau yang tidak sedap didaerah alat kelamin bagian luar, dengan indera pendengaran mendapatkan informasi dari orang-orang disekitarnya, dari indera perasa dapat merasakan adanya nyeri ketika hendak menstruasi dan pada saat menstruasi dan dari indera peraba ketika mengalami keputihan dapat diketahui dengan perabaan pada daerah alat kelamin bagian luar. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang berjudul Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Vulva Hygiene saat Menstruasi pada Siswi Kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri 1 Surakarta Tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswi tentang (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 202
saat menstruasi sebagian besar masuk dalam kategori cukup yaitu 34 responden (54%). 3 2. Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam melakukan di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 mayoritas dalam kategori baik sebanyak 18 responden (60,0%). Dari 18 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam kategori baik dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi. Dimana pengalaman remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang ini bisa didapatkan ketika remaja putri tersebut mengalami gangguan alat kelamin bagian luar, misalnya keputihan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sikap seseorang akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 10 Perhatian orang tua terutama ibu juga dapat membantu anak perempuannya untuk bersikap baik dalam menjaga kebersihan alat kelamin. Karena pada umumnya seorang perempuan tahu bahwa dirinya lebih mudah terkena infeksi saluran reproduksi (ISR) dibandingkan lakilaki karena saluran reproduksi wanita lebih dekat dengan anus dan saluran kencing. 17 Sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam melakukan di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 minoritas dalam kategori kurang sebanyak 2 responden (6,7%). Dari 2 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam kategori kurang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan remaja tersebut yang kurang. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang. 10 Vulva Hygiene merupakan hal yang penting bagi remaja putri untuk menjaga kesehatan serta kebersihan organ kelamin luar. Vulva hygiene mencakup cara menjaga dan merawat kebersihan organ kelamin bagian luar. Kebersihan organ kelamin bagian luar berpengaruh pada kondisi organ kelamin bagian dalam, terutama vagina yang letaknya paling dekat. Jika vulva tidak dijaga kebersihannya dengan baik dan benar, maka infeksi bakteri dari luar dapat masuk ke vagina dan menimbulkan gangguan. 16 Sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam melakukan di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 dalam kategori cukup sebanyak 10 responden (33,3%). Dari 10 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dalam kategori cukup dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana remaja putri dalam satu asrama akan mencoba mengikuti tingkah laku dari teman-temannya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada umumnya individu akan memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggap penting. 10 Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang berjudul Sikap Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Organ Genetalia Eksterna kelas XI di SMK Gajah Mungkur 2 Giritontro Wonogiri Tahun (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 203
2014 dengan hasil penelitian didapatkan bahwa sikap remaja putri sebagian besar memiliki kategori sikap cukup sebanyak 36 responden (63%). 6 3. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 Berdasarkan tabel 7. diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (13,3%) dengan sikap kurang sebanyak 2 responden (6,7%), dengan sikap cukup sebanyak 2 responden (6,7%), dan dengan sikap baik tidak ada. Dari 2 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dengan pengetahuan responden kurang dan sikap cukup ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi yang diperoleh dirinya dari pengalaman ketika mendapatkan gangguan pada alat kelamin bagian luar, misalnya keputihan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sikap seseorang akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 10 Responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) dengan sikap kurang tidak ada, dengan sikap cukup sebanyak 8 responden (26,7%), dan dengan sikap baik sebanyak 10 responden (33,3%). Dari 10 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dengan pengetahuan cukup dan sikap baik ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman remaja tersebut dalam mengikuti atau meniru temannya, orang tuanya, gurunya ketika melakukan dan juga lembaga pendidikan dimana remaja tersebut menempuh pendidikan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada umumnya individu akan memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggap penting. Dan dari lembaga pendidikan, pemahaman baik dan buruk, salah atau benar akan menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang. 10 Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (26,7%), dan semua responden dengan kategori sikap baik. Dari 8 remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan dengan pengetahuan dan sikap baik ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pada remaja tersebut, umur yang sudah matang dan remaja yang mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Dan apabila remaja tersebut memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan semakin baik. 10 Berdasarkan tabulasi silang diatas, jika remaja putri dengan keterbatasan penglihatan yang mempunyai pengetahuan baik tentang vulva hygiene maka akan bersikap baik dalam melakukan. (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 204
Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 5% maka harga Z tabel = Z 0,475 = 1,96. Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa Z hitung = 2,92 > Z tabel = 1,96 maka H 0 ditolak dan H a diterima, artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimiliki orang. 13 Orang bersikap positif atau negatif terhadap suatu objek sikap dibentuk melalui pengamatan pada perilaku sendiri. Dimana pengamatan merupakan salah satu dari penginderaan terhadap objek yang terjadi melalui panca indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Dan dari penginderaan suatu objek tersebut menghasilkan sebuah pengetahuan. 10 Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang. 10 Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 13 Jika pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang baik, maka sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang juga baik. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Leukorea dengan Sikap Personal Hygiene Leukorea Siswi Kelas X di SMA Negeri 3 Wonogiri Tahun 2014. Hasil penelitian didapatkan siswi pengetahuan baik 14 siswi atau 32,6%, pengetahuan cukup 13 siswi atau 30,2% dan pengetahuan kurang 7 siswi atau 16,3%. Sikap siswi kelas X dalam personal hygiene leukorea berada pada kategori baik 20 siswi atau 46,5% dan sikap cukup sebanyak 14 siswi atau 32,4%. Dan hasil analisis bivariat antara pengetahuan leukorea dengan sikap personal hygiene leukorea diperoleh nilai korelasi Spearman Rank (r s ) yaitu 0,324. Sehingga t hitung (0,324) > t tabel (0,312) pada taraf signifikansi 5% dengan nilai p (0,000 < 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya ada hubungan antara pengetahuan tentang leukorea dengan sikap personal hygiene leukorea siswi kelas X SMA Negeri 3 Wonogiri tahun 2014. 11 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri yang Memiliki Keterbatasan Penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta Tahun 2015 yang dilakukan pada 30 responden dapat disimpulkan sebagai berikut : (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 205
1. Pengetahuan remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015 mayoritas dalam kategori cukup yaitu sebanyak 18 orang (60,0%). 2. Sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang vulva hygiene di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015 mayoritas dalam kategori baik yaitu sebanyak 18 orang (60,0%). 3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja putri yang memiliki keterbatasan penglihatan tentang Vulva Hygiene di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015 yaitu Z hitung =2,92>Z tabel =1,96. B. Saran 1. Bagi Intitusi Pendidikan (SLB-A YKAB Surakarta) Bagi institusi pendidikan (SLB-A YKAB Surakarta) diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang. 2. Bagi Petugas kesehatan Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat berkerjasama dengan intitusi pendidikan guna penyuluhan kesehatan secara rutin kepada remaja putri khususnya tentang. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang diharapkan bisa lebih baik dari penelitian yang sekarang. Dimana dapat meneliti tentang dari segi pendidikan, umur, sosial budaya, status ekonomi, sumber informasi dan pengalaman pribadi 4. Bagi Responden Diharapkan remaja putri dapat memingkatkan pengetahuan tentang vulva hygiene dengan lebih aktif dalam mencari informasi tentang. DAFTAR PUSTAKA 1. Lestari, T.W. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Berbasis Kompetensi. Jakarta. EGC. 2. Pribakti. 2008. Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Yogyakarta. Pustaka Buana. 3. Muslimah, A S. 2013. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Vulva Hygiene pada Saat Menstruasi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Surakarta. Diambil dari http://stikespku.com/digilib/files/disk1/1/stikes%20pku-- alifiaseka-47-1-20100059.pdf. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 jam 19.21 WIB. 4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Diambil dari http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2010/12/permenkes-bidan.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 jam 19.25 WIB. 5. Rifa, A.N. 2012. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Vulva Hygiene Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan di SMA Negeri 9 Semarang. Diambil dari digilib.unimus.ac.id (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 206
/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-adilanoorr-6797-3-babii.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 jam 21.07 WIB. 6. Utami, W. 2014. Sikap Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Organ Genetalia Eksterna kelas XI di SMK Gajah Mungkur 2 Giritontro Wonogiri. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta. 7. Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta. Salemba Medika. 8. Yuliarti, N. 2009. A-Z Woman Health & Beauty. Yogyakarta. ANDI. 9. Rohanati, T.A.N. 2013. Gambaran Perilaku Remaja Putri tentang Vulva Hygiene Saat Menstruasi di SMP Negeri 3 Ngadirojo Wonogiri. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta. 10. Ariani, A.P. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Nuha Medika. 11. Amelia, R. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Leukorea dengan Sikap Personal Hygiene Leukorea Siswi Kelas X di SMA Negeri 3 Wonogiri Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta. 12. Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cendikia Press. 13. Wawan, A, dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika. 14. Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 15. Somantri, S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung. PT Refika Aditama. 16. Elmart, F.C.C. 2012. Mahir Menjaga Organ Intim Wanita. Solo. Tinta Medina. 17. Andira, D. 2013. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta. A Plus Books. (Katrina Anjarsari, Lilik Hanifah) 207