BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Lokasi Penelitian SMK Tarunatama merupakan sekolah dengan status swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Sion Salatiga yang terletak di Jalan P. Diponegoro KM. 4, Desa Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Sekolah berdiri pada tanggal 8 November Pada tahun 2016 sekolah ini memiliki jumlah siswa keseluruhan 271 orang. Sekolah ini memiliki empat jurusan atau kompetensi keahlian yaitu Teknik Komputer dan Jaringan, Busana Butik, Teknik Sepeda Motor dan Akuntansi Partisipan Penelitian Partisipan dalam penelitan ini yaitu semua siswi yang duduk di kelas X SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebanyak 31 partisipan Pelaksanaan penelitian Tahap Persiapan Peneliti melakukan penelitian di SMK Tarunatama Getasan, Kabupaten Semarang diawali dengan mengajukan izin penelitian secara tertulis melalui surat 48

2 49 pengantar dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana untuk melakukan studi pendahuluan pada bulan Februari dan kemudian surat ijin untuk melakukan penelitian pada bulan Mei Juni Setelah proses ijin selesai, peneliti diijinkan untuk melakukan penelitian dengan didampingi oleh salah satu staf pengajar (guru bimbingan konseling) Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan pada 31 responden, yang dibagi dalam 5 gelombang sehingga pengisian kuesioner dapat didampingi dengan maksimal oleh peneliti. Pada penelitian ini kuesioner terdiri dari 29 pernyataan dan pertanyaan terkait pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene dan kejadian keputihan Tahap Akhir Pelaksanaan Pada tahap akhir, kuesioner yang sudah dibagikan kemudian diperiksa kembali oleh peneliti untuk memastikan bahwa semua item pernyataan dan pertanyaan sudah dijawab oleh para responden. Setelah itu peneliti melakukan skoring pada kuesioner tersebut untuk dilakukan pengolahan data.

3 Hasil Penelitian Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk menentukan metode analisis yang akan digunakan dengan mengetahui data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan uji shapiro wilk karena jumlah responden yang sedikit (kurang atau sama dengan 50) (Sugiyono, 2010). Proses pengambilan keputusan didasarkan pada nilai p, jika nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data berdisitribusi tidak normal dan sebaliknya. Uji normalitas pada penelitian ini diketahui nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,270 > 0,05, yang artinya lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan data penelitian berdistribusi normal Uji Lineariatas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan antara satu variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2010). Dikatakan linear jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, data dikatakan tidak linear jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Adapun ringkasan hasil uji linearitas sebagai berikut :

4 51 Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Linearitas Variabel Sig Kriteria X1*Y 0,806 Linear X2*Y 0,981 Linear Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai signifikasi semua variabel yang dihubungkan lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara varibel X berhubungan linear dengan variable Y Uji Homogenitas Uji homogenitas untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Pada uji homogenitas penelitian ini didapatkan nilai Asymp. Sig. 0,643 > 0,05. Karena signifikasi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata data mempunyai varian yang sama atau homogen Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat frekuensi pada setiap variabel yang digunakan baik variabel independent maupun dependent serta melihat gambaran demografis responden pada penelitian ini. Berikut adalah pembahasan mengenai analisis univariat yang dilakukan.

5 Demografi Responden Penelitian Berdasarkan Usia Demografi berikut ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi responden berdasarkan usia. Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan usia di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Usia Frekuensi Persen (%) 14 Tahun 1 3,2 % 15 tahun 12 38, 7 % 16 Tahun 15 48,4 % 17 Tahun 3 9, 7 % Jumlah Total % Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa dari 31 responden, paling banyak responden berusia 16 tahun dengan presentase 48,4 % atau 15 orang dan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 14 tahun dengan presentase 3,2 % sebanyak 1 orang Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Variabel Pengetahuan Faktor pengetahuan disini adalah penilaian sejauh mana responden mengetahui tentang vulva hygiene dan kaitannya dengan kejadian keputihan terkait jenisjenis keputihan, gejala keputihan, dan penanganan keputihan serta sikap vulva hygiene yang baik. Kriteria tinggi rendahnya pengetahuan ditentukan dengan presentase jumlah jawaban yang benar. Kategori baik jika

6 53 Kode x 76 % (responden menjawab dengan benar 7 8 pernyataan), kategori cukup jika 56 % x < 75 % dari jawaban benar yang diberikan (responden menjawab dengan benar 5-6 pernyataan) dan kategori kurang jika < 56 % (responden menjawab dengan benar < 4 pernyataan). Total pernyataan untuk variabel ini ada 8 pernyataan yang ditunjukkan pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan jumlah total masingmasing pernyataan tentang pengetahuan mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Jenis Pernyataan B1 Membasuh atau membersihkan organ kewanitaan yang benar adalah dengan menggunakan sabun B2 Mengganti pakaian dalam 1 kali dalam 1 hari sudah cukup B3 Larutan antiseptik khusus vagina baik digunakan setiap hari B4 Membersihkan alat kelamin (vagina) lebih baik selalu menggunakan larutan antiseptik khusus vagina setiap hari. B5 Keputihan selalu disebabkan oleh kebersihan alat kelamin (vagina) yang buruk. B6 Rasa gatal pada saat keputihan selalu normal B7 Keputihan yang tidak normal adalah yang berwarna bening seperti lendir B8 Penggunaan pantyliners yang dipakai selama lebih dari 6 jam meningkatkan resiko terjadi keputihan. Jawaban Benar Jawaban Salah N % n % 21 67, , ,4 6 22, , , , , , , , , ,4 7 22,6

7 54 Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak jawaban benar oleh responden yaitu pernyataan dengan kode B2, B4 dan B8, sedangkan jawaban yang paling sedikit jawaban benar yaitu pernyataan dengan kode B6. Berdasarkan kriteria hasil pengetahuan responden maka dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil pengukuran Variabel Pengetahuan pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Kategori Interval Frekuensi Persen (%) Kurang < 56 % 8 25,8 Cukup 56 % x < 75 % 9 29,0 Baik x 76 % 14 45,2 Jumlah Berdasarkan data pada tabel 4.4 nampak bahwa pengetahuan responden terdistribusi pada katagori baik dengan presentase 45,2 %, kategori cukup sebanyak 29,0 % dan kategori kurang sebanyak 25,8 %. Dari presentase yang ada ditemukan bahwa pengetahuan kebanyakan siswi terkait hal ini terletak pada kategori baik Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Sikap Faktor sikap yang dimaksud disini adalah penilaian sejauh mana sikap responden mengenai vulva hygiene

8 55 dan kaitannya dengan kejadian keputihan. Pada penelitian ini, sikap dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Terdapat 10 pernyataan dalam bentuk skala likert dengan total total maksimal 30 dan total total minimal 0. Kemudian dilakukan analisis dari total total untuk melihat atau mengklasifikasikan tingkatan sikap yang dimiliki responden, dimana rentang total dicari dengan rumus sebagai berikut (Umar, 2003) : RS m n b Keterangan RS m n b : Rentang Total : Total tertinggi item : Total terendah item : Banyaknya Kategori Berdasarkan rumus di atas rumus maka dapat dilihat bahwa kriteria rentang pengklasifikasian sikap untuk kategori baik adalah jika total total 22 33, kategori cukup jika total total 11 21, sedangkan kategori kurang jika total total > 11. Berikut adalah distribusi jawaban pada penelitian ini.

9 56 Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan jumlah total masingmasing pernyataan tentang sikap mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kode Jenis Pernyataan Distribusi Jawaban (%) STS TS S SS C1 Kebersihan organ genetalia adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya keputihan C2 Cara yang benar untuk membasuh daerah 6,4-25,8 67,8 genitalia yaitu dari arah depan (vagina) kebelakang (anus) C3 Membasuh alat genital dari depan ke 3,2-25,8 71 belakang berfungsi untuk mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina C4 Cairan antiseptik pada daerah genetalia boleh 3,2 16,1 22,5 58 dipakai setiap hari. C5 Pemakaian cairan antiseptik khusus vagina 3,2 25,8 12,9 58 dapat menganggu keseimbangan bakteri normal dalam vagina. C6 Saat menstruasi seharusnya mengganti 6,45 3,2 19,3 71 pembalut 2-3 x sehari C7 Pantyliners yang digunakan terlalu lama > 6-12,9 25,8 61,2 jam dapat meningkatkan resiko terjadinya keputihan C8 Untuk selalu menjaga kebersihan daerah 22,5 77,4 kelamin jangan menggunakan kloset duduk umum yang basah C9 Jika terjadi keputihan yang sukar sembuh 3,2 16,1 9,7 71 dengan pengobatan biasa tidak perlu dilakukan pemeriksaan rutin kepada dokter C10 Apabila terdapat cairan vagina yang berwarna 3,2 3,2 9,7 83,8 kekuningan hingga kehijauan dan berbau busuk, tidak harus segera diobati Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab benar oleh responden yaitu pernyataan dengan kode C 10, sedangkan jawaban yang paling sedikit jawaban benar yaitu pernyataan dengan kode C1, C4, C5. Berdasarkan kriteria hasil maka sikap responden dapat dikelompokkan sebagai berikut :

10 57 Tabel 4.6 Hasil pengukuran Variabel Sikap pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Kategori Interval Frekuensi Persen (%) Kurang > Cukup ,9 Baik ,1 Jumlah % Berdasarkan data pada tabel 4.6, nampak bahwa sikap responden terdistribusi pada kategori baik dengan presentase 58,1 %, kategori cukup sebanyak 41,93 % dan kategori kurang 0 %. Dari presentase yang ada, ditemukan bahwa tingkatan sikap siswi memiliki nilai yang besar pada kategori baik Kejadian Keputihan Kejadian keputihan yang dilihat pada bagian ini adalah jawaban pengalaman kejadian keputihan yang dialami responden. Pada penelitian ini digunakan 11 pertanyaan terkait karakteristik pada saat keputihan seperti warna, bau, gatal atau tidak dan frekuensi cairan yang keluar. Selanjutnya responden dikelompokkan menurut kategori keputihan fisiologis dan patologis. Pada penelitian ini responden yang menyatakan mengalami <5 gejala positif dikelompokkan menjadi keputihan fisiologis. Responden yang menyatakan mengalami 6 gejala positif

11 58 dikelompokkan menjadi kelompok keputihan patologis. Berikut adalah analisis total total pada kuesioner tentang kejadian keputihan. Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kejadian keputihan yang pernah dialami siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Pengalaman Keputihan Frekuensi Persen (%) Ya Tidak 0 0 Jumlah Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa seluruh responden dalam penelitian ini pernah mengalami keputihan (100 %). Distribusi karakteristik gejala keputihan yang dialami oleh responden pada penelitian ini (table 4.8), diketahui bahwa responden yang mengalami keputihan dalam jumlah banyak yaitu 93,5 %, yang mengalami perubahan bau tidak sedap sebanyak 74,2 %, berbau amis seperti bau ikan sebanyak 19,3 %. Responden dengan perubahan warna cairan keabu-abuan sebanyak 3,2 %, perubahan warna cairan pekat susu sebanyak 74,2 %. Responden dengan perubahan kekentalan cairan keputihan yaitu sebanyak 80,6 %. Responden dengan keputihan yang disertai gejala penyerta cairan berbuih menyerupai air sabun sebanyak 22,5 %, yang mengalami nyeri saat BAK sebanyak 58,0 %, yang mengalami gatal sebanyak 100 %

12 59 dan yang mengalami iritasi (kemerahan) sekitar vagina sebanyak 32,2 %. Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan karakteristik gejala keputihan pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Kategori Frekuensi Persen (%) Jumlah Banyak 29 93, 5 Perubahan Bau : - Berbau tidak sedap 23 74,2 - Berbau amis seperti bau 6 19,3 ikan Perubahan Warna : - Berwarna Jernih 9 29,0 - Berwarna Keabu-abuan 1 3,2 - Berwarna Pekat susu 23 74,2 Cairan Kental 25 80,6 Gejala yang menyertai : - Cairan berbuih menyerupai 7 22,5 air sabun - Nyeri saat BAK 18 58,0 - Gatal Iritasi (kemerahan) sekitar Vagina 10 32,2 Berdasarkan data distribusi karakteristik keputihan yang dialami responden pada table 4.8, maka dapat dikelompokan kategori kejadian keputihan responden sebagai berikut :

13 60 Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan tanda-tanda keputihan patologis keputihan pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Karakteristik Keputihan Tanda - tanda keputihan Frekuensi Persen (%) patologis yang ada Tidak ada Tanda - (+) 1 1 3,2 (+) 2 (+) 3 (+) 4 1 3,2 (+) ,8 (+) ,1 (+) ,9 (+) 8 2 6,4 (+) 9 1 3,2 (+) 10 (+) 11 Jumlah % Berdasarkan tanda dan gejala pada table 4.9 maka dapat kita simpulakan sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil pengukuran Variabel kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Kategori Frekuensi Persen (%) Normal 10 32, 3 Tidak Normal 21 67, 7 Jumlah

14 61 Berdasarkan data pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran kejadian keputihan menunjukan sebagian besar responden (67,7 %) mengalami keputihan yang tidak normal dan 32,3 % responden mengalami keputihan yang normal Analisis Bivariat Analisis bivariat ini dapat berfungsi untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen Hubungan Antara Pengetahuan mengenai Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas X Di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tabel 4.11 Analisa Hubungan Antara Pengetahuan mengenai Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas X Di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Pengetahuan Total Kurang Cukup Baik Keputihan Total P Value Tidak Normal Normal ,5% 12,5% 100,0% ,027 88,9% 11,1% 100,0% ,9% 57,1% 100,0% ,7% 32,3% 100,0% Tabel tabulasi silang 4.10 di atas menjelaskan bahwa pengetahuan siswi mengenai vulva hygiene dan

15 62 hubungannya dengan kejadian keputihan menunjukan responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang mengalami keputihan patologis yaitu 7 orang (87,5 %). Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang mengalami keputihan patologis yaitu 8 orang (88,9 %). Responden dengan tingkat pengetahuan baik yang mengalami keputihan patologis yaitu 6 orang (42,9 %). Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 1 orang (12,5 %). Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 1 orang (11,1 %). Responden dengan tingkat pengetahuan baik yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 8 orang (57,1 %). Dari hasil uji statistik kedua variabel dengan menggunakan Chi-Square Tests, diketahui nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,027 < 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan.

16 Hubungan Antara Sikap mengenai Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas X Di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tabel 4.12 Analisa Hubungan Antara Sikap mengenai Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas X Di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Keputihan Total P Value Sikap Total Tidak Normal Normal Cukup Count % within Sikap 92,3% 7,7% 100,0% Baik Count ,013 % within Sikap 50,0% 50,0% 100,0% Count % within Sikap 67,7% 32,3% 100,0% Tabel tabulasi silang 4.12 di atas menjelaskan bahwa sikap siswi mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan menunjukan responden dengan tingkat sikap cukup yang mengalami keputihan patologis yaitu 12 orang (92,3 %). Responden dengan tingkat sikap baik yang mengalami keputihan patologis yaitu 9 orang (50,0 %). Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 1 orang (7,7 %). Responden dengan tingkat pengetahuan baik yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 9 orang (50,0 %).

17 64 Dari hasil uji statistik kedua variabel dengan menggunakan Chi-Square Tests, diketahui nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,013 < 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan. 4.5 Pembahasan Karakteristik Responden Umur Responden Umur adalah waktu sejak lahir atau pertama kali diadakan (Hoetomo, 2005). Dari analisis univariat dalam penelitian ini diperoleh bahwa umur responden pada penelitian ini yaitu tahun. Rata-rata usia responden ini dapat digolongkan dalam kategori remaja menengah (Wong, 2008). Menurut Hurlock (2004), masa remaja adalah masa terjadinya proses pematangan organ reproduksi Pendidikan Responden Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan mempengaruhi bagi kehidupan manusia. Menurut Azwar (2000), pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk mencari tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima kemudian akan menjadi pengetahuan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi tanggapan terhadap sesuatu

18 65 yang datang dari luar. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan terakhir responden yaitu sekolah menengah pertama (SMP) dan sedang menempuh pendidikan di Sekolah menengah kejuruan (SMK) kelas X jurusan akuntansi dan busana butik Pengetahuan Responden Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan siswi terdistribusi pada kategori baik dengan presentase 45,2% (14 Responden), kategori cukup sebanyak 29,0% (9 Responden) dan kategori kurang sebanyak 25,8% (8 responden). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Menthari Mokodongan (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan mengenai keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan pada remaja putri di Manado dan Kotamobagu didapatkan hasil bahwa 68 % responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Berdasarkan distribusi jawaban responden tentang variabel pengetahuan, maka dapat kita lihat bahwa sebagaian besar responden tahu mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan, tetapi belum secara menyeluruh. Responden banyak menjawab tidak tepat pada pernyataan seputar gejala-gejala keputihan dan hal

19 66 yang menyebabkan keputihan patologis dalam hal ini tentang penggunaan larutan anti septik. Berdasarkan informasi dari responden dan guru di sekolah, siswi di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang belum pernah mendapat penyuluhan tentang keputihan secara khusus dari fasilitas kesehatan terdekat dan dalam silabus pembelajaran di sekolah tidak diajarkan materi tentang organ reproduksi dan keputihan sehingga sebagian dari responden hanya mencari informasi melalui internet. Hal-hal seperti ini tentunya mempengaruhi pengetahuan responden terkait vulva hygiene dan hubungannya dengan keputihan akibatnya ada sebagian responden belum memahami atau mengetahui tentang keputihan secara baik dan benar Sikap Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap siswi terdistribusi pada kategori baik dengan presentase 58,1 % (18 orang), kategori cukup sebanyak 41,9 % (13 orang). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adawiyah (2015) pada siswi SMA se-derajat di wilayah Tangerang Selatan menyatakan bahwa 51,9 % memiliki sikap positif dan 48,1 % memiliki sikap negatif tentang kesehatan reproduksi dan kaitannya dengan kejadian keputihan.

20 67 Variabel sikap dalam penelitian ini diukur berdasarkan penanyaan langsung dan skala sikap melalui kuesioner. Berdasarkan distribusi jawaban responden tentang variabel sikap, maka dapat kita lihat sikap responden mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan sudah baik dan ada beberapa pada kategori cukup. Responden banyak menjawab tidak tepat pada pernyataan pentingnya kebersihan organ genetalia kemudian hal yang menyebabkan keputihan dan hubungannya dengan penggunaan cairan antiseptik Kejadian Keputihan Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran kejadian keputihan menunjukan sebagaian besar responden dengan presentase 67,7 % (21 Orang) mengalami keputihan yang patologis dan 32,3 % (10 orang) mengalami keputihan yang fisiologis. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah (2015) pada siswi SMA se-derajat di wilayah Tangerang Selatan yang menyatakan bahwa 53,3 % mengalami keputihan patologis dan 46,7 % mengalami keputihan fisiologis. Dalam penelitian ini didapatkan data yang mengarah pada keputihan yang bersifat patologis yaitu keputihan disertai

21 68 bau tidak sedap, cairan berwarna tidak jernih, gatal di daerah kemaluan dan frekuensinya banyak Hubungan Antara Pengetahuan mengenai Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas X Di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil uji statistik kedua varibel, diketahui nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,027 < 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2013) pada remaja berusia tahun di kawasan pondok Cabe Iilir yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan (p value = 0,008). Pengetahuan siswi mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan menunjukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang mengalami keputihan patologis yaitu 7 orang (87,5 %) lebih banyak daripada yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 1 orang (12,5 %). Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang mengalami keputihan patologis yaitu 8 orang (88,9 %) juga lebih banyak daripada responden dengan

22 69 tingkat pengetahuan cukup yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 1 orang (11,1 %). Responden dengan tingkat pengetahuan baik yang mengalami keputihan patologis yaitu 6 orang (42,9 %) lebih sedikit daripada responden dengan tingkat pengetahuan baik yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 8 orang (57,1 %). Dari hasil penelitian dapat kita lihat bahwa sebagian responden yang mengalami keputihan patologis merupakan responden dengan pengetahuan cukup dan kurang. Menurut Tanuwidjaya (2002), kesehatan seorang remaja dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki dimana ketika seorang remaja mengalami gangguan kesehatan, mereka dapat segera mengatasi sedini mungkin berdasarkan apa yang diketahui oleh remaja tersebut. Berdasarkan hasil di atas maka dapat kita lihat bahwa pengetahuan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap apa yang harus dilakukan oleh seorang individu, ketika individu mempunyai pengetahuan yang baik terkait keputihan maka individu akan menghindari perilaku yang menyebabkan keputihan patologis. Ada juga penelitian yang pernah dilakukan oleh Amelia (2007) mengenai gambaran tingkat pengetahuan remaja putri di SMP Al-ikhlas Surabaya didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi memiliki

23 70 pengetahuan yang kurang tentang keputihan. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian kali ini, yang disebabkan karena perbedaan tingkat umur responden dan tingkat pendidikan SMP dan SMA. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa umur seseorang akan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Responden pada penelitian ini merupakan klasifikasi remaja pertengahan dengan ciri khas remaja pertengahan yaitu remaja sedang mengembangkan cara berpikir mereka untuk dapat mengambil keputusan sendiri (Wong, 2008). Ketika seorang remaja memiliki pengetahuan yang baik maka akan mempersuasif remaja tersebut untuk berupaya supaya keputihan patologis tidak terjadi atau dapat mencegahnya. Adawiyah (2015) mengatakan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang akan sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku yang tidak baik atau sebaliknya. Oleh sebab itu semakin tinggi pengetahuan maka semakin kecil juga resiko terjadinya keputihan yang dapat menyebabkan berbagai penyakit (Effendi, 2009).

24 Hubungan Antara Sikap mengenai Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Kelas X Di SMK Tarunatama Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Sikap siswi mengenai vulva hygiene dan hubungannya dengan kejadian keputihan menunjukan responden dengan tingkat sikap cukup yang mengalami keputihan patologis yaitu 12 orang (92,3 %) lebih besar daripada responden dengan tingkat sikap cukup yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 1 orang (7,7 %). Responden dengan tingkat sikap baik yang mengalami keputihan patologis yaitu 9 orang (50,0 %) sama banyak dengan responden dengan tingkat pengetahuan baik yang mengalami keputihan fisiologis yaitu 9 orang (50,0 %). Dari hasil uji statistik kedua variabel dengan menggunakan Chi- Square Tests, diketahui nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,013 < 0,05, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap mengenai vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahyu Harjani (2007) di SMA Tunas Patria Ungaran, bahwa ada hubungan antara sikap remaja putri dengan kejadian keputihan. Namun hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah (2015) dimana pada penelitian yang dilakukan tidak terdapat hubungan

25 72 antara sikap kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan yang berarti bahwa individu dengan sikap negatif maupun positif terhadap kesehatan reproduksi mempunyai peluang yang sama untuk terjadinya keputihan patologis. Sikap adalah respon atau reaksi seseorang yang belum dalam bentuk perilaku terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007). Perilaku tertutup ini memerlukan respon dan stimulus, hasil yang akhir dari sikap masing masing orang tentunya berbeda-beda tergantung jika seseorang menyukai stimulus tersebut maka akan mendekat dan sebaliknya (Budiman, 2013). Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori yang dikemukakan Bloom, bahwa sikap sebagai bagian afektif yang selanjutnya akan menimbulkan respon dan akan diteruskan untuk mengambil suatu tindakan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teori dan hasil penelitian terdahulu mendukung hasil penelitian ini, bahwa sikap yang baik kemungkinan besar akan memberikan pandangan seseorang untuk berperilaku baik pula, sehingga dalam hal ini remaja putri lebih meminimalkan kemungkinan terjadinya keputihan. Notoadmodjo (2007) mengungkapkan bahwa dalam pembentukan perilaku, seseorang akan melalui beberapa

26 73 proses terlebih dahulu diantaranya yaitu pembentukan sikap. Oleh sebab itu dalam meningkatkan kesehatan organ reproduksi terkait keputihan, remaja putri sudah seharusnya memiliki sikap yang mendukung pencegahan dan penanganan keputihan seperti sikap yang baik dan benar mengenai vulva hygiene yang kemudian dapat mengaplikasikannya dalam bentuk perilaku yang baik dan benar pula. Dengan demikian semakin baik sikap remaja putri maka peluangnya untuk mengalami keputihan yang bersifat patologis akan semakin kecil.

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : (Inisial) Umur :

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : (Inisial) Umur : LAMPIRAN 80 81 LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : (Inisial) Kode Responden : (diisi oleh peneliti) Umur : Menyatakan bersedia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene BAB III METODE PENELITIAN 31 Tipe penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, 2007) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III MEODE PENELIIAN Studi epidemiologi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan mendeskripsikan angka kejadian vulvovaginitis kandidiasis di kalangan remaja putri. Populasi partisipan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja juga merupakan masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering

Lebih terperinci

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Yuli Irnawati 1, Vivi Nur Setyaningrum 2 1,2 DIII Kebidanan, Akbid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Anggun Mita Arismaya*, Ari Andayani **, Moneca Diah L *** Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA Anindhita Yudha Cahyaningtyas* *Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini remaja mengalami pubertas. Selama pubertas, remaja mengalami perubahan hormonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Tarunatama Getasan yang beralamat di Jalan Raya Salatiga-Kopeng KM. 09 Kecamatan Getasan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015 Oom Komalassari ABSTRAK Menstruasi adalah pengeluaran darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS Sukatmi*, Nikmaturohmah.** *) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri **) Perawat Puskesmas Badas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Ambarawa terletak di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah sekitar 30 km ke arah selatan Ungaran (Ibukota Kab. Semarang). Dalam

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78 dan Lingkungan Hidup, 2/ (206), 69-78 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi di SMA Angkola Barat Tahun 206 Maria Haryanti Butarbutar* *Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masih terbatas pada tafsir Al-Qur'an disertai dengan Tanya jawab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masih terbatas pada tafsir Al-Qur'an disertai dengan Tanya jawab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Addainuriyah 2 bermula dari pengajian Jum'at yang bertempat di serambi rumah Pengasuh (1980). Materi kajian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang digunakan untuk mengukur hubungan (korelasi) tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 1 TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Arsin R. Mahmud 1 NIM : 841410202 Jurusan Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI 1 Menthari H. Mokodongan 2 John Wantania 2 Freddy Wagey 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang   ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 2 TELUKNAGA TANGERANG Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : atnesia.ajeng@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini bersifat explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Desain atau pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Tempat Penelitian Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Secara administratif batas wilayah Kecamatas

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku vulva hygiene pada ibu hamil di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat. Prevalensi penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian. Perlu disadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Unsafe Action : Posisi gadget. Jarak pandang gadget Lamanya waktu gadget. Keluhan Subyektif Gangguan Kesehatan Mata Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SEBJEK PENELITIAN Assalamualaikum Wr Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat,

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SEBJEK PENELITIAN Assalamualaikum Wr Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SEBJEK PENELITIAN Assalamualaikum Wr Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya, Muhamad Razin Bin Hassan, adalah mahasiswa Fakultas Kedoktoran Universitas Sumatera

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN SANTRI S BEHAVIOR MAINTAINING HYGIENE OF EXTERNAL GENITAL ORGANS WITH VAGINAL DISCHARGE CASES Azizatul Hamidiyah 1*),

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu Keperawatan akan melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) 69 LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa: setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA REMAJA PUTRI Nurlaila*, Mardiana Z* *Dosen Jurusan Kebidanan Tanjungkarang Fluor albus dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara

Lebih terperinci

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation 1. Analisis Univariat Frequencies Statistics Total skor pengetahuan Total skor sikap Total skor tindakan N Valid 8 8 8 Missing 0 0 0 Mean 2.14 1.1 1.33 Median 2.00 1.00 1.00 Std. Deviation.350.35.501 Minimum

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Kancah Penelitian Penelitian mengenai Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan motivasi melanjutkan pendidikan strata 2 pada mahasiswi Suku Jawa Fakultas

Lebih terperinci

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali   ABSTRAK HUBUNGAN PEMAKAIAN PEMBERSIH VAGINA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali Email : Ardiani.sulistiani@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV LAMPIRAN No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni I II III I V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pengajuan masalah penelitian 2 BAB I Pendahulua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh merupakan hal yang wajib dilakukan akan tetapi masih terdapat wanita yang kurang memperhatikan kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH Desi Ari Madi Yanti, Apri Sulistianingsih, Evi Karani arimadiyantidesi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb Ira Rahayu Tiyar Sari, SST Prodi Kebidanan Bangkalan Poltekkes Kemenkes Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN (Hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis) Instruksi =Kuesioner ini membantu

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman The Relationship Between The Level of Knowledge About The Health of Adolescent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling kritis bagi perkembangannya dan mendapatkan kendala. Pada masa remaja kendala utama yang dihadapi adalah perubahan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dimana akan menggali hubungan antara perilaku eksternal douching vagina dengan kejadian fluor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10) BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang 3.1) Desain Penelitian, 3.2) Kerangka Operasional, 3.3) Populasi, Sampel, dan Sampling, 3.4) Kriteria Sampel, 3.5) Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan jenis penelitian survey analitik yaitu survei atau penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dengan jenis penelitian survey analitik yaitu survei atau penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survey analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan (flour albus, leukorhea, atau white discharge) merupakan gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS DI SMK AHMAD YANI GURAH KEDIRI Susi Erna Wati, S.Kep.,Ns.M.Kes Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri susierna@unpkediri.ac.id

Lebih terperinci

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan KUESIONER No. identitas responden : I. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda silang ( X ) 1. Apakah anda pernah lupa untuk minum obat?* 2. Apakah anda pernah melewatkan jadwal pengambilan obat untuk

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Salam sejahtera, Perkenalkan nama saya Leo Marthin Nduru, sedang menjalani pendidikan kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 2 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Perilaku Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin Pada Saat Menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di RW 03 Kelurahan Bulustalan Semarang Selatan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni. RW 03 ini terdiri

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL. Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL. Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2 HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2 PENDAHULUAN Abstract : To examine the corelation between

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancang Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan 2 variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif karena peneliti ingin mencari hubungan. faktor usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, dan sumber

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif karena peneliti ingin mencari hubungan. faktor usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, dan sumber BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif non-eksperimen. Penghitungan statistika dengan bantuan program SPSS 16, peneliti memilih

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005). 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) dengan rancangan pretest-posttest group design (Dahlan, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Tempat Penelitian Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari 19 Kecamatan di Kabupaten Semarang. Secara administratif batas wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa seorang remaja harus memperhatikan kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya bagi remaja putri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan Pelaksanaan Vulva Hygiene Di SMK PGRI 1 Sukabumi Wilayah Kerja Puskesma Tipar Kota Sukabumi Susilawati; Andestia susi0580@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Anita Ramayanti 201510104292 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kental dari vagina (Holmes et al, 2008) dan rongga uterus (Dorland, 2010).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kental dari vagina (Holmes et al, 2008) dan rongga uterus (Dorland, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fluor albus, leukorrhea, atau keputihan adalah sekret berwarna putih dan kental dari vagina (Holmes et al, 2008) dan rongga uterus (Dorland, 2010). Keluarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah (Hutabarat,

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : HUBUNGAN PENGGUNAAN PEMBERSIH GENETALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHANPADA SISWI KELAS X1 IPA DI SMAN 1 MAYONG JEPARA Anik Sholikah 1, dan Triana Widiastuti 2 INTISARI Masalah kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Sofya Azharni Tempat / Tanggal Lahir : Manna/ 7 April 1994 Agama : Islam Alamat : Jalan Dr.Picauly No.6 Medan 20154 Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Negeri 17

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen. 56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden 1. Tempat dan Waktu Penelitian Pada bab ini, penulis melakukan analisis secara keseluruhan mengenai pengaruh citra merek dan kepercayaan merek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Alamat : Telp/HP : Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang Pengaruh Daun Sirih

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI.

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI. JurnalIlmuKebidanandanKesehatan(Journa l of Midwifery Science and Health) AkbidBaktiUtamaPati ISSN: 2087-4154 Vol. 7 No. 2 Juli 2016 On-line http://akbidbup.ac.id/jurnal-2/ PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian SMP Negeri 5 Salatiga salah satu jajaran sekolah tingkat menengah pertama tergolong sekolah berfaforit dikawasan kota Salatiga, walaupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA NEGERI 4 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA NEGERI 4 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA NEGERI 4 SEMARANG CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND BEHAVIOUR OF THE EXTERNAL GENITAL

Lebih terperinci