KEMENTERIAN KEHUTANAN KEBIJAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 3/Menhut-II/2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 25/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2010

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Selain isu kerusakan hutan, yang santer terdengar akhir - akhir ini adalah

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

LAPORAN STATISTIK TAHUN 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

REVITALISASI KEHUTANAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PENGELOLAAN DAS TERPADU

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA MELALUI SWAKELOLA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 35/Menhut-II/2010

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG

KAJIAN RENCANA TEKNIK REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI DAS BATULICIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 2 Perencanaan Kinerja

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2013 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

SASARAN DAN INDIKATOR PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEHUTANAN KEBIJAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN O l e h : Dr. Ir. Harry Santoso Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Disampaikan dalam rangka Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, Juni 2011

VISI & MISI DITJEN BPDASPS TAHUN 2010-2014 VISI Terwujudnya fasilitasi pembangunan rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial dalam mendukung peningkatan fungsi DAS dan kesejahteraan masyarakat MISI 1. Memantapkan kebijakan bidang rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial. 2. Memperkuat kapasitas kelembagaan bidang rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial. 3. Mendorong pelaksanaan pemulihan fungsi hutan dan lahan di DAS prioritas berbasis pemberdayaan masyarakat. DIREKTORAT JENDERAL BPDASPS

DINAMIKA ORGANISASI 2010 1983 Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL) 1999 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial SK Menhut No. 245/Kpts-II/1999 Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Perpres No.24 /2010 Keppres RI No. 4/M/1983 Mengantisipasi kompleksitas permasalahan pembangunan rehabilitasi lahan dan perhutanan sosial

STRUKTUR ORGANISASI DITJEN BPDASPS (Per Menhut No. P.13/Menhut-II/2005) DIRJEN Sekretasis DITJEN KABAG Program.&Evaluasi KABAG KO KABAG Umum dan Keu KABAG Hukum dan KT DIR Perenc.& Eval PDAS DIR Bina RHL DIR Bina Perhut Sos DIR Bina Perbenih.Tan Htn SUBDIT SUBDIT SUBDIT SUBDIT UPT - 36 Balai Pengelolaan DAS - 6 Balai Perbenihan Tan Hutan - 2 Balai Pengelolaan Hutan Mangrove - 1 Balai Persuteraan Alam

URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN (Lampiran PP No. 38/2007) Dari 59 urusan pemerintahan sub bidang kehutanan, ada 9 sub bidang urusan yang menjadi kewenangan Ditjen BPDASPS : 1. Perencanaan RHL termasuk mangrove 2. Pengelolaan DAS 3. Pelaksanaan RHL termasuk hutan mangrove 4. Reklamasi hutan pd areal yg dibebani ijin penggunaan kawasan 5. Reklamasi hutan areal bencana alam 6. Pemberdayaan masyarakat setempat di dalam & di sekitar hutan 7. Pengembangan hutan hak dan aneka usaha kehutanan 8. Hutan kota 9. Perbenihan tanaman hutan

KAITAN KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DITJEN BPDASPS DENGAN KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENHUT KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENHUT 2010-20142014 1. Pemantapan Kawasan Hutan. 2. Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS). 3. Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan. 4. Konservasi Keanekaragaman Hayati. 5. Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan. 6. Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan. KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL PADA DITJEN BPDASPS 2010-20142014 1. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas 2. Pengembangan Perhutanan Sosial 3. Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan DAS

Kegiatan Bidang BPDASPS Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan dan Reklamasi Hutan Di DAS Prioritas Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS Perencanaan, Penyelenggaraan RHL, Pengembangan Kelembagaan dan Evaluasi DAS Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan KEGIATAN Perencanaan, Pengembangan Kelembagaan dan Evaluasi Hutan Mangrove Pengembangan Perhutanan Sosial Kegiatan Pendukung : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (RHL)

LAJU DEFORESTASI Juta Ha Penyebab : Konversi hutan, penebangan hutan liar, perambahan dan kebakaran hutan, lemahnya penegakan hukum, kemiskinan, ketimpangan supply and demand kayu dll. 9

PENYEBAB DEGRADASI KONDISI DAS-DAS DI INDONESIA Keadaan alam geomorfologi (geologi geologi, tanah, dan topografi) yang rentan terjadi erosi, banjir, tanah longsor dan kekeringan (kemampuan lahan/daya dukung wilayah) Iklim/curah hujan tinggi yang potensial menimbulkan daya merusak lahan/ tanah (erosivitas tinggi) Aktivitas manusia : -Penebangan hutan ilegal (pencurian kayu hutan) -Kebakaran hutan -Perambahan hutan, penggunaan kws hutan tidak sah -Eksploitasi hutan dan lahan berlebihan ( HPH, tambang, kebun, industri, permukiman, jalan, pertanian dll.) -Penggunaan / pemanfaatan lahan tidak menerapkan kaidah konservasi tanah dan air

PENGERTIAN RHL Upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. (PP No.76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan)

PP No.76 Th.2008 Tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan Rehabilitasi menggunakan DAS sebagai unit pengelolaan Sasaran Areal : termasuk di dalam sasaran Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTk RHL) DAS, jangka waktu 15 tahun

DAS PRIORITAS (2009 2009) Berdasarkan: Kriteria Penetapan DAS Prioritas (SK Menhut No. 346/2005), Peta DAS dalam PDTK 1:250.000 (Permenhut No. P.48/2009) Urutan Prioritas Jumlah DAS DAS PRIORITAS I 342 DAS DAS PRIORITAS II 1.432 DAS DAS PRIORITAS III 1.492 DAS Berdasarkan Kepmenhut No. SK.328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009, untuk Tahun 2010-2014 yang ditangani sebanyak 108 DAS Prioritas

PENETAPAN DAS PRIORITAS DALAM RANGKA RPJM TAHUN 2010 2014 (Keputusan Menhut No. SK. 328/Menhut-II/2009) Lahan (lahan kritis, kemampuan/kesesuaian lahan, indeks erosi, morphoerosi dll.) 108 DAS Prioritas Tata air (koefisien rejim aliran, koefisien aliran tahunan, muatan sedimen, banjir, indeks penggunaan air dll.) Sosial ekonomi dan kelembagaan (tekanan penduduk thd lahan, tingkat kesejahteraan penduduk, tata nilai dll.) Aset/nilai investasi (infrastruktur, perkotaan/ perdesaan, fasum/fasos dll.) Tata ruang wilayah (kwsn lindung, kwsn budidaya, kwsn tertentu dll.)

PERTIMBANGAN DAS SEBAGAI UNIT PERENCANAAN 4 Pertimbangan Pendekatan DAS DAS merupakan wilayah daratan yang dibatasi kondisi alam (geomorfologi geomorfologi), sangat tepat sebagai unit analisis perencanaan wilayah Indonesia beriklim tropis, dengan potensi geomorfologi (geologi geologi, topografi, tanah) ) yang rentan terhadap kerusakan / degradasi hutan dan lahan Seluruh wilayah daratan terbagi habis dalam DAS-DAS Pendekatan pengelolaan DAS dapat digunakan untuk mengendalikan hubungan faktor2 biofisik dan aktivitas sosial, ekonomi dan budaya dalam pengelolaan hutan dan lahan.

DAS DASADALAH ADALAH : SUATU BENTANG LAHAN YANG DIBATASI OLEH PEMISAH TOPOGRAFI (TOPOGRAPHIC ( DIVIDE), BERUPA PUNGGUNG GUNUNG/BUKIT YANG MENERIMA, MENYIMPAN, DAN MENGALIRKAN AIR HUJAN MELALUI JARINGAN SUNGAI DAN BERMUARA PADA SATU PATUSAN (SINGLE ( OUTLET) DI SUNGAI UTAMA MENUJU KE DANAU ATAU LAUT. SELURUH WILAYAH DARATAN TERBAGI HABIS KEDALAM DAS-DAS. DAS. SETIAP DAS TERBAGI HABIS KE DALAM SUB DAS-SUB SUB DAS.

Sketsa DAS

KONSEP PERENCANAAN WILAYAH BEBERAPA PENDEKATAN WILAYAH ADMINISTRATIF WILAYAH EKONOMI WILAYAH HOMOGEN DAS Untuk pengelolaan sumber daya alam hutan, tanah dan air serta aktivitas manusia, pendekatan perencanaan berbasis DAS paling layak dan manageable.

LintasWil. Adm. (antar Neg, Prov, Kab/Kota) MULTI SISTEM DAS Lintas Sektor/K/L Lintas Disiplin Ilmu Multi Pendekatan : Sistem, Proses dan Keterkaitan Para Pihak Sehingga muncul konsep Pengelolaan DAS Terpadu (integrated watershed managemet) Makna TERPADU bukan dipadukan tetapi TERPADU dalam pendekatan perencanaan yang holistik, memperhatikan kondisi biofisik lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya.

TUJUAN PENGELOLAAN TERPADU DAS Tata air DAS optimal (jumlah, kualitas dan distribusi ruang dan waktu). Hutan dan lahan produktif, daya dukung dan daya tampung lingkungan meningkat Masyarakat lebih sejahtera

KETERPADUAN TUJUAN PENGELOLAAN DAS Instrumen yg Mendorong Terwujudnya Tujuan bersama yang sama Nasional Nasional Prop Prop Sektor Sektor Kab Kab/Kota Pemegang Pemegang Hak Kelola Hak Kelola Rumah tangga Industri Hak atas manfaat Hak atas manfaat Industry R. tangga Stakeholders

RENCANA PENGELOLAAN DAS TERPADU SEBAGAI PENGIKAT PROGRAM/KEBIJAKAN SEKTORAL DAS : Lintas Negara Lintas Provinsi Lintas Kabupaten Dalam Kabupaten/Kota LEMBAGA KOORDINASI Karakteristik Biofisik DAS Permasalahan PENGELOLAAN DAS Kelembagaan RENCANA PENGELOLAAN DAS TERPADU (JK ( JK PANJANG/ 20 TAHUN) Rumusan masalah, tujuan, kebijakan, program, kegiatan, kelembagaan, monev, sistem insentif dan disinsentif, pendanaan dan tata waktu Ditetapkan oleh Komisi antar negara, Per Pres, Perda Prov, Perda Kab/kota. Sebagai landasan KAJIAN Penyusunan Partisipatif PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN SEKTORAL

Data luas lahan kritis seluas 29.916.611,01 Ha Data Lahan Kritis Nasional (Th. 2010) Sangat Kritis 5.449.299,21 Ha 1 Kritis 24.467.311,8 Ha 2

Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 Ha/Tahun Penghentian kerusakan lingkungan di 14 DAS yang rawan bencana mulai 2010 dan seterusnya

TARGET RHL (RENSTRA 2010-2014) 2014) No No SASARAN 2010 1. Tanaman Rehabilitasi Hutan (RH) pada DAS Prioritas (pada Hutan Konservasi) 2. Tanaman Rehabilitasi Lahan (RL) pada DAS Prioritas (Ha) 2011 (Ha) 2012 (Ha) 2013 (Ha) 2014 (Ha) Total 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 500.000-389.000 488.000 537.000 540.000 1.954.000 3. Tanaman Hutan Kota 4. Tanaman Rehabilitasi Hutan, Mangrove,Pantai, Gambut, dan Rawa 2.000 1.000 2.000 1.000-6.000-10.000 10.000 10.000 10.000 40.000 JUMLAH 102.000 500.000 600.000 648.000 650.000 2.500.000

KEGIATAN Ditjen BPDASPS Renstra 2010-2014 2014 Kawasan Hutan Rehabilitasi hutan dan lahan seluas 2,5 jt ha Fasilitasi penyediaan areal kerja Hutan Kemasyarakatan seluas 2 jt ha Fasilitasi penyediaan areal kerja Hutan Desa seluas 500.000 ha Luar Kawasan Hutan Fasilitasi pembangunan Hutan Rakyat Kemitraan untuk bahan baku kayu industri pertukangan seluas 250.000 ha Kebun Bibit Rakyat 8.000-15.000 unit/th (400-750 jt bibit)/th) Persemaian permanen 23-100 unit/th 23 unit di 22 provinsi (2010), 100 unit (2011) Pendukung Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu pada 108 DAS Prioritas Areal Sumber Benih - Pengelolaan 4.500 Ha - Pembangunan 6.000 Ha

Menyusun RP RHL Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Luar Kawasan hutan yg tdk dibebani hak Mengacu pada RTk RHL DAS; Batas akhir Desember 2011 Tugas Kabupaten/Kota dan Pemangku Kawasan Menyusun RTn RHL RTn RHL dari berbagai sumber anggaran (DAK, APBN Kemhut, APBD dll mengacu RP RHL atau RTk RHL DAS Mulai Tahun 2011 dan setiap tahun (T-1) Menyusun Rancangan Kegiatan RHL Kegiatan RHL yang telah definitif akan dilaksanakan Mengacu pada RTn RHL

CAKUPAN KEGIATAN RHL Rehabilitasi Hutan Rehabilitasi Lahan Rehabilitasi Mangrove/Pantai/ Rawa/Gambut 1. Hutan Konservasi 1. Hutan Rakyat 1. Hutan Mangrove 2. Hutan Lindung 2.Penghijauan Lingkungan 2. Hutan Pantai 3. Hutan Kota 3. Hutan Rawa/Gambut

TUJUAN memulihkan fungsi pengatur tata air dan penyangga ekosistem DAS serta untuk mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman dan kelestarian flora dan fauna serta pembinaan habitat. KRITERIA lahan kritis/ Land Mapping Unit (LMU) Terpilih pada hutan lindung pada RTk RHL DAS namun diutamakan pada lahan kategori RHL Prioritas I, serta pada morfologi DAS bagian hulu dan tengah. JENIS TANAMAN minimum 60 % kayukayuan, maksimum 40 % tanaman serbaguna/ MPTS (penghasil getah / buah / kulit). Jenis tanaman kayu-kayuan untuk reboisasi hutan lindung adalah jenis kayu yang berdaur panjang.

TUJUAN Memulihkan fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. KRITERIA lahan kritis/ Land Mapping Unit (LMU) Terpilih pada hutan lindung pada RTk RHL DAS namun diutamakan pada lahan kategori RHL Prioritas I, serta pada morfologi DAS bagian hulu dan tengah. Lokasi RHL Pengkayaan apabila tegakan berupa anakan, pancang, tiang, dan pohon sejumlah 200 400 batang per Ha. Untuk lokasi yang populasi tegakan / anakan kurang dari 200 batang / ha, menjadi sasaran kegiatan penanaman.

3. HUTAN RAKYAT TUJUAN memulihkan fungsi dan meningkatkan produktifitas lahan dengan berbagai hasil tanaman berupa kayu dan non kayu, memberikan peluang kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan pendapatan masyarakat, kemandirian kelompok. KRITERIA LOKASI lahan kritis/ LMU Terpilih pada kawasan lindung dan budidaya, diutamakan pada kawasan lindung dan RHL Prioritas I serta morfologi DAS hulu dan tengah Lahan terbuka kerapatan minimal 400 pohon/ha; Pengkayaan antara 200 s/d 400 pohon/ha

TUJUAN untuk perbaikan lingkungan perkotaan dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan hidup wilayah perkotaan yang sehat, rapi dan indah dalam suatu hamparan tertentu sehingga mampu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, estetika, resapan air serta keseimbangan lingkungan perkotaan KRITERIA LOKASI hamparan lahan kosong di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

5. REHABILITASI HUTAN MANGROVE TUJUAN mengembalikan keberadaan vegetasi daerah pesisir/pantai sehingga mampu berfungsi sebagai wilayah perlindungan pantai dari aberasi dan intrusi air laut serta bencana alam tsunami SASARAN LOKASI adalah hutan dan lahan yang termasuk dalam ekosistem mangrove berdasarkan hasil penyusunan RTk RHL DAS pada Ekosistem Mangrove dan Sempadan Pantai yang diidentifikasi mempunyai vegetasi mangrove dengan kerapatan kurang (NDVI 1,00 s/d 1,42) dan wilayah yang berdasarkan peta land system termasuk KJP, KHY, PGO, LWW, TWH, dan PTG yang kondisi vegetasinya telah terbuka dan atau terdeforestasi.

SUMBER BIAYA RHL SUMBER BIAYA DANA PEMERINTAH DANA DUNIA USAHA DANA MASYARAKAT DANA LAINNYA APBN, APBD, DAK Kehut, DBH DR -Pencemar lingkungan -Penerima manfaat hutan, tanah dan air -Dana tanggung jawab sosial perusahaan/csr -Dana investasi usaha. Perorangan, kelompok masyarakat Negara/lembaga donor