ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN SOUN CAP KETELA MAS TAMBAK. Dwi Suprajitno.

dokumen-dokumen yang mirip
Metode Harga Pokok Proses. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

Modul ke: Process Costing. Biaya produksi dengan metode process costing. Fakultas FEB. Minanari, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

langsung Biaya Tenaga kerja

Perbedaan Metode Harga Pokok Pesanan dengan Harga Pokok Proses. Keterangan Harga Pokok Pesanan Harga Pokok Proses Pengumpulan Biaya Produksi

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING. AKUNTANSI BIAYA EKA DEWI NURJAYANTI, S.P., M.Si

Metode Harga Pokok. oleh: Ani Hidayati

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

METODE HARGA POKOK PROSES PENGANTAR

KARAKTERISTIK HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PROSES

METODE HARGA POKOK PROSES

Latihan Soal Akuntansi Biaya & Praktek (1)

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

AKUNTANSI MANAJEMEN PREPARED BY YULI KURNIAWATI

COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN

HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING)

Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Penentuan Biaya Pokok Proses

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

AKUNTANSI BIAYA MAKALAH HARGA POKOK PROSES

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA

BAB II LANDASAN TEORITIS

Clara Susilawati,MSi

AKUNTANSI BIAYA KA2083. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan

Metode Harga Pokok Proses Lanjutan. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

VII. SIKLUS AKUNTANSI USAHA MANUFAKTUR

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABLE COSTING

MODUL I AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

Ada 2 metode yang umum digunakan dalam akumulasi biaya, yaitu : 1. Metode Akumulasi Biaya Pesanan. 2. Metode Akumulasi Biaya Proses.

METODE HARGA POKOK PESANAN

MET ME ODE P ODE ENOU EN MP OU ULAN U LAN HAROA POKOK

PERTEMUAN KE-12 AKUNTANSI PERUSAHAAN INDUSTRI / PABRIK (1)

SIKLUS KEGIATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

PROCESS COSTING LANJUTAN

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

PERTEMUAN KE-12 AKUNTANSI PERUSAHAAN INDUSTRI / PABRIK (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI BIAYA VARIABLE COSTING DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING) DAN METODE HARGA POKOK PROSES ( PROCESS COSTING)

METODE HARGA POKOK PROSES - LANJUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

BAB IX METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB VIII AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

BAB II LANDASAN TEORI

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB X METODE HARGA POKOK PROSES BAGIAN I

HARGA POKOK TAKSIRAN

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

PENETAPAN HARGA POKO PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT PADA PT. PAYA PINANG GROUP TEBING TINGGI. Sri Wangi Sitepu, S.Pd, M.Si

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh Hartinah dan Kaslani (2011);

AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

SISTEM AKUNTANSI BIAYA. Endang Sri Utami, S.E., M.Si., Ak., CA

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

HARGA POKOK PROSES. Kasus:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

Akuntansi Biaya PROCESS COSTING. Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE.,M.S.,Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN (JOB ORDER COSTING ATAU JOB COSTING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL II TEKNIK ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI MAKE TO STOCK (MTS)

HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TERMINOLOGI, KONSEP & KLASIFIKASI BIAYA

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PERUSAHAAN ROTI UD. SHANIA BAKERY

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam bidang percetakan semakin ketat yang. menyebabkan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya bersaing

PENGENALAN VISUAL BASIC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

27/11/2014. Ciri-ciri Harga Pokok Proses

BAB II LANDASAN TEORI

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Proses

Standar Costing PENDAHULUAN

BAB II KERANGKA TEORI

Transkripsi:

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN SOUN CAP KETELA MAS TAMBAK. Dwi Suprajitno Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh Perusahaan soun cap Ketela Mas Tambak, untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok proses yang melalui dua departemen produksi, untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi di departemen cetak dan departemen packing serta untuk mengetahui perbandingan antara harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan metode harga pokok proses. Metode dan Alat Pengumpulan Data yang digunakan antara lain wawancara, dokumentasi serta studi pustaka dari literatur-literatur akuntansi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perhitungan HPP dengan menggunakan metode Harga Pokok Proses menghasilkan Harga Pokok yang lebih kecil, meskipun selisihnya hanya Rp 82, namun dalam perhitungan yang menggunakan metode harga pokok proses sudah memperhitungkan biaya produksi yang rinci. Pemilik perusahaan mendapatkan Gaji sebesar Rp 1.000.000/bulan, bagian pemasaran Rp 800.000/bulan, serta telah memperhitungkan Biaya Depresiasi gedung dan kencaraan Rp 200.000/bulan. Dengan demikian jika perusahaan menerapkan perhitungan harga pokok produksinya dengan menggunakan harga pokok proses, maka perusahaan dapat memperoleh laba/keuntungan yang lebih besar. Kata kunci : harga pokok produksi, harga pokok proses PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan akan barang dan jasa pada era globalisasi sekarang ini menjadikan motivasi bagi para pengusaha untuk mendirikan berbagai perusahaan, baik itu perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan, bidang pelayanan jasa maupun perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi. Menurut Sumarni (2005 : 5) yang dimaksud dengan perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan agar dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu perusahaan dagang, perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang jenis kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang siap untuk dipasarkan. Dalam proses pengolahan tersebut tidak mungkin lepas dari biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga produk yang dihasilkan siap untuk dijual. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut disebut biaya produksi. Menurut Mulyadi (2005 : 14) yang dimaksud biaya produksi adalah biayabiaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 1

Biaya Produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan Biaya Overhead Pabrik (BOP). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama (prime cost). Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi (conversion cost). Informasi biaya produksi dibutuhkan oleh manajemen sebuah perusahaan sebagai alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau sisa hasil usaha. Laba atau sisa hasil usaha inilah yang nantinya dapat digunakan oleh perusahan untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensinya. Informasi biaya produksi pada perusahaan manufaktur akan membentuk harga pokok produksi. Salah satu manfaat dari informasi harga pokok produksi bagi pihak manajemen adalah untuk menentukan harga jual produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual produk pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan produk yang di tawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan produk sejenis yang ada di pasar. Sebaliknya jika harga jual produk yang terlalu rendah akan mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan menjadi rendah pula. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menentukan harga pokok produksinya dengan metode yang baik. Dalam menghitung biaya produksi sebuah perusahaan ditentukan berdasarkan cara berproduksinya yaitu berproduksi atas dasar pesanan atau berproduksi secara massa. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, menghitung harga pokok produksinya dengan menggunakan harga pokok pesanan. Sedangkan perusahaan yang berproduksi secara massa atau terus menerus menggunakan metode harga pokok proses. Dalam metode ini semua biaya produksi dikumpulkan setiap akhir periode misalnya akhir bulan berdasarkan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut juga dihitung. Perusahaan soun cap Ketela Mas Tambak, Banyumas merupakan perusahaan manufaktur yang khusus memproduksi bahan makanan yaitu soun. Dilihat dari karakteristiknya, perusahaan soun cap Ketela Mas memproduksi soun secara massa, jenisnya standar, proses produksinya kontinyu, dan jumlah produksinya relatif sama. Selain itu juga dalam proses produksinya melewati lebih dari satu departemen produksi, sehingga dalam pengumpulan harga pokok produknya perusahaan menggunakan metode harga pokok proses. Selama ini perusahaan hanya mengikuti tingkat perubahan harga di pasar dalam menentukan harga pokok produknya, baik dari segi harga perolehan bahan baku dan bahan penolong, maupun biaya-biaya lain yang berkaitan dengan proses produksi dan pemasarannya. Kondisi ini kurang efektif dan efisien bagi perusahaan dalam menghitung harga pokok produksinya. LANDASAN TEORI A. Metode Penentuan Harga Pokok Produk Ada dua metode penentuan harga pokok produk yang biasa digunakan dalam perusahaan manufaktur, yaitu: 1. Metode Harga Pokok Pesanan-Full Costing Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 2

Sebelum kita bahas tentang metode ini, terlebih dahulu kita pelajari karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan dan karakteristik metode harga pokok pesanan. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mempunya beberapa karakteristik, diantaranya : a) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan mulai dengan pesanan berikutnya. b) Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain. c) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan gudang. Sedangkan karakteristik metode harga pokok pesanan adalah: a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk dihitung harga pokok produksinya secara individual. b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk. c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah BOP. d. Biaya produksi diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan BOP diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produks yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Setelah diuraikan karakteristik metode harga pokok pesanan, selanjutnya akan diuraikan proses pengumpulan tiap unsur biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Pembahasan metode harga pokok produksi diawali dengan uraian prosedur pencatatan biaya bahan baku, kemudian akan dilanjutkan dengan uraian pencatatan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Bagian Produksi ke Bagian Gudang. 2. Metode Harga Pokok Proses Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok (biaya produksi) yang berdasarkan atas proses atau departemen untuk suatu periode tertentu, biasanya satu bulan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya produksi tidak langsung (overhead) yang dibebankan, dibebankan pada rekening-rekening barang dalam proses setiap departemen. Pada setiap akhir periode, total harga pokok (biaya produksi) yang terjadi pada suatu departemen dibagi dengan jumlah unit yang selesai diproduksi akan menghasilkan harga pokok per unit departemen yang bersangkutan. Mulyadi ( 2007 : 63) menyatakan bahwa karakteristik metode ini adalah: Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 3

a. Produk yang dihasilkan adalah produk standar. b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Usaha Perusahaan yang Berproduksi secara Massa dan Perusahaan yang Berproduksi atas Dasar Pesanan Keterangan Proses pengolahan produk Produk yang dihasilkan Produksi ditunjukan untuk Contoh Perusahaan yang berproduksi secara massa Terus menerus Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan Terputus-putus Produk standar Tergantung spesifikasi pemesan Mengisi persediaan Memenuhi pesanan Perusahaan kertas, semen dll Perusahaan kontraktor dll percetakan Tabel 2. Perbedaan Karakteristik Metode Harga Pokok Proses dan Metode Harga Pokok Pesanan Keterangan Biaya dikumpulkan produksi Harga pokok per satuan produk dihitung Rumus perhitungan harga pokok per satuan Metode harga pokok proses Setiap bulan atau periode penentuan harga pokok produk Pada akhir bulan/periode penentuan harga pokok produk Jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan selama bulan/periode tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama bulan/periode yang bersangkutan B. Sistem Harga Pokok Proses Karakteristik sistem harga pokok proses: 1. Kegiatan produksi dilakukan dengan tujuan mengisi persediaan atau disebut juga produksi massa, sehingga: Metode harga pokok pesanan Untuk setiap pesanan Apabila pesanan telah selesai diproduksi Jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk pesanan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk yang diproduksi dalam pesanan yang bersangkutan a. Bentuk barang/produk tidak tergantung pada pembeli dan umumnya bersifat homogen. b. Sifat produksi adalah kontinyu (tidak terputus-putus). Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 4

2. Biaya Produksi dikumpulkan secara periodik per departemen produksi atau pusat biaya (cost center) sehingga: a. Perhitungan total biaya produksi dilakukan tiap akhir periode (bulan, triwulan dan lain-lain) b. Biaya per unit adalah dengan membagi total biaya produksi per periode dengan jumlah unit yang dihasilkan pada periode tersebut. 3. Dikenal adanya istilah unit ekuivalen yaitu yang disamakan dengan satuan produk jadi (selesai) untuk kepentingan perhitungan barang dalam proses. 4. Setiap akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi yang dibuat per cost center. 5. Barang jadi departemen satu menjadi bahan baku departemen berikutnya sampai barang selesai. Barang jadi departemen satu umumnya menjadi bahan baku departemen dua. Dalam sebuah pabrik (perusahaan), dapat terjadi hanya memproduksi satu macam produk akan tetapi melalui beberapa departemen produksi dan memulai produksinya di departemen I. Barang jadi departemen I akan menjadi bahan baku departemen II. C. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Dalam perusahaan yang berproduksi secara massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu mempunyai beberapa manfaat bagi manajemen. Manfaat dari informasi harga pokok produksi tersebut antara lain : 1. Menentukan harga jual produk. Perusahaan yang berproduksi massa memproses produknya untuk memenuhi persediaan digudang. Dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di samping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya. 2. Memantau realisasi biaya produksi Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi untuk jangka waktu tertentu tersebut dilakukan dengan menggunakan metode harga pokok proses. 3. Untuk menghitung laba atau rugi periodik. Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba atau mengakibatkan rugi, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok proses digunakan. Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 5

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi-laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan persediaan produk yang dalam tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biiaya produksi tiap periode. Berdasarkan catatan biaya tiap periode tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca. Di samping itu, berdasarkan catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok dalam proses. D. Metode Harga Pokok Proses-Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi. Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama sama dengan harga pokok produk yang diolah dalam satu departemen produksi. Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat komulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen sbelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya, maka produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari: 1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya. 2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama. E. Penjurnalan Pada Sistem Harga Pokok Proses Dasar-dasar penjurnalan pada sistem harga pokok proses pada prinsipnya sama saja dengan penjurnalan akuntansi biaya pada umumnya. Penjurnalan akan menyangkut penjurnalan terhadap bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik. 1. Bahan Baku BDP-BBB dept A/B Rp xxx - Persediaan BB - Rp xxx Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku baik Dep. A atau B adalah : 2. Tenaga Kerja Jurnal untuk mencatat penggunaan tenaga kerja Dep. A atau B adalah BDP-BTK dept A/B Rp xxx - Gaji dan upah - Rp xxx Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 6

3. Overhead Pabrik Jurnal untuk mencatat pemakaian BOP di Dep.A atau B adalah: BDP-BOP Dept. A/B Rp xxx - Berbagai rek. yg dikredit - Rp xxx 4. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B BDP-BBB Dep.B Rp xxx - BDP-BBB Dep. A - Rp xxx BDP-BTK Dep. A - Rp xxx BDP-BOP Dep. A - Rp xxx 5. Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. A Rp xxx - BDP-BBB Dep. A - Rp xxx BDP-BTK Dep. A - Rp xxx BDP-BOP Dep. A - Rp xxx Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dlam proses yang belum selesai diolah dalam departemen A pada akhir bulan. METODOLOGI 1. Wawancara (Interview). Melakukan wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan serta staf perusahaan untuk memperoleh keterangan yang berhubungan dengan keadaan perusahaan. Adapun alat pengumpulan data dengan metode ini adalah pedoman wawancara. 2. Dokumentasi Pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara sistematis atas dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. Alat pengumpulan data dengan metode dokumentasi ini adalah dokumen-dokumen yang ada diperusahaan. 3. Studi Pustaka UE = Jml produk selesai + (% tingkat penyelesaian produk X PDP) Keterangan: UE = Unit Ekuivalensi PDP = Produk Dalam Proses Memperoleh hasil dengan membaca buku-buku, literatur dan bacaan yang ada serta mempelajari teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah pada penelitian. B. Analisis Data 1. Perhitungan unit ekuivalensi Unit ekuivalesi tiap unsur biaya produksi perlu dihitung untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh masing-masing departemen. Unsur biaya yang dimaksud adalah Biaya Bahan Baku (BBB), Biaya Tenaga Kerja (BTK) dan Biaya Overhead Pabrik (BOP). Unit ekuivalensi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 7

2. Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi HPPS = PS X Jumlah Biaya Produksi per unit Untuk menghitung Harga Pokok Produk selesai/jadi di masing-masing departemen digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : HPPS = Harga Pokok Produk Selesai PS = Produk Selesai 3. Menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses akhir: Persediaan produk dalam proses akhir dihitung dengan cara mengalikan prosentase tingkat penyelesaian produk dalam proses dengan biaya produksi per satuan. HPPDPA = % tingkat penyelesaian PDP X Biaya produksi per satuan Keterangan : HPPDPA = Harga Pokok Produk Dalam Proses Akhir PDP = Produk Dalam Proses 4. Format laporan biaya produksi Setelah dilakukan perhitungan biaya produksi per unit, harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya, dan harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan. PEMBAHASAN 1. Data Produksi dan Data Biaya bulan Agustus 2010 Perusahaan soun ketela mas tambak mempunyai tiga lokasi pabrik (unit produksi). Masing-masing memproduksi jenis soun yang berbeda. Unit pertama memproduksi soun kualitas No 1 untuk kemasan ukuran per ball 4kg, unit kedua memproduksi soun kualitas Tabel. 4 Data Produksi No. 2 dan kemasannya menyesuaikan permintaan pasar, sedangkan unit ketiga memproduksi soun kualitas No 1 maupun No 2 sesuai dengan permintaan pasar. Untuk mempermudah penghitungan HPP, penulis mengambil data produksi dan biaya bulan Agustus tahun 2010 di satu unit produksi yaitu untuk jenis soun kualitas No. 1 kemasan 4 kg. Berikut ini data-data yang berhasil dikumpulkan. Data Produksi Keterangan Produk masuk proses Scrap materials Produk selesai ditransfer ke Dept. Packing Produk ditranster Ke Gudang Produk dalam proses akhir bulan, dengan Dept. cetak 8.700 Kg 2.175 Kg 6.272 Kg Dept. Packing - 6.272 Kg 6.052 Kg Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 8

tingkat penyelesaian sebagai berikut: - Biaya bahan baku dan Bahan penolong 100 %, biaya konversi 30% - Biaya konversi 25 % Produk rusak Sumber : Perusahaan soun Ketela Mas Tambak Tabel 5. Data Biaya Produksi 253 Kg 100 Kg 120 Kg Biaya Produksi Jenis Biaya Dept. cetak Dept. Packing Biaya bahan baku Rp 38.715.000 - Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Rp 626.000 Rp 4.898.000 Rp 6.218.000 Rp 2.790.000 Rp 3.170.000 Jumlah biaya produksi Rp 50.457.000 Rp 5.960.000 Sumber : Perusahaan soun Ketela Mas Tambak Tabel 6. Rincian Biaya Bahan Baku & Penolong Rincian Biaya Bahan Baku dan Bahan Penolong Jenis Biaya Jumlah pemakaian Harga (Rp) Total biaya HP bahan baku (Aci) Scrap materials 8.700 Kg 2.175 Kg 4.700 /kg 1.000 /Kg Rp 40.890.000 (Rp 2.175.000) Biaya bahan baku Rp 38.715.000 Biaya Bahan Penolong Rp 626.000 - Air - Pewarna makanan 62 m 3 60 g 10.000/m 3 100/g Sumber : Perusahaan soun Ketela Mas Tambak Rp 620.000 Rp 6.000 Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 9

Tabel 7. Rincian Biaya Tenaga Kerja Rincian Biaya Tenaga Kerja Masing-Masing Departemen Jenis Biaya Jumlah pemakaian Harga (Rp) Total biaya BTK Dep. Cetak Rp 4.898.000 - Bagian adonan 2 org - Bagian cetak 7 org - Bagian penjemuran 18 62 HOK 217 HOK 558 HOK 15.000 8.000 4.000 Rp 930.000 Rp 1.736.000 Rp 2.232.000 BTK Dep. Packing Rp 2.790.000 - Bagian packing 18 558 HOK 5.000 Rp 2.790.000 Sumber : Perusahaan soun Ketela Mas Tambak Tabel 8. Rincian Biaya Tenaga Kerja Rincian Biaya Overhead Pabrik Masing-Masing Departemen Jenis Biaya Jumlah pemakaian Harga (Rp) Total biaya BOP Dep. Cetak Rp 6.218.000 - Gaji mandor - Pemutih aci - Margarine - Kayu bakar - Biaya listrik pabrik - Biaya penyusutan mesin 31 HOK 4 s 60 kg 4 truk 20.000 130.000 8.800 1.000.000 Rp 620.000 Rp 520.000 Rp 528.000 Rp 4.000.000 Rp 500.000 Rp 50.000 BOP Dept. Packing Rp 3.170.000 - Gaji bag. pemasaran - Gaji pimpinan - Plastik - Biaya listrik dan telpon - Biaya penys. Kendaraan - Biaya Penys. Gedung 30 pk 29.000 Sumber : Perusahaan soun Ketela Mas Tambak Rp 800.000 Rp 1.000.000 Rp 870.000 Rp 300.000 Rp 50.000 Rp 150.000 Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 10

Tabel 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi Hasil Produksi bulan Agustus 2010 Biaya Produksi Biaya Bahan Baku Rp 38.715.000 Biaya Bahan Penolong Rp 626.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 7.688.000 Biaya Overhead Pabrik Rp 6.768.000* Total Biaya Produksi Rp 53.797.000 Harga Pokok Produksi bulan Agustus = 53.797.000 : 6.052 Kg = Rp 8.889 Dibulatkan menjadi = Rp 8.900 6.052 Kg *) perusahaan tidak memperhitungkan Gaji mandor Rp 620.000 pada departemen cetak, karena dianggap sudah termasuk dalam upah tenaga kerja. Perusahaan juga tidak memasukkan Gaji Pimpinan dan Bagian pemasaran Rp 1.800.000 karena dianggap dikerjakan oleh anggota keluarga serta tidak memperhitungkan Biaya Penyusutan gedung dan kendaraan Rp 200.000 karena nominal tiap bulannya tidak begitu besar. Hal ini mengakibatkan BOP menjadi lebih kecil. Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 11

B. Analisis Pembahasan 1. Perhitungan Biaya Produksi Per unit (Kg) Tabel 10. Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen Cetak Jenis Biaya Jumlah Produk di hasilkan oleh Departemen Cetak (unit ekuivalensi) Biaya Produ Dep. Cetak ( Biaya bahan baku 6.272 Kg + (100% X 253 Kg) + 2.175 Kg = 8.700 Kg 38,715, Biaya bahan penolong 6.272 Kg + (100% X 253 Kg) + 2.175 Kg = 8.700 Kg 626, Biaya tenaga kerja 6.272 Kg + (30% X 253 Kg) + 2.175 Kg = 8522.9 Kg 4,898, Biaya overhead pabrik Jumlah 6.272 Kg + (30% X 253 Kg) + 2.175 Kg = 8522.9 Kg 6,218, 50,457, Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011

Keterangan : Dalam proses produksi terdapat masalah khusus yaitu adanya sisa bahan (scrap materials). Sisa baha sebagai pengurang biaya bahan baku. Harga bahan baku yang sesungguhnya adalah Rp 4.700 X 8.700 berkurang menjadi Rp 38.715.000 karena sisa bahan tersebut memiliki nilai jual sebesar Rp 1.000/kg. Sis diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuivalensi karena jika tidak akan mengakibatkan HPP yang terlalu 2. Perhitungan Biaya Produksi Tabel. 11 Perhitungan Biaya Produksi Dept. Cetak Perhitungan Biaya Produksi Departemen Cetak Harga Pokok produk selesai ditransfer ke Dep. Packing : 6.272 X 5.826, 20 Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya sisa bahan yang tidak bisa menjadi produk jadi : 2.175 X Rp 5.826,20 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. Packing setelah disesuaikan : 6.272 X Rp 7.850* Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan Agustus 2010 (253 Kg) Biaya bahan baku 253 Kg X 100% X Rp 4,450.00 = Rp1,125,850.00 Biaya bahan penolong 253 Kg X 100% X Rp 71.95 = Rp18,203.35 Biaya tenaga kerja 253 Kg X 30% X Rp 574.69 = Rp43,618.97 Biaya Overhead pabrik 253 Kg X 30% X Rp 729.56 = Rp55,373.60 Jumlah biaya produksi Departemen Cetak Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011

* (36.541.926,40 +12.671.985,00) : 6272 =Rp 7.846,60 dibulatkan menjadi Rp 7.850, - ** Jumlah seharusnya adalah Rp 49. 213.911.40. Jumlah tersebut disesuaikan karena adanya pembulatan per 3. Laporan Biaya Produksi Departemen Cetak Tabel 12. Laporan Biaya Produksi Departemen Cetak Laporan Biaya Produksi Departemen Cetak Data Produksi Produk masuk proses Produk selesai ditransfer ke Dept Packing Produk dalam proses ahir bulan dengan Tingkat penyelesaian BBB dan Penolong 100% Biaya konversi 30 % Sisa bahan (scrap materials) 6.272 Kg 253 Kg 2.175 Kg 8.700 Kg 8.700 Kg Total Biaya yang dibebankan dalam Dep. Cetak Biaya bahan baku Rp 38.715.000 Biaya bahan penolong Rp 626.000 Biaya tenaga kerja Rp 4.898.000 Biaya overhead pabrik Rp 6.218.000 Jumlah biaya produksi Dep. Cetak Per Kg Rp 4.450,00 Rp 71,95 Rp 574,69 Rp 729,56 Rp 50.457.000 Rp 5.826,20 Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011

Perhitungan Biaya HPP selesai ditransfer ke Dep. Packing : 6.272 x Rp 5.826,20 Rp 36.541.926,40 Penyesuaian karena adanya sisa bahan baku : 2.175 x Rp 5.286,20 Rp 12.671.985,00 HPP selesai yang ditransfer ke Dep. Packing setelah disesuaikan : 6.272 x Rp 7.850 Rp 49.213.945,08 HP Persediaan produk dlm proses akhir bulan (253 Kg) Biaya bahan baku Rp 1.125.850, 00 Biaya bahan penolong Rp 18.203,35 Biaya tenaga kerja Rp 43.618,97 Biaya overhead pabrik Rp 55.373,60 Rp 1.243.045, 93 Jumlah Biaya Produksi Dep. Cetak Rp50.457.000, 00 4. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen Cetak Tabel 13. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen Cetak Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen Cetak No Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) 1. BDP-Biaya Bahan Baku Persediaan Bahan Baku (mencatat pemakaian biaya bahan baku) 38.715.000 2. BDP-Biaya Bahan Penolong 626.000 Persediaan Bahan Penolong (mencatat pemakaian bahan penolong) 3. BDP-Biaya Tenaga Kerja 4.898.000 Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 38.715.000 626.000

Upah Tenaga Kerja (mencatat biaya tenaga kerja) 4. BDP- Biaya Overhead Pabrik Berbagai Rekening yang Dikrdit (mencatat pemakaian BOP) 5. BDP-Biaya Bahan Baku Dep. Packing BDP-Biaya Bahan Baku Dep. Cetak BDP-Biaya Bhn. Penolong Dep. Cetak BDP-Biaya Tenaga Kerja BDP-Biaya Overhead Pabrik (mencatat Harga Pokok Produk jadi yang ditransfer ke Dep. Packing) 6. Persediaan Produk Dalam Proses BDP-Biaya Bahan Baku Dep. Cetak BDP-Biaya Bhn. Penolong Dep. Cetak BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep. Cetak BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep. ctk (mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam dep. Cetak pada akhir bulan agustus) 6.218.000 36.541.926 1.243.045 4.898.000 6.218.000 27.910.400 451.270 3.604.456 4.575.800 1.125.850 18.203 43.619 55.373 5. Penghitungan Biaya Produksi Per unit (Kg) Departemen Packing Tabel 14. Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen Packing Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011

Jenis Biaya Jumlah Produk di hasilkan oleh Departemen Packing ( unit ekuivalensi) Biaya Produksi Dep. Packing (Rp) Biaya Tenaga Kerja 6.052 Kg + (25% X 100 Kg) + 120 Kg = 6.197 Kg 2,790,000 Biaya overhead Pabrik 6.052 Kg + (25% X 100 Kg) + 120 Kg = 6.197 Kg 3,170,000 Jumlah 5,960,000 Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011

6. Perhitungan Biaya Produksi Departemen Packing Tabel. 15 Perhitungan Biaya Produksi Dept. Packing Perhitungan Biaya Produksi Departemen Packing HPP selesai ditransfer ke gudang HP dari Dep. Cetak : 6.052 Kg x Rp 7.850 Rp 47.508.200,00 HP yang ditambahkan dalam Dep. Packing : 6.052 Kg x Rp 962 Rp 5.822.024,00 HP Produk rusak : 120 Kg x (Rp 7.850 + Rp 962) Rp 1.057.440,00 HPP selesai ditransfer ke gudang : 6.052 Kg x Rp 8.987* Rp 54.387.664,00 HP Persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 Kg) HP dari dep. Cetak : 100 Kg x 7.850 Rp 785.000,00 Biaya Tenaga Kerja : 100 Kg x 25 % x Rp 450,22 Rp 11.255,50 Biaya Overhead Pabrik : 100 Kg x 25 % x Rp 511,54 Rp 12.788,50 Jumlah biaya kumulatif dalam departemen Packing Rp 809.044,00 Rp 55.196.708,00 *) Rp 8.987 adalah hasil bagi dari Rp 54.378.664 dengan 6.052 kg. 7. Laporan Biaya Produksi Departemen Packing Tabel 16. Laporan Biaya Produksi Departemen Packing Laporan Biaya Produksi Departemen Packing Data Produksi Produk diterima dari departemen cetak Produk selesai ditransfer ke 6.272 Kg Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 18

gudang Produk dalam proses ahir bulan dengantingkat penyelesaian Biaya konversi 25 % Produk rusak (spoiled goods) 6.052 Kg 100 Kg 120 Kg 6.272 Kg Biaya yang dibebankan dalam Dep. Packing Total Per Kg HPP yang diterima dari dep. Cetak Rp 49.213.945,08 Rp 7.850,00 Biaya yang ditambahkan dalam Dep. Packing Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Rp 2.790.000,00 Rp 3.170.000,00 Rp 450,22 Rp 511,54 Jumlah biaya yang ditambahkan Departemen packing Rp 5.960.000,00 Rp 961,76 Jumlah biaya kumulatif dalam departemen packing Rp55.173.945.08 Rp 8.811,76 Perhitungan Biaya HPP selesai ditransfer ke gudang HP dari Dep. cetak : 6.052 x Rp 7.850 HP yang ditambahkan dalam Dep. Packing : 6.052 Kg x Rp 962 HPP produk rusak : 120 Kg x (Rp 7.850 + 962) Rp 47.508.200,00 Rp 5.822.024,00 Rp 1.057.440,00 HPP selesai yang ditransfer ke gudang: 6.052 Kg x Rp 8.982,96 Rp 54.364.901,08 HPP jadi yang ditransfer ke gudang: 6.052 x Rp 8.982,96* Rp54.364.901,08** HP Persediaan produk dlm proses akhir bulan (100 Kg) HPP dari dep. cetak : 100 kg x 7.850 Biaya Tenaga kerja Biaya overhead pabrik Jumlah Biaya Produksi Dep. Packing Rp 785.000, 00 Rp 11.255, 50 Rp 12.788, 50 Rp 809.044,00 Rp55.173.945,08 Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 19

*) Rp 54.364.901,08 : 6.052 kg = Rp 8.982,96 **) Jumlah seharusnya adalah Rp 54.387.664, 00. Jumlah tersebut disesuaikan agar jika dijumlahkan dengan harga pokok persediaan produk dalam proses, hasilnya menjadi Rp 55.173.945,08, jumlah biaya kumulatif dalam departemen packing bulan Agustus 2010. 8. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen Packing Tabel 17. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen Packing Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen Packing No Keterangan Debet (Rp) Kredit (Rp) 1. BDP-Biaya Bahan Baku Dep. Packing BDP-Biaya Bahan Baku Dep. Cetak BDP-Biaya Bhn. Penolong Dep. Cetak BDP-Biaya Tenaga Kerja BDP-Biaya Overhead Pabrik (mencatat penerimaan produk dari dep. cetak) 2. BDP-Biaya Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja (mencatat biaya tenaga kerja) 3. BDP- Biaya Overhead Pabrik Berbagai Rekening yang Dikredit (mencatat pemakaian BOP) 4. Persediaan Produk jadi BDP-Biaya Bahan Baku Dep. Packing BDP-Biaya Tenaga kerja BDP-Biaya Overhead Pabrik (mencatat Harga Pokok Produk jadi yang ditransfer ke gudang) 5. Persediaan Produk Dalam Proses-Dep. Packing BDP-Biaya Bahan Baku Dep. Pack BDP-Biaya Tenaga Kerja Dep. Pack BDP-Biaya Overhead Pabrik Dep. Pak (mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam dep. packing pada akhir bulan agustus) 36.541.926 2.790.000 3.170.000 54.364.901 809.044 27.910.400 451.270 3.604.456 4.575.800 2.790.000 3.170.000 48.544.330 2.724.731 3.095.840 785.000,00 11.255,50 12.788,50 Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 20

KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang sudah penulis lakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya : 1. Perhitungan Harga Pokok Produksi yang dilakukan oleh perusahaan masih sangat sederhana. Biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu periode belum diperhitungkan secara rinci. Harga Pokok Produksi per-kg Bulan Agustus Tahun 2010 adalah Rp 8.900, -, sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan adalah Rp 9.600. Maka laba kotor yang diperoleh perusahaan pada bulan Agustus tahun 2010 adalah Rp 600 X 6.052 Kg = Rp 3.631.800. Karena perusahaan mempunyai 3 unit produksi, maka asumsinya laba kotor perusahaan yang diperoleh pada bulan Agustus tahun 2010 adalah Rp 3.631.800 X 3 = Rp 10.895.400, pemasaran Rp 800.000/bulan, serta telah memperhitungkan Biaya Depresiasi gedung dan kencaraan Rp 200.000/bulan. Dengan demikian jika perusahaan menerapkan perhitungan harga pokok produksinya dengan menggunakan harga pokok proses, maka perusahaan dapat memperoleh laba/keuntungan yang lebih besar. 2. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode harga proses menghasilkan Harga pokok sebagai berikut: HPP pada departemen cetak Rp 7.850/Kg HPP yang ditambahkan di departemen packing Rp 962/Kg HPP secara keseluruhan Rp 8.812/Kg 3. Dari dua perhitungan diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa perhitungan HPP dengan menggunakan metode Harga Pokok Proses menghasilkan Harga Pokok yang lebih kecil, meskipun selisihnya hanya Rp 82, namun dalam perhitungan yang menggunakan metode harga pokok proses sudah memperhitungkan biaya produksi yang rinci. Pemilik perusahaan mendapatkan Gaji sebesar Rp 1.000.000/bulan, bagian Jurnal Fokus Bisnis Volume 10 No 1, bulan Juli 2011 21