IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR KLORIN (Cl 2 ) DALAM BERAS PUTIH DI PASAR TRADISIONAL KLEPU DENGAN METODE ARGENTOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK DAN LINGKUNGAN

ANALISIS KLORIN PADA BERAS YANG BEREDAR DI PASAR KOTA MANADO

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

DAFTAR PUSTAKA. Adiwisastra, A Sumber, Bahaya Serta Penanggulangan Keracunan. Penerbit Angkasa. Bandung.

BAB III METODE PERCOBAAN. dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua yang berada di Jalan

Pengaruh Metode Pencucian terhadap Penurunan Kadar Klorin dalam Beras dengan Titrasi Argentometri

IDENTIFIKASI KLORIN SECARA KUALITATIF PADA BERAS MEREK X

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

PENENTUAN KADAR ION KLORIDA DENGAN METODE. ARGENTOMETRI (metode mohr)

PENENTUAN KADAR KLORIDA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAHAN DAN ALAT-ALAT Bahan Serbuk Natrium khlorida mumi (NaCI), serbuk Kalium kromat (K 2 CrO4 ), serbuk Perak nitrat (AgNO 3), Air suling dan contoh m

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

TITRASI ARGENTOMETRI dengan CARA MOHR. Abstak

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

Penetapan Kadar Garam Dapur (NaCl) dalam Bahan Pangan

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

Menentukan Kadar Ion Br- dan KSCN dengan Metode Argentometri-Volhard (METODE VOLHARD) Menentukan molaritas KSCN dengan metode titrasi balik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PENENTUKAN ION KLORIDA DARI SAMPEL AIR DENGAN METODE ARGENTOMETRIK Selasa, 01 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

IDENTIFIKASI KONSENTRASI NATRIUM KLORIDA (NaCl) PADA JAHE DAN LENGKUAS GILING DIBEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI KOTA PADANG ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

Basic laboratory skills terampil menggunakan alat dasar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB III METODE PENELITIAN. 2003). Berdasarkan waktu pelaksanaannya, desain studi yang digunakan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis


BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif laboratorik dimana penelitian dilakukan

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

Pupuk kalium sulfat SNI

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ARGENTOMETRI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

JURNAL LABORATORIUM KHATULISTIWA

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Penentuan Kesadahan Dalam Air

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO tahun 2001 dalam buku karangan Haryadi, beras merupakan

ANALISA KADAR ASAM OKSALAT DALAM ASAM SUNTI. Suryani *) ABSTRAK

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

TITRASI PENGENDAPAN. Oleh: Sunarto,M.Si. Kompetensi Dasar: Dapat menghitung konsentrasi analit menggunakan cara titrasi Pengendapan

SNI Standar Nasional Indonesia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

UJI KUALITAS MINYAK ZAITUN (OLEUM OLIVARUM) MERK X DAN Y BERDASARKAN BILANGAN ASAM YANG BEREDAR DI KECAMATAN KASIHAN, BANTUL, DIY

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PERCOBAAN IV ARGENTOMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

pengenceran larutan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

MODUL I Pembuatan Larutan

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Transkripsi:

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR KLORIN (Cl 2 ) DALAM BERAS PUTIH DI PASAR TRADISIONAL KLEPU DENGAN METODE ARGENTOMETRI Wahyu Tilawati, Anita Agustina, Muchson Arrosyid INTISARI Beras adalah makanan pokok di Indonesia yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan merupakan sumber pemberi energi bagi manusia sehingga dapat berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh. Penambahan klorin sebagai pemutih beras sering dilakukan untuk meningkatkan kualitas beras putih. Klorin dalam beras putih dapat membahayakan kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Klorin sering digunakan dalam berbagai industri untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar klorin dalam beras putih yang dijual di pasar tradisional Klepu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten pada bulan Maret 2015. Sampel penelitian berjumlah 8 merk beras putih yang diambil dari pasar tradisional Klepu, sampel kemudian diberi label A, B, C, D, E, F, G, H. Identifikasi dilakukan dengan uji reaksi warna dari filtrat air cucian beras kemudian ditambahkan larutan AgNO 3. Uji reaksi warna bertujuan untuk mengetahui kandungan klorin pada sampel. Sampel yang positif mengandung klorin dilanjutkan dengan penetapan kadar secara Argentometri mohr menggunakan larutan AgNO 3 dan indikator K 2 CrO 4. Hasil uji kualitatif dari 8 sampel beras putih menunjukkan 2 sampel positif mengandung klorin pada sampel dengan label B dan G, sedangkan hasil uji kuantitatif kadar klorin yang diperoleh pada sampel B sebesar 17,51 mg/l dan pada sampel G sebesar 18,11 mg/l. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan, bahwa klorin tidak tercatat dalam kelompok pemutih dan pematang tepung dan menurut Peraturan Menteri Pertanian No.32/Permentan/OT.011/3/7/2007 klorin tercatat sebagai bahan kimia berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras. Sehingga dalam kadar berapapun klorin dilarang digunakan dalam makanan. Kata kunci : Beras, Klorin, Metode Argentometri Mohr Wahyu Tilawati, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG CERATA Journal Of Pharmacy Science 35 Wahyu Tilawati, dkk., Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin Kesehatan yang baik merupakan keinginan dari tiap manusia. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan harus terus diupayakan dengan berbagai cara. Kemajuan teknologi sistem informasi juga membantu masyarakat untuk menyadari perlunya mengkonsumsi makanan yang menyehatkan. Makanan atau pangan yang menyehatkan tidak boleh mengandung bahan-bahan atau cemaran yang dapat membahayakan kesehatan, termasuk Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit atau toksik, sebaliknya pangan harus mengandung bahan-bahan yang mendukung kesehatan (Laksmi, 2001). Indonesia menjadikan beras sebagai salah satu makanan pokok, karena beras salah satu bahan makanan yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, dan mengandung berbagai zat gizi sebagai sumber energi yang berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan (Ahmad, 1990). Perkembangan teknologi pengolahan pangan sekarang ini sangat berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya makanan banyak menimbulkan efek negatif bagi manusia. Teknologi pengolahan pangan biasanya dianggap mempunyai nilai sosial yang tinggi, sehingga banyak di sukai oleh para konsumen. Penambahan Bahan Tambahan Makanan (BTM) ke dalam makanan semakin beragam tanpa memperhatikan apakah bahan tambahan pangan yang ditambahkan dilarang atau berbahaya. Dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, banyak makanan dan minuman di Indonesia tidak murni lagi atau mengandung bahan berbahaya. Salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang dilarang adalah Klorin (Cl 2 ) digunakan sebagai pemutih beras, yang dimaksudkan agar beras memiliki kualitas super dengan harga yang tinggi. Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai desinfektan, pemutih kertas dan proses tekstil. Efek klorin dalam jangka pendek menyebabkan penyakit maag dan dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal (Adiwisastra, 1989). Klorin sebagai desinfektan dan pemutih merupakan bahan yang dilarang penggunaanya dalam makanan. Larangan ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 dimana klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih atau pematang tepung dan menurut Peraturan Menteri Pertanian No.32/Permentan/OT.110/3/2007, klorin tercatat sebagai bahan kimia berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras. Berdasarkan hasil penelitian Dosen Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya, Restu Tjiptaningdyah (Ahli Bidang Teknologi Pangan dan gizi) memastikan ada kandungan klorin pada beras yang banyak beredar

36 CERATA Journal Of Pharmacy Science di pasaran. Dari 16 sampel beras yang di uji terdapat 10 sampel mengandung klorin kadarnya kisaran 20 ppm hingga 90 ppm (Gandapurnama, 2013) dan hasil inspeksi mendadak dari Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung di Pasar Simpang Dago oleh staf pemeriksaan dan penyelidikan, Alfazri Anwar mengemukakan bahwa beras jenis Kurmo dan Cianjur mengandung Klorin (Setiawan, 2013). Sampel penelitian akan diambil dari pasar tradisional Klepu, karena pasar ini merupakan pusat pembelian kebutuhan sehari-hari masyarakat di wilayah Kecamatan Ceper dan sekitarnya, selain itu di pasar Klepu belum pernah dilakukan penelitian tentang kandungan klorin dalam beras putih serta adanya kecurigaan dari peneliti terhadap salah satu sampel beras putih yang mengandung klorin. Sehingga dari penelitian yang akan dilakukan dapat diketahui tingkat penggunaan klorin yang dijual dari pasar tersebut. Permintaan akan beras semakin meningkat seiring dengan keinginan masyarakat untuk mengkosumsi beras yang berkualitas. Penambahan klorin sebagai pemutih beras sering dilakukan untuk meningkatan kualitas beras putih. Penetapan kadar klorin dilakukan dengan metode Argentometri Mohr karena metode ini umum digunakan untuk penentapan kadar halogenida seperti klorida dan bromida yang membentuk endapan perak nitrat pada suasana netral. Keuntungan dari metode ini adalah alat yang digunakan sederhana sehingga mudah dan cepat pelaksanaannya, memiliki keakuratan dan ketelitian yang cukup tinggi dan dapat digunakan pada konsentrasi klorin yang rendah. B. BAHAN DAN METODE Alat dan bahan Alat yang digunakan buret 50 ml (RRC), Statif dan klem, labu erlenmeyer 100 ml (Pyrex) dan 250 ml, labu ukur 100 dan 1000 ml (Pyrex), gelas ukur 100mL (Pyrex), pipet volume 25 ml dan 50 ml, pipet ukur 10 ml, gelas piala 250 ml, alat pengukur ph, timbangan analitik, corong, botol coklat, tabung reaksi, kertas saring. Bahan yang digunakan 8 merk beras putih, Aqua destilata, larutan baku perak nitrat (AgNO 3 ) 0,0141 N, larutan indikator kalium kromat (K 2 CrO 4 ) 5%, larutan natrium klorida (NaCl) 0,0141N (Anonim, 2004). Metode Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lain (Sugiyono, 2012).

CERATA Journal Of Pharmacy Science 37 Cara kerja 1. Pembuatan larutan AgNO 3 0,0141 N Sebanyak 2,395 g AgNO 3 ditimbang dan dilarutkan dengan air suling bebas klorida hingga volume 1 Liter, lalu disimpan dalam botol berwarna gelap (Anonim, 2004). 2. Pembuatan larutan NaCl 0,0141 N Serbuk NaCl dikeringkan dalam oven pada suhu 140 selama 2 jam, kemudian didinginkan. Sebanyak 0,824 g NaCl ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar dengan volume 1 Liter dan dilarutkan dengan aquadest hingga garis tanda (Anonim, 2004). 3. Pembuatan larutan Indikator K 2 CrO 4 5% Sebanyak 5,0 g K 2 CrO 4 dengan sedikit air suling bebas klorida. Tambahkan larutan AgNO 3 sampai terbentuk endapan merah kecoklatan yang jelas. Biarkan 12 jam kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh diencerkan dengan air suling bebas klorida hingga 100 ml (Anonim, 2004). 4. Pembakuan larutan AgNO 3 dengan NaCl 0,0141 N dengan mengambil 25 ml larutan NaCl 0,0141 N dengan pipet volume 25 ml kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Tambahkan larutan K 2 CrO 4 5% sebanyak 1,00 ml kemudian aduk. Titrasi dengan larutan AgNO 3 0,0141N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah kecoklatan. Catat volume AgNO 3 0,0141N yang digunakan dan hitung normalitas larutan baku AgNO 3 dengan rumus sebagai berikut: N AgNO 3 = V NaCl x N NaCl V AgNO 3 5. Identifikasi klorin dengan cara menimbang seksama 10,0 g beras, kemudian ditumbuk. Tambahkan 50,00 ml air aquadest, Kemudian aduk. Saring dan ambil filtratnya sebanyak 1 ml masukkan kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1,00 ml larutan AgNO 3. Bila terjadi endapan putih menggumpal, maka sampel positif mengandung klorin. 6. Penetapan kadar klorin dengan menimbang 20,0 g beras putih dengan timbangan analitik, kemudian ditumbuk. Tambahkan 100,0 ml aquadest kemudian aduk dan saring filtratnya. Masukkan filtrat kedalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan indikator kalium kromat (K 2 CrO 4 ) 5% sebanyak 1,00 ml. Titrasi dengan larutan baku perak nitrat (AgNO 3 ) 0,0141 N, hingga titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan warna merah kecoklatan. Catat dan hitung volume AgNO 3 0,0141 N yang digunakan dan ulangi replikasi sebanyak 3 kali. Titrasi blanko dengan mengambil 100,0 ml aquadest dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan indikator kalium kromat (K 2 CrO 4 ) 5% sebanyak 1,00 ml. Titrasi dengan larutan baku perak nitrat (AgNO 3 ) 0,0141 N, hingga titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan

38 CERATA Journal Of Pharmacy Science warna merah kecoklatan. Catat dan hitung volume AgNO 3 0,0141 N yang digunakan. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali. Perhitungan kadar klorin dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar Cl 2 (mg/l) = (A - B) x N x 35,45 x 1000 ml Sampel A : Volume larutan baku AgNO 3 untuk titrasi sampel (ml) B : Volume larutan baku AgNO 3 untuk titrasi blanko (ml) N : Normalitas larutan baku AgNO 3 (mgrek/ml) 35,450 : BM Cl Analisis Data Data yang digunakan adalah data primer berupa hasil analisis secara Argentometri Mohr, berdasarkan volume titran yang diperlukan untuk penetapan kadar klorin dalam beras putih. Untuk menarik kesimpulan dari penelitian, data kuantitatif di analisis menggunakan analisis data Mean (x ) dan Standar Deviasi (SD). Mean adalah rata-rata dari sekelompok data. Standar Deviasi adalah properti data yang menggambarkan keseragaman suatu kumpulan data. II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Identifikasi klorin dalam beras putih Identifikasi klorin dalam beras putih merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya klorin pada beras putih yang diperoleh dari pasar tradisional Klepu. Pengujian dilakukan dengan mengambil filtrat dari beras putih sebanyak 1 ml yang kemudian ditambahkan 1 ml AgNO 3, apabila terdapat endapan putih menggumpal maka sampel menunjukkan hasil positif mengandung klorin. Hasil dari analisis kualitatif klorin menunjukkan 25% sampel positif mengandung klorin dan 75% sampel negatif mengandung klorin. Hasil uji kualitatif dapat dilihat pada tabel No. Klorin Jumlah Prosentase (%) 1 Positif (+) 2 25 2 Negatif (-) 6 75 Keterangan : Jumlah 8 100 (+) : Larutan menghasilkan endapan putih setelah ditambahkan dengan larutan AgNO 3, beras positif mengandung klorin. (-) : Larutan tidak menghasilkan endapan putih setelah ditambahkan dengan larutan AgNO 3, beras positif mengandung klorin.

CERATA Journal Of Pharmacy Science 39 Wahyu Tilawati, dkk., Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin 2. Pembakuan Larutan AgNO 3 dengan NaCl 0,0141 N Pembakuan Larutan AgNO 3 dengan NaCl 0,0141 N dilakukan sebanyak 3 kali. Tabel hasil pembakuan AgNO 3 Replikasi Volume AgNO 3 (ml) Normalitas (N) I 25,20 0,013 II 25,50 0,013 III 25,40 0,013 Normalitas (N) rata-rata 0,013 Penetapan kadar klorin dalam beras putih Penetapan kadar dilakukan pada beras putih yang positif mengandung klorin. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing sampel beras putih dengan label B dan G. Dari hasil titrasi penetapan kadar pada sampel B diperoleh kadar sebesar 17,51 mg/l dan pada sampel G diperoleh kadar sebesar 18,11 mg/l. B. Pembahasan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan atau campuran yang secara alami bukan dari bagian bahan baku pangan, tapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan. Bahan tambahan makanan bermanfaat untuk membuat makanan lebih berkualitas, menarik serta rasa dan teksturnya lebih sempurna (Effendi, 2009). Penggunaan klorin pada beras bertujuan untuk membuat beras lebih putih dan mengkilap sehingga beras yang berstandar medium terlihat seperti beras berkualitas super selain itu juga memberikan keuntungan bagi pedagang karena dijual dengan harga yang lebih tinggi (Buhrani, 2008). Penelitian klorin pada beras putih dilakukan mengingat bahaya klorin terhadap kesehatan dan berdasarkan Permenkes No.722/menkes/per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan, bahwa klorin tidak tercatat sebagai bahan tambahan pangan dalam kelompok pemutih dan pematang tepung. Klorin sangat mudah larut dalam air, bersifat sangat reaktif dan merupakan jenis oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur lain, dalam suhu kamar berbentuk gas. Pada suhu -34 klorin berbentuk cair, pada suhu -130 berbentuk padatan kristal kekuningan dan bersifat mudah larut dalam air (Hasan, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan 8 sampel beras yang diambil secara acak dari 20 beras, yang dijual oleh 10 pedagang beras di pasar tradisional Klepu dengan kriteria beras berwarna putih dan sudah ditempatkan dalam wadah atau sudah di keluarkan dari karung beras. Data pengambilan beras dari pedagang

40 CERATA Journal Of Pharmacy Science dapat dilihat pada lampiran 13. Sampel kemudian diberi label A, B, C, D, E, F, G dan H. Sampel beras kemudian di identifikasi dengan uji kualitatif untuk mengetahui ada tidaknya kandungan klorin pada beras putih tersebut. Analisis dilakukan dengan cara mengambil filtrat air cucian beras yang sudah ditumbuk sebanyak 1 ml dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambah 1 ml larutan AgNO 3 sebagai pereaksi yang menghasilkan terjadinya reaksi endapan putih menggumpal, reaksi menandakan sampel tersebut mengandung klorin. Hasil analisis kualitatif diolah dengan menggunakan deskriptif persentase yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dari variabel penelitian. Hasil analisis kualitatif yang diperoleh dari 8 sampel beras putih terdapat 2 sampel positif mengandung klorin pada label B dan G dengan prosentase 25%, yang ditandai dengan adanya endapan putih menggumpal karena adanya senyawa klorida setelah penambahan AgNO 3 dan terdapat 6 sampel negatif mengandung klorin dengan prosentase 75% yaitu pada sampel dengan label A, C, D, E, F, dan H. Hasil ini sesuai dengan literatur yang mengatakan beras putih yang memakai bahan pemutih dapat dilihat dari ciri fisik yaitu beras berwarna putih mengkilat, licin saat digenggam, berbau zat kimia, dan jika direndam, air berubah menjadi putih pekat (Anonim, 2014). Analisis kuantitif dilakukan untuk menentukan kadar pemutih klorin pada beras putih yang telah positif mengandung klorin metode yang digunakan adalah Argentometri Mohr dilakukan dengan proses titrasi. Metode ini umum digunakan untuk penetapan kadar halogenida seperti klorida dan bromida yang membentuk endapan perak nitrat pada suasana netral. Prinsip Argentometri Mohr adalah reaksi pengendapan dimana senyawa klorida dalam suasana netral atau sedikit basa dengan larutan baku perak nitrat (AgNO 3 ) dan penambahan larutan indikator kalium kromat (K 2 CrO 4 ) pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan. Penambahan Indikator kalium kromat (K 2 CrO 4 ) bertujuan untuk mengetahui warna dari titik akhir titrasi (Sudjadi, 2007). Berikut reaksi yang terjadi pada analisis Argentometri Mohr : Ag + + Cl AgCl ( endapan putih ) 2Ag + + CrO 4 Ag 2 CrO 4 ( merah kecoklatan) Sebelum dilakukan analisis kuantitatif, terlebih dahulu melakukan pembakuan larutan AgNO 3 dengan NaCl 0,0141N dan titrasi blanko yang masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali. Pembakuan larutan bertujuan untuk menyamakan larutan yang digunakan untuk titrasi Argentometri dengan larutan standar baku (Brady, 1999). Dalam pembakuan AgNO 3 digunakan untuk larutan standar baku. Dari hasil pembakuan yang diperoleh normalitas rata-rata sebesar

CERATA Journal Of Pharmacy Science 41 0,013N. Titrasi blanko merupakan titrasi dimana larutan yang akan dititrasi tidak berisi sampel dan diperlakukan sama seperti prosedur sampel. Hasil titrasi blanko digunakan sebagai standar warna untuk hasil penetapan kadar kadar sampel sehingga dapat mengurangi kesalahan (Cairns, 2009). Dari hasil titrasi blanko diperoleh rata-rata volume AgNO 3 sebesar 3,43 ml. Berdasarkan pemeriksaan kuantitatif yang telah dilakukan diperoleh kadar rata-rata klorin pada sampel B sebesar 17,51 mg/l dan sampel G sebesar 18,11 mg/l. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan rata-rata dan standar deviasi. Dari hasil analisis, diperoleh nilai SD pada sampel B sebesar 0,25 dan G sebesar 0,11 yang menunjukkan nilai kurang dari 3 SD sehingga kedua data dapat diterima. Hasil ini menunjukkan beras putih yang mengandung klorin yang dijual di pasar tradisional Klepu berbahaya untuk dikonsumsi dan tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan klorin tidak tercatat dalam kelompok pemutih dan pematang tepung sehingga dalam kadar berapapun klorin dilarang digunakan dalam makanan. Menurut Food and Drug Administration (FDA) untuk ambang batas klorin yang digambarkan oleh klorin dioksida (ClO 2 ) dapat digunakan secara langsung untuk pangan tidak melebihi 3 ppm (Darniadi, 2010). Menurut Adiwisastra (1989) klorin dalam tubuh manusia dapat menganggu kesehatan, dapat menyebabkan penyakit maag dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang secara akumulatif akan menyebabkan penyakit kanker hati dan ginjal. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih teliti dalam memilih beras putih yang aman di konsumsi mengingat beras putih merupakan makanan pokok di Indonesia yang setiap hari di konsumsi sehingga efek klorin dapat menganggu kesehatan. Penggunaan klorin pada beras merupakan praktek pelanggaran yang membahayakan konsumen. Belum adanya peraturan atau sanksi yang tegas, terbatasnya pengetahuan penjual tentang bahaya klorin dan kemudahan mendapatkan bahan pemutih di berbagai tempat menjadikan faktor pendukung penyimpangan tersebut dilakukan. KESIMPULAN Dari 8 sampel beras putih yang diambil dari pasar tradisional Klepu, terdapat 2 sampel positif mengandung klorin, yaitu pada sampel B dan G. Kadar klorin yang terkandung pada sampel B sebesar 17,51 mg/l dan sampel G sebesar 18,11 mg/l

42 CERATA Journal Of Pharmacy Science DAFTAR PUSTAKA Adiwisastra, A. 1989. Keracunan Sumber, Bahaya Serta Penanggulangannya. Penerbit Angkasa. Bandung. Ahmad, A.K. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Anonim. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.772/Menkes/Per/XI/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal : 922 Anonim. 2004. Standar Nasional Indonesia No. 06-6989.19-2004. Badan Standarisasi Nasional : Medan. Anonim. 2007. Peraturan Menteri PertanianNo.32/Permentan/OT.110/3/2007 tentang Pelarangan Bahan Kimia Berbahaya pada proses Penggilingan Padi, huller dan Penyosoh Beras. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Anonim, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. Anonim. 2014. Begini, Cara Mengenali Beras Impor Berklorin. http://www.tempo.co/read/news/2014/03/11/090561180/begini-cara- Mengenali-Beras-Impor-Berklorin-artikel diakses tanggal 15 Oktober 2014. Jam 21:00 WIB Astawan, M. 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Penerbit Tiga Serangkai. Solo. Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Jakarta. Buhrani, R. 2008. Polisi Grebeg Penggilingan Beras Berklorin. http://www.antaranews.com/berita/97464/polisi-gerebeg-penggilinganberas-berklorin. Diakses tanggal 4 April 2015. Jam 19:00 WIB Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

CERATA Journal Of Pharmacy Science 43 Darniadi, S. 2010. Identifikasi Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pemutih Klorin Pada Beras. Buku Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional Tahun 2010. Buku 3. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian : Bogor. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal : 135 Effendi, S. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Makanan. Penerbit Alfabeta. Bandung. Gandapurnama, B. 2013. BBPOM Bandung Temukan Beras Mengandung Pemutih Pakaian. http://news.detik.com/read/2013/07/17/130608/2305499/486/2/bbpombandung-temukan-beras-mengandung-pemutih-pakaian-artikel. Diakses 15 Oktober 2014. Jam 20:00 WIB Hadrian. 2006. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Penerbit Sastra Hudaya : Jakarta. Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal : 38-45 Hasan, A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Vol. 7, No. 1 http://ejurnal.bppt.go.id. Diakses 15 Oktober 2014 Jam 21: 00 WIB Inove Y. W., Jemmy A., Frenly W. 2014. Analisis Klorin Pada Beras Yang Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT : Manado. Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., Wood. J.H. 1993. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta. Laksmi, S.B. 2001. Potensi dan Prospek Bioteknologi dalam Rangka Penyediaan Pangan Menyehatkan. Orasi Ilmiah Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Marsini. 2013. Penentuan Kadar Residu Klorin Pada Beras Di Pasaran. Karya Tulis Ilmiah D-III Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi : Surakarta. Moehnyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Penerbit Bharata. Jakarta. Mubarak, W.I dan Chayanti, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. Hal : 321-322

44 CERATA Journal Of Pharmacy Science Setiawan, D. 2013. 10 Jenis Beras di Surabaya Mengandung Klorin http://industri.kontan.co.id/news/10-jenis-beras-di-surabaya-mengandungklorin diakses 15 Oktober 2014. Jam 20:00 WIB Sinaga, H. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap Makanan Yang Mengandung Bahan Tambahan Makanan dan Bahan Kimia Berbahaya pada Sekolah Dasar di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan tahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Sinuhaji, Dian Novita. 2009. Perbedaan Kandungan Klorin (Cl 2 ) Pada Beras Sebelum Dan Sesudah di Masak. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara: Medan. Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Hal : 167 Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal : 146 Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. Hal : 2 Yuniastuti, A. 2008. Gizi dan Kesehatan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Hal : 91