BAB I PENDAHULUAN. Tidak mengherankan jika masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa status

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /SEOJK.05/2015 TENTANG DASAR PENILAIAN INVESTASI DANA PENSIUN, BENTUK DAN SUSUNAN SERTA TATA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN INVESTASI DANA PENSIUN, BENTUK DAN SUSUNAN SERTA TATA

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /SEOJK.05/2015 TENTANG DASAR PENILAIAN INVESTASI DANA PENSIUN, BENTUK DAN SUSUNAN SERTA TATA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN INVESTASI DANA PENSIUN, BENTUK DAN SUSUNAN SERTA TATA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus kehidupan seseorang ada tiga tahapan kehidupan yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

I. PENDAHULUAN. dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Menurut data Departemen Keuangan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

LAPORAN DEWAN PENGAWAS DPLK PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK Semester II

2 baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, Dana Pensiun dapat memenuhi kewajiban pembayaran manfaat kepada Peserta. Untuk itu, Dana Pensiun me

BAB I PENDAHULUAN. Konsep risiko portofolio dari Harry M. Markowitz pada tahun 1950-an

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

EASTSPRING INVESTMENTS IDR HIGH GRADE

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar keuangan Indonesia telah mengalami pemulihan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSA DANA SYARIAH MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Statistik Dana Pensiun Kupas Tuntas Permasalahan Dana pensiun Menuju Stabilitas Industri

PENDAHULUAN. penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri Dana Pensiun saat ini mempunyai peranan yang makin besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya, masyarakat Indonesia lebih memilih menabung di bank

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya tidak hanya mengelola risiko perusahaan secara korporasi, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS MEAN VARIANCE PORTOFOLIO INVESTASI (STUDI KASUS PADA DANA PENSIUN X) TESIS AMALIA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara

I. PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil ini,

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan kebutuhan untuk berinvestasi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dimasa yang akan datang. Seorang investor yang ingin melakukan investasi bisa

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

49 Universitas Indonesia

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak semua orang siap menghadapi masa tuanya. Terdapat banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

Pokok-pokok Perubahan PMK Investasi Dana Pensiun. Mulabasa Hutabarat Kepala Biro Dana Pensiun - Bapepam-LK

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).

EASTSPRING INVESTMENTS YIELD DISCOVERY

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk

Yth. Pengurus Dana Pensiun di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran investasi masyarakat Indonesia semakin meningkat dari tahun

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penerapan strategi..., Iswardi, FE UI, 2008

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

I. PENDAHULUAN. menguntungkan bagi pemulihan perekonomian pasca krisis seperti isu terorisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberadaan pasar modal sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha

Pasar Modal SMAK BPK Penabur, Cirebon 30 April 2015

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia lebih banyak mengenal bahwa program pensiun hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tidak mengherankan jika masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa status sebagai PNS masih cukup menjanjikan dengan alasan adanya kesinambungan penghasilan setelah masa purnabakti. Kenyataannya tidaklah demikian, program pensiun dapat dimiliki setiap orang, baik karyawan swasta ataupun pegawai mandiri. Ada perusahaan yang memang mendirikan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dengan tujuan memberikan penghargaan kepada karyawannya setelah masa purnabakti, namun ada pula yang mengikutsertakan pegawainya sebagai peserta pensiun pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Para pekerja mandiri pun dapat menjadi peserta pensiun pada DPLK (Aprilia, 2014). Payung hukum keberadaan industri dana pensiun di Indonesia sudah ada sejak 23 tahun yang lalu, yaitu sejak disahkannya Undang-undang nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Undang-undang Dana Pensiun). Dalam kurun waktu 23 tahun, dana pensiun di Indonesia memang belum dikatakan sebagai industri yang berkembang pesat seperti halnya industri keuangan lainnya. Berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai dengan Desember 2014, total aset bersih dana pensiun per Desember 2014 mencapai Rp 186,3 triliun dengan pertumbuhan rata-rata aset dana pensiun sebesar 9,7% per tahunnya. Namun

2 demikian, total aset dana pensiun dimaksud masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan total aset industri Perbankan yang mencapai Rp 5.615 triliun per Desember 2014 dan kapitalisasi serta dana kelolaan industri Pasar Modal yang mencapai Rp 6.609 triliun per Desember 2014. Tantangan yang dihadapi para dana pensiun adalah masih rendahnya tingkat penetrasi dana pensiun Indonesia walaupun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tingkat penetrasi dana pensiun Indonesia tahun 2014 adalah sebesar 5,7%. Berdasarkan data World Bank tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat keenam dari 6 negara Asia Tenggara dalam tingkat penetrasi dana pensiun di bawah Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan bahkan Vietnam. Rendahnya penetrasi dana pensiun di Indonesia menunjukkan bahwa masih terbatasnya pemahaman masyarakat tentang dana pensiun. Selain itu, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk menggunakan fasilitas keuangan masih rendah, yang mungkin terkait rendahnya tingkat pendidikan dan penghasilan masyarakat serta desain produk dana pensiun yang mungkin belum dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Berdasarkan data OJK, jumlah dana pensiun selama lima tahun terakhir mengalami penurunan, khususnya DPPK dengan skema Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP). Hingga akhir tahun 2013, jumlah Dana Pensiun yang masih aktif beroperasi sebanyak 265 Dana Pensiun, yaitu terdiri atas 241 DPPK dan 24 DPLK. Dari 241 DPPK terdiri dari 198 DPPK Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan 43 DPPK Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Perkembangan jumlah dana pensiun dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 1.1.

3 300 280 41 40 41 43 43 42 Unit 260 240 220 200 180 276 272 37 270 269 265 32 210 208 204 201 198 27 25 24 25 25 24 22 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Unit DPPK-PPMP Total Dana Pensiun DPPK-PPIP DPLK Gambar 1.1 Jumlah Dana Pensiun Tahun 2009-2013 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2014 Berdasarkan Undang-undang Dana Pensiun, dana pensiun didefinisikan sebagai badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Seperti halnya perusahaan asuransi ataupun bank, dana pensiun juga termasuk lembaga intermediary, yang mengumpulkan dana pihak ketiga. Walaupun persentase jumlah aset dana pensiun dibandingkan Bank masih relatif kecil dan jumlah dana pensiun juga terus menurun, namun pertumbuhan aset/investasi dan peserta program pensiun di Indonesia terus mengalami peningkatan. Berdasarkan Gambar 1.2, nilai aset dana pensiun pada tahun 2009 sebesar Rp 112,51 triliun, sedangkan pada akhir tahun 2013, nilai tersebut mencapai Rp 162,44 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 44,3%. Berdasarkan data OJK (2014), sejak tahun 2009 sampai tahun 2013 jumlah peserta dana pensiun terus mengalami pertumbuhan. Peserta dana pensiun pada

4 tahun 2009 berjumlah 2.681.233 peserta dan pada akhir tahun 2013 berjumlah 3.663.645 peserta. Triliun Rupiah 160 140 120 100 80 60 40 28 23 18 13 Triliun Rupiah 20 2009 2010 2011 2012 2013 DPPK PPMP 88,24 101,04 106,47 117,18 116,94 Total Dana Pensiun 112,51 130,34 141,58 158,37 162,44 DPPK PPIP 9,28 11,3 13,36 15,38 16,11 DPLK 14,99 18 21,75 25,81 29,39 8 Gambar 1.2 Jumlah Aset Dana Pensiun Tahun 2009-2013 (triliun rupiah) Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2014 Besarnya dana yang harus dikelola dana pensiun dan besarnya potensi dana yang dimiliki dana pensiun diharapkan juga dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Jika dilihat dari alokasi investasi dana pensiun per akhir tahun 2013 yang mencapai Rp 162,44 triliun, dana tersebut tentumya bukan merupakan dana yang kecil. Dana tersebut tersebar pada instrumen pasar uang (deposito, deposito on call, sertifikat deposito, dan sertifikat Bank Indonesia), pasar modal (obligasi, sukuk, saham, dan reksadana), tanah dan bangunan, surat berharga negara, dan penyertaan langsung. Di antara jenis investasi tersebut, terdapat 4 (empat) jenis investasi yang mendominasi portofolio investasi Dana

5 Pensiun, yaitu Deposito, Obligasi, Surat Berharga Negara (SBN), dan Saham. Perkembangan portofolio investasi dana pensiun dapat dilihat pada Gambar 1.3. 30 25 20 Dalam Persentase 15 10 5 0 2009 2010 2011 2012 2013 Deposito 21,92 22,25 25,33 26,27 22,97 SBN 27,52 24,66 22,12 20,34 19,66 Obligasi 24,05 22,94 23,62 24,25 24,66 Saham 14,81 17,38 16,09 16,43 16,44 Reksadana 5 5,88 6,83 6,57 6,93 Tanah dan Bangunan 3,22 3,13 3,08 3,08 4,79 Sukuk dan Tabungan 0 0,63 0 0 0,9 Lain-lain 3,48 3,12 2,93 3,05 3,65 Gambar 1.3 Portofolio Investasi Dana Pensiun Tahun 2009-2013 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2014 Dana pensiun dalam menjalankan pengelolaan dananya menggunakan prinsip kehati-hatian (prudent). Pemerintah mengatur tentang pengelolaan

6 investasi yang dilakukan oleh dana pensiun melalui Peraturan Menteri Keuangan nomor 199/PMK.010/2008 tentang Investasi Dana Pensiun. Adanya peraturan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi dana pensiun dalam menginvestasikan dana kelolaannya agar dapat memperoleh hasil yang optimal, namun tetap memperhatikan aspek kehati-hatian (prudent) sehingga dapat melindungi kepentingan peserta. Dalam membentuk portofolio, Dana Pensiun sebagai investor harus memperhatikan tiga hal dasar berkenaan dengan instrument keuangan yang akan dipilih sebagai elemen portofolio. Tiga hal penting tersebut adalah risiko, return atau imbal hasil pengembalian yang diharapkan, dan hubungan antara imbal hasil dengan risiko. Dalam dunia investasi, dikenal istilah high risk, high return dimana semakin tinggi imbal hasil maka semakin tinggi pula risiko dan berlaku juga sebaliknya. Dengan membentuk portofolio, risiko yang harus ditanggung Dana Pensiun akan lebih kecil dibandingkan dengan risiko sekuritas secara individual. Portofolio investasi sendiri sangat rentan terhadap risiko pasar, baik dari sisi risiko suku bunga, risiko nilai tukar maupun risiko ekuitas, khususnya terkait dengan fluktuasi harga pasar saham, obligasi dan Surat Berharga Negara dalam waktu yang singkat. Risiko pasar tersebut bisa berpengaruh, baik secara keseluruhan atau parsial terhadap investasi Dana Pensiun secara keseluruhan. Lebih lanjut, agar mendapatkan imbal hasil yang optimum, investor dapat melakukan suatu usaha yaitu diversifikasi portofolionya sehingga risiko yang harus ditanggung berkurang. Diversifikasi investasi sendiri baru akan memberikan manfaat optimum apabila antar instrumen dalam suatu portofolio berkolerasi

7 negatif. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Markowitz (1952) dimana risiko investasi dapat diminimalisir dengan menggabungkan beberapa aset dalam suatu portofolio. Diversifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah diversifikasi yang menggunakan pendekatan Mean Variance Model yang ditemukan oleh Markowitz. Dengan pendekatan metode Markowitz, untuk mencapai portofolio yang optimal, Dana Pensiun harus dapat menentukan dengan cermat proporsi yang tepat atas masing-masing instrumen keuangan yang dimilikinya. Pendekatan ini mengacu pada pembentukan portofolio yang memiliki tingkat keuntungan tertinggi pada tingkat risiko tertentu. Portofolio semacam itu disebut Markowitz Efficient Portofolio (MEP). Menurut Hartono (2014) metode Markowitz membentuk set efisien dan portofolio optimalnya dengan pendekatan kuantitatif yang menghubungkan risiko yang diukur dengan deviasi standar atau varian (variance) dengan return ekspektasinya atau rata-rata return-nya (mean), sehingga metode ini disebut dengan mean variance method. Sharpe (2002) menyatakan bahwa dalam praktek mengalokasikan dana, dana pensiun biasanya menggunakan pendekatan standar yaitu single-index period mean-variance model, dan terkadang diikuti dengan simulasi Monte Carb untuk mengetahui proyeksi jangka panjang dari pengalokasian dana yang dilakukan di masa yang akan datang. Jadi, model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Markowitz sudah tepat.

8.Penelitian ini difokuskan pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang menjalankan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Berbeda dengan dana pensiun yang menjalankan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), risiko investasi dana pensiun dengan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) ada pada peserta pensiun. Hal ini sesuai dengan definisi PPIP menurut Undang-undang Dana Pensiun bahwa Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP) dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening peserta sebagai manfaat pensiun. Semakin baik kinerja keuangan dan kinerja investasi yang dilakukan oleh dana pensiun, maka akan semakin besar manfaat pensiun yang akan diterima oleh peserta DPLK. Satu-satunya DPLK di Indonesia yang menggunakan prinsip syariah adalah DPLK Muamalat. Konsep syariah mulai diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1991 ketika Bank Muamalat Indonesia berdiri. Pada tahun 1998 terjadinya krisis finansial yang menghantam Indonesia telah menyebabkan kondisi ekonomi yang tidak kondusif, sehingga menyebabkan ditutupnya sejumlah bank di Indonesia. Namun dalam kondisi tersebut, modal Bank Muamalat masih positif, tidak ada negative spread dan Bank Muamalat tetap dalam predikat bank dengan kategori A. Hal tersebut menyebabkan Bank Muamalat tidak ikut dalam program rekapitalisasi yang dilakukan Pemerintah, sehingga dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah mampu bertahan dalam krisis ekonomi yang terjadi. Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali oleh perkembangan sektor perbankan, selanjutnya diikuti oleh sektor perasuransian dan

9 pasar modal. Dalam perkembangannya, setiap sektor memiliki tantangan yang berbeda. Data perkembangan produk syariah dalam periode 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan bahwa pada umumnya seluruh produk keuangan syariah memiliki tren positif sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.1. Adanya perkembangan tersebut memberikan kontribusi yang cukup penting dalam aktivitas perekenomian Indonesia. Tabel 1.1 Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah (Triliun Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 Pasar Modal Syariah Kapitalisasi Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) na 1.968,09 2.451,33 2.557,85 2.946,89 Sukuk Korporasi 6,12 5,88 6,88 7,55 7,11 Surat Berharga Syariah Negara 44,34 77,73 124,44 169,29 206,10 NAB Reksadana Syariah 5,23 5,56 8,05 9,43 11,24 IKNB Syariah (aset) 18,68 26,90 35,83 41,71 54,41 Perbankan Syariah (aset) 97,51 145,46 195,01 242,27 272,34 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2015 1.2 Identifikasi, Perumusan, dan Batasan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia terlihat dari pesatnya perkembangan industri perbankan syariah. Hal ini berdampak positif terhadap perkembangan industri keuangan lainnya (Febriyanti 2008). DPLK Muamalat merupakan salah satu dari 24 DPLK yang ada di Indonesia dan merupakan satusatunya DPLK yang menggunakan prinsip syariah. Berdasarkan Gambar 1.4, pertumbuhan asset DPLK Muamalat dalam enam tahun terakhir rata-rata berada

10 di 28,8%. Pertumbuhan asset yang cukup baik membutuhkan perhatian khusus dari Pendiri DPLK Muamalat bahwa DPLK Muamalat merupakan salah satu unit bisnis yang cukup menjanjikan. 800 700 714,241 Miliar Rupiah 600 500 400 300 200 200,446 266,292 328,155 442,831 565,746 100 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Gambar 1.4 Jumlah Aset DPLK Muamalat Tahun 2009-2014 (Miliar Rupiah) Sumber: DPLK Muamalat, 2015 Pengurus DPLK Muamalat melaporkan secara rutin kinerja portofolio investasinya kepada peserta. Kinerja dari DPLK Muamalat tentunya menjadi salah satu komponen yang dapat dijadikan pertimbangan bagi para calon peserta DPLK dalam melakukan pemilihan DPLK. Kinerja yang baik merupakan nilai lebih bagi DPLK dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemberi kerja atau pekerja mandiri yang ingin ikut serta dalam program pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Muamalat. Berdasarkan Gambar 1.5, kinerja investasi DPLK Muamalat masih belum menunjukkan kinerja yang cukup baik, karena tingkat pengembalian hasil

11 (return on investment/roi) dari DPLK Muamalat terus menurun selama 5 tahun terakhir. Presentase ROI 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2009 2010 2011 2012 2013 DPLK 16,16 10,95 8,8 8,24 3,64 DPLK MUAMALAT 13,17 8,87 7,71 8 4,48 Gambar 1.5 Tingkat Pengembalian Investasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan Tahun 2009-2013 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan DPLK Muamalat, 2015 Setiap DPLK biasanya menawarkan beberapa alternatif pilihan paket investasi bagi pesertanya. Paket investasi itu bebas dipilih oleh setiap peserta pensiun sesuai dengan seberapa besar risk-return yang diekspektasikannya. Namun, investasi pada pihak mana akan ditempatkan dan seberapa besar komposisi penempatan pada setiap kelas aset investasi tetap menjadi kebijakan DPLK. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Dana Pensiun berkewajiban untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan program pensiun. Oleh karena itu, evaluasi dalam pengelolaan portofolio investasi dana pensiun perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah strategi diversifikasi portofolio yang dilakukan tersebut sudah berjalan kearah yang benar, atau perlu perbaikan

12 sehingga dapat dicapai suatu nilai portfolio yang optimal di periode yang akan datang. Untuk itu, berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis akan menganalisis kinerja Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat periode tahun 2012-2014 dalam melakukan diversifikasi portofolio dengan menggunakan pendekatan Markowitz. 1.2.2 Rumusan Masalah Dalam membentuk portofolionya, DPLK perlu melakukan analisis atas risiko dan imbal hasil setiap instrumen keuangan untuk menetapkan kebijakan diversifikasi portofolionya. Hal ini dilakukan agar portofolio yang dibentuk merupakan portofolio yang optimal. Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, berikut adalah permasalahan yang akan dibahas lebih detail dalam penelitian ini. 1) Bagaimanakah karakteristik return individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014? 2) Bagaimanakah karakteristik risiko individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014? 3) Bagaimanakah kinerja portofolio investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014? 4) Bagaimanakah karakteristik alternatif portofolio efisien dan optimal dengan menggunakan metode Markowitz yang terbentuk berdasarkan data historis DPLK Muamalat?

13 5) Apakah kinerja portofolio optimal menggunakan metode Markowitz lebih baik dari kinerja portofolio investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014 berdasarkan Sharpe ratio? 1.2.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada data yang terdapat pada DPLK Muamalat. Data yang digunakan adalah data historis atas investasi yang dilakukan oleh DPLK Muamalat pada tahun 2012-2014. Instrumen investasi yang dibahas dalam penelitian ini hanya mencakup instrumen deposito, sukuk, reksadana, dan saham. DPLK Muamalat merupakan Dana Pensiun yang menjalankan pengelolaan investasinya berdasarkan prinsip syariah, sehingga instrumen investasi yang dipilih sesuai dengan kaidah syariah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui karakteristik return individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014. 2) Untuk mengetahui karakteristik risiko individual aset investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014. 3) Untuk mengetahui kinerja portofolio investasi DPLK Muamalat tahun 2012-2014. 4) Untuk mengetahui karakteristik alternatif portofolio efisien dan optimal dengan menggunakan metode Markowitz yang terbentuk berdasarkan data historis DPLK Muamalat.

14 5) Untuk mengetahui kinerja portofolio yang paling optimal berdasarkan Sharpe ratio. 1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1. Bagi Dana Pensiun Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Dana Pensiun perusahaan lainnya sebagai masukan dan bahan pertimbangan di dalam memilih strategi dan pengelolaan investasi portofolio untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Bagi DPLK Muamalat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa bahan masukan dan dijadikan pertimbangan dalam rencana strategi dan pengelolaan investasi portofolio di periode selanjutnya. 3. Bagi Akademisi Sebagi sumber informasi yang dapat memperkaya dunia pustaka, terutama yang berkaitan dengan bidang ilmu manajemen investasi dan portofolio.