Masalah dan algoritma digraf eksentris dari digraf

dokumen-dokumen yang mirip
Digraf dengan perioda 2

Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments)

Digraf Eksentris Turnamen Tereduksi

PERULANGAN PADA DIGRAF HAMPIR MOORE

EKSENTRISITAS DIGRAF PADA GRAF TANGGA Andri Royani, Mariatul Kiftiah, Yudhi

Penerapan Teori Graf untuk Mencari Eksentrik Digraf dari Graf Star, Graf Double Star dan Graf Komplit Bipartit

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

Eksentrik Digraf dari Graf Star, Graf Double Star, dan Graf Komplit Bipartit

EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS

SUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4

DIGRAF EKSENTRIK DARI GRAF STAR DAN GRAF WHEEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sepasang titik. Himpunan titik di G dinotasikan dengan V(G) dan himpunan

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

BAB II LANDASAN TEORI

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur

Discrete Mathematics & Its Applications Chapter 10 : Graphs. Fahrul Usman Institut Teknologi Bandung Pengajaran Matematika

Pelabelan Total (a, d)-simpul Antimagic pada Digraf Matahari

EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH

NILAI MAKSIMUM DAN MINIMUM PELABELAN- γ PADA GRAF LINTANG

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

DIMENSI METRIK PADA GRAF LINTASAN, GRAF KOMPLIT, GRAF SIKEL, GRAF BINTANG DAN GRAF BIPARTIT KOMPLIT

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

Struktur dan Organisasi Data 2 G R A P H

II.TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang definisi serta konsep-konsep yang mendukung

Penggunaan Algoritma Kruskal yang Diperluas untuk Mencari Semua Minimum Spanning Tree Tanpa Konstren dari Suatu Graf

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BILANGAN RADIO PADA GRAF GEAR. Ambar Puspasari 1, Bambang Irawanto 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID SATU. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

BAB 2 LANDASAN TEORI

SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS ALL CYCLES Nur Rohmah Oktaviani Putri

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp 2 (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir

BAB II LANDASAN TEORI

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi sebagai landasan teori dari penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

BILANGAN DOMINASI LOKASI PERSEKITARAN TERBUKA PADA GRAF TREE

PENYELESAIAN MASALAH LINTASAN TERPENDEK FUZZY DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CHUANG KUNG DAN ALGORITMA FLOYD

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

II. TINJAUAN PUSTAKA. kromatik lokasi pada suatu graf sebagai landasan teori pada penelitian ini

Bilangan Kromatik Graf Hasil Amalgamasi Dua Buah Graf

DIMENSI METRIK GRAF BLOK BEBAS ANTING

BAB II TEORI GRAF DAN PELABELAN GRAF. Dalam bab ini akan diberikan beberapa definisi dan konsep dasar dari

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN

Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Shadow Graph Sikel

ALGORITMA FORD-FULKERSON UNTUK MEMAKSIMUMKAN FLOW DALAM PENDISTRIBUSIAN BARANG

DIMENSI METRIK GRAF KIPAS Suhartina 1*), Nurdin 2), Amir Kamal Amir 3) Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos 90245

NILAI TOTAL KETIDAKTERATURAN TITIK DARI SUBDIVISI GRAF BINTANG S. UNTUK m 9, n 3 ON THE TOTAL VERTEX IRREGULARITY STRENGTH OF SUBDIVISION OF STAR S

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar teori graf dan dimensi partisi

HAND OUT MATA KULIAH TEORI GRAF (MT 424) JILID DUA. Oleh: Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si.

PEMBERIAN NOMOR VERTEX PADA TOPOLOGI JARINGAN GRAF WHEEL, GRAF HELM DAN GRAF LOLLIPOP

PENENTUAN DIMENSI METRIK GRAF HELM

MENJAWAB TEKA-TEKI LANGKAH KUDA PADA BEBERAPA UKURAN PAPAN CATUR DENGAN TEORI GRAPH. Oleh Abdussakir

GRAF. V3 e5. V = {v 1, v 2, v 3, v 4 } E = {e 1, e 2, e 3, e 4, e 5 } E = {(v 1,v 2 ), (v 1,v 2 ), (v 1,v 3 ), (v 2,v 3 ), (v 3,v 3 )}

LOGIKA DAN ALGORITMA

I. LANDASAN TEORI. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, teori graf merupakan salah satu ilmu

II. KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Graf G adalah himpunan terurut ( V(G), E(G)), dengan V(G) menyatakan

BILANGAN DOMINASI LOKASI METRIK DARI GRAF HASIL OPERASI KORONA. Hazrul Iswadi

Sebuah graf sederhana G adalah pasangan terurut G = (V, E) dengan V adalah

BILANGAN DOMINASI EKSENTRIK TERHUBUNG pada GRAF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3,.., v n } himpunan

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

Konstruksi Graf Berarah Menggunakan Struktur Repeat

PELABELAN GRACEFUL PADA GRAF HALIN G(2, n), UNTUK n 3

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA

BATAS ATAS BILANGAN DOMINASI LOKASI METRIK DARI GRAF HASIL OPERASI KORONA

DIMENSI METRIK PADA HASIL OPERASI KORONA DUA BUAH GRAF

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

`BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Penugasan Sebagai Masalah Matching Bobot Maksimum Dalam Graf Bipartisi Lengkap Berlabel

DIMENSI METRIK PENGEMBANGAN GRAF KINCIR POLA K 1 + mk 3

BAB II LANDASAN TEORI

v 3 e 2 e 4 e 6 e 3 v 4

BAB 1 PENDAHULUAN. Persoalan lintasan terpanjang (longest path) merupakan persoalan dalam mencari

Minggu Ke XIV Uraian dan Contoh

merupakan himpunan sisi-sisi tidak berarah pada. (Yaoyuenyong et al. 2002)

SIFAT NILAI EIGEN MATRIKS ANTI ADJACENCY DARI GRAF SIMETRIK

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK

Line Graph dari Graf Kincir dan Graf Kipas

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, istilah istilah yang berhubungan dengan materi

PEMBERIAN NOMOR VERTEX

BAB I PENDAHULUAN. himpunan bagian bilangan cacah yang disebut label. Pertama kali diperkenalkan

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Definisi Graf

Suatu graf G adalah pasangan himpunan (V, E), dimana V adalah himpunan titik

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bidang matematika yang memiliki banyak. terapan di berbagai bidang sampai saat ini.

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB PADA GRAF BINTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

Transkripsi:

Masalah dan algoritma digraf eksentris dari digraf Hazrul Iswadi, Arif Herlambang, Heru Arwoko Departemen Matematika dan IPA (MIPA), Universitas Surabaya Abstrak Eksentrisitas e(u) suatu titik u di digraf G adalah jarak maksimum dari u ke titik lain di G. Titik eksentris u adalah titik lain v di G yang memiliki jarak dari u sama dengan e(u). Digraf eksentris ED(G) dari digraf G adalah digraf yang memiliki titik yang sama dengan G dan terdapat busur u ke v jika dan hanya jika v titik eksentris u. Digraf eksentrisitas iterasi ke-k dari digraf G ditulis sebagai ED k ( G 1 ) ED ( ED k ( G )), dengan ED 1 (G) = ED(G) dan ED 0 (G) = G. Dengan menggunakan studi literatur, paper ini akan memaparkan masalah (sering disebut open problem) seputar digraf eksentris dari digraf dan hipotesis (sering disebut sebagai konjektur). Kemudian paper ini memperkenalkan algoritma dan program yang dapat digunakan untuk mencari iterasi digraf eksentris dari digraf. Kata-kunci: eksentrisitas, digraf eksentris, iterasi PENDAHULUAN Sistim pertandingan olahraga sering menggunakan pertandingan setengah kompetisi (round-robin tournament) yaitu setiap tim atau atlet yang bertanding akan menghadapi musuhnya masing-masing satu kali dan juara dalam sistim pertandingan tersebut dinilai dari seberapa banyak tim atau atlet tersebut mampu mengalahkan sebanyak mungkin musuh-musuhnya. Para ahli teori graf memodelkan sistim pertandingan di atas menjadi suatu bentuk sistim yang disebut turnamen (Harary dkk (1966)). Turnamen merupakan bagian dari suatu kelas yang lebih umum yang disebut dengan digraf (directed graph). Suatu digraf (directed graph) G = G(V,E) adalah sebuah himpunan tak kosong berhingga V = V(G) yang disebut dengan titik-titik dan himpunan pasangan terurut E = E(G) dari titik-titik u dan v yang berbeda di V yang disebut dengan busur-busur dan ditulis dengan a = (u,v). Kardinalitas himpunan titik V(G) digraf G disebut dengan orde 1

(order) G dan kardinalitas himpunan busur E(G) digraf G disebut dengan ukuran (size) G. Digraf G dengan satu titik disebut dengan digraf trivial. Pendefinisian graf G hampir sama dengan digraf kecuali himpunan pasangan terurut diganti dengan himpunan pasangan tak terurut yang disebut dengan sisi-sisi. Digraf G 1 dikatakan isomorfis dengan digraf G 2 jika terdapat pemetaan satu-satu, yang disebut dengan isomorfisma, dari V(G 1 ) pada V(G 2 ) sehingga (u,v) E(G 1 ) jika dan hanya jika ( (u), ( v)) E(G 2 ). Jika digraf G 1 isomorfis dengan digraf G 2 maka ditulis dengan G1 G2. Jalan berarah W (directed walk) dengan panjang k di digraf G adalah barisan berhingga W = v 0 a 1 v 1 a k v k yang memiliki bentuk selang-seling titik dengan busur sehingga untuk i = 1, 2,, k busur a i mempunyai pangkal v i-1 dan akhir v i. Lintasan berarah P (directed path) dengan panjang k di digraf G adalah jalan berarah dengan titiktitik v 0, v 1,, v k semuanya berbeda. Jika lintasan berarah P = v 0 a 1 v 1 a k v k diketahui dengan jelas seringkali ditulis dengan singkat sebagai lintasan berarah v 0 -v k. Lingkaran berarah (directed cycle) C k dengan panjang k adalah sebuah lintasan berarah dengan titik awal v 0 sama dengan titik ujung v k. Untuk selanjutnya jalan berarah, lintasan berarah, dan lingkaran berarah disingkat dengan menyebut sebagai jalan, lintasan, dan lingkaran. Jarak (distance) d(u,v) antara titik u dan v adalah panjang lintasan terpendek yang menghubungkan u ke v. Didefinisikan d(u,v) = jika tidak ada lintasan yang menghubungkan u ke v. Eksentrisitas (eccentricity) e(u) dari titik u adalah maksimum jarak dari u ke suatu titik lain di digraf G atau e u max d( u, v) eksentris (vertex eccentric) dari u jika d(u,v) = e(u). v G. Titik v adalah titik 2

OPEN PROBLEM DAN KONJEKTUR Memperoleh digraf atau graf baru berdasarkan graf atau digraf lama yang diberikan sudah menjadi perhatian dari ahli teori graf sejak lama. Contoh graf yang diturunkan dari graf G atau digraf D yang diberikan adalah graf garis L(G) atau digraf garis L(D) (line graph atau digraph), graf total T(G) (total graph) dan graf pangkat ke-n G n (n-th power G n ) (lihat Parthasarathy (1994)). Buckley tertarik untuk mendapat digraf baru dari graf lama dengan menggunakan konsep jarak dengan mendefinisikan digraf eksentris (digraph eccentric) ED(G) dari graf G sebagai suatu digraf yang mempunyai titik yang sama dengan G dan terdapat sebuah busur dari u ke v jika v adalah titik eksentris dari u (Buckley (2001)). Buckley sampai pada kesimpulan Untuk hampir semua graf G, digraf eksentrisnya adalah ED(G) = (G ) *, dengan (G ) * menyatakan komplemen G dimana tiap sisi tak berarah diganti dengan dua busur simetri. Boland dan Miller (2001) memperkenalkan digraf eksentris dari sebuah digraf dengan beberapa pertanyaan terbuka tentang sifat dan eksistensi digraf eksentris bermacam-macam kelas dari digraf. Miller dkk (2002), memperkenalkan iterasi dari digraf eksentrisitas G. Diberikan bilangan bulat k 2, digraf eksentrisitas iterasi ke-k G ditulis sebagai k k ED ( G) ED( ED 1 ( G)). Sedangkan ED 1 (G) = ED(G) dan ED 0 (G) = G. Untuk setiap t t p digraf G terdapat bilangan bulat terkecil p > 0 dan t 0 sehingga ED ( G) ED ( G)). Bilangan p disebut periode (period) G, dinotasikan dengan p(g), dan bilangan t disebut dengan ekor (tail) G, dinotasikan dengan t(g). Digraf G disebut periodic jika t(g) = 0. Kemudian juga terdapat bilangan bulat terkecil p > 0 dan t 0 sehingga t t p ED ( G) ED ( G)). Bilangan p disebut dengan iso-perioda dan t disebut dengan 3

iso-tail. Jika t (G) = 0 maka digraf G disebut dengan iso-periodik. Contoh digraf G dengan digraf eksentrisnya yang dapat ditentukan dengan memeriksa langsung. a. Digraf G b. Digraf eksentris ED(G) Gambar 1. Digraf G dengan digraph eksentris ED(G) berikut: Miller dkk (2002) mengusulkan beberapa persoalan dan konjektur sebagai Open problem 1 : Tentukan kondisi cukup dan perlu untuk suatu digraf menjadi digraf eksentris Open problem 2 Konjektur 1 : Tentukan perioda dan ekor dari bermacam kelas graf dan digraf. : Untuk setiap digraf G dengan n titik 1 p ( G) n 2 Open problem 3 : Untuk setiap n, identifikasi berapa kelas periodik yang mungkin terjadi (sebuah kelas disebut periodik jika setiap graf dalam kelas 4

tersebut periodik). Open problem 4 : Untuk setiap digraf G, apakah benar bahwa t(g) = t (G)? Dalam Miller dkk (2002) juga terdapat beberapa open problem dan konjektur yang lain yang dalam paper ini tidak dituliskan karena untuk menuliskannya memerlukan definisidefinisi lain yang cukup banyak. Untuk lebih jelas pembaca dapat melihat sendiri di Miller dkk (2002). Iswadi (2003a) dan (2003b) tertarik untuk menggunakan konjektur 1 pada kelas tertentu dari digraf yang disebut turnamen. Kenapa pada turnamen? Jawabannya adalah karena struktur turnamen sangat kaya seperti yang diungkap oleh Clark J. dkk (1991) dan turnamen adalah kelas digraf yang paling sering diteliti (Bang-Jensen dkk (1996)). Selain alasan-alasan di atas, digraf eksentris ED(T) dari turnamen T mempunyai arti jika u terhubung ke v pada digraf eksentris ED(T) maka v merupakan musuh yang paling sukar dikalahkan oleh u. Sifat dari eksentrisitas dari turnamen telah diteliti oleh Harminc M. dkk (1994). Definisi dan istilah yang berkaitan dengan turnamen berikut ini diambilkan dari Chartrand dkk (1996) dan Jimenez (1998). Sebuah turnamen T = (V,E) berorde n adalah sebuah digraf tanpa loop sedemikian sehingga tiap pasang titik-titik v i dan v j dihubungkan dengan tepat satu busur (v i,v j ) atau (v j,v i ). Jika (v i,v j ) E maka disebut v i mendominasi v j dan v j didominasi oleh v i. Derajat keluar (out-degree) deg ( v ) dari suatu titik v i pada turnamen T adalah jumlah titik-titik yang didominasi oleh v i. Derajat masuk (in-degree) deg ( v ) dari suatu titik v i pada turnamen T adalah jumlah titik-titik yang i mendominasi v i. Dalam turnamen setengah kompetisi (round-robin tournament), derajat i 5

keluar deg ( v ) dari suatu titik v i adalah jumlah kemenangan yang dicapai pemain v i. i Karena alasan kedekatan istilah maka derajat keluar deg ( v ) suatu titik v i sering disebut i dengan skor s v. Sebuah titik v i i di turnamen T yang berorde n disebut pemancar (transmitter) v i jika mempunyai skor s v i = n-1 dan disebut penerima (receiver) jika mempunyai skor s v = 0. Kekalahan (reversal) T ~ dari suatu turnamen T adalah turnamen i yang diperoleh dari T dengan membalik semua arah busurnya. Sehingga kekalahan dari kekalahan T ~ adalah T sendiri. Sebuah turnamen tak trivial dengan orde n disebut regular jika n ganjil dan setiap titik mempunyai skor n 1 s =. Sedangkan turnamen T disebut 2 vi transitif jika (v i,v j ) dan (v j,v k ) busur-busur di T maka (v i,v k ) juga busur di T. Turnamen T disebut kuat jika untuk setiap pasangan titik v i dan v j selalu terdapat lintasan v i -v j dan v j - v i. Turnamen kuat T disebut trivial jika T memiliki orde 1 dan 2. Barisan skor turnamen adalah barisan skor sv s 1 v s 2 v dari titik-titiknya yang biasa ditulis dengan S: n s v 1, v2 s,, s v. n Dari Chartrand dkk (1996) telah diketahui untuk turnamen T orde n, untuk setiap n, hanya ada tepat satu dengan barisan skor 0, 1, 2,..., n-1. Sifat digraf eksentris dan iterasi digraf eksentris untuk turnamen regular dan transitif sudah diteliti oleh Iswadi (2003a). Digraf eksentris ED(T) dari turnamen transitif T orde n dengan v titik pemancar adalah kekalahan T ~ dari turnamen transitif T ditambah dengan busur-busur dari v ke titik-titik yang lain. Turnamen transitif T orde n memiliki p(t) = 2 dan t(t) = 1. Sedangkan digraf eksentris dari turnamen regular T orde n adalah kekalahan T ~ dari T. Turnamen regular T orde n periodik dan p(t) = 2. Kemudian Iswadi (2003b) meneliti 6

sifat-sifat digraf eksentris dari turnamen kuat dan diperoleh hasil bahwa digraf eksentris dari turnamen kuat T orde n adalah kekalahan T ~ dari T dan periodik dengan p(t) = 2. Semua hasil yang diperoleh Iswadi pada turnamen sesuai dengan konjektur 1 di atas. ALGORITMA DAN PROGRAM Jika ingin mengetahui sifat-sifat digraf eksentris ED(G) dari digraf G maka perlu mengetahui bentuk dari ED(G) itu sendiri. Karena proses untuk mendapatkan digraf eksentris dari digraf G dilakukan dengan memeriksa eksentrisitas e(u) masing-masing titik u di digraf G maka terjadi proses berulang dan rutin. Apalagi jika ingin ditentukan sifat periodik dari digraf G dengan melakukan iterasi digraf eksentris beberapa kali maka diperlukan program komputer yang dapat melakukan pekerjaan tersebut. Untuk mendapatkan digraf eksentris dari suatu digraf G dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama mencari jarak dari suatu titik u ke titik lain v di G. Jarak d(u,v) dapat ditentukan dengan nenggunakan algoritma Moore s Breadth First Search (lihat Chartrand dkk (1993)). Tahapan kedua, menentukan eksentrisitas e(u) yaitu e u max d( u, v) v G, untuk setiap titik u di G. Tahapan ketiga, menentukan titik eksentrisitas dari u yaitu titik lain v yang memiliki sifat e(u) = d(u,v). Tahapan keempat, menghubungkan titik u dan v di ED(G). Tahapan-tahapan untuk memperoleh digraf eksentris ED(G) tersebut kemudian dituangkan menjadi langkah-langkah pada algoritma berikut. Pada langkah-langkah algoritma di bawah kami sertakan tampilan program hasil implementasi yang dikerjakan oleh penulis ketiga. 7

Algoritma menentukan digraf eksentris dari digraf G Input Output : Digraf G : Digraf Eksentris ED(G) Langkah-langkah : 1. Untuk setiap titik u di G tentukan d(u,v) untuk setiap titik lain v di G dengan menggunakan algoritma Moore s Breadth First Search (MBFS). Gambar 2. Turnamen dengan 10 titik beserta jarak dari titik 1 ke titik 2 Pada gambar 2 berarti jarak dari titik 1 ke titik 2 bernilai 2 seperti yang tertera pada kiri bawah. Lintasan terpendek yang menghubungkan titik 1 dengan 2 dengan panjang 2 terlihat pada lintasan yang berwarna biru. Dengan menggunakan algoritma MBFS berulang-ulang dapat diketahui jarak dari titik 1 8

ke titik yang lain. Jarak dari titik 2 dan seterusnya pada titik lain dapat juga dilakukan dengan algoritma MBFS. 2. Tentukan eksentrisitas e(u) dari u yaitu e u max d( u, v). v G Gambar 3. Tampilan jarak dari titik 1 ke titik yang lain di turnamen Dari hasil tampilan program terlihat bahwa e(1) = 2. Eksentrisitas titik 2 dan seterusnya dapat diketahui dengan melanjutkan program di atas. 3. Tentukan titik eksentrisitas dari u yaitu titik lain v di G dengan u d( u, v) e. Dari gambar 3 tertera bahwa jarak dari titik 1 ke titik 2 dan 5 bernilai 2, sedangkan ke titik yang lain bernilai 1 titik eksentrisitas dari titik 1 adalah titik 2 dan 5. Untuk titik lain dapat ditentukan titik eksentrisitasnya dengan melanjutkan program. 4. Hubungkan u ke v di digraf eksentris ED(G). 9

Dengan demikian didapatkan kesimpulan bahwa pada digraph eksentris ED(G) titik 1 akan terhubung dengan titik 2 dan 5. Untuk lebih lengkapnya hasil digraph eksentris dari turnamen dengan 10 titik terlihat pada gambar 3 dibawah ini. Gambar 4. Digraf eksentris dari turnamen dengan 10 titik Algoritma di atas dapat dilanjutkan dengan algoritma untuk menentukan iterasi untuk digraf eksentris dari G sebagai berikut: Algoritma menentukan iterasi ke-k digraf eksentris dari digraf G Input Output : Digraf G : Iterasi ke-k digraf eksentris ED k (G) dari digraf G Langkah-langkah: 1. Misalkan ED 0 (G) = G. 2. Untuk setiap k lakukan 10

a. tentukan digraf eksentris ED(G) dari G. b. buat G ED(G). Para pembaca yang berminat untuk mendapatkan contoh program menentukan digraf eksentris hasil implementasi algoritma di atas dapat menghubungi para penulis pada alamat e-mail us6179@wolf.ubaya.ac.id. Apa yang diprediksikan oleh Iswadi (2003a) dan (2003b) tentang sifat iterasi dari turnamen regular, transitif, dan kuat ternyata cocok dengan hasil yang ditunjukkan oleh program. Gambar 5 di bawah merupakan iterasi ke-2 sampai dengan ke-5 dari turnamen dengan 10 titik. Terlihat pada digraf eksentris pada iterasi ke-2 sama dengan ke-4 dan iterasi ke-3 sama dengan ke-5. Jadi turnamen pada contoh 2 memiliki perioda p(g) = 2 dan t(g) = 2. a. Digraf eksentris ED 2 (G) b. Digraf eksentris ED 3 (G) 11

d. Digraf eksentris ED 4 (G) e. Digraf eksentris ED 5 (G) Gambar 5. Digraf berbentuk turnamen dengan 10 titik beserta iterasi ke-2 sampai ke-5 DISKUSI Dengan bantuan tampilan digraf beserta iterasinya banyak hal yang muncul yang kemudian perlu dikaji lebih lanjut. Pada gambar 1, jika dilakukan iterasi pada digraph eksentrisnya terlihat bahwa perioda dimulai pada ED(G), sedangkan pada gambar 5 terlihat bahwa perioda dimulai pada ED 2 (T). Bahkan pada suatu turnamen yang diambil acak oleh penulis pertama didapatkan bahwa pada iterasi ke-28 belum terlihat perelangannya. Sehingga menarik untuk diperiksa lebih lanjut apa syarat perlu dan cukup agar suatu digraf menjadi periodik? Kemudian pada gambar 4 terlihat bahwa hasil digraf eksentris dari turnamen T tidak berbentuk turnamen, sedangkan pada Iswadi (2003b) ditemukan bahwa pada turnamen regular digraf eksentrisnya berbentuk turnamen lagi yaitu kekalahan dari turnamen T. Sehingga menimbulkan pertanyaan apa syarat perlu dan cukup agar T 0 merupakan suatu digraf eksentris dari suatu turnamen T 1. 12

DAFTAR PUSTAKA 1. Bang-Jensen, J., dan Gutin, G., 1998, Generalizations of Tournaments: a Survey, Journal of Graph Theory 28, pp. 171-202. 2. Boland, J., dan Miller, M., 2001, The eccentric digraph of a digraph, Proceeding of AWOCA 01, Lembang-Bandung, Indonesia, pp. 66-70. 3. Buckley, F., 2001, The eccentric digraph of a graph, Congressus Numerantium 149, pp. 65-69 4. Chartrand, G. dan Lesniak, L., 1996, Graphs and Digraphs, edition ke-3, Chapman & Hill, London 5. Chartrand, G., dan Oellermann, O.R., 1993, Applied and Algoritmic Graph Theory, McGraw-Hill, New York. 6. Clark J., dan Holton, D. A., 1991, A First Look at Graph Theory, World Scientific, Singapore. 7. Harary, J., dan Moser, L., 1966, The theory of round robin tournaments, American Mathematical Monthly 73, pp. 231-246. 8. Harminc, M., dan Ivanco, J., 1994, Note on Eccentricities in Tournament, Graph and Combinatorics 10, pp. 231-234. 9. Iswadi, H., 2003a, Digraf eksentris dari turnamen transitif dan regular, Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, vol. 8, no. 2. pp. 1-11. 10. Iswadi, H., 2003b, Digraf eksentris dari turnamen kuat, Jurnal Matematika Aplikasi dan Pembelajarannya, vol. 2, no. 1, Juni 2003, pp. 158-162. 11. Jimenez, G., 1998, Domination graphs of near-regular tournaments and the domination-compliance graph, Dissertation, University of Colorado at Denver, 13

Denver. 12. Miller, M., Gimbert, J., Ruskey, F., and Ryan, J., 2002, Iterations of eccentric digraphs, Proceeding of AWOCA 02, Fraser Island, Australia. 13. Parthasarathy, K. R., 1994, Basic Graph Theory, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd. New Delhi. 14