PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN INPRES CENGGU

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Ponelo tepatnya berlokasi di Jl Otiola kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Keywords: TAI (Team Assisted Individualization), increase, math, learning outcomes

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP. 1. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan dan Deret dengan. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited

METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 15 Bandar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 10 No 2 (2015) 33-42

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Marlina Guru SDN KP.Blang Iboih Kabupaten Pidie

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SRI SURYO EKO PRASETYO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

Helmi Nurul Hikmah Guru Matematika MTsN Tanah Grogot

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

Anita Windarini SMP Negeri 1 Sanggau anitanajori@rocketmail.com

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 semester ganjil SMA N 10

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Charlina Ribut Dwi Anggraini

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-G SMP NEGERI 10 MALANG DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I, melalui pembelajaran

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM ASSITED INDIVIDUALIZATION

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada kelas X 1

Gambar 3.1. Riset Aksi Model John Elliot 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Theresyam Kabanga Program Studi PGSD UKI Toraja ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Imro ati 49. Kata Kunci : kooperatif, jigsaw,menulis resensi buku pengetahuan. 49 Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia SMPN 1 Puger Kabupaten Jember

ROSLIANA SITOMPUL* DAN DEBBIE GUSTRINI ARUAN**

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Kata Kunci: Hasil Belajar, kesebangunan, simetri.

PROSIDING ISBN :

Kelompok Materi : Materi Pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No.1, ISSN

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

Transkripsi:

Hamzah dan Susilo, Peningkatan Prestasi Belajar Penjumlahan Pecahan, 81 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN INPRES CENGGU Hamzah, S.Pd Giri Susilo, S.Pd Abstrak: Di lapangan masih banyak ditemui pembelajaran Matematika yang berpusat pada guru dan hasil belajarnya belum optimal. Termasuk pembelajaran penjumlahan pecahan dan hasil belajarnya di SDN INPRES Cenggu. Pembelajaran Kooperatif TAI adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan model lingkaran adalah salah satu alat peraga yang dapat digunakan untuk membelajarkan penjumlahan pecahan. Langkah langkah pembelajaran TAI yang dapat meningkatkan hasil belajar penjumlahan pecahan adalah pemberian tugas individu yang didahului dengan penjelasan guru tentang penjumlahan pecahan dengan media lingkaran, kemudian dilanjutkan dengan tugas kelompok, dimana setiap anggota kelompok mencermati hasil tugas individu teman dalam satu kelompok. Dilanjutkan dengan presentasi setiap kelompok dengan model lingkaran, dan diakhiri dengan penegasan dari guru. Penghargaan kelompok yang dapat memotivasi belajar siswa adalah hadiah, tidak cukup hanya dengan pujian. Kata kunci: penjumlahan, pecahan, pembelajaran kooperatif, tipe TAI. Salah satu tujuan pembelajaran matematika disekolah adalah untuk membekali siswa kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Agar tujuan tersebut tercapai, seyogjanya guru mampu mengaktifkan siswa dan mengu-rangi dominasinya dalam pembelajaran. Ini berarti belajar harus berpusat pada siswa dan tidak berpusat pada guru. Menurut Hudojo, sampai saat ini pembelajaran matematika masih banyak kelemahannya, diantaranya adalah matematika merupakan pelajaran kering dan membosankan, diberikan terlalu abstrak, siswa harus mengingat dalil dan rumus, siswa tidak aktif. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar matematika siswa umumnya relatif rendah (Anggraeni: 2007). Hal tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran operasi penjumlahan pecahan di kelas V SDN Inpres Cenggu. Proses pembelajaran yang belum bermakna diduga menjadi penyebab kesalahan siswa dalam menjumlahkan pecahan, seperti kasus Slavin menyatakan bahwa 45 penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar diberbagai tingkatan dan bidang studi menunjukkan kelas kooperatif memperlihatkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalamanpengalaman belajar individual atau kompetitif (Ibrahim, 2000). Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk bekerja sama menyelesaikan tugas bersama secara berkelompok. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar meningkat, antar siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Hamzah dan Giri Susilo adalah guru SD di Bima. 81

82, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Model ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Ciri khas pada model ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban (Suyitno, 2002). Pembelajaran bermakna dapat diupayakan dengan menggunakan media atau alat peraga agar materi matematika yang abstrak dapat dibelajarkan melalui sesuatu yang lebih kongkrit atau sesuatu yang sudah dipunyai siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Subanji (2010) bahwa pembelajaran bermakna terjadi apabila struktur masalah yang akan dipelajari terkait dengan struktur berpikir yang telah dipunyai siswa. Dengan mempertimbangkan model pembelajaran kooperatif TAI, dan media yang dapat membantu siswa belajar penjumlahan pecahan, penulis mengadakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dan hasil belajar terkait penjumlahan pecahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah langkah pembelajaran kooperatif TAI yang dapat meningkatkan prestasi belajar penjumlahan pecahan siswa kelas V SDN INPRES Cenggu. METODE Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Pelaksanaan tahapan pada setiap siklus dilakukan oleh penulis bersama sama teman sejawat lainnya di SDN Inpres Cenggu. Materi pada siklus 1 adalah penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan materi pada siklus 2 adalah penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. Setelah pelaksanaan siklus 1 dilakukan refleksi untuk merencanakan tahapan pada siklus yang ke 2. Refleksi dilakukan dari aspek kegiatan guru maupun aspek kegiatan siswa. Termasuk mencermati tahapan pembelajaran kooperatif model TAI mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, maupun dalam kegiatan penutup. Garis besar tahapan pembelajaran kooperatif TAI adalah diawali penjelasan penjumlahan pecahan dengan menggunakan model lingkaran, dilanjutkan tugas individual. Selanjutnya diadakan kuis individual sebagai penentuan nilai awal. Untuk kemudian dilakukan kerja kelompok, presentasi kelompok dan diakhiri dengan kuis individu untuk melihat peningkatan hasil belajar. Tahap terakhir adalah dengan memberikan penghargaan kelompok berdasarkan hasil evaluasi. Penghargaan ini berupa lembar pengakuan atau publikasi lainnya. Untuk pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Saat kerja individu maupun kelompok guru selalu berusaha untuk membantu siswa belajar, mengarahkan untuk membuat rangkuman, dan memberikan penegasan diakhir pertemuan. Adapun cara pemberian penghargaan kepada kelompok mengikuti langkahlangkah berikut ini. Menentukan nilai awal masing-masing siswa, menentukan nilai terkini setiap siswa, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II, menentukan nilai peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai awal masingmasing siswa dengan menggunakan criteria pada tabel 1.

Hamzah, Peningkatan Prestasi Belajar Penjumlahan Pecahan 83 Tabel 1 Kriteria nilai kuis terkini siswa Kriteria Nilai Nilai terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5 Nilai terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal 10 Nilai terkini sama nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal 20 Nilai terkini lebih dari 10 poin di atas nilai awal 30 Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk predikat kelompok sebagai berikut. - Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 - Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20. - Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 - Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25. Tahapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus 1 (penjumlahan pecahan berpenyebut sama). Tahap Pertama Guru mengingatkan siswa tentang materi pecahan senilai = =. Kemudian guru memberikan permasalahan + =...Selanjutnya siswa bersama guru menyelesaikan permasalahan di atas dengan menggunakan peragaan model lingkaran pada gambar 1. digabung dengan = + = Gambar 1. Peragaan model lingkaran pada penjumlahan Kemudian guru mengembangkan dengan soal yang lain, yaitu + =. Tahap Kedua Memberikan tes awal kepada siswa secara individual untuk memperoleh nilai awal. Kemudian membentuk 5 kelompok yang setiap kelompok beranggotakan 4 siswa Guru membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara individual. Guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan seperlunya. Menginformasikan kepada siswa untuk menuju ke kelompoknya sambil membawa tugas yang telah dikerjakan secara individual. Siswa bekerja secara kelompok sementara guru berkeliling untuk mengawasi kerja siswa serta memberi bantuan bila ditemukan kelompok yang mengalami kesulitan. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mempresentasikan tugas yang telah dibahas dalam kelompok. Kemudian guru meminta siswa untuk merangkum sebelum guru memberikan penegasan. Penghargaan kelompok diberikan untuk memotivasi siswa. Tahap Ketiga

84, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian guru memberikan penghargaan terhadap kelompok. Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 2 (penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama) secara garis besar sama dengan siklus 1. Hanya berbeda pada tahap awalnya saja yaitu: Tahap Pertama Guru mengingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Kemudian guru memberikan permasalahan + =... Selanjutnya siswa bersama guru menyelesaikan permasalahan di atas menggunakan peragaan dengan model lingkaran. digabung dengan = + = Gambar 2. Peragaan model lingkaran Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang lain melalui demonstrasi dengan model lingkaran di depan kelas. Kemudian bersama siswa menyimpulkan bahwa penjumlahan peca-han dengan penyebut berbeda dapat dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. Adapun tahap kedua dan ketiga sama dengan siklus 1. Hasil pelaksanaan tindakan pada pembelajaran penjumlahan pecahan adalah sebagai berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama (siklus 1) Pada pembelajaran penjumlahan pecahan dengan penyebut sama, terlihat bahwa sejumlah aspek kegiatan yang telah dirancang untuk dilakukan oleh guru maupun siswa belum optimal. Dari segi perencanaan, langkah penyelesaian soal dalam LKS terlalu rinci, sehingga sebagian siswa belum dapat menyelesaikan dalam waktu yang disediakan. Dari segi pelaksanaan tindakan masih terdapat beberapa kekurangan seperti guru belum mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, penjelasan materi pelajaran yang terlalu lama sehingga menyita waktu, alokasi waktu bimbingan kepada tiap kelompok yang belum merata, dominasi guru dalam merangkum materi pembelajaran, serta pemberian penghargaan kepada kelompok baru sebatas pujian sehingga kurang mendapat respon hangat dari siswa. Sebagian siswa masih enggan untuk membimbing dan dibimbing, siswa yang pintar mendominasi kegiatan diskusi kelompok, pelaporan hasil diskusi kelompok yang hanya mengandalkan kemampuan ketua kelompok, serta presentasi hasil diskusi yang didominasi oleh kelompok yang tampil lebih awal. Hal ini akan mengurangi tingkat partisipasi siswa secara individual maupun kelompok dalam kegiatan diskusi. Dari hasil refleksi siklus 1 perbaikan perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, LKS yang dibuat tidak terlalu

Hamzah, Peningkatan Prestasi Belajar Penjumlahan Pecahan 85 menuntun siswa sehingga siswa lebih leluasa dalam berpikir dan tidak merasa bahwa ada batasan waktu untuk mengerjakan tugas. Penggunaan media lingkaran tetap digunakan karena dapat membantu siswa dalam belajar. Perbaikannya adalah dengan meminta siswa mendemontrasikan jalan berpikirnya melalui media tersebut. Penghargaan yang diberikan tidak cukup dengan pujian tetapi dengan memberikan hadiah. 2. Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama (siklus 2) Pada pembelajaran ini terjadi peningkatan kualitas baik dari aspek kegiatan guru, maupun aspek kegiatan siswa. Seluruh kegiatan guru telah terlaksana dengan baik. Guru lebih proaktif mendatangi kelompok yang mengalami kesulitan untuk memberikan bimbingan. Penghargaan kelompok diwujudkan dalam bentuk hadiah. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran lebih fokus. Siswa juga aktif dalam menye-lesaikan masalah yang terjadi dalam kelompok, meskipun masih dijumpai sebagian kecil siswa yang merasa keberatan bergabung dengan siswa lain dalam satu kelompok. Meskipun masih banyak ditemui kekurangan dalam pelaksanaan model ini, pada siklus 2 ini terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini terlihat dari peningkatan nilai kelompok dan tercapainya kriteria ketuntasan minimal secara klasikal. SIMPULAN Berdasarkan tahapan pembelajaran yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan model lingkaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar penjumlahan pecahan siswa kelas V SDN INPRES Cenggu adalah sebagai berikut. 1. Pemberian tugas individu kepada siswa. 2. Pemberian pengantar materi pembelajaran dengan menggunakan model lingkaran. 3. Pemberian kuis individual untuk mendapatkan nilai awal. 4. Pembentukkan beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 5 siswa dengan kemampuan heterogen (tinggi, sedang, dan rendah). 5. Kegiatan diskusi kelompok yang berupa setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. 6. Presentasi dengan pendemontrasian cara berpikir siswa melalui model lingkaran. 7. Pemberian fasilitas untuk membantu siswa dalam membuat rangkuman, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. 8. Pemberian kuis individual untuk melihat peningkatan nilai individual dari nilai awal ke nilai kuis terkini. 9. Pemberian penghargaan berupa hadiah pada kelompok. DAFTAR RUJUKAN Anggraeni, Ganung. 2007. Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Matematika. Paket Pembinaan Penataran.Yogyakarta: PPPG Matematika. Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Subanji, 2010. Model-model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang: PT. Pertamina dan Universitas Negeri Malang Suyitno, Amin, 2002., Mengadopsi Model Pembelajaran TAI (Team Assited Individualization) Dalam Pembelajaran Matematika., Semarang: Seminar Nasional.