BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. dikemukakan sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

I. PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari Bursa Efek atau pasar

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pasar modal (capital market), investor sebagai pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

III. METODE PENELITIAN. yaitu desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

ANALISIS PORTOFOLIO MENGGUNAKAN INDEKS TUNGGAL UNTUK OPTIMALISASI SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL PADA PERUSAHAAN LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang didasarkan atas survei

BAB I PENDAHULUAN. masukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. Dengan adanya aktiva

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Analisa penilaian kinerja saham Jakarta Islamic Index dalam penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia sejak tahun 1987 tidak bergantung lagi pada pendanaan dari sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan bisnis sekarang ini sudah tidak asing lagi dengan kegiatan investasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. macam bentuk, seperti reksadana, obligasi, saham, dan sebagainya. Sebelum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB 3 METODE PENELITIA N

Penerapan Model Indeks Tunggal dalam Menghitung Beta Saham Jakarta Islamic Index untuk Mengukur Risiko Sistematis

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

MODEL MARKOWITZ UNTUK MENENTUKAN PORTOFOLIO EFISIEN PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BEI

PORTOFOLIO OPTIMAL UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh

BAB IV PEMBAHASAN. dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan indeks yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL BERDASARKAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-SAHAM KELOMPOK INDEKS LQ-45

Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Metode Single Indeks Saham. Presented By : Slamet Hidayatulloh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperjual-belikan sekuritas. Lebih lanjut Sunariyah (2006:5) menyatakan Pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian

BAB II LANDASAN TEORI

PORTOFOLIO MODEL MARKOWITZ SEBAGAI PERTIMBANGAN INVESTASI PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA

Dua model keseimbangan:

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL MENGGUNAKAN MODEL INDEKS TUNGGAL UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN RERANGKA PEMIKIRAN. menjadi pedoman dalam pemecahan permasalahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang dilakukannya. Investor hanya dapat memperkirakan hasil dan

Portofolio yang Efisien dan Optimal

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

PENERAPAN ANALISIS PORTOFOLIO SAHAM BLUE CHIPS PADA BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL SKRIPSI

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM INDEKS KOMPAS 100 DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis Pada sub bab ini, penulis akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas di dalam skripsi. Sehingga tinjauan teori yang dikemukakan sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan. 2.1.1 Portofolio 1. Definisi Portofolio Teori dasar pemilihan portofolio pertama kali dicetuskan oleh Harry M. Markowitz pada tahun 1952. Tujuan akhir investasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan, dan keuntungan yang diperoleh akan sesuai dengan risikonya. Agar risiko bisa dikendalikan, maka investor harus melakukan penyebaran risiko dengan cara memperbanyak jenis saham. Karena sesuai dengan filosofi portofolio yakni Don t Put All Your Eggs Into One Basket, yang artinya dalam melakukan investasi janganlah kita menanamkan dana yang kita miliki hanya pada satu macam saham karena jika terjadi kerugian pada perusahaan yang menerbitkan saham tersebut maka kita akan ikut menanggung kerugian itu. Oleh karena itu perlu mempunyai beberapa jenis saham, sehingga bila salah satu saham mengalami kerugian, maka saham yang lainnya masih untung. Portofolio menurut Zubir (2011:2), diartikan sebagai investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga salah

satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian. Selain itu, korelasi antara return satu saham dan saham lain juga akan memperkecil varians return portofolio tersebut. 2. Expected Return dan Risiko Portofolio Expected Return/ tingkat pengembalian (keuntungan) yang diharapkan dan risiko bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung expected return, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. 1) Expected Return Portofolio (E(Rp)) Expected Return dari portofolio menurut Zubir (2011:05) adalah nilai rerata dari return saham selama satu periode tertentu. Sedangkan menurut Jogiyanto (2008:240), terdapat beberapa aspek return portofolio dalam mengukur sekuritas tunggal, antara lain: a) Return Realisasian Portofolio Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. R p = (2-1) Keterangan: R p W i R i n = Return realisasi portofolio = Proporsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio = Return realisasi dari sekuritas ke i = Jumlah dari sekuritas tunggal.

b) Return Ekspektasian Portofolio Merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. E(R p ) = (2-2) Keterangan: E(R p ) W i E(R i ) n = Return ekspektasi portofolio = Proporsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio = Return ekspektasi dari sekuritas ke i = Jumlah dari sekuritas tunggal. 2) Risiko Portofolio Menurut Zubir (2011:19), risiko merupakan perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya. Semakin besar penyimpangannya, berarti semakin besar tingkat risikonya. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Investor yang menyukai risiko (Risk Seeker) Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. 2. Investor yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) Adalah investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Atau dengan kata lain, investor lebih bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi.

3. Investor yang menghindari risiko (Risk Averter) Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah karena investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. Menurut Jogiyanto (2010:278), dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua antara lain sebagai berikut: a. Risiko Sistematis Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar/ umum merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro (perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dsb) yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini juga disebut risiko yang tidak dapat didiversifikasi (undiversifiable risk). b. Risiko Tidak Sistematis Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini juga disebut risiko yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk).

Kedua jenis risiko tersebut tampak pada gambar berikut ini: Risiko Portofolio Risiko Tidak Sistematis Risiko Total Risiko Sistematis Jumlah saham dalam portofolio Gambar 1 Risiko Sistematis, Risiko Tidak Sistematis, dan Risiko Total Sumber: Jogiyanto (2010:279) Keterangan: Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah saham dalam portofolio, maka semakin kecil risiko yang tidak sistematis. Karena risiko tidak sistematis merupakan risiko unik suatu perusahaan, yaitu hal buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal yang baik terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi di dalam portofolio. Oleh sebab itu, risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio, sehingga yang relevan bagi investor adalah risiko sistematis/ risiko pasar yang diukur dengan beta (β).

Kemudian, risiko total merupakan penjumlahan dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. 3. Diversifikasi Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi (portofolio) bermakna bahwa investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi expected return (Tandelilin, 2010:115). Menurut Jogiyanto (2010:280), investor dapat melakukan diversifikasi dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut: a. Diversifikasi dengan Banyak Aktiva Asumsi yang digunakan adalah bahwa tingkat hasil (rate of return) untuk masing-masing sekuritas secara statistik adalah independen. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke portofolio, semakin kecil risiko portofolionya karena return sekuritas berkorelasi satu dengan lainnya. b. Diversifikasi Secara Random Merupakan pembentukan portofolio dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan karakteristik dari investasi yang relevan. c. Diversifikasi Secara Markowitz Diversifikasi ini dapat dibuktikan secara matematis dengan menggunakan metode mean-variance dari Markowitz, yakni sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan menurunkan risiko portofolio.

4. Konsep Pembentukan Portofolio Optimal Menurut Tandelilin (2010:74-78), portofolio yang optimal dapat dibentuk dengan adanya tiga konsep dasar pembentukan antara lain sebagai berikut: 1) Aktiva Berisiko dan Aktiva Bebas Risiko Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginvestasikan dananya pada berbagai aktiva, baik aktiva yang berisiko maupun aktiva yang bebas risiko, ataupun kombinasi dari kedua aktiva tersebut. Aktiva berisiko merupakan aktiva yang tingkat return aktualnya di masa mendatang masih mengandung ketidakpastian. Sedangkan, aktiva bebas risiko merupakan aktiva yang tingkat returnnya di masa mendatang sudah bisa dipastikan saat ini. Pilihan investor atas aktiva-aktiva tersebut akan tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap risiko. Semakin enggan seorang investor terhadap risiko (risk averse), maka pilihan investasinya akan cenderung lebih banyak pada aktiva-aktiva yang bebas risiko. 2) Fungsi Utilitas dan Kurva Indeferen Fungsi utilitas bisa diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Semakin tinggi nilai suatu alternatif pilihan, semakin tinggi utilitas alternatif tersebut. Dalam konteks manajemen portofolio, fungsi utilitas menunjukkan preferensi seorang investor terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing risiko dan tingkat return yang diharapkan.

Fungsi utilitas bisa digambarkan dalam bentuk grafik sebagai kurva indeferen (1), sebagai berikut: E(Rp) u 3 u 2 u 3 u 1 u 2 u 1 u 1b Peningkatan Utilitas u 1a σ p Sumber: Tandelilin (2010:75) Gambar 2 Fungsi Utilitas dan Kurva Indeferen Keterangan: Garis horizontal menggambarkan risiko suatu portofolio (σ p ), sedangkan garis vertikal menggambarkan return portofolio yang diharapkan (E(Rp)). Tiga kurva indeferen yang menunjukkan fungsi utilitas dilambangkan sebagai u 1, u 2, u 3. Setiap kurva indeferen menggambarkan kumpulan portofolio dengan return yang diharapkan dan risikonya masing-masing. Titik-titik yang terletak pada kurva indeferen u 1 yaitu titik u 1a dan u 1b menunjukkan kombinasi return yang diharapkan dan risiko tertentu, di mana

titik u 1a mempunyai return yang diharapkan dan risiko lebih kecil daripada titik u 1b. Kemiringan (slope) positif pada setiap kurva indeferen menggambarkan bahwa investor ingin memaksimalkan expected return pada risiko tertentu. Semakin jauh suatu kurva indeferen dari sumbu horizontal, semakin tinggi pula fungsi utilitas bagi seorang investor. Semakin tinggi utilitas suatu kurva indeferen, semakin tinggi pula expected return pada risiko tertentu. Jadi, dapat disimpulkan pada gambar 2 terlihat bahwa kurva indeferen u 3 mempunyai utilitas yang paling tinggi dibanding dua kurva lainnya. 3) Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Menurut Tandelilin (2010:77) dikatakan sebagai portofolio efisien di mana dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan expected return dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan expected return tertentu. Sedangkan, portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien dan sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap expected return maupun terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya. Portofolio yang efisien dan portofolio optimal ditunjukkan oleh kurva indeferen (2) berikut:

E(Rp) u 1 u 2 Garis permukaan efisien B-C-D-E E D C G Titik-titik portofolio B optimal B, C, D, E H A Gambar 3 σ p Sumber: Tandelilin (2010:78) Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Keterangan: Garis horizontal menggambarkan risiko suatu portofolio (σ p ), sedangkan garis vertikal menggambarkan return portofolio yang diharapkan (E(Rp)). Bidang ABCDEGH menunjukkan kumpulan portofolio yang tersedia bagi investor. Bagian yang ditunjukkan oleh garis BCDE disebut sebagai permukaan efisien (efficient frontier), yaitu kombinasi aset-aset yang membentuk portofolio yang efisien. Bagian yang ditunjukkan oleh titik BCDE merupakan pilihan-pilihan portofolio terbaik bagi investor dibandingkan bagian AGH.

Titik-titik C, D, E yang terlihat lebih baik (dominan) dibanding titik G dan H, karena mampu menawarkan expected return yang lebih tinggi pada tingkat risiko yang sama. Oleh karenanya, pilihan investor nantinya akan berada di titik-titik yang ditunjukkan oleh garis BCDE dalam menentukan portofolio yang paling optimal. Preferensi investor ditunjukkan oleh kurva indeferen (u 1 dan u 2 ), di mana dari gambar 3 terlihat bahwa kurva indeferen investor bertemu dan menyinggung dengan permukaan efisien pada titik D. Jadi, portofolio optimal yang tepat bagi investor adalah portofolio pada titik D, karena portofolio tersebut menawarkan return yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan preferensi investor tersebut. 5. Model Indeks Tunggal Model Indeks Tunggal menurut Jogiyanto (2008:323) didasarkan pada pengamatan bahwa dari suatu sekuritas searah dengan indeks harga pasar. Teori ini dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963, yang dapat digunakan untuk menyederhanakan parameter-parameter input dalam perhitungan model Markowitz. Model Indeks Tunggal dipengaruhi oleh tingkat keuntungan pasar di mana menyatakan pada saat keadaan pasar membaik (ditunjukkan oleh indeks pasar yang membaik) harga saham-saham individual akan meningkat. Demikian pula sebaliknya, pada saat pasar memburuk maka harga saham-saham individual akan turun harganya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa suatu saham bertoleransi

dengan perubahan pasar. Perubahan saham memberikan pergerakan terhadap indeks pasar umum sehingga pemilihan indeks pasar umum dapat memberikan pertimbangan dalam analisis investasi. Indeks yang digunakan secara umum adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di dalam model ini risiko investasi yang terjadi adalah risiko sistematis, sehingga investor perlu menaksir besarnya beta sebagai ukuran risiko. Hal ini menyarankan bahwa return-return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Dengan dasar ini, return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum menurut Jogiyanto (2010:340-341) dapat dituliskan sebagai hubungan berikut ini: R i = a i + β i. R M (2-3) Keterangan: R i a i = Return sekuritas ke i = Suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke-i yang independen terhadap kinerja pasar β i = Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan R i akibat dari perubahan R M R M = Tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel acak. Variabel a i merupakan komponen return yang tidak tergantung dari return pasar. Variabel a i dapat dipecah menjadi nilai yang diekspektasi (expected value) α i dan kesalahan residu (residual error) e i sebagai berikut: a i = α i + e i

Sehingga jika disubstitusikan pada rumus (2-3) maka didapatkan persamaan Model Indeks Tunggal sebagai berikut: R i = α i + β i. R M + e i (2-4) Keterangan: α i = Nilai ekspektasian dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar e i = Kesalahan residu yang merupakan variabel acak dengan nilai ekspektasiannyamsama dengan nol atau E(e i ) = 0. Model Indeks Tunggal dapat juga dinyatakan dalam bentuk return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi dapat diderivasi dari rumus pada (2-4) sebagai berikut: E(R i ) = E(α i + β i. R M + e i ) atau E(R i ) = E(α i ) + E(β i. R M ) + E(e i ) Nilai ekspektasi dari suatu konstanta adalah bernilai konstanta itu sendiri, maka E(α i ) = α i dan E(β i. R M ) dan secara konstruktif nilai E(e i ) = 0. Sehingga return ekspektasi Model Indeks Tunggal dinyatakan sebagai berikut: E(R i ) = α i + β i. E(R M ) (2-5) 6. Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal Menurut Jogiyanto (2008:344), di dalam menentukan portofolio optimal dari beberapa saham diperlukan beberapa proses perhitungan dari sejumlah data perusahaan. Perhitungan tersebut akan sangat dimudahkan yang didasarkan pada

sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio ERB (excess return to beta). Rasio tersebut menurut Jogiyanto (2008:344-346) adalah sebagai berikut: ERB i = (2-6) Keterangan: ERB i = Excess return to beta sekuritas ke-i E(R i ) = Return ekspektasi berdasarkan Model Indeks Tunggal untuk sekuritas ke-i R BR = Return aktiva bebas risiko = Beta sekuritas ke-i. Excess return berarti mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Portofolio yang optimal akan berisi aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut-off point) yang dapat menentukan batas nilai ERB yang dikatakan tinggi. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut: 1) Sekuritas-sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal. 2) Menghitung nilai A i dan B i untuk masing-masing sekuritas ke-i sebagai berikut:

A i = (2-7) dan B i = (2-8) Keterangan: = Varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang juga merupakan risiko unik atau risiko tidak sistematik. 3) Menghitung nilai C i sebagai berikut: Keterangan: C i = (2-9) = Varian dari return indeks pasar. 4) Besarnya cut-off point (C*) adalah nilai C i, dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai C i. 5) Sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritassekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C*. Sekuritas-sekuritas yang mempunyai ERB lebih kecil dari titik C* tidak diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal. 2.1.2 Pasar Modal 1. Definisi Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2009:3) didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau saham) jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Menurut Tandelilin (2010:26), pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan saham yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. 2. Fungsi Pasar Modal Pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries), di mana fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. 3. Jenis Pasar Modal Pasar modal juga memiliki beberapa jenis dalam perdagangan saham menurut Tandelilin (2010:28), antara lain sebagai berikut: 1) Pasar Pertama (Perdana) Merupakan tempat di mana perusahaan pertama kali menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan berupa penawaran perdana ke publik.

2) Pasar Sekunder Merupakan tempat perdagangan surat berharga antar sekuritas baru yang sudah dijual di pasar perdana dengan sekuritas perusahaan lain yang berada di pasar sekunder dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. 3) Pasar Ketiga Merupakan sarana transaksi perdagangan surat berharga antara market marker serta investor dan harga dibentuk oleh market marker. 4) Pasar Keempat Merupakan sarana transaksi perdagangan antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. 4. Instrumen Pasar Modal Menurut Tandelilin (2010:30), ada beberapa saham yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah saham, obligasi, bukti right, waran dan instrumen derivatif. Masing-masing saham tersebut memberikan return dan risiko yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut: 1) Saham Merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan. 2) Obligasi Merupakan tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu di atas tiga tahun.

3) Bukti right Merupakan hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu yang dimiliki oleh pemegang saham lama. 4) Waran Merupakan hak untuk membeli saham tertentu pada jangka waktu tertentu, dimana tidak saja diberikan kepada pemegang saham lama tetapi juga diberikan kepada pemegang obligasi saat perusahaan menerbitkan obligasi. 5) Instrumen Derivatif (Produk turunan) Merupakan perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih antara harga beli dan harga jual. Indeks saham dan indeks obligasi diperdagangkan secara berjangka. Mekanisme derivative ini dilakukan secara future dan option. 2.1.3 Investasi 1. Definisi Investasi Menurut Tandelilin (2010:1), investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi berkaitan dengan menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi).

Menurut Jogiyanto (2010:5), investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Dari definisi investasi yang dijelaskan oleh beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penempatan dana maupun sumber daya lain yang digunakan dalam produksi yang efisien dengan tujuan memaksimalkan keuntungan di masa datang. 2. Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2010:7), tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Tetapi secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa perlu melakukan investasi, antara lain: 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2) Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. 3) Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas

perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. 3. Jenis Investasi Investasi di dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung (Jogiyanto, 2010:7). 1) Investasi Langsung Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau di pasar turunan (derivative market). 2) Investasi Tidak Langsung Investasi tidak langsung dilakukan dengan pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. 2.1.4 Saham 1. Definisi Saham Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan (Husnan, 2009:279). 2. Jenis Saham Menurut Jogiyanto (2010:111), saham dibedakan menjadi tiga bagian antara lain sebagai berikut:

1) Saham Preferen Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Tetapi berbeda dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. 2) Saham Biasa Merupakan saham yang hanya dikeluarkan oleh perusahaan berupa satu kelas saham saja, dimana pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. 3) Saham Treasuri Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali. 3. Indeks Pasar Saham Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks pasar saham (stock market indexes). Indeks pasar saham menurut Tandelilin (2010:86) merupakan indikator yang mencerminkan kinerja sahamsaham di pasar. Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham, maka indeks pasar saham juga disebut indeks harga saham (stock price index). Adapun jenis-jenis indeks harga saham antara lain sebagai berikut:

1) Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga. 2) Indeks LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria berikut digunakan untuk memilih ke-45 saham yang masuk dalam indeks LQ45 sebagai berikut: Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 tahun terakhir) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar reguler. Penggantian saham dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. 3) Indeks Harga Saham Lainnya

Selain IHSG dan Indeks LQ45, BEI juga mengeluarkan beberapa indeks harga saham lainnya yang meliputi sebagai berikut: a) Indeks Kompas 100 Indeks Kompas 100 pada prinsipnya sama dengan LQ45, yakni terkait dengan isu likuiditas saham. Dalam hal ini yang dipakai sebagai dasar perhitungan indeks adalah 100 saham teraktif. Secara lebih spesifik proses pemilihan 100 saham mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi dan kapitalisasi pasar serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. b) Indeks Sektoral Indeks sektoral BEI merupakan sub-indeks dari IHSG. Indeks sektoral menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Semua saham yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Selain 9 sektor tersebut, BEI juga menghitung indeks industri manufaktur (industri pengolahan) yang merupakan indeks gabungan dari tiga sektor industri. c) Jakarta Islamic Indeks Jakarta Islamic Indeks terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam dan termasuk saham yang likuid. Jakarta Islamic Indeks dimaksudkan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja investasi pada saham dengan basis syariah dan

diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi secara syariah. d) Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan Indeks papan utama (MBX) dan papan pengembangan (DBX). Kedua indeks ini dikeluarkan BEJ untuk menyediakan indikator dalam memantau perkembangan saham-saham yang masuk dalam masingmasing papan pencatatan. Hari dasar untuk perhitungan indeks papan utama dan indeks papan pengembangan adalah 28 Desember 2001 dengan nilai dasar 100. Pada hari itu, 34 saham tercatat pada papan utama dan 287 saham tercatat pada papan pengembangan dengan komposisi kapitalisasi pasar untuk indeks masing-masing 62% dan 38% dari total keseluruhan saham yang tercatat di BEJ. 2.1.5 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan Analisis Portofolio Optimal Pada Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Muninghar (2011) dalam Jurnal Neo-Bis 1(5):38-46 meneliti tentang Optimalisasi Portofolio Indeks Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dengan Pendekatan Model Indeks Tunggal Pada Periode Agustus 2007 s/d Juli 2010. Hasil penelitian menunjukkan beberapa perbedaan hasil dalam optimalisasi portofolio diantaranya:

Berdasarkan data pergerakan harga saham masing-masing selama periode penelitian terdapat 2 perusahaan yang harga sahamnya memiliki kecenderungan menurun sehingga menghasilkan expected return yang negatif. Berdasarkan pengukuran kepekaan perubahan harga saham terhadap perubahan pasar diketahui terdapat 14 saham yang memiliki β>1, 4 saham yang memiliki β<1 dan 1 saham memiliki β negatif. Berdasarkan perhitungan expected return dari 19 saham, tercatat 17 saham yang memiliki expected return positif, sedangkan 2 saham memiliki expected return negatif. Sehingga expected return positif dimasukkan dalam portofolio optimal. Berdasarkan perbandingan antara Excess return to beta (ERB) dengan Cut-off point (C*) diketahui hanya 7 perusahaan yang sahamnya layak dimasukkan dalam portofolio yaitu PT. United Tractors Tbk (UNTR), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT. Bank Danamon Tbk (BDMN), dan PT. Astra International Tbk (ASII) dengan proporsi sebesar 14,01%, 12,69%, 19,42%, 31,87%, 9,90%, 0,69%, dan 11,41%. Hasil penelitian menunjukkan risiko portofolio lebih kecil dari expected return, di mana expected return dari portofolio adalah sebesar 0,053831 atau 5,38% sedangkan risiko portofolio adalah 0,014844 atau 1,48%.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Model Indeks Tunggal dalam pembentukan portofolio optimal. Pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan memilih expected return yang positif dan lebih besar dari tingkat keuntungan investasi bebas risiko (R BR ). Pembentukan portofolio optimal juga bisa dengan memilih portofolio yang memiliki risiko yang lebih kecil dari expected return atau sebaliknya. 2. Yunita, Zulfa (2007) meneliti tentang Analisis Portofolio Terhadap Expected Return Dan Risiko Saham Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Perusahaan LQ45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dalam menentukan portofolio optimal dengan menggunakan Model Indeks Tunggal, di mana menghitung return individu, return pasar dan beta. Kemudian dapat dicari expected return dan risiko masing-masing saham. Langkah selanjutnya menghitung ERB dengan mengurutkan dari yang terkecil ke terbesar dan menghitung nilai C i sehingga diperoleh nilai batas. Kemudian dianalisis mana yang tergolong portofolio optimal dengan memberikan nilai ERB lebih besar dari nilai C i (ERB > C i ). Setelah dianalisis, maka diperoleh 3 saham yang termasuk portofolio optimal karena saham tersebut memberikan nilai ERB lebih besar dari nilai C i (ERB > C i ) yaitu PT. Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). 3. Khairullah, Muhammad Imam (2007) meneliti tentang Analisis Pembentukan Portofolio Yang Optimal Dengan Menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham Yang Tergolong LQ45 Di Bursa Efek Surabaya.

Di dalam penelitiannya, peneliti menyimpulkan bahwa portofolio yang optimal menurut Model Indeks Tunggal adalah portofolio yang berisi aktiva-aktiva yang mempunyai nilai ERB tinggi dari C* (titik pembatas) atau sama dengan titik C*. Dengan menggunakan Model Indeks Tunggal melalui tahapan yang telah diuraikan didapatkan komposisi portofolio yang terdiri dari 75,641% saham Unilever Tbk; 23,111% saham Hexindo Adiperkasa Tbk; dan 1,248% saham Elnusa Tbk. 2.2 Rerangka Pemikiran Portofolio Model Indeks Tunggal Expected Return Portofolio Optimal Gambar 4 Bagan Kerangka Berfikir Keterangan: Portofolio merupakan kombinasi beberapa saham dari suatu perusahaan. Seperti halnya dalam penelitian ini yang meneliti, menganalisis serta membentuk portofolio dengan mengkombinasikan saham-saham pada perusahaan LQ45 pada periode Januari Desember 2012.

Di dalam portofolio, diperlukan suatu perhitungan untuk menganalisis portofolio yaitu dengan menggunakan Model Indeks Tunggal di mana model ini memiliki asumsi-asumsi perhitungan penyederhanaan dari Model Markowitz. Portofolio bertujuan untuk memaksimalkan expected return (tingkat pengembalian yang diharapkan) pada risiko tertentu. Sehingga portofolio yang telah dianalisis menggunakan Model Indeks Tunggal danhasilnya telah memberikan expected return yang maksimal, maka portofolio tersebut sudah tergolong sebagai portofolio yang optimal.