Hukum dan Globalisasi

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

FUNGSI DAN PENGARUH HUKUM INTERNASIONAL BAGI PEMBANGUNAN HUKUM INDONESIA

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POLITIK HUKUM UU BIDANG EKONOMI DI INDONESIA. - Hikmahanto Juwana - Abstrak

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI SILABUS. FRM/FISE/ September 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

Contract Drafting T R A I N I N G

Modul 1 : Karakteristik Bisnis Internasional

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

RechtsVinding Online. Aktor Non-Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2017, No kekosongan hukum dalam hal penerapan sanksi yang efektif; d. bahwa terdapat organisasi kemasyarakatan tertentu yang dalam kegiatannya

RERANGKA ANALISIS LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL

MEKANISME UMUM HUBUNGAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH DAERAH DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

Sessi. Dosen Pembina:

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

Penegakan Hukum dalam Kajian Law and Development: Problem dan Fundamen bagi Solusi di Indonesia

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

Sumarma, SH R

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC),

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

Sebuah Pemulihan yang Menguat

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Dalam dunia usaha sekarang ini sesungguhnya banyak ditemukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843]

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

IDENTITAS MATA KULIAH

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN

BAB I PNDAHULUAN. digunakan dan berkembang, persentuhannya dengan bahasa-bahasa lain

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kuota jemaah haji dan umrah terbanyak yang diberikan oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif.

BAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

I. PENDAHULUAN. bukanlah merupakan mereka yang tingkat kesejahteraannya tinggi. Mereka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

Abstrak tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU PWP -PPK)

POLITIK HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG POLITIK DI INDONESIA

RESENSI BUKU. : Investor-State Arbitration. Rubins, Borzu Sabahi. Judul. Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D.

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB]

Transkripsi:

Hukum dan Globalisasi Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI SH (UI), LL.M (Keio University, Jepang), PhD (University of Nottingham, Inggris) 1

Apa itu Globalisasi? Multi makna dari globalisasi Ciri-ciri globalisasi Borderless Kepentingan cross border Dampak yang meluas 2

Kapan ada Globalisasi? Perdagangan antar bangsa Penyebaran peradaban dan hukum Eropa Beberapa gelombang globalisasi Globalisasi dewasa ini menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan negara 3

Globalisasi dan Hukum: Penggunaan Hukum oleh Negara Maju terhadap Negara Berkembang Salah satu aspek globalisasi dan hukum adalah bagaimana hukum dimanfaatkan oeh negara maju terhadap negara berkembang untuk kepentingan politik 4

Fungsi Hukum Hukum memiliki banyak fungsi Hukum sebagai alat kontrol (pengendali) sosial Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat Hukum sebagai alat politik 5

Bagaimana memanfaatkan hukum sebagai alat politik? Bagaimana Negara Maju memanfaatkan hukum sebagai alat politik? 6

Dalam lima tahun terakhir ini telah banyak keluhan tentang rongrongan atas kedaulatan Republik Indonesia dalam proses legislasi Rongrongan terjadi sebagai akibat keikutsertaan Indonesia antara lain dalam berbagai perjanjian internasional maupun ketergantungan Indonesia kepada negara asing, lembaga keuangan internasional maupun perusahaan multinasional 7

Apakah rongrongan terhadap kedaulatan Indonesia dalam proses legislasi dapat dimaknai sebagai intervensi asing dalam urusan domestik? Tidak-kah ini bertentangan dengan hukum internasional? Bila bukan intervensi, apakah ini merupakan cara baru bagi Negara Maju untuk mengendalikan Negara Berkembang, seperti Indonesia? Apakah tujuan pengendalian ini dalam rangka tujuan mulia ataukah sekedar untuk mengamankan kepentingan Negara Maju? 8

Hukum sebagai Alat Pengganti Kekuasaan Kolonial Pasca proses dekolonisasi dua hal yang menarik, (1) jumlah negara semakin banyak (2) obyek yang diperebutkan adalah Pasar, bukan lagi wilayah Dikotomi masyarakat internasional: Negara Maju dan Negara Berkembang Negara Maju memiliki produsen yang dominan sementara Negara Berkembang memiliki konsumen 9

Negara Berkembang dalam hal tertentu dianggap sebagai suatu ancaman oleh Negara Maju Ancaman terpenting adalah kenyataan bahwa Negara Berkembang setelah merdeka memiliki kedaulatan untuk membuat peraturan perundang-undangan Dalam perspektif Negara Maju, kedaulatan dibidang legislasi ini sangat rawan, dan telah terbukti, digunakan untuk membuat aturan yang kerap merugikan kepentingan Negara Maju. 10

Oleh karena itu, untuk dapat mencegah agar peraturan perundang-undangan Negara Berkembang tidak berdampak negatif terhadap Negara Maju maka Negara Maju merasa perlu untuk melakukan tindakan campur tangan atau intervensi Namun, karena realita perkembangan situasi hubungan internasional maka Negara Maju menghadapi permasalahan mendasar, yaitu mereka tidak dapat lagi melakukan intervensi seperti pada masa kolonialisme dan imperialisme. 11

Tantangan ini telah dijawab oleh Negara Maju dengan memanfaatkan hukum dan berbagai ketergantungan Negara Berkembang sebagai pengganti dari kekuasaan kolonial dan imperial di masa lampau. 12

Hukum sebagai Instrumen Politik hukum berfungsi sebagai instrumen politik Sebagai instrumen politik, hukum digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu Termasuk hukum internasional digunakan untuk melindungi kepentingan Negara Maju 13

Dua cara yang paling sering dilakukan oleh Negara Maju terhadap Negara Berkembang Pertama adalah cara yang memanfaatkan perjanjian internasional Kedua adalah cara yang memanfaatkan ketergantung dibidang tertentu untuk mendesak perubahan peraturan perundang-undangan Intervensi melalui dua cara ini tidak bisa dianggap sebagai suatu intervensi yang melanggar hukum internasional 14

Keikutsertaan suatu negara dalam perjanjian internasional berarti negara tersebut dengan sengaja membebankan dirinya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang termaktub dalam perjanjian internasional Salah satu kewajiban tersebut adalah mentransformasikan ketentuan yang ada dalam perjanjian internasional ke dalam hukum nasionalnya 15

Perubahan peraturan perundang-undangan yang dilakukan karena adanya faktor ketergantungan juga tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum internasional Perubahan atas peraturan perundang-undangan pada dasarnya dilakukan secara sukarela oleh negara yang memiliki ketergantungan agar dapat memperoleh apa yang diinginkan oleh Lembaga Keuangan Internasional, seperti International Monetary Fund (IMF) atau Negara Asing 16

Hal yang sama juga berlaku bagi perusahaan multinasional yang mengancam akan keluar dari Indonesia bila pemerintah tidak melakukan reformasi peraturan perundang-undangan tertentu Desakan semacam ini tidak dapat dianggap sebagai suatu pelanggaran hukum internasional 17

Pelanggaran terhadap hukum internasional semakin tidak akan dirasakan jika intervensi yang dilakukan memang dikehendaki oleh komponen dalam negeri Negara Berkembang itu sendiri, baik sadar maupun tidak 18

Memahami Cara Kerja Hukum Internasional sebagai Instrumen Politik Ada sebuah isu tertentu, seperti tertutupnya akses pasar dari Negara Berkembang, minimnya perlindungan yang didapat atas HKI pelaku usaha Negara Maju, bahkan keamanan investasi Selanjutnya Perjanjian internasional dimanfaatkan Perjanjian internasional dirancang oleh Negara Maju yang memiliki kepentingan Perjanjian internasional dibuat sedemikian rupa sehingga kepentingan Negara Maju terbungkus dengan berbagai kalimat hukum yang canggih 19

Selanjutnya perjanjian internasional ini didiskusikan dengan Negara Berkembang dalam suatu konperensi internasional Diskusi yang dilakukan sebenarnya tidak akan merubah secara signifikan draft yang dibuat Disini keahlian bernegosiasi akan dilakukan oleh wakil dari Negara Maju agar wakil dari Negara Berkembang mau menerima draft perjanjian internasional tanpa harus membuat perubahan yang signifikan 20

Berikutnya adalah proses sosialisasi dan upayaupaya yang menyebabkan Negara Berkembang turut dalam Perjanjian Internasional dimaksud Ketika Negara Berkembang telah turut dalam perjanjian internasional tersebut maka Negara Berkembang akan selalu diingatkan untuk mengubah atau mengamandemen ketentuan hukum nasionalnya 21

Dalam konteks tersebut sebenarnya yang terjadi adalah Negara Maju telah melakukan intervensi terhadap hukum nasional Negara Berkembang melalui prosedur hukum yang disepakati bersama 22

Secara kritis memang dapat dipertanyakan tujuan dari amandemen terhadap suatu peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh pemerintah Apakah amandemen terhadap peraturan perundang-undangan ditujukan untuk merespon kebutuhan masyarakat Indonesia ataukah karena merupakan kewajiban yang diamanatkan dalam perjanjian internasional? 23

Selanjutnya akan diulas bagaimana ketergantungan dapat dijadikan alat untuk mengintervensi kedaulatan dalam proses legislasi suatu negara Negara Maju telah lama melihat adanya ketergantungan ekonomi dari Negara Berkembang 24

semakin Negara Berkembang bergantung secara ekonomi pada Negara Maju atau lembaga keuangan internasional yang Negara Maju kendalikan maka semakin rentan Negara Berkembang tersebut untuk diintervensi 25

Ketergantungan ekonomi sebagai alat pemaksa dapat berbentuk insentif maupun sanksi Insentif antara lain berupa hibah dan kuota tekstil yang diberikan kepada Negara Berkembang agar negara tersebut memiliki ketergantungan Ketergantungan inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk melakukan intervesi atas kedaulatan dibidang legislasi 26

Sementara sanksi yang dikenakan kepada Negara Berkembang yang tidak mengikuti kehendak Negara Maju dapat berupa penundaan kucuran pinjaman, pencabutan kuota tekstil bahkan dimasukkan dalam daftar hitam negara mitra perdagangan 27

Mengamati apa yang telah diuraikan diatas, pertanyaan mendasar bagi Indonesia adalah bagaimana kita harus menyikapi rongrongan terhadap kedaulatan dalam proses legislasi yang sedang terjadi? Satu hal yang pasti, apa yang telah diuraikan sama sekali tidak dimaksudkan untuk mendorong agar Indonesia bersikap anti terhadap Negara Maju, anti terhadap IMF, anti terhadap utang luar negeri dan berbagai anti lainnya. 28

Sikap berbagai anti tidak akan mengeluarkan Indonesia dari masalah, justru akan menimbulkan masalah baru yang tidak diharapkan. Apa yang diuraikan juga tidak menganjurkan agar Indonesia menarik diri dalam gelombang globalisasi. Globalisasi adalah suatu realita yang harus dihadapi, bukan untuk ditakuti. 29

Apa yang diuraikan adalah dalam rangka menyadarkan pada kita semua bahwa hukum dapat digunakan sebagai alat politik, antara lain sebagai alat intervensi bagi Negara Maju terhadap Indonesia 30

Untuk menghadapi intervensi yang menggunakan hukum tidak bisa lain selain menghadapinya pula dengan memanfaatkan hukum Kepandaian dalam merumuskan kalimat hukum dan bernegosiasi harus dilawan dengan kepandaian yang sama. Demikian pula kelihaian harus dilawan dengan kelihaian 31