PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. bentuk rata-rata atau mean (M), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (ST), distribusi

Kata kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Matematika Siswa

Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Winkel (dalam Helperida, 2012) adalah pemahaman dengan menggunakan konsep, kaidah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMP N 1 kabila Kab.Bonebolango

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IX SEMESTER I SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH OLEH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bandarlampung Kota Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2014/2015 di kelas VII MTs Al-Muttaqin Pekanbaru. Sedangkan,

III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Gotong Royong Kabupaten Gorontalo.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

ARTIKEL ILMIAH OLEH NURUL QADRIATI NIM RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER, 2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

Kata Kunci : Pendekatan Matematika Realistik, Keliling dan Luas Persegi Panjang dan Persegi, Aktivitas Belajar Siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VIIIA - VIIIG. Pengambilan sampel dengan

Susti Rahmah Yulita S 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Perbankan Riau tahun

Miftakhul Jannah. Guru IPA SMP Negeri 2 Pringapus Desa Jatirunggo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

BAB III METODE PENELITIAN. dapat sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang. mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Terdapat 12 kelas paralel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Sugiyono (2012:3) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan 11 Oktober 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Wiwik Andriyani 1), Dr.H. Suratno, M.Pd 2), Rosmiati, S.Pd, M.Pd 3)

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas soal,deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Eksperimen dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan model

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS IX SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 13 Januari sampai 29 Januari 2014 di SMP N 1

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran Superitem pada materi fungsi linear di kelas X MA SMIP 1946

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Desain. TABEL III.1 PRETEST-POSTTEST CONTROL GROUP DESIGN

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Script

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo pada Pokok Bahasan Luas Permukaan dan Volume Prisma Tegak dan Limas) Indriati Madina, Abas Kaluku, Yamin Ismail Jurusan Pendidikan matematika, Program Studi S1. Pend. Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:Indriatimadina@gmail.com ABSTRAK Indriati Madina, NIM. 411409002. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. (Suatu Penelitian Pada Siswa Kelas VIII Di Smp Negeri 3 Gorontalo Pada Pokok Bahasan Luas Permukaan Dan Volume Prisma Tegak Dan Limas). Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo, 2013 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode konvensional, pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Negeri 3 Gorontalo pada semester kedua untuk tahun pelajaran 2012/2013 dengan rancangan post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Tekhnik Cluster Simple Random Sampling. Dari sampel yang terpilih, Kelas VIIIE menjadi kelas eksperimen, yaitu kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan metode inkuiri dan kelas VIIIB sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Hipotesis penelitian adalah kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Pengukuran kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan dengan menggunakan instrumen tes yang berbentuk tes essay. Instrumen ini telah memenuhi syarat validitas butir dan reliabilitas instrumen. Analisis data untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t. Hasil pengujian menunjukkan bahwa, kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan metode inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah 1

2 siswa yang diajarkan dengan metode konvensional pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas Kata Kunci : Metode Inkuiri, Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Limas, Kemampuan pemecahan masalah. I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia senantiasa menghadapi berbagai macam masalah dalam skala kecil maupun luas, sederhana maupun kompleks. Tantangan hidup yang ada menuntut manusia untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting untuk dimiliki oleh setiap manusia agar dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Hal ini berlaku pula dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan fokus utama yang penting untuk dikembangkan, karena pembelajaran matematika tidak hanya dilakukan dengan mentransfer pengetahuan kepada siswa, tapi juga membantu siswa untuk membentuk pengetahuan mereka sendiri serta memberdayakan siswa untuk mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran matematika sangat dibutuhkan suatu kemampuan untuk memecahkan suatu permasalahan, salah satunya yaitu kemampuan untuk memahami suatu masalah. Hal ini, senada dengan permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi untuk SMP/MTS, tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika adalah: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau msalah, dan 5. Memilki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (BSNP 2006 : 140)

3 Dari tujuan di atas, pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika di sekolah. Dengan menguasai kemampuan ini, diharapkan dapat membantu siswa menuju kepada pemahaman matematika yang memungkinkan siswa untuk melihat hubungan antar konsep, dan akhirnya siswa dapat memilih berbagai macam strategi untuk merancang solusi. Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting bagi siswa, karena pemecahan/penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Hal ini senada dengan yang ditegaskan oleh Ruseffendi (2006) bahwa kemampuan pemecahan masalah oleh siswa sangat penting dalam matematika, yaitu: 1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika. 2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika. 3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Namun pada kenyataanya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari banyak siswa yang menemui kesulitan ketika memahami suatu masalah matematika serta menentukan solusi untuk memecahkannya. Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 3 Gorontalo, kemampuan pemecahan masalah matematika masih sangat rendah, terutama pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Hal ini dibuktikan dengan data hasil belajar siswa kelas VIII pada dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2009-2011. Pada materi tersebut dari kurang lebih 33 siswa sekitar 20% yang hasil ujiannya berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=74). Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun ternyata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 3 Gorontalo masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh siswa yang kurang bisa menguasai konsep bangun ruang. Kemampuan pemecahan masalah yang baik diperoleh dari proses belajar yang benar. kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan untuk meyelesaiakan suatu permasalahan/soal yang belum diketahui jawabannya, seperti menyelesaikan soal penemuan, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan seharihari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan. Dalam hal ini, kemampuan pemecahan masalah matematika mempunyai 4 tahap yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Menurut Ivor K. Dewis (dalam Wina Sanjaya), salah satu kecenderungan yang sering dilupakan bahwa hakekat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan

4 mengajarnya guru. Oleh karena itu guru harus mampu mengajak siswa untuk dapat belajar serta terlibat langsung dalam proses belajar itu sendiri. Proses belajar siswa yang baik hendaknya dapat memancing daya berpikir kritis siswa untuk dapat menjalankan prinsip belajarnya. Dalam hubunganya dengan proses pembelajaran, Alvin C.Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru, di antaranya adalah: a) Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri. b) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. c) Apabila siswa diberi tanggung jawab maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar. Dengan melihat permasalahan diatas, maka penulis memberikan salah satu alternatif dari permasalahan tersebut melalui pemilihan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, metode pembelajaran tersebut dinamakan metode inkuiri. Menurut Hamalik siswa lebih senang belajar mengambil bangian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis. Metode inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Piaget (Sanjaya 2011 : 169) pengetahuan akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Selanjutnya Piaget menerangkan pula bahwa sejak kecil setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. II. METODE PENULISAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanaan pada semester genap yaitu bulan Mei-Juni tahun ajaran 2012/2013. Adapun yang menjadi Populasi pada penelitan ini adalah VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Yang berjumlah 162 orang dan terbagi menjadi 5 kelas dengan jumlah masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Distribusi Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo Kelas Jumlah Siswa VIII A 34 VIII B 32 VIII C 33 VIII D 31

5 VIII E 32 Total 162 Sumber Data: Daftar Hadir Kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo tahun ajaran 2012/2013 Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, dengan nama rancangan adalah kuasi eksperimen.. Kuasi ekperimen adalah pengacakan dalam bentuk kelompok. Kemudian 5 kelas yang menjadi populasi di acak kemudian diundi sehingga didapat dua kelas yaitu kelas VIIIE dan VIIIB. kelas VIIIB sebagai kelas yang akan mendapatkan perlakuan dengan menggunakan Metode Inkuiri, sedangkan kelas VIIIB sebagai kelas dengan perlakuan Menggunakan metode konvensional. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan The Posttest-Only Control Group Design (Emzir, 2012 : 99). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. Instrumen tersebut berbentuk test uraian. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap materi yang diajarkan. Pemberian posttest untuk melihat kemampuan pemecahan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah yang diambil dari langkah-langkah polya. Aspek penilaian yang digunakan dalam instrumen tes ini adalah aspek kognitif ditingkat Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3) Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5),Menciptakan (C6). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan menggunakan Uji Normalitas data dan homogenitas varians, di mana untuk pengujian normalitas data menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas data menggunakan uji kesamaan dua varians. Pengolahan ini bertujuan untuk memperoleh nilai numerik tentang perbedaan yang ditimbulkan antara penggunaan metode inkuiri dan metode konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah. Dari pengolahan ini, akan didapatkan tingkat perbedaan antara hasil yang didapatkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

6 Berdasarkan hasil penelitian atau hasil post test (lampiran 10), untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metode inkuiri, Jumlah siswa pada kelompok ini berjumlah 32 orang. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang terdiri atas 8 butir soal dengan rentang skor 0-17. diperoleh skor minimum 32 dan skor maksimum 89, dari rentang skor minimum dan skor maksimum diperoleh skor rata-rata 58,125, Median dan Modus 50,21. Data kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada Tabel Distribusi Frekuensi dibawah ini : Tabel 3.1 Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Absolut (%) 1 2 3 4 5 6 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 3 3 13 9 2 2 9,38 9,38 40,63 28,13 6,25 6,25 Jumlah 32 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 19 orang siswa atau 59,39 % memperoleh skor di bawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 9 orang siswa atau 28,13 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 4 orang siswa atau 12,5 % memperoleh skor di atas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. Sebaran data pada tabel distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram di bawah ini :

FREKUENSI 7 15 10 5 0 29,5 39,5 49,5 59,5 69,5 79,5 89,5 Kelas Interval Gambar 3.1 Histogram skor kemampuan pemecahan masalah siswa (postest) yang menggunakan metode pembelajaran inkuiri Berdasarkan hasil penelitian atau hasil post test (lampiran 10), untuk kelas eksperimen dengan menggunakan metodekonvensional, Jumlah siswa dalam kelompok ini adalah 32 orang. Skor minimum yang diperoleh adalah 20, skor maksimumnya adalah 81. Skor rata-rata ( ) adalah 43,21875; Modus (Mo) adalah 37,1; Median (Me) adalah 40,5; dan standar deviasi adalah 15,4611 (dalam lampiran 11). Data kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dapat dilihat pada Tabel Distribusi Frekuensi dibawah ini : Tabel 3.2 Daftar Distribusi Frekuensi kemampuan pemecahan masalah Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional No 1 2 3 4 5 6 Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Absolut (%) 20 30 7 21,875 31 41 10 31,25 42 52 8 25 53 63 3 9,375 64 74 2 6,25 75 85 2 6,25 Jumlah 32 100

8 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 25 orang siswa atau 78,125 % memperoleh skor di bawah dari kelas interval yang memuat skor rata-rata, 3 orang siswa atau 9,375 % berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 4 orang siswa atau 12,5 % memperoleh skor di atas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. Sebaran data yang terdapat pada dafrar distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan pada histogram di bawah ini 10 8 6 4 2 0 19,5 30,5 41,5 52,5 63,5 74,5 85,5 Kelas Interval Gambar 3.2 Histogram kemampuan pemecahan masalah siswa (Postest) yang menggunakan pembelajaran konvensional Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Syarat uji t adalah kedua kelompok harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Oleh sebab itu sebelum melakukan uji t perlu analisis normalitas dan homoginitas sebagai berikut : Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui jenis statistik apa yang digunakan pada pengujian hipotesis. Jika data yang terkumpul berdistribusi normal, maka digunakan statistik parametrik. Sebaliknya jika data yang terkumpul tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan uji Lilliefors pada taraf nyata. Pengujian ini dikelompokan menjadi dua bagian yaitu : 1. Pengujian Data Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil postest pada kelas eksperimen yang terdapat pada (lampiran 10) dan berdasarkan hasil perhitungan pada (lampiran 12) diperoleh nilai Lo sebesar 0,1177. Untuk taraf nyata dan n = 32, diperoleh nilai L tabel sebesar 0,1566. Dengan demikian dapat

9 disimpulkan bahwa hipotesis H 0 diterima sebab L o < L tabel. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. 2. Pengujian Data Kelas Kontrol Berdasarkan hasil postest kelas kontrol pada (lampiran 10) dan berdasarkan hasil perhitungan pada (lampiran 14) diperoleh nilai L o sebesar 0,1501. Untuk taraf nyata dan n = 32 diperoleh nilai L daftar sebesar 0,1566. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis H 0 diterima sebab L 0 < L daftar. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Data L tabel Data/Sumber L 0 0,05 Kesimpulan Kelas Eksperimen 0,1177 0,1566 Normal Kelas Kontrol 0,1501 0,1566 Normal a. Pengujian Homogenitas Varians Data Pengujian homogenitas varians ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi apakah kedua sampel dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika (postest) yang diberikan pada lampiran 12 dilakukan pengujian homogenitas varians. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji F (uji varians terbesar dibagi dengan varians terkecil). Hipotesis yang diuji adalah : H 0 : Varians data berasal dari populasi yang homogen H 1 : Varians data berasal dari populasi yang tidak homogen Kriteria pengujian adalah terima H 0 jika F hitung < dan tolak H 0 jika F hitung > dengan didapat dari daftar distribusi F dengan peluang sedangkan V 1 dan V 2 merupakan derajat kebebasan masing-masing. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai varians terbesar dan varians terkecil Dengan demikian nilai F hitung = sedangkan nilai F tabel adalah. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data berasal dari populasi yang homogen. Tabel 3.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Data/Sumber F hitung F tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1,65 1,81 Homogen

10 Berdasarkan hasil pengujian data dari kedua kelas diperoleh hasil bahwa data kedua kelas berdistribusi normal, sehingganya untuk pengujian hipotesisnya digunakan uji statistik parametrik. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa syarat-syarat untuk analisis parametrik Uji t yang meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas data telah dipenuhi. Hal ini berarti bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat menggunakan analisis parametrik Uji t. Sedangkan untuk membuat keputusan pengujian hipotesis digunakan uji satu pihak yakni uji pihak kanan. Dari data skor kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh nilai-nilai sebagai berikut: Berdasarkan nilai-nilai di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Hipotesis H 0 dan H 1 dalam kalimat: H 0 : Kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih rendah atau sama dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar secara konvensional. H 1 : Kemampuan pemecahanan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibanding dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar secara konvensional. 2. Hipotesis statistik: H 0 : H 1 : 3. Menghitung nilai Standar Deviasi (simpangan baku) Nilai simpangan baku masing-masing sampel a) Simpangan Baku Kelas Eksperimen

11 12,581 b) Simpangan Baku Kelas Kontrol c) Simpangan Baku Gabungan 4. Menentukan nilai t hitung. Karena kedua sampel mempunyai varians yang homogen, maka dapat digunakan rumus t-test sebagai berikut:

12 5. Menentukan nilai t tabel dengan ketentuan sebagai berikut. Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan sebagai berikut:. Berikut akan ditunjukkan cara menentukan dk dan menentukan nilai t tabel Cara menentukan t daftar untuk dk = 62 Dengan melihat tabel distribusi t, untuk 6. Menentukan kriteria pengujian. Terima jika hitung dimana didapat dari daftar distribusi t dengan dengan peluang, untuk harga lainnya ditolak. 7. Membandingkan anatara t hitung dengan t tabel. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sehingga dapat disimpulkan bahwa ditolak dan diterima. Daerah Penerimaan H 0 Daerah Penolakan H 0 1,6841 2,3261 Gambar 3.3 Kurva Penerimaan dan Penolakan H o Dari hasil di atas diperoleh bahwa ditolak dan diterima, sehingga dapat disimpulkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada materi luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran inkuiri dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran konvensional. Perbedaan ini terbukti dengan melihat kemampuan pemecahan masalah

13 kelompok siswa yang diajarkan menggunakan metode inkuri lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah kelompok siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian terima H 0 jika. Selanjutnya diperoleh dan dimana, sehingga ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada guru, agar hendaknya menggunakan metode pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas, karena metode pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik dari pada pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen 57.1875 lebih besar dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol 43.875. 2. Diharapkan kepada pihak sekolah, dapat memediasi atau memfasilitasi sehingga penggunaan metode pembelajaran pada setiap proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. 3. Perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai metode pembelajaran inkuiri untuk materimateri lain, khususnya materi yang memiliki karakteristik yang sama dengan materi luas permukaan dan volume prisma tegak dan limas. hitung

14 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Damopolii, Astuti Nuri. 2010. Analisis Kemampuan Siswa terhadap Pemecahan Masalah Matematika pada Materi SPLD V(suatu penelitian di SMA Negeri 1 Kotabunan). Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Gulo. W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer suatu Tinjauan Konsep Operasional. Jakarta: Bumi Aksara Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung : Alfabeta cv. N.K Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada media group Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : C.V Alfabeta.