Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

1. Tinjauan Umum

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

Juni 2017 RESEARCH TEAM

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Monthly Market Update

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

ANALISIS TRIWULANAN:

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

PRUlink Quarterly Newsletter

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

Kondisi Perekonomian Indonesia

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

3. Analisis Eksternal

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

DAFTAR ISI. ($'nrxrurruhbrunsr,e. I Dnrrnn lsr I. KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK. vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM...

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Transkripsi:

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan ini merupakan laporan triwulan ketiga di tahun 2012 yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode Juli sampai dengan September 2012. ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-nya, hingga triwulan III-2012 Bank Indonesia dapat melaksanakan amanat UU dengan baik. Sebagai bagian dari akuntabilitas dan transparansi yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia menyampaikan laporan tertulis tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang selama Triwulan III-2012 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah. Laporan ini menguraikan serangkaian kondisi dan risiko yang dihadapi dan dicermati, respon kebijakan yang ditempuh serta menguraikan proses dan sumber daya yang dimanfaatkan untuk menghasilkan capaian pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama triwulan III-2012. Patut disyukuri bahwa ditengah ketidakpastian pemulihan krisis keuangan global, kondisi perekonomian Indonesia masih kondusif. Selama periode laporan, berbagai indikator makro ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan kondisi yang terjaga. Inflasi terkendali sebesar 4,32% (yoy) dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6,3% (yoy). Capaian tersebut merupakan hasil dari berbagai kebijakan dan program kegiatan baik di bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran maupun manajemen intern yang ditempuh selama periode berjalan. Berbagai program dan kegiatan tersebut merupakan hasil dari pelaksanaan peta strategi (strategy map) Bank Indonesia yang menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas sepanjang tahun 2012. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap mencermati perkembangan ekonomi dan pemulihan krisis keuangan global. Memahami tantangan yang semakin komplek tersebut, Bank Indonesia akan menempuh respon kebijakan yang konsisten dan terukur yang akan tetap diarahkan untuk mempertahankan dan mencapai kinerja perekonomian Indonesia, dengan tetap mengupayakan pencapaian sasaran inflasi yang rendah dan stabil. Upaya-upaya akan ditempuh dengan senantiasa mengedepankan nilai-nilai tata kelola organisasi yang baik. Jakarta, 1 November 2012 GUBERNUR BANK INDONESIA Darmin Nasution iii

Halaman ini sengaja dikosongkan iv

DAFTAR ISI Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel...vii Daftar Grafik...viii Bab 1 Ringkasan Eksekutif... 1 Kinerja Perekonomian...2 Kebijakan yang Ditempuh...3 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran...7 1. Inflasi...8 2. Pertumbuhan Ekonomi...11 3. Neraca Pembayaran...12 4. Nilai Tukar Rupiah...13 5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB)...15 6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan...19 7. Perkembangan Bank Umum...20 8. Perkembangan Perbankan Syariah...22 9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)...24 10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)...26 11. Perkembangan Sistem Pembayaran...27 12. Perkembangan Pengedaran Uang...28 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia...33 1. Stabilitas Moneter...34 1.1. Kebijakan Moneter...34 1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar...36 1.3. Koordinasi dengan Pemerintah dalam Pengendalian Inflasi...42 1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN)...43 1.5. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan...45 2. Stabilitas Sistem Perbankan...48 2.1. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum...48 v

2.1.1. Pengaturan Bank Umum...48 2.1.2. Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia...48 2.1.3. Kesiapan Bank Indonesia Terkait Implementasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)...52 2.1.4. Pengawasan Bank Umum...52 2.2. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah...53 2.3. Financial Inclusion dan Perlindungan Nasabah...54 2.4. Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)...56 2.5. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM...56 2.6. Perizinan dan Informasi Perbankan...57 2.7. Investigasi dan Mediasi Perbankan...60 3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang...62 3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran...62 3.2. Kebijakan Pengedaran Uang...63 4. Kerjasama Internasional...66 a. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3)...66 b. Kerjasama Bank Sentral...66 c. Kerjasama International Monetary Fund (IMF)...68 d. Kerjasama APEC... 69 e. Kerjasama Negara-Negara G-20...70 5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan...70 Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia...75 1. Akuntabilitas dan Transparansi...76 2. Audit Intern...76 3. Keuangan Intern...77 4. Sistem Informasi...78 5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)...79 6. Aspek Hukum...81 7. Program Sosial Bank Indonesia...82 Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Selama Triwulan II-2012...85 1. Peraturan Bank Indonesia...86 2. Peraturan Dewan Gubernur...86 3. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia...86 4. Surat Edaran Intern Bank Indonesia...87 Daftar Istilah...89 Daftar Singkatan...93 vi

DAFTAR TABEL Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan...11 2.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran...12 2.3. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan...20 2.4. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan...22 2.5. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah...24 2.6. Indikator Utama Kinerja BPR...25 2.7. Nilai Transaksi Pembayaran...27 2.8. Volume Transaksi Pembayaran...28 2.9. Perkembangan Posisi UYD di Bank dan Masyarakat Periode 2011-2012...29 2.10. UYD Posisi per Pecahan...30 2.11. Indikator Pengedaran Uang...30 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah...43 3.2. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah...43 3.3. Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun 2011-2012...58 3.4. Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID...59 3.5. Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan...60 3.6. Statistik Jenis Informasi dan Tindak Lanjut...61 vii

DAFTAR GRAFIK Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.1. Perkembangan Inflasi...8 2.2. Kapasitas dan Indeks Produksi Grafik...9 2.3. Ekspektasi Pedagang Eceran...9 2.4. Pola Bulanan Inflasi Volatile Food...10 2.5 Neraca Perdagangan...13 2.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah...14 2.7. Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 tahun di Negara Kawasan...15 2.8. Volatilitas Mata Uang Regional Asia...15 2.9. Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate...16 2.10. Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR...17 2.11. Jumlah Pelaku PUAB...18 2.12. Volume PUAB...18 2.13. Komposisi Tenor PUAB...18 2.14. Perkembangan BI rate, Suku Bunga Kredit dan Deposito Rupiah...19 2.15. Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Kredit Per Jenis Penggunaan...19 2.16. Perkembangan Rata-rata Uang Rupiah yang Diedarkan...29 viii

Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter...37 3.2. Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter...37 3.3. Struktur Instrumen Operasi Moneter...38 3.4. Hasil lelang Term Deposit Valas...39 3.5. Rata-Rata Tertimbang Hasil Lelang Term Deposit Valas...39 3.6. Posisi Term Deposit Valas...40 3.7. Debt Burden Indicator ULN Indonesia...44 3.8. Permintaan Informasi Debitur Individual (IDI)...59 3.9. Progress Penanganan Kasus Dugaan Tipibank...61 3.10. Sebaran jenis Tipibank...61 ix

Halaman ini sengaja dikosongkan x

BAB 1 Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian Indonesia selama triwulan III-2012 tetap kondusif dengan inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi. Meski berada dalam tren melemah, nilai tukar rupiah pada triwulan laporan tetap terjaga dengan volatilitas yang rendah. Pengaruh ketidakpastian pasar keuangan global dan tekanan pada neraca pembayaran menjadi sumber pelemahan tersebut. Meskipun demikian ketahanan sistem perbankan terjaga dengan baik. Perbankan pada triwulan laporan mampu menjalankan fungsi intermediasi dengan optimal. Demikian pula dengan penyelenggaraan jasa sistem pembayaran dan pengedaran uang. Berbagai capaian tersebut tidak terlepas dari dukungan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi intensif dengan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.

Bab 1 Ringkasan Eksekutif Kinerja Perekonomian Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan III-2012 masih terkendali, dan tercatat sebesar 0,90% (qtq) atau 4,31% (yoy). Terkendalinya inflasi IHK ditopang oleh rendahnya inflasi inti, volatile food dan administered price. Secara umum, inflasi inti yang terkendali dipengaruhi oleh respons sisi penawaran yang cukup memadai dan ekspektasi inflasi yang terus membaik. Sementara pengaruh pelemahan rupiah terhadap kenaikan inflasi inti masih terbatas. Inflasi administered price juga menunjukkan perlambatan seiring dengan melambatnya kenaikan harga minyak global dan tidak adanya kebijakan lain di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis. Sejalan dengan perkembangan inflasi inti, tekanan inflasi dari kelompok volatile food secara tahunan juga mereda, meskipun secara triwulanan tercatat meningkat akibat faktor musiman, yakni periode Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Dengan perkembangan inflasi IHK yang terkendali tersebut, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK tahun 2012 masih konsisten dengan sasaran sebesar 4,5%+1%. Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2012 diperkirakan masih tumbuh cukup baik sebesar 6,3% (yoy). Motor utama pertumbuhan berasal dari konsumsi rumah tangga berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan laporan diperkirakan melambat, dan impor diperkirakan tetap tinggi akibat masih kuatnya permintaan domestik. Berdasarkan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 akan tumbuh pada kisaran 6,1% s.d 6,5%. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2012 diperkirakan membaik dan mencatat surplus, didorong oleh berkurangnya defisit pada neraca transaksi berjalan serta meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial. Perkembangan NPI tersebut mendorong cadangan devisa sampai dengan September 2012 mencapai 110,2 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Kedepan, prospek NPI secara keseluruhan pada tahun 2012 diperkirakan masih mencatat surplus. Selama triwulan III-2012, nilai tukar rupiah secara umum berada dalam tren melemah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan domestik. Tekanan pelemahan terhadap nilai tukar rupiah dari sisi eksternal dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan global yang masih dipengaruhi oleh ketidakpastian. Sementara dari sisi domestik, tekanan dari neraca pembayaran akibat ekspor yang tertekan di tengah impor yang masih relatif kuat juga turut memengaruhi keseimbangan supply-demand valas di dalam negeri. Meskipun melemah, volatilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga pada level yang cukup rendah. Tingkat volatilitas nilai tukar rupiah tercatat lebih rendah dibandingkan dengan beberapa mata uang negara lain. Kondisi tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam melakukan stabiliasi nilai tukar rupiah, dengan intervensi di pasar valas melalui transaksi spot, swap dan forward. Sejalan dengan kinerja makroekonomi yang tetap terjaga, stabilitas sistem keuangan (SSK) secara keseluruhan menunjukkan kinerja yang solid. Indeks Stabilitas Keuangan (Financial Stability Index/ FSI) pada akhir triwulan III-2012 tercatat membaik dan berada pada level 1,65. Kestabilan sistem keuangan tersebut didukung oleh kinerja sektor perbankan yang tetap terjaga. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR), tercatat tinggi mencapai 17,29%, jauh melampaui CAR minimum sebesar 8%. Disisi lain, intermediasi perbankan masih menunjukkan sinyal positif yang 2

Bab 1 Ringkasan Eksekutif didukung oleh sumber dana yang memadai. Sampai dengan triwulan III-2012, secara triwulanan kredit tumbuh sebesar 2,33% atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,22%, dan lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2011 sebesar 6,66%. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlambatan tersebut antara lain adalah faktor musiman periode Ramadhan dan Idul Fitri, serta dampak dari perlambatan ekonomi global. Namun demikian, penyaluran kredit perbankan pada sektor-sektor produktif masih meningkat, tercermin dari peningkatan kredit untuk tujuan produktif yang lebih tinggi dibandingkan tujuan konsumsi. Kinerja perekonomian Indonesia yang kondusif juga didukung oleh keandalan sistem pembayaran dan terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat. Selama triwulan III-2012, sistem pembayaran yang merupakan bagian dari sistem keuangan berjalan aman dan lancar. Ketersediaan layanan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia pada triwulan laporan mencapai 100%. Di sisi pengedaran uang, kebutuhan uang kartal masyarakat yang masih cukup tinggi diikuti dengan adanya peningkatan Uang yang Diedarkan (UYD) selama triwulan III-2012. Kebijakan Yang Ditempuh Kondisi perekonomian selama triwulan III-2012 tidak terlepas dari dukungan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi intensif dengan pemerintah. Berbagai langkah kebijakan yang disertai dengan koordinasi yang erat dengan instansi terkait, diharapkan dapat membawa perekonomian Indonesia ke level yang lebih tinggi dengan tetap menjaga pencapaian inflasi pada kisaran sasaran yang ditetapkan. Di bidang moneter, kebijakan Bank Indonesia selama triwulan laporan secara umum dititikberatkan pada upaya mencapai keseimbangan eksternal yang lebih baik dengan tetap memberikan dukungan pada perkembangan ekonomi domestik. Dengan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia tetap mempertahankan BI Rate sepanjang triwulan III-2012 pada level 5,75%. Bank Indonesia memandang bahwa tingkat suku bunga acuan tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali serta sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013. Namun demikian, ditengah masih tingginya tekanan ketidakseimbangan eksternal, Bank Indonesia tetap mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan. Langkah-langkah yang terukur dan terintegrasi senantiasa diupayakan Bank Indonesia guna memastikan penyesuaian defisit transaksi berjalan berlangsung secara gradual menuju level yang sustainable. Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, pada triwulan III-2012 Bank Indonesia terus memperkuat pengelolaan operasi moneter dengan mempersempit koridor bawah operasi moneter Bank Indonesia, yaitu menaikkan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 25 bps. Kebijakan tersebut dilakukan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia lainnya guna mengarahkan kondisi defisit transaksi berjalan pada tingkat yang berkesinambungan untuk mendukung momentum perekonomian nasional. Dari sisi operasional, strategi pengelolaan operasi moneter Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan stabilitas nilai tukar rupiah serta menjaga ekspektasi inflasi. Strategi tersebut diharapkan dapat memberikan penguatan dari sisi moneter agar 3

Bab 1 Ringkasan Eksekutif tekanan inflasi akibat meningkatnya permintaan agregat yang diakibatkan masa libur sekolah dan Idul Fitri dapat dikendalikan. Pada periode laporan, Bank Indonesia terus memperkuat kerjasama baik dengan pemerintah maupun kerjasama regional dan internasional. Kerjasama dengan pemerintah untuk pengendalian inflasi dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Kerjasama tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa pencapaian tingkat inflasi yang rendah dan stabil tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan pemerintah yang dilakukan secara proaktif dan terkoordinasi, baik di level pusat maupun daerah. Kerjasama dengan pemerintah juga dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik. Di samping itu, Bank Indonesia juga tetap aktif melakukan kerjasama dengan bank sentral dan lembaga keuangan lainnya, baik di tataran regional maupun internasional. Di bidang perbankan, Bank Indonesia melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan bank guna menjaga ketahanan sistem perbankan dan berfungsinya intermediasi yang didukung dengan pengelolaan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian. Terkait pengaturan, pada triwulan III-2012 Bank Indonesia menerbitkan penyempurnaan ketentuan mengenai Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar. Sementara itu, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Keuangan untuk mempersiapkan pengalihan fungsi pengawasan bank. Sejalan dengan upaya tersebut, Bank Indonesia juga melakukan penyesuaian internal terhadap kerangka kebijakan dan organisasi Bank Indonesia pasca-ojk. Di bidang sistem pembayaran, kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga keamanan dan kelancaran, serta meningkatkan efisiensi sistem pembayaran, dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan terhadap pengguna jasa sistem pembayaran. Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, pada triwulan III-2012 Bank Indonesia menerbitkan ketentuan pelaksanaan mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang mengatur mengenai kewajiban untuk mengimplementasikan teknologi chip dan pengaturan penggunaan PIN, serta ketentuan mengenai mekanisme penyesuaian kepemilikan kartu kredit. Sementara itu, seiring dengan meningkatnya transaksi sistem pembayaran yang diproses melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, Bank Indonesia terus melakukan pengembangan guna meningkatkan kapasitas layanan kedua sistem dimaksud. Pengembangan juga dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan konektivitas BI-RTGS dan BI-SSSS dengan infrastruktur sistem keuangan lainnya, baik domestik maupun internasional. Di bidang pengedaran uang, arah kebijakan Bank Indonesia secara umum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Selama triwulan III-2012, kebijakan pengedaran uang rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dipengaruhi oleh peningkatan kebutuhan uang rupiah masyarakat selama periode Ramadhan dan Idul Fitri. Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan uang rupiah selama triwulan laporan, khususnya periode Ramadhan dan Idul Fitri, Bank Indonesia meningkatkan persediaan uang rupiah di seluruh Satuan Kerja Kas baik, di Kantor Pusat maupun di Kantor-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri. 4

Bab 1 Ringkasan Eksekutif Untuk mendukung kelancaran tugas pokok di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran, Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan di bidang manajemen internal. Pada triwulan III- 2012, Bank Indonesia telah menerjemahkan sasaran strategis hasil Forum Strategis Bank Indonesia 2012 dari level organization-wide ke level satuan kerja, yang menghasilkan peta strategi untuk setiap satuan kerja beserta program kerja tahun 2013. Dalam tahap tersebut juga dilakukan proses penyelerasan strategi antar satuan kerja untuk meningkatkan sinergi. Sejalan dengan Performance Based Budgeting secara bertahap, penggunaan anggaran pada setiap pelaksanaan kegiatan diperjelas keterkaitannya dengan sasaran kinerja yang diharapkan. Adapun sebagai perwujudan akuntabilitas dan transparansi di bidang anggaran, pada akhir September 2012 Bank Indonesia telah menyampaikan Rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (RATBI) Operasional Bank Indonesia 2013 kepada DPR-RI untuk mendapatkan persetujuan. RATBI tersebut disampaikan bersama dengan Laporan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Operasional Bank Indonesia Tahun 2012. Di bidang keuangan, kebijakan manajemen keuangan tetap diarahkan dalam upaya meningkatkan Good Governance dan memelihara sustainabilitas keuangan yang mendukung pelaksanaan tugas pokok di bidang kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Sedangkan di bidang teknologi informasi, kebijakan pengelolaan sistem informasi Bank Indonesia dilakukan berdasarkan Rencana Strategis Bank Indonesia (Renstra SIBI) yang bertujuan menyediakan layanan informasi yang terintegrasi dan berkualitas tinggi untuk mendukung peningkatan kinerja dan optimalisasi pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Sementara kebijakan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) adalah mempersiapkan Strategy Focused Organization yang bertujuan menciptakan proses kerja yang efektif dan efisien, budaya kerja yang sesuai dengan nilai strategis organisasi, serta pemenuhan SDM yang kompeten dalam menjalankan strategi organisasi. Sebagai respons atas terbentuknya Dewan Komisioner OJK, Bank Indonesia juga telah melakukan beberapa langkah penyempurnaan struktur organisasi dan Manajemen SDM. 5

Bab 1 Ringkasan Eksekutif Halaman ini sengaja dikosongkan 6

BAB 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Perekonomian Indonesia selama triwulan III-2012 tetap menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan dukungan permintaan domestik, di tengah tren perlambatan ekonomi dunia. Tekanan inflasi tetap terkendali meskipun perkembangan triwulan III-2012 diwarnai pengaruh faktor musiman Ramadhan dan Idul Fitri. Terkendalinya inflasi tersebut selanjutnya mendukung kondusifnya laju perekonomian, yang juga ditopang oleh solidnya kinerja perbankan dan sistem pembayaran yang berjalan lancar. Dengan mempertimbangkan perkembangan ke depan, prospek ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan masih cukup kuat meskipun pengaruh perlambatan ekonomi global tetap perlu dicermati. Melalui berbagai upaya pengendalian inflasi, diharapkan inflasi 2012 masih terkendali dalam sasaran 4,5% + 1%

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1. Inflasi Inflasi IHK pada triwulan III-2012 masih terkendali ditopang oleh rendahnya inflasi inti, volatile food maupun administered prices. Inflasi IHK secara tahunan tetap dalam lintasan target dan tercatat menurun, meskipun secara triwulanan tercatat meningkat akibat faktor musiman bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Inflasi sampai dengan triwulan III-2012 secara umum tetap terkendali. Perkembangan ini tergambar pada inflasi IHK yang secara tahunan pada triwulan III-2012 tercatat melambat, meskipun perkembangan triwulan sedikit meningkat. Inflasi IHK secara tahunan mencapai 4,31% (yoy), melambat dari triwulan II-2012 yang sebesar 4,53% (yoy) (Grafik 2.1). Sementara itu, inflasi IHK secara triwulanan yang tercatat sedikit meningkat yaitu dari 0,90% (qtq) menjadi 1,68% (qtq) lebih didorong oleh faktor musiman bulan Ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri. Dengan perkembangan inflasi IHK hingga triwulan III-2012 tersebut, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK 2012 masih konsisten dengan sasaran sebesar 4,5%+1%. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Perkembangan positif inflasi IHK ini ditopang oleh penurunan inflasi di seluruh komponen. Inflasi inti, inflasi kelompok volatile food dan inflasi kelompok administered prices secara tahunan pada triwulan laporan tercatat menurun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meskipun secara triwulanan meningkat dari 0,75% (qtq) menjadi 1,86% (qtq) akibat faktor musiman, inflasi inti pada triwulan III-2012 secara umum masih terkendali pada level rendah 4,12% (yoy), sedikit menurun dari 4,15% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Secara umum, inflasi inti yang terkendali ini dipengaruhi oleh respons sisi penawaran yang cukup memadai dan ekspektasi inflasi yang terus membaik. Sementara pengaruh pelemahan rupiah terhadap kenaikan inflasi inti secara umum masih terbatas. Pengaruh positif penawaran yang memadai dan ekspektasi inflasi yang menurun tersebut tergambar dari beberapa indikator. Peran positif penawaran yang memadai tergambar pada indikator kapasitas 8

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran produksi terpakai total dan indeks produksi, yang terlihat masih dalam tren meningkat (Grafik 2.2). Perkembangan ini pada gilirannya mendorong perkembangan harga barang-barang industri pengolahan di level konsumen yang relatif masih terkendali dan akhirnya berkontribusi pada terkendalinya inflasi inti. Sementara itu, ekspektasi inflasi yang terus menurun diindikasikan dari beberapa hasil survei. Survei ekspektasi inflasi pedagang eceran baik untuk tiga bulan maupun enam bulan yang akan datang tercatat dalam tren menurun (Grafik 2.3). Sejalan dengan indikator survei tersebut, hasil survei Consensus Forecast 1 yang dilakukan sepanjang triwulan I-2012 juga merevisi turun proyeksi inflasi tahun 2012 dan 2013 masing-masing menjadi 4,8% (yoy) dan 5,5% (yoy), dari 5,2% (yoy) dan 5,6% (yoy). Grafik 2.2 Kapasitas dan Indeks Produksi Grafik 2.3 Ekspektasi Pedagang Eceran Dari perkembangan bulanan, inflasi inti sempat mengalami tekanan pada awal triwulan laporan, dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global, terutama gula pasir, serta adanya faktor musiman terkait Ramadhan dan hari raya Idul Fitri serta penyelenggaraan tahun ajaran baru. Namun pada akhir triwulan, tekanan pada inflasi inti mereda seiring dengan terkoreksinya tarif angkutan dan sumbangan inflasi biaya pendidikan serta meredanya tekanan musiman. Tekanan yang mereda tersebut mampu menahan dampak kenaikan harga komoditas emas global yang kembali meningkat pada akhir triwulan laporan. Sejalan dengan perkembangan inflasi inti, inflasi kelompok volatile food secara tahunan pada triwulan III-2012 juga mereda, meskipun secara triwulanan tercatat meningkat akibat faktor musiman. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat menurun dari 7,52% (yoy) pada triwulan II-2012 menjadi 6,71% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara secara triwulanan, inflasi volatile food meningkat dari 1,55% (qtq) menjadi 2,11% (qtq) pada triwulan III-2012, dipengaruhi oleh pola musiman bulan Ramadhan 1 Consensus Forecats merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Consensus Forecast Inc. terhadap beberapa pelaku ekonomi. 9

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran dan perayaan Idul Fitri. Dalam perkembangan bulannya, pengaruh musiman tersebut terlihat mulai mereda pada September 2012 sehingga inflasi kelompok volatile food mengalami deflasi 1,17% (mtm) (Grafik 2.4), lebih rendah dari pola historis 2 yang sebesar -0,42% (mtm). Pasokan yang melimpah merupakan salah satu pendorong terjadinya deflasi volatile food pada triwulan laporan, meskipun beberapa kelompok makanan masih mencatat inflasi. Selain itu, minimalnya kenaikan harga beras yang antara lain didukung langkah pemerintah melakukan operasi pasar dan penyaluran beras miskin (raskin), juga menyumbang terjadinya deflasi tersebut. Grafik 2.4 Pola Bulanan Inflasi Volatile Food Inflasi administered prices pada triwulan III-2012 juga menunjukkan perlambatan. Perkembangan ini antara lain dipengaruhi oleh melambatnya kenaikan harga minyak global. Selain itu, tidak adanya kebijakan lain di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis juga turut mendorong rendahnya tekanan inflasi dari kelompok ini. Ditinjau dari komponennya, perlambatan inflasi kelompok administered prices terutama didorong oleh deflasi yang terjadi pada bahan bakar rumah tangga. Dengan perkembangan tersebut, inflasi administered prices pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 0,67% (qtq) atau 2,74% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,67% (qtq) atau 2,90% (yoy). Perkembangan inflasi nasional yang menurun terlihat juga cukup merata terjadi di berbagai daerah. Hingga akhir triwulan III-2012, inflasi di daerah cukup terkendali pada tingkat yang cukup rendah. Hal tersebut didukung oleh terkelolanya permintaan agregat dan ekspektasi inflasi, serta memadainya respons sisi penawaran. Kebijakan pemerintah terkait harga (administered prices) sepanjang triwulan laporan juga relatif minimal. Di samping itu, faktor koreksi harga bahan pangan yang cukup besar pasca-hari raya Idul Fitri, terutama di Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia, turut memengaruhi rendahnya inflasi pada akhir triwulan laporan. 2 Rata-rata inflasi September 2002 s.d 2011 (tidak termasuk 2005 dan 2008). 10

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2. Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2012 diperkirakan masih tumbuh 6,3% (yoy), ditopang oleh permintaan domestik dan investasi yang masih tinggi. Sementara ekspor diperkirakan melambat akibat pelemahan perekonomian global. Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2012 diperkirakan masih tumbuh cukup baik sebesar 6,3% (yoy) (Tabel 2.1). Motor pertumbuhan pada triwulan laporan berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga diperkirakan sejalan dengan menguatnya keyakinan konsumen dan masih terjaganya daya beli masyarakat. Sementara, kinerja investasi pada triwulan III-2012 diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi. Hal tersebut didukung oleh optimisme pelaku usaha sejalan dengan iklim usaha yang kondusif dan kuatnya permintaan domestik. Meskipun kinerja pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 diperkirakan masih tinggi, perkiraan tersebut lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia sebelumnya sebesar 6,4% (yoy). Perkiraan yang lebih rendah terutama dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang diperkirakan melambat pada triwulan laporan. Pertumbuhan ekspor yang diperkirakan melambat tersebut tidak terlepas dari pengaruh perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Melemahnya pertumbuhan volume perdagangan dunia dan menurunnya serapan ekspor negara tujuan utama pada akhirnya menekan kinerja ekspor Indonesia. Tren penurunan harga komoditas juga turut menyumbang lemahnya kinerja ekspor. Sementara itu, impor diperkirakan tetap tinggi akibat masih kuatnya permintaan domestik, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Komponen Triwulan I Tabel 2.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 2011 2012 Triwulan Triwulan Triwulan 2011 Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan 2012* II III IV I II III* IV* Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,9 5,0 5,1 4,8-5,2 4,7-5,1 Konsumsi Pemerintah 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 5,9 7,0 3,8 9,1-9,5 6,5-6,9 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,0 12,3 10,0 10,2-10,6 10,4-10,8 Ekspor Barang dan Jasa 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 7,9 1,9 1,1 2,9-3,3 3,1-3,5 Impor Barang dan Jasa 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 8,0 10,9 8,8 9,3-9,7 9,1-9,5 PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,3 6,1-6,5 6,1-6,5 Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 diperkirakan masih ditopang oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (Tabel 2.2). Sektor industri pengolahan diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik. Peningkatan kinerja subsektor makanan dan minuman serta masih stabilnya produksi semen hingga Agustus 2012, mendukung peningkatan kinerja sektor industri pengolahan. Sektor PHR diperkirakan tetap tumbuh tinggi didorong oleh aktivitas ekonomi domestik yang masih kuat dan kegiatan impor yang 11

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Komponen Triwulan I Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 2011 2012 Triwulan Triwulan Triwulan 2011 Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan 2012* II III IV I II III* IV* Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 4,3 3,7 3,3 2,4-2,8 3,2-3,6 Pertambangan & Penggalian 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 2,8 3,1 2,3 2,1-2,5 2,3-2,7 Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 5,7 5,4 5,6 5,5-5,9 5,3-5,7 Listrik, Gas & Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,2 5,9 6,0 5,6-6,0 5,5-5,9 Bangunan 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 7,2 7,3 7,2 7,0-7,4 6,9-7,3 Perdagangan, Hotel & Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 8,3 8,9 8,8 8,6-9,0 8,5-8,9 Pengangkutan & Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,3 10,1 10,5 9,9-10,3 10,0-10,4 Keuangan, Persewaan & Jasa 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,3 7,0 6,8 6,5-6,9 6,4-6,8 Jasa-jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 5,5 5,7 5,8 5,5-5,9 5,4-5,8 PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,3 6,1-6,5 6,1-6,5 Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia masih tinggi. Hal tersebut terlihat dari peningkatan pertumbuhan indeks penjualan eceran sampai dengan pertengahan triwulan III-2012. Sementara itu, sektor pengangkutan dan komunikasi juga diperkirakan masih tumbuh tinggi didorong oleh tingginya aktivitas selama hari raya Idul Fitri dan potensi peningkatan komunikasi data. Kedepan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat serta potensi membaiknya ekspor, meskipun masih dibayangi oleh ketidakpastian perekonomian global. Berdasarkan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia pada tahun 2012 akan tumbuh pada kisaran 6,1% - 6,5%. 3. Neraca Pembayaran Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan mencatatkan surplus ditopang berkurangnya defisit neraca transaksi berjalan dan meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2012 diperkirakan membaik dan mencatat surplus, setelah pada triwulan sebelumnya defisit sebesar USD2,3 miliar. Perbaikan kinerja NPI didorong oleh berkurangnya defisit pada neraca transaksi berjalan serta meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan September 2012 mencapai USD110,2 miliar atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Neraca transaksi berjalan triwulan III-2012 diperkirakan membaik, meskipun masih mencatat defisit. Defisit tersebut diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD 6,9 miliar (3,1% dari PDB). Perkiraan perbaikan neraca transaksi berjalan terindikasi pada kinerja neraca perdagangan Agustus 2012 yang kembali mencatat surplus. Perkiraan surplus tersebut didukung oleh penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor (Grafik 2.5). Penurunan impor barang antara lain dipengaruhi tren pelemahan nilai tukar rupiah dan dampak 12

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.5 Neraca Perdagangan pelemahan ekspor. Sementara rendahnya kinerja ekspor disebabkan oleh belum kuatnya ekonomi negara mitra dagang utama dan berlanjutnya kontraksi pada harga komoditas global. Membaiknya neraca transaksi berjalan juga ditopang oleh menurunnya defisit neraca jasa akibat penurunan kegiatan pengangkutan ekspor-impor. Sementara itu, kondisi sebaliknya dialami oleh neraca transaksi modal dan finansial. Neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III-2012 diperkirakan masih mencatat surplus dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan surplus pada triwulan II-2012. Peningkatan surplus ditopang oleh kenaikan aliran masuk dana asing dalam bentuk investasi portofolio yang cukup besar di tengah masih tingginya aliran investasi langsung. Kondisi tersebut menyebabkan proporsi aliran modal dalam bentuk portofolio dan investasi langsung, relatif berimbang dalam struktur aliran masuk modal asing selama triwulan III-2012. Kedepan, prospek NPI secara keseluruhan pada tahun 2012 diperkirakan masih mencatat surplus. Perkiraan ini didasarkan pada ekspektasi bahwa kondisi perekonomian global dan harga komoditas ekspor akan membaik pada paruh kedua tahun 2012. Selain itu, kegiatan investasi dan impor barang modal yang dalam beberapa waktu terakhir tumbuh pesat, diharapkan akan meningkatkan kapasitas perekonomian domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap impor di masa mendatang. Membaiknya NPI juga didukung oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan akan lebih besar, baik berasal dari aliran investasi langsung, investasi portofolio maupun penarikan utang luar negeri. 4. Nilai Tukar Rupiah Tekanan pelemahan terhadap nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan III-2012, dipengaruhi oleh faktor domestik dan eksternal. Namun demikian, volatilitas rupiah masih tetap terjaga pada level yang rendah. 13

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Nilai tukar rupiah selama triwulan III-2012 secara umum berada dalam tren melemah. Pada akhir triwulan III-2012, nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp9.565/USD atau melemah -1,9% dibandingkan nilai tukar rupiah akhir triwulan II-2012 pada level Rp9.385/USD (point to point) (Grafik 2.6). Tekanan pelemahan terhadap nilai tukar rupiah dari sisi eksternal dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan global yang masih dipengaruhi oleh ketidakpastian. Sementara dari sisi domestik, tekanan dari neraca pembayaran akibat ekspor yang tertekan di tengah impor yang masih relatif kuat juga turut memengaruhi keseimbangan supply-demand valas di dalam negeri. Grafik 2.6 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Dari faktor eksternal, sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah merupakan imbas dari berlarutnya penyelesaian krisis utang di kawasan Eropa dan kekhawatiran investor terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Kekhawatiran terhadap penyelesaian krisis utang di kawasan Eropa meningkat setelah beberapa daerah di Spanyol mengalami kesulitan dalam memperoleh pendanaan di pasar keuangan, serta penurunan credit rating/outlook beberapa negara Eropa. Sentimen positif di pasar keuangan global pada triwulan III-2012 disebabkan oleh adanya hasil kesepakatan Euro Summit untuk melakukan stimulus perekonomian dan komitmen European Central Bank dalam program pembelian surat utang pemerintah negara Eropa dengan jumlah tidak terbatas. Selain itu, sentimen positif lain juga berasal dari kebijakan the Federal Reserve untuk memberikan stimulus moneter tambahan (Quantitative Easing tahap 3) guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Sentimen positif tersebut pada gilirannya meningkatkan optimisme investor terhadap aset berimbal hasil tinggi. Kondisi tersebut memicu penurunan risiko eksternal sebagaimana tercermin dari penurunan premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia dan negara-negara regional selama periode triwulan III-2012 (Grafik 2.7.) Meskipun melemah, volatilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga rendah sebesar 5,06%. Tingkat volatilitas nilai tukar rupiah tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan beberapa mata uang negara lain (Grafik 2.8). Rendahnya volatilitas nilai tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang 14

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.7 Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 tahun di Negara Kawasan Grafik 2.8 Volatilitas Mata Uang Regional Asia ditempuh oleh Bank Indonesia dalam melakukan stabilitasi nilai tukar rupiah, dengan melakukan intervensi di pasar valas melalui transaksi spot, swap dan forward. Kedepan, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan mendapatkan tekanan pelemahan yang berasal dari tingginya potensi pembelian valuta asing USD oleh nasabah ritel/korporasi khususnya menjelang akhir tahun. Sentimen negatif berasal dari faktor eksternal akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap masih belum jelasnya penyelesaian krisis hutang Eropa. Meskipun demikian, terdapat sejumlah sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah. Dari faktor eksternal, sentimen positif berasal dari pelonggaran kebijakan moneter dan stimulus perekonomian yang diambil oleh beberapa bank sentral utama dunia serta komitmen otoritas moneter Eropa dalam menyelesaikan krisis utang di kawasan tersebut. Hal ini diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan risk appetite investor terhadap asset berimbal hasil tinggi. Sementara dari sisi domestik, sentiment positif dipengaruhi oleh jumlah cadangan devisa yang memadai, sustainabilitas fiskal yang terjaga serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi. 5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Dalam periode laporan, suku bunga PUAB di semua tenor meningkat dan diikuti oleh peningkatan spread suku bunga tertinggi dan terendah PUAB, serta frekuensi transaksi bank yang bertransaksi di PUAB. Perkembangan PUAB tersebut antara lain dipengaruhi oleh faktor musiman Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Perkembangan PUAB pada triwulan III-2012 antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan likuiditas terkait faktor musiman Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Meskipun demikian, secara umum kondisi ekses likuiditas perbankan masih tetap dominan. Kebutuhan likuiditas yang tinggi menyebabkan meningkatnya suku bunga PUAB yang diperdagangkan dengan volume terbatas. Selain faktor kebutuhan likuiditas yang tinggi, kenaikan suku bunga PUAB juga dipengaruhi respons 15

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran perbankan terhadap kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4% pada Agustus 2012. Secara rata-rata harian, suku bunga PUAB overnight (PUAB o/n) pada triwulan III-2012 cenderung meningkat. Rata-rata tertimbang suku bunga PUAB o/n triwulan III-2012 meningkat dari 3,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,08%. Kenaikan suku PUAB o/n tertinggi terjadi pada Agustus 2012, atau mendekati masa libur panjang menghadapi hari raya Idul Fitri yakni mencapai 4,16% (Grafik 2.9). Pasca-Idul Fitri di bulan September 2012, rata-rata harian suku bunga PUAB o/n kembali turun ke level 4,08%. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya kebutuhan likuiditas oleh perbankan seiring dengan kembali masuknya uang kartal ke sistem perbankan (Grafik 2.12). Grafik 2.9 Suku Bunga PUAB o/n dan BI Rate Seiring dengan kenaikan suku bunga PUAB, spread suku bunga PUAB o/n tertinggi dan terendah naik ke kisaran 17 bps, meningkat dari spread triwulan sebelumnya yang sebesar 11 bps. Sebagaimana halnya faktor yang menyebabkan kenaikan suku bunga PUAB o/n, tingginya spread suku bunga PUAB tersebut didorong oleh kebutuhan likuiditas yang meningkat. Hal tersebut terjadi sejak Juni 2012 (rata-rata harian/rrh spread sebesar 23 bps) seiring dengan masa liburan sekolah (spread bulan Juli 2012 sebesar 22 bps) dan kemudian diikuti oleh bulan Ramadhan dan Idul Fitri (rrh spread bulan Agustus 2012 sebesar 21 bps). Selanjutnya, pasca-idul Fitri seiring dengan menurunnya kebutuhan likuiditas dengan masuknya uang kartal ke sistem perbankan, spread suku bunga kembali turun ke kisaran 7 bps. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas menjelang Idul Fitri, Bank Indonesia mengatur kebutuhan likuiditas dengan membuka transaksi Term Deposit berjangka waktu pendek (kurang dari satu bulan). Pada periode sebelumnya, Bank Indonesia hanya mentransaksikan Terms Deposit berjangka waktu lebih panjang yaitu satu bulan sampai dengan enam bulan. Bank Indonesia juga melakukan ekspansi likuiditas rupiah melalui mekanisme transaksi Foreign Exchange (FX) Swap jual. Pengaturan likuiditas 16

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran pada operasi moneter jangka sangat pendek melalui instrumen Deposit Facility dan Term Deposit serta ekspansi likuiditas dari FX Swap jual tersebut, mendorong suku bunga PUAB o/n berangsurangsur turun mendekati kisaran level 4,10%-4,15%. Pergerakan kenaikan suku bunga PUAB o/n juga diikuti oleh kenaikan suku bunga PUAB tenor lainnya. Suku bunga PUAB tenor 2-4 hari pada triwulan III-2012 naik dari 3,82% pada triwulan II-2012 menjadi 4,08%. Sementara tenor satu minggu naik dari 3,88% menjadi 4,17% dan tenor satu bulan naik dari 4,21% menjadi 4,61% (Grafik 2.10). Selain itu, pergerakan suku bunga PUAB o/n juga sejalan dengan kuotasi pelaku pasar yang dicerminkan dalam suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR). Grafik 2.10 Suku Bunga PUAB o/n dan JIBOR Peningkatan kebutuhan likuiditas pada triwulan III-2012 menyebabkan meningkatnya frekuensi transaksi dan jumlah bank yang melakukan transaksi PUAB (Grafik 2.11). Secara rata-rata, jumlah transaksi PUAB tercatat sebanyak 165 transaksi/hari dengan jumlah pelaku sebanyak 68 bank/hari. Jumlah tersebut meningkat dibanding transaksi dan jumlah bank yang melakukan transaksi PUAB pada triwulan II-2012 yakni sebanyak 153 transaksi/hari dan 60 bank/hari. Banyaknya jumlah bank pelaku transaksi PUAB khususnya terjadi selama Juli dan Agustus rata-rata harian mencapai 71 bank. Pasca-Idul Fitri (September 2012), jumlah bank pelaku transaksi di PUAB menurun menjadi 60 bank. Dari sisi volume, meskipun terjadi peningkatan kebutuhan likuiditas perbankan, volume PUAB secara keseluruhan triwulan III-2012 tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 2.12). Hal ini disebabkan karena langkah-langkah pengaturan kecukupan likuiditas oleh Bank Indonesia melalui pengaturan komposisi operasi moneter, ekspansi rupiah dan transaksi FX Swap jual. Selain itu, hal lain yang mempengaruhi adalah faktor kembalinya aliran uang kartal ke dalam sistem perbankan pasca-idul Fitri. Berbagai faktor tersebut menyebabkan penurunan volume transaksi PUAB secara 17

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.11 Jumlah Pelaku PUAB Grafik 2.12 Volume PUAB rata-rata harian dari Rp11,58 triliun menjadi Rp10,71 triliun sepanjang triwulan III-2012. Penurunan volume transaksi PUAB tersebut terutama terjadi sepanjang September 2012, yang secara rata-rata harian hanya mencapai Rp8,59 triliun. Kondisi ini didorong oleh penurunan kebutuhan likuiditas oleh perbankan dan adanya ekspansi neto keuangan pemerintah pada September 2012. Berdasarkan tenor, komposisi volume transaksi PUAB masih didominasi oleh tenor overnight yaitu sebesar 60% dari total volume PUAB. Namun, pada triwulan III-2012 terdapat peningkatan volume transaksi PUAB pada tenor satu bulan keatas dari 2% menjadi 3%. Kondisi tersebut disebabkan oleh kembalinya aliran likuiditas ke sistem perbankan pasca-idul Fitri dan diaktifkannya kembali transaksi Term Deposit rupiah tenor menengah (tenor satu bulan dan tiga bulan). Peningkatan volume transaksi PUAB tenor satu bulan keatas, menyebabkan volume transaksi PUAB o/n turun signifikan dari ratarata harian sebesar Rp7,21 triliun (62% dari total volume) menjadi Rp6,47 triliun (60% dari total volume). Sementara untuk tenor 2-4 hari dan tenor satu minggu relatif stabil (Grafik 2.13). Grafik 2.13 Komposisi Tenor PUAB 18

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan Suku bunga perbankan terus menunjukkan tren penurunan, tercermin dari suku bunga simpanan dan suku bunga kredit pada triwulan III-2012 yang lebih rendah dari periode-periode sebelumnya. Kebijakan suku bunga Bank Indonesia melalui penurunan BI Rate sejak Oktober 2011 telah menunjukkan kontribusi positif terhadap penurunan suku bunga simpanan perbankan. Pada triwulan III-2012, rata-rata suku bunga simpanan turun sebesar 5 bps dari 5,48% pada Juni 2012 menjadi 5,43% pada Agustus 2012 (Grafik 2.14). Penurunan suku bunga simpanan memberikan dampak positif terhadap penurunan suku bunga kredit perbankan. Selama triwulan III-2012, rata-rata suku bunga kredit turun sebesar 11 bps dari 12,35% pada Juni 2012 menjadi 12,24% pada Agustus 2012. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK) mengalami penurunan dengan kisaran 1-16 bps, masingmasing tercatat rata-rata sebesar 11,74%, 11,36%, dan 13,69% pada Agustus 2012 (Grafik 2.15). Grafik 2.14 Perkembangan BI rate, Suku Bunga Kredit dan Deposito Rupiah Grafik 2.15 Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Kredit Per Jenis Penggunaan Selain dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga Bank Indonesia, faktor lain yang turut mendorong penurunan suku bunga kredit adalah ketentuan 3 Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk mempublikasikan data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Dibandingkan triwulan II-2012, SBDK pada triwulan III-2012 tercatat lebih rendah pada semua segmen. Penurunan SBDK tertinggi terjadi pada segmen Non Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 31 bps, diikuti segmen korporasi sebesar 9 bps, segmen ritel sebesar 5 bps dan segmen KPR sebesar 3 bps. Dibandingkan posisi Maret 2011 (saat SBDK pertama kali dipublikasikan oleh perbankan), terdapat penurunan SBDK pada semua segmen, yaitu 88 bps untuk segmen Non KPR, 79 bps untuk segmen korporasi, 77 bps untuk segmen ritel, dan 70 bps untuk segmen KPR (Tabel 2.3). 3 SE BI No.13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 tentang Suku Bunga Dasar Kredit. 19

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 2.3 Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan Segmen Kredit Seluruh Sampel 2011 2012 qtq Mar- Ags Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Koporasi 10,51 10,58 10,64 10,72 10,54 10,55 10,51 10,50 10,36 10,18 10,12 10,06 9,86 9,86 9,83 9,81 9,77 9,72 (0,09) (0,79) Retail 11,80 12,21 11,84 11,91 12,00 12,08 12,04 11,98 11,78 11,61 11,52 11,40 11,23 11,16 11,14 11,08 11,07 11,03 (0,05) (0,77) KPR 11,16 11,25 11,35 11,38 11,03 11,03 11,04 10,98 10,82 10,71 10,62 10,51 10,61 10,58 10,56 10,50 10,50 10,46 (0,03) (0,70) Non KPR 11,56 11,70 11,76 11,86 11,86 11,96 11,88 11,83 11,68 11,51 11,22 11,05 11,05 11,05 11,03 10,99 10,87 10,68 (0,31) (0,88) Ket : data tanpa outlier dan perhitungan secara weighted average 7. Perkembangan Bank Umum Di tengah ketidakpastian pemulihan krisis ekonomi global, kinerja perbankan Indonesia tetap terjaga. Permodalan jauh di atas ambang batas berasal dari profitabilitas yang tinggi dan peningkatan efisiensi dalam menjalankan operasionalnya. Fungsi intermediasi perbankan juga meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Di tengah krisis ekonomi global yang masih berlanjut, perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan III-2012. Kinerja positif tercermin dari kondisi rasio permodalan perbankan yang tercatat jauh di atas ambang batas 8%, yang dicapai melalui perolehan profitabilitas perbankan yang cukup tinggi dan upaya peningkatan efisiensi yang dilakukan perbankan. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada akhir triwulan III-2012 tercatat sebesar 17,29%, mengalami penurunan 0,20% dari 17,49% pada triwulan II-2012. Namun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, CAR meningkat 0,66% dari 16,63% pada Agustus 2011. Penurunan CAR pada triwulan III-2012 terjadi karena peningkatan jumlah kredit yang berdampak pada peningkatan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Tingkat pertumbuhan kredit sampai dengan triwulan III-2012 sebesar 2,33% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yang tumbuh sebesar 8,22% (qtq) dan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar 6,66% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit pada triwulan III-2012 antara lain dipengaruhi oleh faktor musiman Idul Fitri dan adanya imbas dari melambatnya ekonomi global. Sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang masih terjaga, profitabilitas perbankan cukup tinggi tercermin dari laba yang meningkat. Sampai dengan Agustus 2012, perbankan membukukan laba sebesar Rp59,72 triliun, atau meningkat 30,59% (qtq) dibandingkan laba pada akhir triwulan II- 2012 sebesar Rp45,73 triliun. Laba yang dibukukan perbankan lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun 2011 yang mencapai 30,04% (yoy). Tingginya profitabilitas perbankan tersebut berasal dari pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional sebagian besar masih berasal dari bunga kredit (70,96%) dengan pertumbuhan mencapai 14,05% (ytd) atau 23,66% (yoy). Perolehan profitabilitas tersebut juga tidak terlepas dari upaya bank melakukan efisiensi yang tercermin dari rasio Biaya Overhead terhadap Pendapatan Overhead (BOPO) sebesar 74,70%. Rasio BOPO tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 74,68%. 20