PELABUHAN CPO DI LUBUK GAUNG

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN STRUKTUR DERMAGA CURAH CAIR CPO PELINDO 1 DI PELABUHAN KUALA TANJUNG, MEDAN, SUMATERA UTARA

Oleh: Yulia Islamia

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Kebutuhan LNG dalam negeri semakin meningkat terutama sebagai bahan bakar utama kebutuhan rumah tangga (LPG). Kurangnya receiving terminal sehingga

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

Perencanaan Detail Jetty LNG DWT Di Perairan Utara Kabupaten Tuban

BAB 1 PENDAHULUAN Sekilas Objek Studi

Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA TELUK BUNGUS

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Desa Lumbi Lumbia, Kecamatan Buko Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Sonit, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

Beban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

ANALISIS PERUBAHAN DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT

PERENCANAAN JETTY CRUDE PALM OIL (CPO) PRECAST DI PERAIRAN TANJUNG PAKIS LAMONGAN, JAWA TIMUR JEFFWIRLAN STATOURENDA

Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok

Perencanaan Dermaga Curah Cair untuk Kapal DWT di Wilayah Pengembangan PT. Petrokimia Gresik

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

TUGAS AKHIR ANALISIS HIDRO OSEANOGRAFI DAN DESAIN DERMAGA DEAD WEIGHT TON (DWT) DI TERMINAL UNTUK KEPENTIGAN SENDIRI (TUKS)

Perancangan Dermaga Pelabuhan

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

BAB III DATA DAN ANALISA

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

DESAIN STRUKTUR PERPANJANGAN DERMAGA B CURAH CAIR PELINDO I DI PELABUHAN DUMAI, RIAU

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

Perencanaan Dermaga Minyak Untuk Kapal Tanker DWT di Dumai Provinsi Riau

Analisis Penentuan Debit dan Muka Air Rencana Bagi Perencanaan Dermaga dan Alur Pelayaran Batubara di Sungai Eilanden, Papua

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

PERENCANAAN DERMAGA CURAH UREA DI KOTA BONTANG, KALIMANTAN TIMUR. Putri Arifianti

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Bayuwangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

7 KAPASITAS FASILITAS

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 06/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR Perencanaan Pelabuhan Perikanan Glagah Kab. Kulon Progo Yogyakarta

ABSTRAK. Kata kunci: Pantai Sanur, Dermaga, Marina, Speedboat

PERENCANAAN SISTEM FENDER DERMAGA (Studi Kasus Dermaga Penyeberangan Mukomuko, Provinsi Bengkulu) Oleh:

I. PENDAHULUAN. Peranan jasa angkutan dalam menunjang pembangunan. ekonomi memiliki fungsi yang vital. Pengembangan ekonomi suatu

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

PP 58/1991, PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PELABUHAN III MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

DAFTAR SIMBOL / NOTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

PENGEMBANGAN FASILITAS KAWASAN TERPADU PELABUHAN SIKAKAP KABUPATEN MENTAWAI SUMATERA BARAT

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY

yang turut membantu dalam rangka pengumpulan data maupun kelancaran dalam pelaksanaan studi ini. Bandung, November 2012 PT. Atrya Swascipta Rekayasa

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RESPON DINAMIK SISTEM CONVENTIONAL BUOY MOORING DI SEKITAR PULAU PANJANG, BANTEN, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Transkripsi:

PERENCANAAN LAYOUT PELABUHAN CPO DI LUBUK GAUNG Jeffisa Delaosia Kosasih 1 dan Dr. Nita Yuanita, ST.MT 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40123 1 j.delaosia@gmail.com dan 2 nita@ocean.itb.ac.id Kata Kunci: Pelabuhan, CPO, Perencanaan Layout Keywords: Port, CPO, Layout Plan 1. PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir ini terdengar isu global warming yang kian meningkat. Hal ini diduga akibat adanya peningkatan penduduk dunia sehingga kebutuhan akan bahan pangan dan energi meningkat. Peningkatan ini diperparah dengan pengalih fungsian lahan seperti hutan, sungai, laut, danau, dan berbagai kekayaan milik bumi lainnya. Hal ini akan berdampak ke seluruh dunia maka dalam pemeliharaan bumi diusulkan dalam mengganti beberapa bahan bakar dengan kekayaan alam dari nabati, salah satunya adalah minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati bergizi tinggi yang merupakan bahan pangan yang penting bagi milyaran orang di dunia. Minyak kelapa sawit di ekstrak dari buah kelapa sawit. Tanaman ini sangat produktif sehingga perkebunannya dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Beberapa hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan jumlah produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO). Salah satu daerah yang memiliki basis produksi utama dengan 70% dari budidaya di daerah tersebut adalah Sumatera. Untuk memenuhi permintaan yang cukup banyak, maka kapasitas yang dikirim tidak sedikit melainkan dikirim dengan jumlah yang besar supaya kualitas CPO tidak menurun sewaktu pengiriman. Moda transportasi laut yang digunakan adalah kapal. Kapal dapat mencakup barang dalam jumlah yang sedikit hingga jumlah yang besar sesuai dengan kebutuhan dan jenis barang tersebut. Sarana prasarana yang paling sesuai di Kota Dumai adalah pengembangan oil storage. Pengembangan ini dilakukan guna mengantisipasi kenaikan jumlah produksi dan Kota Dumai mempunyai nilai tambah sebagai potensi ekspor terbesar karena berada di daerah perairan tersibuk yaitu Selat Malaka. Secara garis besar, tahap yang dilakukan adalah membuat Master Plan. Master Plan merupakan tahap perencanaan layout pelabuhan dengan berbagai aspek mulai dari analisis kondisi lingkungan, perhitungan komponen pelabuhan dengan mengikuti standar yang digunakan, dan beberapa kriteria lain yang perlu diperhatikan. Setelah mendapatkan layout yang sesuai dengan aspek-aspek yang ada, maka tahap selanjutnya akan lebih memperhatikan hal-hal detail seperti pemilihan fender dan bollard dilihat dari gaya yang bekerja pada struktur, penggunaan tiang pancang, dan lain sebagainya. Namun, Tugas Akhir ini hanya akan membahas tentang perencanaan layout pelabuhan CPO yaitu Master Plan. Lokasi yang memenuhi kriteria perencanaan pelabuhan di Kota Dumai ini terdapat di Lubuk Gaung (Gambar 1 dan Gambar 2) Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 1

Gambar 1 Lokasi perencanaan pelabuhan (Sumber: Google Earth) Lubuk Gaung Gambar 2 Zoom Out dari lokasi perencanaan pelabuhan (Lubuk Gaung) (Sumber: Google Earth) Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 2

2. METODOLOGI Pelabuhan yang direncanakan mempunyai kapasitas total sebesar 160,000 ton dan kapal yang akan tambat dan melayani proses loading unloading CPO di pelabuhan Lubuk Gaung adalah kapal tangker dengan ukuran 5,000 DWT, 8,000 DWT, 10,000 DWT, dan 15,000 DWT. Dalam perencanaan pelabuhan CPO di Lubuk Gaung, terdapat empat faktor lingkungan yang berperan dalam kinerja pelabuhan, diantarnya adalah angin, gelombang, pasang surut, dan arus. 2.1 Analisis Data Lingkungan Angin memiliki arah dominan dari arah South dan memiliki kecepatan terbesar pada arah North sebesar 15m/s. Gelombang diukur dari pengamatan angin yang terjadi di perairan sekitar Lubuk Gaung. Hasil analisis gelombang tiap bulan pada tahun 2000 sampai tahun 2009 memiliki arah dominan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil analasis mengenai gelombang ekstrim untuk perkiraan tinggi gelombang saat keadaan ekstrim ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 1 Arah Angin Dominan Tiap Bulan (Tahun 2000 sampai Tahun 2009) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Arah Dominan North North North East North East North North Tabel 2 Parameter Gelombang Ekstrim Arah Mata Angin Tinggi Gelombang Ekstrim (m) Periode Ekstrim (s) North 0.41 2.72 North East 0.26 2.15 East 0.41 2.72 1.53 6.99 South 0.41 2.72 South West 0.25 2.11 West 0.2 1.92 North West 0.27 2.18 Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 3

Kriteria desain dengan periode ulang 50 tahun menghasilkan parameter gelombang dari arah dominan gelombang dari, seperti berikut: Tinggi gelombang : 1.53 meter Periode gelombang : 6.99 detik Arus laut yang terjadi di perairan sekitar Lubuk Gaung diukur pada saat spring (pasang) dan neap (perbani). Pada saat spring, kecepatan arus adalah 0.27m/s dari arah NW (North West atau Barat Laut). Pada saat neap, kecepatan arus 0.15m/s dari arah NW (North West atau Barat Laut). Pasang surut yang terjadi di perairan sekitar Lubuk Gaung berjenis pasang surut campuran dominan ganda (mixed dominant semi diurnal). Hal tersebut berarti dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Elevasi elevasi penting yang terdapat pada pasang surut dengan tunggang pasut sebesar 3.26 meter adalah sebagai berikut: Highest Water Spring (HWS) : (+) 1.67 m dari MSL Lowest Water Spring (LWS) : (-) 1.59 m dari MSL 2.2 Analisis Fasilitas Laut Selain menganalisis data lingkunga, perlu diperhitungkan juga perhitungan komponen fasilitas laut maupun fasilitas darat. Untuk fasilitas laut, desain komponen struktur dermaga mengacu kepada British Standard 6349-2:2000. Menurut BS. 6349, dermaga jenis dolphin memiliki ketentuan tersendiri. Ketentuan ini diukur dari jarak antara breasting dolphin dan mooring dolphin yang diukur dengan ketentuan sebagai berikut : Jarak antara breasting dolphin Jarak antara mooring dolphin terdekat Jarak antara mooring dolphin terjauh : 0.4 L OA : 0.8 L OA : 1.35 L OA Penamaan komponen dermaga dolphin dapat dilihat pada Gambar 3. Pada BS. 6349, kondisi perletakkan mooring dolphin terluar secara umum menggunakan ketentuan sudut 45 dan sudut spring line sebesar 10 terhadap sb.x. Ketentuan ini juga disesuaikan dengan jarak antara komponen hingga membentu bentang yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 4

Gambar 3 Komponen Dermaga Dolphin (Sumber : BS. 6349) Jenis dermaga struktur dolphin menghasilkan ukuran dermaga untuk setiap kapal, sebagai berikut: 5000 DWT 8000 DWT 10000 DWT 15000 DWT L OA (m) 102 m 115 m 127 m 144 m Jarak antara BD (m) 40.8 m 46 m 50.8 m 57.6 m Jarak antara MD terdekat 81.6 m 92 m 101.6 m 115.2 m (m) Jarak antara MD terjauh (m) 137.7 m 155.25 m 171.45 m 194.4 m Sama halnya dengan alur pelayaran. Penentuan alur pelayaran mengacu kepada British Standard 6349-2:2000. Karakteristik alur pelayaran ditentukan dengan perumusan seperti berikut: Kedalaman Alur Pelayaran menurut BS. 6349 Dimana: H = kedalaman alur d = draft kapal Lebar Alur Pelayaran menurut BS. 6349 Dimana: B = breadth (lebar kapal) Begitu juga dengan penentuan kolam pelabuhan yang menggunakan perumusan seperti berikut: Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 5

Sehingga didapatkan karakteristik fasilitas laut yang dibutuhkan menurut ukuran tiap kapal yang ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Karakteristik Fasilitas Laut Ukuran BS.6349 L Kapal OA Lebar Alur Kedalaman Diameter Luas kolam (m) (DWT) (m) Alur (m) (m) putar (m 2 ) 5000 102 134.3 8.32 204 130740.52 8000 115 150.4 9.49 230 166190.25 10000 127 166.4 10.27 254 202682.99 15000 144 188.8 11.57 288 260576.26 2.3 Analisis Fasilitas Darat Fasilitas darat merupakan daerah pelabuhan yang menunjang kegiatan bongkar muat pada dermaga. Fasilitas darat untuk pelabuhan minyak berfungsi sebagai tempat penampung minyak yang masuk ke pelabuhan minyak dan juga berfungsi sebagai tempat untuk perkantoran pelabuhan. Fasilitas darat ini meliputi tank farm, bangunan penunjang lainnya. Tank farm merupakan wilayah tempat dimana tangki tangki timbun berada dengan luas fasilitas darat pelabuhan CPO sebesar 925,38 x 764,61 m. Kapasitas pelabuhan ditargetkan sebesar 160,000 DWT/tahun melalui dua siklus pengambilan pada 80,000 DWT yang dipasok langsung sebesar 80,000 DWT setiap bulan ke-6. Untuk mengetahui seberapa besar volume yang dibutuhkan dengan kapasitas 80,000 DWT, maka diperlukan massa jenis CPO (913 kg/m 3 ), sehingga didapatkan volume yang harus ditampung sebesar 824,743 m 3. Dengan volume sebesar 824,743 m 3, didapat satuan volume dalam gallon sebesar 217,874,050.978 dan dapat juga dilihat dalam barrel menjadi 6,916,636 barrel. Dari referensi API, diambil jenis jenis tangki dengan ukuran: Tangki I dengan ukuran: Diameter tangki I Dt : 66 ft = 20.117 m Tinggi tangki I ht : 40 ft = 12.192 m Volume tangki I Vt : 3,875.17 m 3 Kapasitas tangki mt : 1,000,000 gallons Jumlah tangki x : 17 Tangki I dengan ukuran: Diameter tangki I Dt : 27 ft = 8.23 m Tinggi tangki I ht : 24 ft = 7.315 m Volume tangki I Vt : 389.14 m 3 Kapasitas tangki mt : 100,000 gallons Jumlah tangki x : 5 Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 6

Bangunan penunjang merupakan bangunan yang berfungsi sebagai pendukung kinerja pelabuhan di darat. Ukuran gedung gedung di atas diambil dari beberapa pelabuhan yang sudah ada dan dijadikan referensi, sebagai berikut: Gedung perkantoran : 20 x 25 m Gedung mess petugas pelabuhan : 20 x 25 m Ruang pompa : 20 x 10 m Ruang Maintenance : 30 x 20 m Gedung kesehatan : 20 x 20 m Lapangan meeting point : 50 x 50 m Ruang terbuka hijau : 30% dari bangunan fasilitas darat Kantin : 20 x 15 m Gudang : 20 x 20 m Lahan parkir : disesuaikan dengan kondisi lapangan Layout fasilitas darat dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Zoom Out dari lokasi perencanaan pelabuhan (Lubuk Gaung) Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 7

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis di atas, terdapat enam alternatif layout fasilitas laut yang bisa masuk ke dalam kriteria desain, dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Alternatif Layout I Alternatif Layout IV Alternatif Layout II Alternatif Layout V Alternatif Layout III Alternatif Layout VI Gambar 5 Keenam alternatif layout pelabuhan CPO Pemilihan layout yang akan digunakan berdasar atas peniliain dari berbagai aspek perbandingan. Perbandingan yang ditinjau dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 8

No 1 2 3 4 Faktor Penentu Jumlah Panjang Trestle Total panjang pipa dari kapal ke oil storage Jumlah Tiang Pancang Waktu maksimu m yang diperluk an untuk mengoso ngkan tangki di pelabuha n Tabel 4 Penentuan Layout Pelabuhan CPO Melalui Ranking Alternatif Layout 1 2 3 4 5 6 Keterangan Rank Keterangan Rank Keterangan Rank Keterangan Rank Keterangan Rank Keterangan Rank 169.54 m 1 341.11 m 5 337.2 m 4 334.09 m 3 332.02 m 2 425 m 6 0.57 km 1 1.2 km 5 0.98 km 4 0.89 km 3 0.78 km 2 1.84 km 6 57 tiang 1 114 tiang 5 113 tiang 4 112 tiang 3 110 tiang 2 142 tiang 6 41 jam. 5 15 jam 2 18 jam 3 21 jam 4 14 jam + waktu bolak balik kapal selama 13 hari + waktu pengosongan kapal 10,000DWT selama 4 jam 6 15 jam 2 Jumlah 8 17 15 13 12 20 Penentuan Layout Akhir Pelabuhan CPO Dari hasil penilaian pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa alternatif layout yang memiliki nilai ranking terkecil adalah alternatif layout pertama. Namun jika dilihat dari waktu maksimum yang diperlukan untuk mengosongkan tangki pada alternatidf layout pertama membutuhkan waktu sebesar 41 jam. Sedangkan untuk menjaga kualitas CPO, waktu maksimum penyimpanan selama 1 hari 24 jam. Sehingga kembali ke tujuan awal untuk mendapat layout yang efisien dan efektif maka alternatif layout pertama tidak termasuk ke dalam kriteria desain pelabuhan CPO di Lubuk Gaung. Pemilihan kedua jatuh kepada alternatif layout kelima. Alternatif layout ini sama kasusnya seperti alternatif layout pertama. Hal tersebut dikarenakan kapasitas kapal tidak dapat mengangkut kapasitas CPO yang ada di pelabuhan dalam satu waktu sekaligus. Sehingga hal tersebut juga diperjelas dengan waktu yang diperlukan dalam pengadaan kapal ukuran 10,000 DWT yang melakukan perjalanan ke tempat tujuan untuk menyalurkan CPO. Waktu yang dibutuhkan kapal untuk kembali ke pelabuhan CPO di Lubuk Gaung menghabiskan waktu dua minggu sehingga dapat menyebabkan kualitas CPO berkurang. Selain itu, layout ini tidak memenuhi tujuan dari perencanaan layout pelabuhan CPO di Lubuk Gaung. Maka diambil kesimpulan bahwa alternatif layout kelima tidak cukup efisien dalam penggunaannya. Beralih ke pemilihan ketiga yang jatuh kepada alternatif layout keempat. Lain halnya dengan alternatif layout pertama, alternatif layout keempat ini sangat ekonomis jika dilihat dari kebutuhan total panjang trestle, pipa, dan jumlah tiang pancangnya. Namun hal ini masih kurang efektif jika dilihat dari segi waktu, waktu pengosongan tangki membutuhkan 21 jam sedangkan perbedaan dimensi antara alternatif layout keempat dengan ketiga tidak jauh berbeda. Dan jika dilihat dari waktu pengosongan tangki pada alternatif layout ketiga hanya membutuhkan 18 jam. Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 9

4. KESIMPULAN Fasilitas laut yang terpilih merupakan alternatif layout ketiga dengan karakteristik dua dermaga dengan menggunakan jarak mooring dolphin luar dari kapal ukuran 15,000 DWT dan 8,000 DWT. Pemilihan tersebut dilihat dari segi ekonomis dan segi efisiensi waktu maupun efektivitas kinerja dari pelabuhan tersebut, sehingga layout pelabuhan CPO akan tampak seperti Gambar 6, berikut: Gambar 6 Keenam alternatif layout Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 10

5. SARAN Dibutuhkan data yang lebih spesifik sehingga memudahkan dalam menentukan kriteria desain. Selanjutnya dapat direncanakan perencanaan mengenai struktur dermaga Pelabuhan CPO di Lubuk Gaung Masih diperlukan analisis biaya mengenai kinerja pelabuhan CPO di Lubuk Gaung dalam memperjelas perbandingan ranking sebagai penentu hasil akhir untuk layout pelabuhan CPO di Lubuk Gaung. 6. DAFTAR PUSTAKA Direction of the Civil Engineering and Buildng Structures Sector Committee. (2000). British Standard 6349-2: 2000. London : 389 Chiswick High Road. Perencanaan Layout Pelabuhan CPO Di Lubuk Gaung 11