Margin Tebal Topang Laba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

Juni 2017 RESEARCH TEAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Monthly Market Update

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Diskusi dan Analisis Manajemen

BAB I PENDAHUUAN. Indonesia, sebagai negara dengan bank sebagai basis financial intermediary,

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari

LAPORAN POSISI KEUANGAN

Suara Merdeka 30/12/2016, Hal. 5 Agen dan Digitalisasi Asuransi EX-CC-AAJI

Februari 2017 RESEARCH TEAM

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Monthly Market Update

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat pun semakin pintar dan

Mempertahankan Soliditas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pesat, karena setiap perbankan terus berusaha eksis dalam kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

Bisnis Indonesia 15/07/2016, hal. 7 Asuransi Tawarkan Alternatif EX-CC-AAJI

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang begitu pesat perkembangannya menyebabkan dampak terhadap muncul

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%


BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dalam menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

Asuransi Yakin Penuhi Wajib SBN Tahun Ini

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Mulai dari petani, buruh, dan nelayan sudah mengenal bank. Bahkan

BAB 4 ANALISIS PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan,

PERKEMBANGAN TERKINI

DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN LOAN TO VALUE (LTV) TERHADAP PERKEMBANGAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH Oleh Tim Riset SMF

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)

Investor Daily 10/06/2016, hal. 14 (Berita Photo) Kinerja Prima BNI Life EX-CC-AAJI

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. khususnya yang diterbitkan oleh Pemerintah atau lebih dikenal sebagai Surat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sistematik yang bisa menggoyah stabilitas sistem keuangan. Kegagalan suatu bank

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. global juga belum menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan.

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017)

BAB 1 PENDAHULUAN. dana, untuk memperjual belikan surat-surat berharga yang kegiatannya dilakukan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

Transkripsi:

PERBANKAN Senin, 21 November 2016 23 PERBANYAK JUMLAH ATM KREDIT BERMASALAH NPL Bakal Terus Menyusut JAKARTA Seiring dengan proyeksi perbaikan pertumbuhan kredit pada tahun depan, kenaikan rasio kredit bermasalah pun diprediksi bakal menurun. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan rasio kredit bermasalah (non performing loan/npl) akan lebih terkendali mulai kuartal II/2017. Hal ini sejalan dengan proyeksi bank sentral bahwa pertumbuhan kredit akan lebih gesit per akhir Juni tahun depan. NPL gross sempat mencapai peak sebesar 3,2% [pada Agustus] lalu turun ke level 3,1% pada September. Tapi yang kami perhatikan secara khusus adalah NPL nett yang terus di level 1,4% sampai 1,5%, ucapnya menjawab Bisnis di Jakarta, akhir pekan lalu. Keyakinan Bank Indonesia atas perbaikan NPL terpengaruh berbagai upaya restrukturisasi kredit yang dilakukan perbankan. Aspek lain ialah kondisi inflasi yang bakal semakin terjaga, serta peluang perbaikan bisnis aneka komoditas. Berbeda dengan BI, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan perbaikan NPL banyak terpengaruh peningkatan penyaluran kredit di sejumlah sektor, terutama ritel. Adapun, sektor yang terkait dengan komoditas relatif masih sama dengan kondisi tahun lalu. Sejalan dengan menurunnya NPL, Muliaman menyebut penyaluran kredit bank sudah mulai menggeliat pada akhir tahun ini. Meski diprediksi hanya bertumbuh sekitar 6% 7% pada Desember nanti, dia meyakini penyaluran kredit bank pada akhir tahun akan semakin terakselerasi. Sejalan dengan harapan perbaikan NPL, bank hati-hati dengan menyisihkan pencadangan yang besar. Direktur Kepatuhan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Susy Liestiowaty berpendapat masih ada kemungkinan kenaikan sedikit pencadangan hingga akhir tahun. Menurutnya, hingga akhir tahun, perseroan menjaga coverage ratio di kisaran 166% 167% dengan rasio NPL dijaga di posisi 2,1% 2,4%. Kami harapkan untuk lebih tingkatkan pencadangan dalam rangka konservatif saja, katanya. Adapun pertumbuhan kredit BRI per akhir tahun ini diprediksi sebesar 13% 15%. Sementara per September 2016, total kredit yang sudah disalurkan oleh BRI, yaitu sebesar Rp603,46 triliun atau tumbuh 16,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp518,95 triliun. (Dini Hariyanti/Ihda Fadila) transaksi perbankan melalui anjungan tunai mandiri Bank DKI di Jakarta, belum lama ini. Pemprov DKI meminta agar Bank DKI melakukan ekspansi dengan memperbanyak jumlah mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mengingat jumlahnya dinilai masih jauh dari cukup. KREDIT KONSUMSI PENGALIHAN INSTRUMEN INVESTASI Dana Repatriasi Bank Mandiri Tersisa Rp3 Triliun JAKARTA PT Bank Mandiri Tbk. menyebutkan perseroan sudah menghimpun dana repatriasi sekitar Rp9 triliun, tetapi yang tersisa dalam sistem bank sekitar Rp3 triliun. Pasalnya, nasabah wajib pajak mulai memindahkan asetnya ke instrumen investasi lain. Ferry M. Robbani, SVP Financial Institutions Coverage and Solutions Group PT Bank Mandiri Tbk., mengatakan beberapa nasabah wajib pajak yang sudah menempatkan dana repatriasinya pada perseroan sudah mulai mengalihkannya ke instrumen investasi lain seperti, obligasi dan bancasurrance. Lalu, yang lagi banyak ditanya-tanya nasabah saat ini adalah investasi direct investment, tetapi sejauh ini masih pada tanya-tanya saja, ujarnya pada Kamis (17/11). Ferry menyebutkan untuk peralihan investasi yang paling besar itu antara lain ke, obligasi dan reksadana. Kalau yang bancassurance, kami kan punya AXA Mandiri, sebutnya. Adapun, untuk dana tebusan dari wajib pajak yang masuk lewat bank dengan kode emiten BMRI itu sekitar Rp15 triliun sampai Jumat dua pekan lalu. Produk keuangan yang disiapkan Bank Mandiri beserta perusahaan anak antara lain produk treasury, asset management, pasar modal, capital/venture funds hingga produk asuransi. Apalagi, beberapa waktu lalu, Bank Mandiri juga menerbitkan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Penyertaan (EBASP) senilai Rp500 miliar dan menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap I senilai Rp5 triliun. Dua instrumen itu juga termasuk produk pilihan investasi Bisnis/Dedi Gunawan Nasabah melakukan untuk wajib pajak. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas sebelumnya menyatakan, kendati program pengampunan pajak pemerintah menjadi ajang bank terdaftar untuk mendapatkan tambahan likuiditas, perseroan yang merupakan bank milik pemerintah optimistis mendapat aliran dana yang lebih besar. Salah satu faktor perseroan lebih optimistis dalam penerimaan dana pengampunan pajak adalah kemampuan bank milik negara dalam menyalurkan kembali dana yang masuk dalam bentuk penyaluran kredit. Bank pelat merah, katanya, lebih leluasa dalam melempar kredit karena batas maksimum pemberian kredit (BMPK) cukup besar dan banyak proyek pemerintah yang membutuhkan dukungan pendanaan dari bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut. Selain itu, Kementerian BUMN kan ada daftar proyek untuk investasi yang konkret, baik brown field maupun green field. Ada juga rencana penerbitan surat utang Pertamina dalam bentuk valuta asing yang bisa menjadi alternatif penempatan dana repatriasi, ujarnya. Lalu, Bank Mandiri pun menyebutkan terus melakukan sosialisasi kebijakan amnesti pajak dan pilihan instrumen investasi yang disesuaikan dengan profil risiko masing-masing wajib pajak. Lebih lanjut, Rohan menuturkan, sosialisasi tersebut antara lain dilakukan perseroan melalui keberadaan klinik-klinik pajak yang menyediakan informasi yang komprehensif tentang berbagai ketentuan dan persyaratan terkait amnesti pajak kepada nasabah utama dan korporasi. (Surya Rianto) BCA DUKUNG PARIWISATA Antara Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo (kiri) menyerahkan cinderamata kepada Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) disaksikan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X seusai Seminar Pengembangan Industri Pariwisata Gunungkidul di Yogyakarta, Jumat (18/11). BCA melalui program Bakti BCA mendukung upaya pengembangan industri pariwisata di berbagai daerah, termasuk wilayah Gunungkidul. Margin Tebal Topang Laba JAKARTA Pertumbuhan kredit perbankan pada kuartal III/2016 melambat, tetapi laba justru terus bertumbuh. Pasalnya, performa positif kredit konsumtif menjadi faktor penopang pertumbuhan laba. Abdul Rahman redaksi@bisnis.com Sunarsip, Chief Economist PT Bank Bukopin Tbk. mengatakan, hingga September 2016 performa kredit konsumsi perbankan relatif stabil dibandingkan dengan segmen kredit lainnya. Di samping itu, sambungnya, tingkat suku bunga kredit konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga jenis kredit lainnya. Dibanding dengan kredit investasi dan kredit modal kerja, suku bunga kredit konsumsi lebih tinggi. Inilah yang turut menaikan pertumbuhan laba, katanya kepada Bisnis di Jakarta akhir pekan lalu. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Tingkat suku bunga kredit konsumsi lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga jenis kredit lainnya. Keuangan (OJK), per September 2016 suku bunga rata-rata kredit bank umum di sektor konsumsi memang paling tinggi dibandingkan dengan modal kerja dan investasi. Suku bunga kredit konsumsi tercatat sebesar 13,72%, sedangkan modal kerja dan investasi masingmasing 11,63% dan 11,36%. Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi bank umum hingga September 2016 tercatat senilai Rp1.165,53 triliun atau tumbuh 7,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. CSR PERBANKAN BCA Dukung Pariwisata Gunung Kidul YO G YA K A RTA P T Bank Central Asia Tbk. (BCA) berkomitmen untuk memberikan dukungan pengembangan pariwisata di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Direktur BCA Suwignyo Budiman mengatakan, dukungan industri pariwisata merupakan bagian dari program Solusi Bisnis Unggul yang berada di bawah payung program Bakti BCA. Dia berharap dukungan ini bisa menggairahkan iklim investasi pariwisata sebagai salah satu destinasi wisata nasional. BCA berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat agar mampu maju dan mandiri. Ke depan dengan berbagai program kami berharap iklim investasi di daerah ini bisa berkembang, ujarnya usai Seminar Pengembangan Industri Pariwisata Gunung Kidul di Yogyakarta, Jumat (18/11). Pada kesempatan yang sama, Bupati Gunung Kidul Badingah menuturkan, di kabupaten yang dipimpinnya punya banyak potensi wisata yang belum dieksplorasi. Dia memberi contoh wisata pantai. Dari 72 kilometer panjang pantai yang ada baru sekitar 25 kilometer yang dimanfaatkan. Hanya saja sebagian lokasi tersebut membutuhkan investasi besar baik dari pemerintah untuk infrastruktur maupun dari pihak swasta untuk pengembangan hotel, resort, lapangan golf, restoran, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kami terbuka dan mengundang para investor untuk berinvestasi di Gunung Kidul. Ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan seperti resort, transportasi, homestay dan lain-lain, katanya. Saat ini, provinsi DIY sebenarnya telah menjadi destinasi terbesar pariwisata di Indonesia setelah Bali. Hanya saja yang menjadi kekurangan adalah minimnya masa kunjungan. Oleh karena itu, pemerintah bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengembangkan atraksi atau objek wisata yang dapat menahan wisatawan tinggal lebih lama di Yogyakarta, salah satunya pengembangan wisata di Kabupaten Gunung Kidul. (Abdul Rahman) Sementara itu, kredit bermasalah (non performing loan/npl) senilai Rp19,9 triliun. Apabila dibandingkan dengan kredit investasi yang volume penyalurannya lebih rendah, yakni Rp1.075,26 triliun, tetapi dengan nilai NPL yang lebih tinggi yakni Rp37,15 triliun, performa kredit konsumsi memang lebih moncer. Menurut Sunarsip, kredit konsumsi yang relatif bagus pertumbuhannya tahun ini adalah kredit multiguna, kartu kredit, dan kredit pemilikan rumah (KPR) untuk tipe 70. Sedangkan KPR tipe di bawah itu kinerjanya kurang bagus. Begitu pula dengan kredit kepemilikan ruko dan rukan yang masih lesu. Direktur Strategy and Finance PT Bank CIMB Niaga Tbk. Wan Razly mengatakan, manajemen masih mengandalkan tiga bisnis dalam kredit konsumer yaitu kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), dan KPR sebagai pendulang laba. Ketiga bisnis tersebut diyakini bakal terus bertumbuh positif hingga tahun depan. Tapi mulai tahun depan kami akan menaikkan porsi kredit konsumer dan SME. Sekitar 55% dibanding korporasi dan komersial, katanya. BANK SYARIAH Begitu pula dengan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Bank syariah ini dalam tiga tahun ke depan ingin porsi kredit konsumer mencapai 60%. Selama ini kredit Muamalat masih didominasi oleh segmen korporasi dan komersial dengan persentase 60% berbanding 40%. Endy Abdurrahman, Direktur Utama Muamalat, mengatakan, ujung tombak dari perubahan arah bisnis tersebut adalah pembiayaan perumahan (KPR). Hal tersebut juga sebagai respons dari kebijakan Bank Indonesia yang merelaksasi ketentuan loan to value (LTV) atau finance to value (FTV). Selain itu risiko di bisnis ini relatif minim. Sepanjang tahun lalu saja, outstanding KPR mencapai Rp9 triliun. Tahun ini, Muamalat menargetkan pertumbuhan KPR Rp1,8 triliun. Survei Konsumen yang diterbitkan Bank Indonesia melaporkan keyakinan konsumen untuk kredit konsumsi pada Oktober 2016 meningkat dari bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang sebesar 116,8 atau naik 6,8 poin dari bulan sebelumnya.