POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN

BAB III KERANGKA KONSEP. dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. : Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dan Perilaku Agresif Remaja. di STM Raksana Medan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

III. METODE PENELITIAN. suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB III KERANGKA PENELITIAN. asuh orang tua terhadap perkembangan sosial remaja di SMK Bistek

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

Surat Persetujuan Menjadi Responden. menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Sumatera Utara. Penelitian

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT DI PANTI ASUHAN EVANGELINE BOOTH DAN ASRAMA MADANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Sartika Tolingguhu NIM :

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

MEKANISME KOPING PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME DI SDLB NEGERI LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

PENGETAHUAN IBU HAMIL DAN MOTIVASI KELUARGA DALAM PELAKSANAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS UJUNG BATU RIAU

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

Gambaran Pola Asuh dan Prestasi Belajar Remaja Di SMAN 88 Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI BANJAR PENGENDERAN KEDONGANAN-KUTA Itayanti *, Pandeirot **

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapakah saya? Apa potensi saya? Apa tujuan yang ingin saya capai di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

Universitas Sumatera Utara. Lampiran 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU TENTANGPIJAT BAYI DI BPS JAUNIWATI INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

Transkripsi:

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Phone: 085269925535 Email: panjaitan_dewisartika@yahoo.com Abstrak Pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian dan sosialisasi semua usia, termasuk remaja. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan sosialisasi remaja. Penelitian deskriptif korelatif ini menggunakan teknik simple random sampling dengan besar sampel 90 orang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang mencangkup data demografi, pola asuh orang tua, dan perkembangan sosialisasi remaja. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 8 Mei 2012. Hasil analisa menunjukkan bahwa 74 responden (82,22%) memiliki tipe pola asuh demokratis, dan 79 responden memiliki pola asuh yang baik (87,78%). Analisa statistik bivariat diperoleh bahwa terdapat hubungan yabg signifikan antara dua pola asuh, yaitu tipe pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value = 0,032) dan pola asuh demokratis dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value = 0,000). Sedangkan untuk pola asuh permisif, didapat bahwa tidak terdapat hubungan antara pola asuh permisif dengan perkembangan sosialisasi remaja (p value = 0,242). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang terkait dengan hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosialisasi remaja. Sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, peneliti berikutnya dapat meneliti tentang faktorfaktor lain yang mempengaruhi perkembangan sosialisasi remaja. Kata Kunci : Pola Asuh, Sosialisasi, Remaja PENDAHULUAN Keluarga memberikan dasar pembentukan kepribadian, tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. Keluarga yang ideal adalah keluarga yang dapat menjalankan peran dan fungsi dari keluarga dengan baik sehingga akan terwujud hidup yang sejahtera. Untuk dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting adalah penerapan pola asuh orang tua (Sipahutar, 2009). Pola asuh merupakan suatu proses mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma dalam masyarakat. Santrock (2007) mengklasifikasikan gaya-gaya pola asuh ke dalam gaya yang bersifat otoriter, demokratis, dan permisif. Pengasuhan otoriter adalah gaya yang membatasi dan menguhukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Pengasuhan demokrasi adalah pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Pengasuhan permisif adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak (Santrock, 2007). Pola asuh dapat bekerja sangat baik ketika diterapkan pada anak secara individu dan dalam situasi yang spesifik sehingga dapat terbina hubungan yang baik antar remaja dan orang tua (Sipahutar, 2009). Hubungan yang baik antara orang tua dan remaja akan membantu pembinaan diri remaja dalam upaya menyelesaikan setiap tugas perkembangannya. Tugas perkembangan yang paling penting pada saat remaja adalah perkembangan sosialisasi. Sosialisasi adalah perolehan kemampuan berperilaku sesuai 40

dengan tuntutan sosial (Hurlock, 2006). Perkembangan sosialisasi remaja yang buruk dapat menimbulkan masalah yang menyebabkan remaja mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif (Sipahutar, 2009). Masa remaja menjadi masa penting karena merupakan masa transisi yang memungkinkan timbulnya masa krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang (Hurlock, 2006). Perilaku menyimpang yang sering dilakukan remaja seperti tawuran antar pelajar, kenakalan remaja, geng motor, dsb. Hal ini terbukti dari seringnya kita melihat tawuran antar remaja yang terus disiarkan di telivisi baik di Medan maupun di daerah lainnya. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosialisasi remaja. Peneliti memilih SMA karena siswa SMA merupakan remaja yang sesuai dengan tujuan penelitian, dan SMA Negeri 15 Medan adalah sekolah yang siswanya berasal dari lingkup dan lingkungan yang berbeda sehingga memungkinkan orang tua siswa menerapkan pola asuh yang berbeda. Hal ini juga akan menjadikan setiap remaja memiliki perkembangan sosialisasi yang berbeda pula. METODE Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif bertujuan untuk mengidentifikasi pola asuh yang diterapkan orang tua pada remaja, Negeri 15 Medan, serta mengidentifikasi hubungan antara tipe pola asuh orang tua yang diterapkan pada remaja dengan Negeri 15 Medan. Populasi dari penelitian ini siswa kelas XI SMA Negeri 15 Medan sebanyak 357 orang. Proporsi sampel yang diambil adalah 28% dari populasi (Arikunto, 2010), sehingga yang dijadikan sampel adalah 100 siswa kelas XI SMA Negeri 15 Medan, tetapi hanya 90 sampel yang diuji statistik karena ada 10 sampel yang tidak memenuhi kriteria sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan Metode Simple Random Sampling yaitu sampel diambil secara acak dengan mengundi sehingga didapat sebanyak 100 siswa. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Statistika univariat digunakan untuk menyajikan data data demografi remaja dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentasenya. Statistika bivariat digunakan untuk menganalisa hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosialisasi remaja. Uji yang digunakan adalah uji statistik Chi Square dan dilakukan secara komputerisasi. Hasil analisa diperoleh nilai p. Jika nilai p<0,05 maka Ho ditolak, ini berarti ada hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosialisai remaja (Dahlan, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Melalui proses pengumpulan data terhadap 100 responden hanya 90 responden yang memenuhi kriteria untuk dilakukan analisa data. Karakteristik responden tergambar dalam tabel 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Frek. % Usia 16 tahun 64 71,11 17 tahun 24 26,67 18 tahun 2 2,22 Jenis Laki-laki 43 47,78 Kelamin Perempuan 47 52,22 Agama Islam 68 75,56 Protestan 20 22,22 Katolik 2 2,22 Suku Batak 43 47,78 Jawa 30 33,33 Melayu 6 6,67 Aceh 6 6,67 Minang 3 3,33 Palembang 2 2,22 Saudara Anak tunggal 5 5,56 1-3 saudara 64 71,11 4-7 saudara 21 23,33 Status Anak ke 1 38 42,22 41

Anak ke 2 21 23,33 Anak ke 3 16 17,78 Anak ke 4 4 4,44 Anak ke 5 4 4,44 Anak ke 6 5 5,56 Anak ke 7 1 1,11 Anak ke 8 1 1,11 Pendidikan Rendah 3 3,33 Orang tua Menengah 47 52,22 Tinggi 40 44,44 Pekerjaan Peg.Negeri 29 32,22 Orang tua Peg. Swasta 9 10,00 Wiraswasta 41 45,56 TNI/Polri 7 7,78 Petani 4 4,44 Pendapatan Rendah 21 23,33 Orang tua Menengah 44 48,89 Tinggi 25 27,78 Tipe Pola Asuh Orang Tua di SMA Negeri 15 Medan Tipe pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) yang diterapkan orang tua responden tergambar dalam tabel 2. Tabel 2. Tipe Pola Asuh Orang Tua Pola Asuh Frekuensi Persentase Otoriter 10 11,11 Demokratis 74 82,22 Permisif 6 6,67 di SMA Negeri 15 Medan Perkembangan sosialisasi remaja di SMA Negeri 15 Medan tergambar dalam tabel 3. Tabel 3. Sosialisasi Frekuensi Persentase Baik 79 87,78 Buruk 11 12,22 Tipe Pola Asuh Orang Tua dan di SMA Negeri 15 Medan Tipe pola asuh yang diterapkan orangtua dan Negeri 15 Medan tergambar dalam tabel 4. Tabel 4. Pola Asuh Orang Tua dan Pola Asuh Sosialisasi Frek Baik % Buruk % Otoriter 9 90,00 1 10,00 10 Demokratis 65 87,83 9 12,16 74 Permisif 5 83,33 1 16,67 6 Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tipe pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja. Tipe pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja tergambar dalam tabel 5. Tabel 5. Tipe Pola Asuh Otoriter dan Perkembangan Sosialisasi Remaja di SMA Negeri 15 Medan Var.1 Var.2 p p value Otoriter Sosialisasi 0,05 0,032* *p value < 0,05 Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tipe pola asuh demokratis dengan perkembangan sosialisasi remaja. Tipe pola asuh demokratis dengan perkembangan sosialisasi remaja tergambar dalam tabel 6. Tabel 6. Tipe Pola Asuh Demokratis dan Var.1 Var.2 p p value Demokratis Sosialisasi 0,05 0,000* *p value < 0,05 Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara tipe pola asuh permisif dengan perkembangan sosialisasi 42

remaja. Tipe pola asuh permisif dengan perkembangan sosialisasi remaja tergambar dalam tabel 7. Tabel 7. Tipe Pola Asuh Permisif dan Var.1 Var.2 p p value Permisif Sosialisasi 0,05 0,242* *p value > 0,05 Pembahasan terdapat perbedaan perkembangan sosialisasi remaja yang signifikan antara pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Tipe Pola Asuh Orang Tua terdapat 74 responden memiliki orang tua dengan pola asuh demokratis. Ciri khas dari pola asuh demokratis adalah adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, dimana orang tua melibatkan diri dan berdiskusi tentang masalah yang dialami anak. Orang tua biasa memberikan pujian apabila anak melakukan hal yang baik dan mengajarkan anak agar melakukan segala sesuatu secara mandiri dengan rasa tanggung jawab dan mencerminkan rasa kasih sayang (Santrock, 2007). terdapat 10 responden memiliki orang tua dengan pola asuh otoriter. Ciri khas dari pola asuh otoriter adalah anak diharuskan mengulang pekerjaan yang dianggap orang tua salah, orang tua mengancam akan memberikan hukuman apabila anak tidak mematuhi perintahnya, dan orang tua menggunakan suara yang keras ketika menyuruh anak untuk melakukan suatu pekerjaan. Pola asuh otoriter menjadikan anak merasa terkekang, kurang bebas, dan terkadang kurang percaya diri, tetapi pola asuh ini akan membentuk anak yang patuh, sopan,dan rajin mengerjakan pekerjaan (Santrock, 2007). terdapat 6 responden memiliki orang tua dengan pola asuh permisif. Ciri khas dari pola asuh permisif adalah orang tua tidak memperdulikan apa saja yang dilakukan anak, orang tua jarang sekali mengajak berbicara apalagi berdiskusi tentang masalah anak, serta orang tua selalu memberikan apa saja yang diinginkan anak tanpa banyak bertanya. Pola asuh permisif menjadikan anak berperilaku sesuai dengan keinginannya karena orang tua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena sangat minimnya pengarahan dan aturan dari orang tua (Santrock, 2007). Mayoritas responden memiliki 1-3 saudara kandung, yaitu sebanyak 64 responden dan merupakan anak pertama, yakni sebanyak 38 responden. Orang tua yang memiliki anak hanya satu sampai tiga cenderung mempergunakan pola asuh demokratis karena orang tua memiliki cukup banyak waktu untuk berkomunikasi ataupun berdiskusi dengan anak. Sedangkan orang tua yang memiliki anak enam atau lebih, cenderung memiliki pola asuh otoriter karena dengan pola pengasuhan ini orang tua menganggap dapat tercipta ketertiban dalam rumah dan orang tua dapat mengontrol setiap perilaku anak (Sujata, 2008). Mayoritas tingkat pendidikan orang tua responden adalah pendidikan menengah sebanyak 47 responden, dan pendidikan tinggi sebanyak 40 responden. Orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki pengetahuan dan pengertian yang luas terhadap perkembangan anak, sedangkan orang tua dengan latar belakang pendidikan rendah cenderung memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas mengenai perkembangan dan kebutuhan anak (Sujata, 2008). Mayoritas pekerjaan orangtua responden adalah wiraswasta, yaitu sebanyak 41 reponden. Apapun pekerjaan orang tua jikalau orang tua memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak dan mengajarkan banyak hal, maka anak cenderung akan memiliki sosialisasi yang baik. Mayoritas responden masuk kedalam kategori ekonomi menengah. Orang tua yang berasal dari kelas ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan orang tua yang 43

berasal dari kelas sosial ekonomi rendah atau bawah. Keluarga dengan golongan kelas sosial ekonomi rendah atau bawah, jarang sekali memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan diri. Hal ini dapat dimengerti, mengingat orang tua dari golongan sosial ekonomi menengah bawah dalam kehidupan sehari harinya bergelut dengan pemikiran untuk dapat menghidupi anak anaknya sehingga terkadang sangat minim waktu yang tersedia untuk berinteraksi dan berdiskusi memcahkan masalah yang sedang dihadapi anak (Sujata, 2008). dari 90 responden sebanyak 79 responden memiliki perkembangan sosialisasi yang baik dan 11 responden memiliki perkembangan sosialisasi yang buruk. Mayoritas responden berusia 16 tahun. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan sosialisasi remaja karena salah satu aspek penting dalam perkembangan sosialisasi adalah kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya dalam sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku. Pengaruh kelompok teman sebaya pada remaja lebih besar dibandingkan dengan pengaruh keluarga (Hurlock, 2006). persentase antara responden laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu responden perempuan sebanyak 47 orang dan responden laki-laki sebanyak 43 orang. Salah satu aspek penting bagi perkembangan sosialisasi remaja adalah adanya perubahan dalam perilaku sosial yaitu terjadinya perubahan dibidang hubungan heterososial (Hurlock, 2006). responden beragama Islam yaitu 68 orang, agama Kristen Protestan sebanyak 20 orang, dan agama Katholik sebanyak 2 orang. Setiap agama memiliki aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia agar tetap seimbang. Keluarga juga memiliki fungsi agama, yaitu menanamkan nilai-nilai agama kepada anak agar memiliki pedoman hidup yang benar (Marseliana, 2011). Mayoritas responden memiliki 3 saudara kandung yaitu sebanyak 36 responden. Saudara kandung bisa lebih berpengaruh pada remaja dalam bersosialisasi dibandingkan dengan orang tua, terutama ketika remaja berhadapan dengan teman sebaya, menghadapi guru yang sulit, dan mendiskusikan masalahnya (Marseliana, 2011). Adanya saudara kandung menjadi salah satu faktor yang mendukung terciptanya sosialisasi yang baik karena remaja mempunyai tempat penyaluran emosi yang tepat ketika mereka sedang mengalami masalah. Mayoritas tingkat pendidikan terakhir orang tua responden adalah berpendidikan menengah yaitu sebanyak 47 responden. Walaupun tingkat pendidikan orang tua memiliki pengaruh terhadap perkembangan sosialisasi remaja, tetapi tingkat pendidikan orang tua tidak menjadi hal utama dalam perkembangan sosialisasi remaja karena orang tua dapat menjadi pendidik yang baik bagi keluarga tanpa harus berpendidikan tinggi. Hal ini tergantung dari seberapa jauh keterbukaan orang tua dan anaknya dalam membicarakan masalah perkembangan sosialnya dan berdiskusi untuk memecahkan masalah yang sedang dialami anak remajanya (Marseliana, 2011). Mayoritas orang tua responden bekerja sebagai wiraswasta, yaitu sebanyak 41 orang dan tergolong dalam kelas ekonomi menengah (44 responden). Mayoritas responden merupakan suku Batak, yaitu sebanyak 43 orang. Remaja yang latar belakang sosial, agama, atau ekonominya berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan dengan remaja dengan latar belakang yang sama. Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit di atas anggotaanggota lain dalam kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam nilai baru penerimaan sosial masa remaja (Hurlock, 2006). Tipe Pola Asuh Orang Tua dan di SMA Negeri 15 Medan Uji analisa statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,032 untuk tipe pola asuh otoriter. Nilai ini lebih kecil 44

dari level of significance (α) sebesar 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh otoriter dengan perkembangan sosialisasi remaja. Hal ini sejalan dengan pendapat Shochib (dalam Yusniyah 2008) bahwa anak yang dididik dengan pola asuh otoriter mungkin memang tidak memiliki masalah dengan pelajaran dan juga bebas dari masalah kenakalan remaja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fortuna (2008) yang berjudul hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dengan nilai korelasi variabel (0,041) bahwa pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku anak. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Manalu (2010) yang berjudul pola asuh orang tua dan perilaku agresif remaja di STM Raksana Medan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki anak yang berperilaku agresif sehingga dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasinya. Santrock (2007) juga berpendapat bahwa anak dari orang tua yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Putra dari orang tua yang otoriter mungkin berperilaku agresif sehingga akan tercipta perkembangan sosialisasi yang buruk. Uji analisa statistika diperoleh nilai significance (p value) sebesar 0,00 untuk tipe pola asuh demokratis. Nilai ini lebih kecil dari level of significance (α) sebesar 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan perkembangan sosialisasi remaja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marini (2005) dengan judul perbedaan asertivitas remaja ditinjau dari pola asuh orang tua bahwa penerapan pola asuh demokratis lebih efektif dalam mengembangkan perilaku asertivitas pada remaja yang berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Santrock (2005) bahwa anak dengan pola asuh demokratis bisa mengendalikan diri dan hubungan yang ramah dengan teman sebaya dan mampu mengatasi stress dengan baik sehingga akan menciptakan perkembangan sosialisasi yang baik. Nilai significance (p value) untuk pola asuh permisif adalah sebesar 0,242. Nilai ini lebih besar dari level of significance (α) sebesar 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pola asuh permisif dengan Negeri 15 Medan. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock (2007) bahwa anak dengan pola asuh permisif cenderung tidak memiliki kemampuan sosial dan banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Shochib (dalam Yusniah 2008) bahwa anak dengan pola asuh permisif akan lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja dan memiliki prestasi yang rendah di sekolah karena anak tidak mengetahui norma-norma sosial yang harus dipatuhinya sehingga akan menciptakan perkembangan sosialisasi yang buruk. Sesuai dengan pendapat Hurlock (2006) bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosialisasi yang penting pada masa remaja adalah meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokkan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial (dukungan keluarga dan lingkungan). Dukungan sosial dalam perkembangan sosialisasi remaja berkaitan dengan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga sehingga berkaitan erat dengan penerapan pola asuh dalam keluarga. Berdasarkan analisa faktor-faktor tersebut dapat diasumsikan bahwa perkembangan sosialisasi pada masa remaja bukanlah terbentuk dari satu faktor saja melainkan banyak faktor seperti faktor lingkungan lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, lingkungan keluarga, status sosial ekonomi, kepribadian, faktor bawaan, dan kemampuan intelektual. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh memiliki pengaruh terhadap perkembangan sosialisasi pada masa remaja. Walaupun demikian, pola asuh bukannlah menjadi faktor dominan dalam perkembangan sosialisasi remaja karena semakin meluasnya lingkup sosial remaja dan adanya kontak dengan teman 45

sebaya serta orang dewasa diluar rumah juga turut berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasi remaja. Oleh karena itu, konsep diri yang sudah terbentuk pada seseorang dari pengaruh lingkungan keluarganya kemungkinan akan dimodifikasi ketika remaja melakukan sosialisasi denga teman sebayanya dan orang lain di luar rumah. Remaja akan melakukan penyesuaian terhadap tuntutan dari lingkungan sosialnya. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian yang ditemukan bahwa mayoritas memiliki tipe pola asuh orang tua demokratis, dan mayoritas memiliki perkembangan sosialisasi yang baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara dua pola asuh, yaitu pola asuh otoriter dan pola asuh demokratis dengan perkembangan sosialisasi remaja. Sedangkan untuk pola asuh permisif, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh permisif dengan perkembangan sosialisasi remaja. Disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi di beberapa sekolah di Kota Medan agar lebih mewakili seluruh remaja yang ada di Kota Medan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Dahlan, M. (2008). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Fortuna, F. (2008). Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Diambil tanggal 10 Juli 2012 dari http://www.gunadarma.ac.id Hurlock, E. (2006). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Manalu, T. (2010). Pola Asuh Orang Tua dan Perilaku Agresif Remaja di STM Raksana Medan. Medan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Marini, L. (2005). Perbedaan Asertivitas Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Marseliana. (2011). Hubungan Pola Komunikasi Remaja 14-17 Tahun dalam Keluarga dengan Perkembangan Sosial Remaja di SMK Mandiri Bojong Gede Bogor. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak Jilid Dua. Jakarta: Erlangga Sipahutar, A. (2009). Skripsi:Pola Asuh Orang Tua an Tingkat Kebiasaan Remaja dalam Mengkonsumsi Alkohol di Desa Sirajaoloan Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Medan: Fakultas Keperawatan USU Sujata, A. (2008). Pola Asuh Ibu yang Memiliki Anak Tunggal. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Diambil tanggal 11 Juni 2012 dari http://repository.gunadarma.ac.id Yusniyah. (2008). Skripsi: Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa MTS Al-Falah Jakarta Timur. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah. Diambil tanggal 11 November 2011 dari http://idb4.wikispaces.com 46