GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.
|
|
- Herman Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar. Abstrak Remaja sekarang ini banyak yang tidak tahu cara menghadapi masalah yang di hadapi dan seringkali menyimpang dari jalan yang benar, sehingga dapat merugikan diri-sendiri dan orang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan persepsi siswa tentang gaya pemecahan masalah di SMA Negeri I Parongpong Bandung dalam menghadapi masalah. Populasi adalah siswa SMA Negeri satu Parongpong Bandung berjumlah 356 orang, dengan sampel berjumlah 30 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 14 orang perempuan dipilih secara convinience sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sudah valid yang terdiri dari 20 pernyataan. Kuesioner yang dimaksud ditulis oleh Safaria (2005:98,99) dan dimodifikasi oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data demografi siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung adalah 46,67% responden berusia 16 tahun, 26,67% yang berusia 15 dan 17 tahun, 53,33% terdiri dari laki-laki dan 46,67% adalah perempuan. Sedangkan menurut kelas, responden terdiri dari kelas I, II, III SMA masing-masing 33,33%. Gaya pemecahan masalah yang di miliki siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung adalah gaya efektif baik secara individu maupun kelompok. Saran untuk Kepala sekolah dan wali kelas siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung adalah untuk membina siswa agar selalu menggunakan gaya pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa yaitu gaya efektif. Untuk bidang penelitian sebagai bahan masukan untuk dikembangkan ke dalam penelitian selanjutnya mengenai pengaruh latar belakang keluarga dan budaya dengan gaya pemecahan masalah. 1
2 Pendahuluan Setiap individu baik remaja, orang dewasa, orangtua, sudah pernah menghadapi masalah dalam hidup. Hidup tanpa masalah bukan hidup namanya. Dimulai dari masalah yang paling kecil sampai masalah yang paling besar, semua dinamakan masalah. Masalah yang dihadapi oleh setiap individu berbeda. Untuk mengatasi setiap masalah juga berbeda. Pemecahan masalah yang tepat akan menguntungkan diri sendiri, juga tidak merugikan orang lain. Sarwono (2007:209) mengatakan banyak remaja yang tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kebanyakan menggunakan jalan pikiran sendiri dan meniru kebiasaan yang orang lain lakukan dalam menanggapi masalah, seperti: minum minuman keras dan merokok yang berlebihan, begadang sampai larut malam, menghambur-hamburkan uang dengan cara permainan judi, serta balapan sepeda motor di jalan raya. Ada juga para remaja menunjukkan acuh tak acuh terhadap masalah yang dihadapi. Padahal, dengan adanya pengalaman menghadapi masalah setiap individu akan lebih matang dalam berperilaku. Lebih tenang menghadapi masalah yang akan timbul di kemudian hari dan dapat terhindar dari keadaan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Haryanto (2008:1) menjelaskan hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan para remaja berupaya bunuh diri karena marah dengan anggota keluarga, juga teman. Para remaja tidak mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi, sehingga mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri yang merugikan kepada diri sendiri, maupun keluarga. Ada juga para remaja membuat pelarian seperti minuman beralkohol dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Hal ini sebenarnya hanya melupakan masalah untuk sesaat tanpa menyelesaikan masalah yang sebenarnya, bahkan cara itu dapat memunculkan masalah baru yaitu mengakibatkan gangguan kesehatan bila dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Bambang (2002:4) melakukan penelitian yang melibatkan 493 siswa sekolah tehnik menengah (STM) Jakarta yang pernah terlibat tawuran massal. Hasil penelitian menunjukkan 303 orang (61%) mengatakan jika menolak ajakan tawuran, dianggap banci (15 %), dimusuhi (12,6 %) dianggap tidak solider (11,4 %).. Permasalahan ini merupakan hal menakutkan sehingga mendorong untuk melibatkan diri dalam tawuran yang pada dasarnya tidak mengerti masalah sebenarnya sehingga tawuran tersebut harus dilakukan. Ifkarulya (2008:1) menerangkan penyebab tawuran antar kelompok siswa umumnya karena dendam. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut dan menyebabkan dampak yang negatif di berbagai pihak dan aspek. Tawuran merupakan gaya pemecahan masalah yang tidak benar. Sehubungan dengan masalah di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berhubungan dengan permasalahan remaja dengan judul: GAYA PEMECAHAN 2
3 MASALAH YANG DIMILIKI OLEH SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Notoatmojo (2002:138) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan tentang keadaan secara objektif. Data yang dikumpulkan, diklasifikasi, dianalisa, disimpulkan, dan dilaporkan. Sugiyono (2008:55) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian kesimpulan diambil. Menurut Nursalam (2003:93) populasi dalam penelitian adalah setiap objek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah 356 siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung, dengan sampel yang berjumlah 30 orang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung yang berjumlah 30 orang dengan menggunakan tehnik convinience sampling. Nursalam (2003:99) menjelaskan tehnik convinience sampling adalah cara penepatan sampel dengan mencari subjek yang mudah di temui atau berada pada waktu yang tepat. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapat gambaran tentang gaya responden terhadap pemecahan masalah adalah berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 20 pernyataan yang ditulis oleh Safaria (2005:98, 99) dan dimodifikasi oleh penulis. Apabila jawaban responden setuju nilai =1, jika tidak setuju nilai = 0. Sebelum kuesioner diuji coba maka terlebih dahulu diberikan kepada pembimbing untuk dikoreksi kemudian dilakukan uji coba kepada 10 orang siswa di luar sampel. Hasil uji coba kuesioner ditemukan dari 21 pernyataan yang valid 20 pernyataan dengan nilai terendah 0,30 dan tertinggi 0,85 menggunakan SPSS 13.00, sedangkan untuk menentukan nilai reliabilitas menggunakan rumus KR 20. Pernyataan 1-7 menunjukkan gaya agresif, pernyataan 8-14 menunjukkan gaya pasif, pernyataan menunjukkan gaya efektif. Hasil Penelitian Untuk menjawab identifikasi masalah pertama: Bagaimana data demografi responden di SMA Negeri I Parongpong Bandung, maka dihitung frekuensi profil demografi dengan persentase berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kelas responden. Data demografi yang di bahas adalah 30 orang siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung. Dengan karakteristik data demografi yang dikaji dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin dan kelas. Tabel 1 Persentase Berdasarkan Usia Umur Frekuensi Persentase (%) 15 tahun 8 26,67 16 tahun 14 46,67 17 tahun 8 26,67 Total Analisis Data Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berusia 15 tahun adalah 8 orang (26,67%), berusia 16 tahun adalah 14 orang 46.67%), berusia 17 tahun adalah 8 orang (26,67%). 3
4 Tabel 2 Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-Laki Perempuan Total Analisis Data Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki 16 orang (53.33%), dan perempuan 14 orang (46,67%). Tabel 3 Persentase Berdasarkan Kelas Kelas Frekuensi Persentase (%) I SMA II SMA III SMA Total Analisis Data Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang diperoleh dari kelas I SMA, kelas II SMA dan kelas III SMA dengan jumlah yang sama yaitu sebanyak 10 orang tiap kelas atau 33.33%. Masalah Kedua: Gaya pemecahan masalah yang dimiliki oleh responden. Untuk menjawab identifikasi masalah kedua: Gaya pemecahan masalah manakah yang dimiliki oleh siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung, maka dilakukan penjumlahan setiap gaya pemecahan masalah berupa tabel. Kemudian di interpretasikan nilai setiap gaya pemecahan masalah pada tiap-tiap responden. Tabel. 4 Hasil dari ketiga gaya pemecahan masalah Responden Gaya Agresif Gaya Pasif Gaya Efektif Total Analisis Data Tabel 4 menunjukkan bahwa total dari gaya agresif adalah 56. Total dari gaya pasif adalah 75. Total dari gaya efektif adalah 155. Interpretasi Data 4
5 Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa responden 1 memiliki nilai gaya agresif = 4, gaya pasif = 4, gaya efektif = 5. Jadi responden 1 lebih dominan Responden 2 memiliki nilai gaya agresif = 3, gaya pasif = 4, gaya efektif = 6. Jadi responden 2 lebih dominan Responden 3 memiliki nilai gaya agresif = 1, gaya pasif = 3, gaya efektif = 6. Jadi responden 3 lebih dominan Responden 4 memiliki nilai gaya agresif = 2, gaya pasif = 0, gaya efektif = 6. Jadi responden 4 lebih dominan Responden 5 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif = 0, gaya efektif = 6. Jadi responden 5 lebih dominan Responden 6 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif = 0, gaya efektif = 5. Jadi responden 6 lebih dominan Responden 7 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif =3, gaya efektif = 6. Jadi responden 7 lebih dominan Responden 8 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif = 2, gaya efektif = 5. Jadi responden 8 lebih dominan Responden 9 memiliki nilai gaya agresif = 3, gaya pasif = 4, gaya efektif = 4. Jadi responden 9 lebih dominan Responden 10 2, gaya efektif = 5. Jadi responden 10 lebih Responden 11 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif = 1, gaya efektif = 5. Jadi responden 11 lebih dominan Responden 12 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif = 2, gaya efektif = 4. Jadi responden 12 lebih Responden 13 3, gaya efektif = 6. Jadi responden 13 lebih Responden 14 4, gaya efektif = 6. Jadi responden 14 lebih Responden 15 2, gaya efektif = 5. Jadi responden 15 lebih Responden 16 memiliki nilai gaya agresif = 2, gaya pasif = 4, gaya efektif = 5. Jadi responden 16 lebih dominan Responden 17 5, gaya efektif = 6. Jadi responden 17 lebih Responden 18 memiliki nilai gaya agresif = 4, gaya pasif = 4, gaya efektif = 4. Jadi responden 18 lebih Responden 19 3, gaya efektif = 3. Jadi responden 19 lebih Responden 20 1, gaya efektif = 6. Jadi responden 20 lebih Responden 21 memiliki nilai gaya agresif = 2, gaya pasif = 3, gaya efektif = 5. Jadi responden 21 lebih dominan Responden 22 5
6 1, gaya efektif = 5. Jadi responden 22 lebih Responden 23 2, gaya efektif = 5. Jadi responden 23 lebih Responden 24 3, gaya efektif = 3. Jadi responden 24 lebih Responden 25 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif = 1, gaya efektif = 6. Jadi responden 25 lebih Responden 26 memiliki nilai gaya agresif = 3, gaya pasif = 5, gaya efektif = 5. Jadi responden 26 lebih dominan Responden 27 memiliki nilai gaya agresif = 0, gaya pasif = 1, gaya efektif = 5. Jadi responden 27 lebih Responden 28 3, gaya efektif = 6. Jadi responden 28 lebih Responden 29 3, gaya efektif = 6. Jadi responden 29 lebih Responden 30 2, gaya efektif = 5. Jadi responden 30 lebih Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa keseluruhan responden lebih dominan menggunakan gaya efektif dalam Memang penyelesaian masalah dengan gaya efektif adalah cara yang dapat memuaskan kepentingan semua pihak, dimana terdapat saling bekerja sama dan mencari win-win solution. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stephen (2002:205) menjelaskan gaya efektif adalah penanganan masalah dengan berkolaborasi, bila masing-masing pihak yang sedang bermasalah ingin memuaskan kepentingan semua pihak, saling bekerja sama dan mencari hasil yang saling menguntungkan. Muharto (2006:1) menerangkan setiap orang yang menggunakan gaya efektif adalah setiap orang yang terlibat dalam masalah, berusaha menciptakan suasana yang memberikan kesan bahwa tidak ada pihak yang dirugikan sehingga menumbuhkan suasana yang melegakan semua pihak (win-win solution). Individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama, perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lain. Kesimpulan Setelah diadakan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data demografi responden adalah 46,67% responden berusia 16 tahun, 26,67% yang berusia 15 dan 17 tahun, 53,33% terdiri dari laki-laki dan 46,67% adalah perempuan. Sedangkan menurut kelas, responden terdiri dari kelas I, II, III SMA masing-masing 33,33%. 2. Gaya pemecahan masalah yang di miliki SMA Negeri I Parongpong Bandung tahun ajaran 2009/2010 adalah gaya efektif baik secara individu maupun kelompok. Saran Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran yang 6
7 diharapkan dapat berguna bagi kepala sekolah dan wali kelas siswa SMA Negeri I Parongpong dan pada bidang penelitian. Kepala sekolah dan wali kelas siswa SMA Negeri I Parongpong Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada Kepala sekolah dan wali kelas siswa SMA Negeri I Parongpong Bandung untuk membina siswa agar selalu menggunakan gaya pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa yaitu gaya efektif. Bidang penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk dikembangkan ke dalam penelitian selanjutnya mengenai latar belakang keluarga dan budaya dengan gaya pemecahan masalah. Daftar Pustaka Admin Prilaku Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman pada Prilaku Gaya Hidup Remaja. [20 Januari 2009] Arikunto Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Bambang Tawuran Antar Pelajar. 02] Barbara, K Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, A. R Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Haryanto Masalah Remaja. [02 Januari 2008] Hidayat, A.A.A Riset Penelitian dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Ifkarulya Tawuran Pada Kalangan Remaja. om. [12 Januari 2008] Kartono, K Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kountur, R Statistik Praktik. Jakarta: PPM Liaw, P Komunikasi Berdasarkan Sifat Dasar Manusia. [14 Februari 2007] Marspan Conflic Resolution. Muhammad, A Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia. Muharto, T Hubungan Antar Pribadi. ( ganantarpribadi.pdf) [17 Juli 2006] Mujiadi Pasif dan Agresif. [30 September 2009] Notoatmojo, S Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 7
8 Panuju, P. & Umami, I Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana. Putri, D. (2007). Laki-laki dan Wanita Sosok Yang Berbeda. [01 Mei 2007] Quaimi, Ali. (2002). Keluarga dan Anak Bermasalah. Bogor: Cahaya Rustinah Kenakalan Remaja. [25 Juni 2008] Robert. K dan Angelo. K Perilaku Organisasi. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Sabin, L. Asertif dan Agresif. [10 Januari 2009] Safaria, T Interpersonal Intelligence. Yogyakarta: Amara Books. Sarwono, S.W Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada Stephen. P. R Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Sudarsono Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Surya, H. M Bina Keluarga. Semarang: Aneka Ilmu Taylor, S. E Psikologi Sosial. Edisi 12. Jakarta: Kencana Viklund, A Beberapa Permasalahan Remaja. [04 Maret 2009] WangMuba Manajemen Konflik. [16 Februari 2009] Widyarini, M. M Pasif dan Agresif. [06 May 2004] Willis, S.S Remaja Dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta 8
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT 07-08 RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA Aristina Halawa Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK Kenakalan remaja yang merupakan
Lebih terperinciPERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN
PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR
ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR Hendri Tamara Yuda, Ernawati, Puji Handoko 3,, 3 STIKes Muhammadiyah Gombong ABSTRAK Ilmu etika berbicara masalah
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah
Lebih terperinciSartika Tolingguhu NIM :
Summary HUBUNGAN TINGKAT MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA (Suatu Penelitian Mahasiswa Semester IV di Jurusan S1 Keperawatan UNG) Sartika Tolingguhu NIM : 841 409
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VD Sekolah
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VD Sekolah Dasar Negeri 165 Pekanbaru yang berjumlah 38 orang siswa, dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciHUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI
Lebih terperinciPROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL
PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciKORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016
KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaiab Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat korelasional. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT
GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no.2 Agustus2012
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) (STUDI KASUS DI TK. ISLAM PANDANSARI) SURABAYA Jayanti Dewi Purwanti Nurul Abidah*) *) Sekolah
Lebih terperinciPOLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO
POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO Sri Sudarsih Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto Abstrak
Lebih terperinciPOLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN
POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bangun, Wilson, (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga, Bandung.
70 DAFTAR PUSTAKA Amstad, F. T., Meier, L, L, Fasel, U., Elfering, A., & Semmer, N. K, (2011). A meta-analysis of work-family conflict and various outcomes with a special emphasis on cross-domain versus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui analisis regresi linier. Menurut Sugiyono (2009) regresi adalah pengukur hubungan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN WUS (USIA TAHUN) TENTANG MANFAAT PAP SMEAR. Surya Mustika Sari¹, Titiek Idayanti²
TINGKAT PENGETAHUAN WUS (USIA -50 TAHUN) TENTANG MANFAAT PAP SMEAR Surya Mustika Sari¹, Titiek Idayanti² Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto E-mail : surya.mustikasari@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu penelitian
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 014/015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna
Lebih terperinciPROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif, kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka. Penelitian deskriptif adalah penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebagai sebuah konsep. Variabel merupakan konsep yang mempunyai nilai yang
BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Menurut F.N. Kerlinger (Kasmadi dkk. 2013)
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.
STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Putri Eka Hidayati, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciVolume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TM III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DENGAN PROGRAM JAMPERSAL DI BPM SRI HANDAYANI WELAHAN JEPARA Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu di antara beberapa penyebab terlambatnya
Lebih terperinci60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN
PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research), yaitu penelitian yang dilakukan di medan/tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015
HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh: Deis Isyana Nur Putri ABSTRAK Motivasi dapat membuat seseorang berbuat demi mencapai tujuan,
Lebih terperinciFristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan
PENGARUH PEMBERIAN KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI) TENTANG EMESIS GRAVIDARUM TERHADAP SIKAP DALAM PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI KELURAHAN NGEMPON KECAMATAN BERGAS KABUPATEN
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kepada remaja yang berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data 3.1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bertempat di Pasar Meteseh Kecamatan Tembalang. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan jenis kuantitatif.
Lebih terperinciSELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)
Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM
Lebih terperinciAsti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2
HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG POSYANDU DAN KADER DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI KELURAHAN NANGGELENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGELENG KOTA SUKABUMI Asti Nurilah Khadar
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang
III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research) yakni
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research) yakni pengamatan langsung ke obyek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian tentang Studi komparasi motivasi belajar PAI antara yang menggunakan moving class (SMA N 8 Semarang) dan yang tidak menggunakan moving
Lebih terperinciElisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK
UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER III DI WILAYAH PUSKESMAS UNGARAN KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Dosen Prodi Keperawatan
Lebih terperinciPERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN
LAPORAN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN Evi Karota-Bukit*, Yesi Ariani.** ABSTRAK Penelitian ini adalah deskriptif yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, yaitu :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, yaitu : Metode penelitian yang berlandaskan
Lebih terperinciPROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER
PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER Rosida 1, Siti Anawafi 1, Fanny Rizki 1, Diyan Ajeng Retnowati 1 1.Akademi Farmasi Jember
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG Heni Dwi Windarwati*, Asti Melani A*, Rika Yustita*
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENGEDALIAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK 4 Abdul Muchid *, Amin Samiasih **, Mariyam *** Abstrak Latar belakang:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, dan merupakan usaha dalam mengadakan analisa secara logis rasional di perlukan
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian eksperimen. Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif korelasional yaitu penelitian yang meneliti tentang hubungan antara
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ambarwati Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra.
DAFTAR PUSTAKA Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra. Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI,, Jakarta: PT Rineka Cipta Baskoro. A. 2008. ASI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang
23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP Yulianto Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Dian Husada Mojokerto Email : yulisiip@gmail.com
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN Oleh : Ade Pratiwi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro 2009 A. Latar Belakang
Lebih terperinciHUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi** ABSTRAK Program pelayanan posyandu
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PERMAINAN SEBAGAI BENTUK PEMANASAN TERHADAP MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
PENGARUH PEMBERIAN PERMAINAN SEBAGAI BENTUK PEMANASAN TERHADAP MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Oleh: Septyaning Lusianti Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui perilaku pengguna kendaraan sepeda motor dengan studi kajian wilayah kota Labuan Bajo Manggarai Barat NTT,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Magnus
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (dalam Sarwono, 2007), remaja adalah suatu masa ketika: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam proses penelitian, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam mencapai tujuan pemecahan masalah. Sedangkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM
HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM Lisastri Syahrias Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil perhitungan kuantitatif untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil perhitungan kuantitatif untuk dideskripsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara konsep diri
48 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan : 1. Terdapat hubungan negatif sangat signifikan antara konsep diri dengan sikap
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. berkaitan dengan efektivitas PMW dalam meningkatkan minat dan kemampuan
BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan memberikan simpulan dan saran yang berkaitan dengan efektivitas PMW dalam meningkatkan minat dan kemampuan berwirausaha mahasiswa di UNY. Simpulan merupakan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.
Lebih terperinciHUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Ida Safitri * Sulistiyowati **.......ABSTRAK....... Konsep diri merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciCITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)
CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031) 5633365 ABSTRACT Bentuk tubuh yang overweight sangat mengganggu remaja dan menimbulkan respon tersendiri bagi remaja
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut
Lebih terperinciRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK
RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 7 ABSTRAK Di era globalisasi, dengan tingkat kebebasan yang longgar dari
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Santrock, J. W. (2003). Adolescene: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
DAFTAR PUSTAKA Santrock, J. W. (2003). Adolescene: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Bow. (2008). Tawuran Pelajar: Ditinjau dengan Perspektif Perilaku Agresi. Diambil tanggal 11 Maret 2010. Chaplin,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Haditono.S, 1991, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Gadjah Mada University
94 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1996, Prosedur penelitian, Jakarta, Mujahid press Asmani, J. 2012, Mengatasi kenakalan remaja di sekolah, Yogyakarta, Buku biru. Azwar, S. 2011, Penyusunan skala psikologi,
Lebih terperinciPENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA UNIT INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA RSUD DR.
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA UNIT INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA RSUD DR. FAUZIAH BIREUEN Zulfikar Dosen Program Studi Administrasi Niaga Fakultas
Lebih terperinciKeywords: hasil belajar, apresiasi cerpen, jeniss kelamin, teknik kelompok buzz.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR APRESIASI CERPEN "TIURMAIDA KARYA HASAN AL BANNA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KELOMPOK BUZZ OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2012/
Lebih terperinciBagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar BeJakang Masalah Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
Lebih terperinciSTUDI KOMPARATIF HARGA DIRI BERDASARKAN POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA
STUDI KOMPARATIF HARGA DIRI BERDASARKAN POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NUR SAKINAH ARPAN 201010201172 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI DIRI SISWA KELAS XI SMA N 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2017/2018
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN EFIKASI DIRI SISWA KELAS XI SMA N 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Wildan Muhammad Irfan Fadjeri ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK
Lebih terperinciFajarina Lathu A INTISARI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG MENOPAUSE DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI KE ISTRI PADA MASA MENOPAUSE DI DUSUN SOROWAJAN KELURAHAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Fajarina Lathu A INTISARI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. langsung ke obyek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan,
A. Jenis penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan karena pengamatan langsung ke obyek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan, penelitian ini termasuk
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013)
DAFTAR PUSTAKA Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013) Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun
Lebih terperinciVolume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA Ita Rahmawati 1 INTISARI Perubahan tanda-tanda fisiologis dari kematangan seksual yang tidak langsung
Lebih terperinci