BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Arahan Pengendalian Alih Fungsi Daerah Resapan Air Menjadi Lahan Terbangun di Kecamatan Lembang, Bandung

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dian Mayasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam utama dalam menompang setiap aktivitas kehidupan manusia baik sebagai sumber

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN PARONGPONG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah/ kawasan perkotaan adalah lingkungan yang dimanfaatkan untuk

commit to user BAB I PENDAHULUAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata bergerak dari tiga aktor utama, yaitu masyarakat (komunitas

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan merupakan sesuatu yang alamiah dan pasti terjadi. Meskipun pertumbuhan tidak dapat dihindarkan, namun kecepatan pertumbuhan sangat bervariasi dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal wilayah tersebut. Jossi Erwindy 1 menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah disebabkan oleh pertambahan penduduk baik alamiah maupun migrasi, serta adanya perkembangan kegiatan usaha akibat perubahan sosial budaya dan ekonomi. Yunus dalam buku Struktur Tata Ruang Kota menyatakan bahwa baik disadari atau tidak disadari, secara eksplisit atau implisit, bagi individu atau kelompok individu, di dalam kiprahnya di daerah perkotaan akan selalu menyebabkan terjadinya pola penggunaan lahan tertentu. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan kehidupan dalam aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi terjadi pula peningkatan kegiatan perkotaan. Baik meningkatnya jumlah penduduk perkotaan maupun meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang perkotaan yang besar. Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah yang belum mencirikan perkotaan dan biasanya adalah pinggiran kota. Gejala pengambilalihan lahan non-urban oleh penggunaan lahan urban disebut invasion, sedangkan proses perembetan fisik kekotaan ke arah luar disebut urban sprawl. 2 Kecamatan Lembang merupakan salah satu wilayah yang mengalami pertumbuhan secara pesat. Pertumbuhan Kecamatan Lembang dapat dilihat dari 1 Erwindy, Jossy. Tesis Magister dengan judul Analisis Kesesuaian Lahan Sebagai Masukan Pengembangan Wilayah Kecamatan Lembang, terbitan Program Magister PWK Program Pasca Sarjana ITB tahun 2000 halaman 1. 2 Yunus, Hadi Sabari. 2002. Pendekatan Morfologi Kota. Dalam: Struktur Tata Ruang Kota.

2 pertambahan penduduk baik karena faktor alamiah maupun karena faktor migrasi 3 penduduk luar kota. Khusus mengenai faktor migrasi, cenderung dikarenakan Lembang memiliki daya tarik wisata baik bagi wisatawan maupun para investor 4. Menurut Meadows (1991), jika suatu tempat memiliki daya tarik lebih dari tempat lain, orang-orang akan tertarik untuk datang ke sana secara alami tanpa bisa dicegah. Mereka yang memiliki mobilitas tinggi, yaitu orang-orang muda, kaya, dan memiliki akses informasi yang baik, akan tiba lebih dulu. Kemudian tempat tersebut akan berkembang terus sampai suatu saat daya tariknya berkurang karena berbagai hal, misalnya kemacetan, polusi, atau mungkin juga pemandangannya tak lagi indah. Sebagian wilayah Kecamatan Lembang dilalui jalan koridor Jakarta- Bandung via Subang yang memiliki intensitas pergerakan tinggi. Tingginya intensitas tersebut tidak terlepas dari fungsi Jakarta dan Bandung sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional dan regional serta adanya faktor kedekatan jarak dan aksesibilitas yang memadai sehingga interaksi keduanya berlangsung intensif (Ratih, 2006 ; 45). Letak geografis tersebut menjadikan beberapa desa yang dilalui jalur tersebut mengalami proses pertumbuhan menjadi areal kekotaan (urban sprawl) akibat pengaruh kedekatan jarak dengan Kota Bandung dan Jakarta dengan tipe perembetan memanjang (ribbon development/linear development). Sejak jaman dahulu, Kecamatan Lembang yang termasuk dalam Kawasan Bandung Utara sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi karena daerah ini memiliki potensi resapan air yang cukup tinggi, sehingga secara alami menjadi daerah pasokan air bagi daerah bawahannya yakni Kota Bandung dan sekitarnya (Raperda KBU Tahun 2006). Dalam Studi Perwilayahan Pembangunan Jawa Barat, dinyatakan bahwa sebagian besar wilayah di Bandung Utara dan Bandung Selatan menyandang fungsi hidrologis (Nurzaman 1992 ; 82). Kondisi tersebut diperkuat dengan Laporan Fakta dan Analisis Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Lembang tahun 2002 yang menyebutkan bahwa Kawasan 3 Migrasi : perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap. Kamus Besar Bahasa Indonesia hal 654. 4 Temuan studi dalam Tugas Akhir Ratih, Dwi (2006). Dampak Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata Terhadap Penduduk Lokal di Kecamatan Lembang.

3 Perkotaan Lembang yang termasuk dalam Kawasan Bandung Utara merupakan salah satu kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air yang berperan sangat penting dalam penyediaan air tanah di cekungan Bandung. Dengan fungsi tersebut di atas, maka beberapa daerah di Kawasan Perkotaan Lembang ditetapkan sebagai kawasan lindung dengan fungsi sebagai resapan air. Namun saat ini terdapat berbagai lahan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air beralih fungsi menjadi peruntukan lainnya. Sebagai contoh, pengembangan lahan di Desa Lembang selain mengganggu fungsi Observatorium Bosscha, juga akan mempersempit daerah resapan air (Ratih, 2006 ; 45). Kawasan Bandung Utara yang di dalamnya mencakup Kawasan Perkotaan Lembang, telah mengalami perubahan pemanfaatan ruang sehingga mengakibatkan penurunan kemampuan sebagai kawasan resapan air bagi daerah bawahannya (Raperda KBU Tahun 2006). Sejak tahun 1982, pembangunan di Kawasan Bandung Utara mulai bermunculan dan tahun 1993 usaha properti mulai menggeliat dengan sasaran strategisnya adalah Kawasan Bandung Utara. Hal tersebut dikarenakan pemandangan alam di Kawasan Bandung Utara sangat menawan dan udaranya yang sejuk mempunyai nilai jual yang tinggi. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat, sejak periode 1996 hingga 2004 ada pengeluaran izin lokasi baru untuk 12 pengembang dengan luas lahan 356,2 hektar. Gambar yang diambil dari Citra Satelit Aster tanggal 12 Juni 2003 memperlihatkan bahwa pembangunan KBU sudah hampir memenuhi wilayah KBU, yaitu sekitar 70 persen. 5 Beberapa pihak cenderung mendukung pertumbuhan Kota Lembang. Asumsi yang digunakan adalah bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan hak seluruh warga negara, termasuk penduduk Lembang. Namun di sisi lain terdapat pihak yang kontra terhadap pertumbuhan ini dengan alasan bahwa pertumbuhan di Kawasan Perkotaan Lembang cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan hidup khususnya kurang optimalnya fungsi resapan air 6. Pada umumnya penyebab kejadian banjir & longsor karena terjadi perubahan alih fungsi hutan lindung 5 Kompas 19 Juni 2004 : Di era otonomi daerah, Kawasan Bandung Utara tercabik-cabik. 6 Dikutip dari Pikiran Rakyat : jangan korbankan Bosscha

4 sehingga air permukaan meningkat. Di sisi lain banyak permukiman yang dibangun di perbukitan dengan kemiringan lereng lebih dari 40 persen yang seharusnya kawasan lindung (PUSDATA Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia). Yang lebih mengkhawatirkan, terdapat ancaman terjadinya urban sprawl terhadap berbagai kawasan di sekitar Kawasan Perkotaan Lembang yang juga menyandang fungsi resapan air. 1.2. Rumusan Masalah Beberapa wilayah di Kecamatan Lembang tumbuh dan mulai mencirikan karakteristik kawasan perkotaan. Pemanfaatan ruang di Kota Lembang cenderung memaksimalkan pemanfaatan lahan dengan mengabaikan aturan dan kepentingan bersama. Pertumbuhan ini menyebabkan terjadinya benturan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan. Dipandang dari aspek ekonomi, pertumbuhan kota bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk Lembang. Namun di sisi lain, pertumbuhan di Kota Lembang dibatasi oleh kepentingan lingkungan hidup. Seringkali kedua aspek tersebut yaitu ekonomilingkungan saling mempengaruhi dan bertentangan satu sama lain. Dipandang dari lingkup yang lebih luas, permasalahan utamanya adalah lokasi Kawasan Perkotaan Lembang terletak di Kawasan Lindung Bandung Utara. Pertumbuhan di Kawasan Perkotaan Lembang dikhawatirkan akan menyebar dan meluas ke berbagai wilayah yang ada di dekatnya (urban sprawl) terutama di Kawasan Bandung Utara. Pertumbuhan ini tentu dapat mengurangi keoptimalan fungsi Kawasan Perkotaan Lembang sebagai kawasan lindung resapan air. Penurunan fungsi resapan air di Kawasan Perkotaan Lembang karena semakin berkurangnya wilayah tangkapan air dapat dianalisis dengan menggunakan indikator berupa perubahan jumlah air yang melimpas (run off). Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi pertanyaan penelitian dalam studi ini adalah : Bagaimana pengaruh pertumbuhan fisik guna lahan terhadap perubahan jumlah air limpasan di Kawasan Perkotaan Lembang?

5 1.3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah melakukan kajian mengenai pengaruh pertumbuhan fisik guna lahan terhadap perubahan jumlah air limpasan di Kawasan Perkotaan Lembang. Tujuan tersebut kemudian dijabarkan menjadi sasaran penelitian : 1. Terlaksananya kajian kebijakan yang mengatur fungsi dan arahan pertumbuhan fisik guna lahan Kawasan Perkotaan Lembang terkait fungsinya sebagai kawasan resapan air. 2. Teridentifikasinya berbagai macam kemungkinan kondisi fisik guna lahan di Kawasan Perkotaan Lembang baik pada tahun aktual (2007) maupun tahun acuan (1995). 3. Teridentifikasinya pengaruh berbagai macam kondisi fisik guna lahan di Kawasan Perkotaan Lembang terhadap perubahan air limpasan. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi perumus kebijakan dan penentu kebijakan yang mengatur pertumbuhan di Kawasan Perkotaan Lembang. Terlebih setelah terbentuknya Kabupaten Bandung Barat (2007) yang belum memiliki rencana tata ruang. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan masukan dan bahan pertimbangan untuk pembuatan kebijakan di Kabupaten Bandung Barat pada umumnya dan pembuatan kebijakan di Kawasan Perkotaan Lembang secara khusus. 1.4. Lingkup Studi Pembatasan lingkup studi berguna untuk memfokuskan penelitian pada permasalahan yang spesifik. Pada penelitian ini, terdapat lingkup materi dan lingkup wilayah. Lingkup materi dalam penelitian ini dititikberatkan pada identifikasi fungsi resapan air di Kawasan Perkotaan Lembang berdasarkan tinjauan kebijakan yang berlaku, identifikasi kondisi kawasan resapan air di Kawasan Perkotaan Lembang pada tahun aktual dan tahun acuan, analisis pertumbuhan fisik guna lahan di Kota Lembang beserta pengaruhnya terhadap perubahan jumlah air yang melimpas.

6 Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Kawasan Perkotaan Lembang yang terdapat di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bandung Barat terdiri dari beberapa kecamatan yang memisahkan diri dari Kabupaten Bandung 7 sejak tahun 2007. Delineasi Kecamatan Lembang 8 sebagai wilayah kajian terdiri dari beberapa desa di Kecamatan Lembang yang ditetapkan dalam Laporan Fakta dan Analisis Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan Lembang Tahun 2002 sebagai kawasan perkotaan yaitu Desa Lembang, Desa Cibogo, Desa Cikahuripan, Desa Gudangkahuripan, Desa Langensari, Desa Jayagiri dan Desa Kayuambon. Gambar 1.1 Peta Orientasi Kecamatan Lembang terhadap Kabupaten Bandung Barat Sumber : Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun 2007 7 Kabupaten Bandung Barat diarsir dengan warna biru + kuning. 8 Kecamatan Lembang (bagian dari Kabupaten Bandung Barat) diarsir dengan warna kuning

7 Gambar 1.2 Peta Orientasi Kawasan Perkotaan Lembang Terhadap Kecamatan Lembang Sumber : Laporan Fakta dan Analisis RDTR Kawasan Perkotaan Lembang 2002 1.5. Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis deskripsi. Metode deskripsi merupakan metode yang digunakan untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian secara sistematis, faktual dan akurat (Suryabrata, 2002 : 18). Oleh karena itu, langkahlangkah yang dilakukan dalam studi ini adalah : 1. Melakukan tinjauan teoritis mengenai kriteria penetapan daerah resapan air dan perlakuan yang harus ditetapkan terhadap kawasan tersebut. 2. Mengidentifikasi muatan/substansi perencanaan dan kebijakan yang mengatur arahan pertumbuhan fisik guna lahan Kawasan Perkotaan Lembang sebagai

8 daerah resapan air dengan cara melakukan kajian literatur pada tingkat provinsi, kabupaten dan kawasan. 3. Melakukan simulasi guna lahan di Kawasan Perkotaan Lembang pada tahun acuan (Tahun 1995) dengan berbagai kemungkinan kondisi tutupan lahan untuk selanjutnya diidentifikasi pengaruhnya terhadap perubahan jumlah air yang melimpas. 4. Melakukan simulasi guna lahan di Kawasan Perkotaan Lembang pada tahun aktual (Tahun 2007) dengan berbagai kemungkinan kondisi tutupan lahan untuk selanjutnya diidentifikasi pengaruhnya terhadap perubahan jumlah air yang melimpas. 5. Melakukan simulasi perbandingan guna lahan dengan berbagai kemungkinan kondisi tutupan lahan pada Tahun 1995-2007 dan pengaruhnya terhadap perubahan jumlah air yang melimpas selama kurun waktu tersebut. 1.5.1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian dilakukan melalui survey sekunder berupa literatur-literatur dan artikel yang berkaitan dengan pertumbuhan. Survey instansional ke beberapa instansi yaitu Kantor Bapeda Jawa Barat dan Kantor Bapeda Kabupaten Bandung untuk mengetahui ketersediaan rencana tata ruang yang mengatur arahan pertumbuhan fisik guna lahan di Kawasan Perkotaan Lembang, Dinas Permukiman Tata Wilayah Kabupaten Bandung dan Badan Pertanahan Kabupaten Bandung untuk mendapatkan peta guna lahan Kota Lembang, Kantor Kecamatan Lembang untuk mengetahui persentase penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Lembang, serta para ahli terutama ahli geologi untuk memperdalam mengenai mengenai struktur batuan di Kota Lembang.

9 1.5.2. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif, sebagai berikut : 1. Analisis isi (content analysis) untuk mengkaji muatan/substansi perencanaan dan kebijakan yang mengatur arahan pertumbuhan fisik guna lahan Kawasan Perkotaan Lembang sebagai daerah resapan air. 2. Metoda deskriptif analitis untuk menggambarkan fenomena pemanfaatan guna lahan pada tahun 1995 dan 2007 serta simulasi kondisi tutupan lahan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai air yang melimpas. 3. Metode superimpose untuk membandingkan kondisi fisik guna lahan pada tahun 1995 dan 2007 serta pengaruhnya terhadap perubahan nilai air yang melimpas yang kemudian digunakan sebagai indikator keoptimalan resapan air di Kota Lembang.

10 1.5.3. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

11 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan studi ini akan dibagi menjadi 5 (lima) bab. Uraian pada masing-masing bab adalah sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam studi ini, lingkup studi yang mencakup lingkup wilayah dan lingkup materi, metodologi penelitian yang digunakan dalam mencapai tujuan dan sasaran studi, serta sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Bab ini menguraikan teori-teori yang terkait dengan pertumbuhan kawasan perkotaan, karakteristik kawasan resapan air dan pengaruh penggunaan lahan tertentu terhadap perubahan jumlah air limpasan. BAB 3 FUNGSI KOTA LEMBANG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kondisi fisik di wilayah studi yang menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan arahan kebijakan terhadap fungsi Kota Lembang. BAB 4 PERTUMBUHAN FISIK GUNA LAHAN KOTA LEMBANG Bab ini menjelaskan mengenai kondisi fisik guna lahan di Kota Lembang pada tahun acuan (1995) dan tahun aktual (2007). Selanjutnya akan dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh fisik guna lahan tertentu terhadap jumlah air yang melimpas. BAB 5 REKOMENDASI Bab ini akan memberikan rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengendalikan dan mengarahkan pertumbuhan Kota Lembang agar tetap dapat menjalankan fungsinya secara optimal.