OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI. Oleh: ENDAH SUTIAH A

dokumen-dokumen yang mirip
SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan ba

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

Transkripsi:

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI Oleh: ENDAH SUTIAH A14105539 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN ENDAH SUTIAH. Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Di Bawah Bimbingan YAYAH K. WAGIONO. Ikan nila merupakan sumber protein hewani non kolesterol yang disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Rasanya pun netral (tawar), sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan. Jenis ikan nila yang saat ini masih banyak dibudidayakan adalah nila GIFT. Komoditas ikan nila gift cukup potensial untuk dikembangkan, karena permintaan pasar internasional maupun domestik cukup tinggi. Permintaan pasar internasional terhadap ikan nila gift dikhususkan untuk pembuatan fillet. Sedangkan permintaan pasar domestik terhadap ikan nila adalah untuk konsumsi dan bahan baku industri. Kabupaten Sukabumi sebagai sentra perikanan air tawar, memiliki potensi yang cukup baik dalam mengembangkan produksi khususnya komoditas ikan nila. Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Sukabumi tersebar di seluruh kecamatannya yang berjumlah 45 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Cisaat. Kecamatan Cisaat memiliki potensi perikanan khususnya di kegiatan pembenihan ikan air tawar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peralihan kegiatan dari pembesaran ikan menjadi kegiatan pembenihan pada tahun 1992. Ikan nila gift cukup potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Sukabumi, namun produksi yang dihasilkan oleh petani belum maksimum. Hal ini terlihat bahwa terjadi penurunan produksi yang cukup tinggi pada tahun 2005. Penurunan produksi tersebut salah satunya disebabkan oleh penggunaan faktorfaktor produksi yang tidak optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila, menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal, menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien, dan menganalisis penggunaan input optimal yang diperoleh berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak (random sampling) pada 40 petani di lokasi penelitian. Data yang diperoleh berdasarkan wawancara kepada petani kemudian diolah dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Model tersebut dipilih peneliti karena memiliki berbagai kelebihan. Salah satunya adalah relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain. Berdasarkan analisis pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas, maka dapat diketahui faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap usaha pembenihan ikan nila gift. Dari keenam faktor produksi tersebut, terdapat empat input yang mempunyai pengaruh nyata terhadap usaha pembenihan yaitu kolam, induk, pakan dedak, dan pitik. Sedangkan input yang tidak berpengaruh nyata terhadap usaha pembenihan ini adalah kapur dan tenaga kerja. Namun kedua input tersebut tidak dapat dihilangkan dalam analisis ini karena sangat penting, terutama tenaga kerja. Tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam melakukan budidaya, namun

jumlah waktu yang diperlukan tidak terlalu lama setiap harinya yaitu sekitar 0,44 HOK atau sekitar empat jam. Regresi pendugaan fungsi produksi yang dihasilkan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) adalah LN Y = - 1.70 + 0.612 LN X 1 + 0.182 LN X 2 + 0.110 LN X 3 + 0.049 LN X 4 + 0.005 LN X 5 + 0.082 LN X 6 yang ditransformasi kedalam bentuk kuadratik manjadi Y = 0,183. (X 1 ) 0.612. (X 2 ) 0.182. (X 3 ) 0.110. (X 4 ) 0.049. (X 5 ) 0.005. (X 6 ) 0.082. Adapun koefisien determinasi (R 2 ) dengan menggunakan enam variabel bebas sebesar 91,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,5 persen variasi produksi usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi yang digunakan. Sedangkan sisanya sebesar 8,5 persen menjelaskan bahwa variasi produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model pendugaan fungsi produksi. Usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat berada pada kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah, berarti penggunaan input selama ini belum optimal. Hal ini terlihat dari rasio NPM dan BKM pada faktor-faktor produksi, yang memiliki nilai lebih dari satu (kolam, induk, kapur) dan kurang dari satu (dedak, pitik, tenaga kerja). Dengan analisis optimalisasi dapat diperoleh jumlah input optimal bagi setiap faktor produksi. Faktor produksi yang perlu ditambah penggunaannya adalah luas kolam, induk, dan kapur (NPM/BKM > 1). Sedangkan faktor produksi yang perlu dikurangi penggunaannya adalah pakan dedak, pitik, dan tenaga kerja (NPM/BKM <1). Pada kondisi optimal, keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada keuntungan yang selama ini diterima petani (aktual). Hal tersebut dapat dilihat dari rasio penerimaan dan biaya (R/C). Rasio penerimaan dan biaya pada kondisi optimal sebesar 2,20 lebih besar dari kondisi aktual sebesar 1,65. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat dilakukan optimalisasi produksi, maka akan tercapai tingkat keuntungan maksimum. Kecamatan Cisaat sebagai sentra pembenihan ikan nila ternyata belum menerapkan SNI. Input optimal yang telah dihasilkan berdasarkan pendugaan fungsi produksi memberikan sedikit perbedaan jumlah dengan ketentuan SNI yang berlaku. Perbedaan itu terlihat pada penggunaan input induk dan kapur, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan. Perbedaan secara signifikan terlihat pada penggunaan jenis pakan yang digunakan, dimana penggunaan pakan dedak dan pitik lebih menguntungkan daripada pelet. Penggunaan pakan dedak dan pitik tersebut menghemat biaya sampai lima kali lipat dibandingkan dengan pakan pelet. Melihat keuntungan yang cukup tinggi pada saat dilakukan optimalisasi produksi, maka diharapkan petani dapat memperbaiki jumlah penggunaan input. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan benih yang maksimal itu tergantung dengan jumlah input yang diberikan. Peran pemerintah ataupun instansi terkait cukup penting dalam mendorong petani untuk menggunakan input secara optimal.

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI Oleh: ENDAH SUTIAH A14105539 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Judul Nama NRP : Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi : Endah Sutiah : A14105539 Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Yayah K. Wagiono, MEc NIP. 130 350 044 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Kelulusan :

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GIFT DI KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, KECUALI YANG TERCANTUM DALAM PUSTAKA. Bogor, April 2008 ENDAH SUTIAH NRP. A14105539

RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Sukabumi, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 24 April 1984. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara dari ayahanda yang bernama Endang Ismail dan ibunda yang bernama Haryati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Tegal Pari II Sukabumi, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Sukabumi dan selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Sukabumi dan selesai pada tahun 2002. Tahun 2002 penulis diterima di Program Diploma IPB melalui jalur tes sebagai mahasiswi Program Studi Teknik Informatika, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2005 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR Tiada kata yang dapat penulis haturkan selain sujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya. Terima kasih Ya Allah Engkau telah mengizinkan hambamu untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rosulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila, menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal, menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien, dan menganalisis penggunaan input optimal yang diperoleh berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dalam penelitian selanjutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirrohmaanirrohiim, 1. Teruntai rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, segala puji bagi Allah pencipta alam semesta, sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita Rosulullah SAW. 2. Kedua orang tua tercinta, Mama dan Bapak (Alm) terima kasih untuk semua doa, pengorbanan, harapan dan kasih sayangnya selama penulis menempuh pendidikan, semoga Allah senantiasa mengasihi dan memuliakan Mama dan Bapak. 3. Ir. Yayah K.Wagiono, MEc selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih untuk semua masukan, bimbingan dan perhatiannya selama ini, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada Ibu tercinta. 4. Muhammad Firdaus, Ph.d selaku dosen evaluator dan dosen penguji, terima kasih untuk semua masukannya. 5. Rahmat Yanuar, selaku dosen komisi pendidikan, terima kasih atas saran penulisan ilmiah. 6. Petani responden di Kecamatan Cisaat, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan terima kasih atas semua bantuannya yang telah diberikan. 7. Syahida Rizki Fadhilah yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar skripsi, terima kasih atas semuanya. 8. Kakak, Adik dan Sahabat (Mbak Hesti, Teh Eris, Teh Eva, Evi, Aa, Keluarga WPN), terima kasih atas kebersamaan dan persahabatannya

iii selama ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua (I LOVE YOU ALL). 9. Seluruh teman-teman Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 10. Pihak Sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah membantu penulis. Akhirnya semoga amal baik bapak/ibu, saudara serta sahabat-sahabat sekalian mendapatkan balasan dari Allah dengan yang lebih baik, amiin. Bogor, April 2008 Penulis

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Kegunaan Penelitian... 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 9 2.1 Ikan Nila... 9 2.1.1 Nila Gift... 11 2.1.2 Pembenihan... 12 2.1.3 Pemanenan Benih... 14 2.1.4 Pengangkutan benih... 15 2.2 Faktor Produksi... 17 2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI) Untuk Produksi Benih Ikan Nila... 20 2.4 Studi Terdahulu... 25 BAB 3 KERANGKA PEMIKIRAN... 27 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 27 3.1.1 Teori Produksi... 27 3.1.2 Model Fungsi Produksi... 28 3.1.3 Skala Usaha... 30 3.1.4 Efisiensi Ekonomi (Optimalisasi)... 31 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 33 BAB 4 METODE PENELITIAN... 36 BAB 5 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 36 4.2 Jenis dan Sumber data... 36 4.3 Metode Penarikan Sampel... 36 4.4 Metode Analisis Data... 37 4.4.1 Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas... 38 4.4.2 Analisis Optimalisasi... 42 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN... 44 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 44 5.1.1 Letak Geografis... 44

vii 5.1.2 Keadaan Sosial Ekonomi... 45 5.2 Karakteristik Responden... 46 5.2.1 Usia... 46 5.2.2 Tingkat Pendidikan... 47 5.2.3 Pengalaman Usaha... 48 5.2.4 Jumlah Anggota Keluarga... 50 5.2.5 Luas Kolam Budidaya... 50 5.3 Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift... 51 5.3.1 Persiapan Kolam... 51 5.3.2 Penebaran Induk... 52 5.3.3 Pemberian Pakan... 52 5.3.4 Pemeliharaan... 54 5.3.5 Pemanenan... 54 5.3.6 Pemasaran... 55 BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN... 57 6.1 Pengujian Model... 57 6.2 Analisis Fungsi Produksi... 59 6.3 Analisis Skala Usaha... 63 6.4 Analisis Optimalisasi... 65 6.5 Analisis Keuntungan... 71 6.6 Penerapan SNI... 74 6.7 Perbandingan Kegiatan Pembenihan dengan Pembesaran Ikan Nila... 79 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 82 7.1 Kesimpulan... 82 7.2 Saran... 83 DAFTAR PUSTAKA... 85 LAMPIRAN... 87

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatannya di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005... 2 2. Ekspor Indonesia terhadap Komoditas Ikan Nila Tahun 2005 Mei 2007 (Kg)... 4 3. Produksi Budidaya Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi Tahun 2004 2006... 5 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Cisaat Bulan Agustus Tahun 2007... 45 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Bulan Agustus Tahun 2007... 46 6. Sebaran Jumlah Responden Menurut Usia Tahun 2007... 47 7. Sebaran Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007... 47 8. Sebaran Keikutsertaan Responden dalam Pelatihan Tentang Budidaya Ikan Nila Tahun 2007... 48 9. Sebaran Jumlah Responden Menurut Pengalaman Tahun 2007... 49 10. Sebaran Pertemuan Responden dengan Penyuluh Tahun 2007... 49 11. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Tahun 2007... 50 12. Jumlah Responden Berdasarkan Kepemilikan Luas Kolam Tahun 2007... 50 13. Nilai VIF dari Faktor Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 58 14. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Pada Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 59 15. Rasio NPM/BKM Faktor-faktor Produksi Pada Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 65 16. Penggunaan Input Optimal Pada Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 68 17. Penggunaan Input Optimal untuk Satu Siklus Produksi (2 minggu) Pada Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 70

vii 18. Analisis Keuntungan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 71 19. Perbandingan Input Optimal Pembenihan Ikan Nila Gift Berdasarkan Pendugaan Fungsi Produksi dan SNI dengan Rata-rata Luasan Kolam 1.775,00 m 2 Per Tahun... 75 20. Analisa Keuntungan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Berdasarkan Pendugaan Fungsi Produksi dan Penerapan SNI Pada Rata-rata Luasan 1.775,00 m 2... 78 21. Perbandingan Keuntungan Antara Kegiatan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Berdasarkan Pendekatan Biaya... 80

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Hubungan antara Faktor Produksi dengan Jumlah Produksi... 27 2. Kerangka Pemikiran Operasional... 35 3. Jenis Pakan... 53 4. Pemberian Pakan... 53 5. Peralatan Pemanenan... 55 6. Jalur Pemasaran Benih Ikan Nila Gift Kecamatan Cisaat... 56 7. Plot Kenormalan Pada Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift... 57

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Neraca Perdagangan Komoditas Perikanan tahun 2000-2006 (US $)... 87 2. Data Sebaran Kegiatan Budidaya ditiap Kecamatan Tahun 2006... 88 3. Karakteristik Pembudidaya Ikan Nila Gift di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 89 4. Data Produksi dan Faktor Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Selama Satu Tahun Produksi di Kecamatan Cisaat Tahun 2007... 90 5. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Dengan Metode Kuadrat Terkecil Tahun 2007... 91 6. Perhitungan Rasio antara NPM dan BKM Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Per Luasan Rata-rata Kolam Tahun 2007... 93 7. Perhitungan Input Optimal Berdasarkan Satu Siklus Produksi (15 hari) Tahun 2007... 95 8. Perhitungan Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gift Tahun 2007... 96 9. Perhitungan Input Optimal Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Pada Luasan Kolam1.775,00 m 2... 97 10. Perhitungan Kegiatan Pembesaran... 98 11. Gambaran Keadaan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kecamatan Cisaat... 99 12. Peta Kecamatan Cisaat... 101

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian dan prioritas yang cukup tinggi bagi pemerintah Indonesia, terlebih dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal ini membuktikan bahwa pada masa yang akan datang intensitas dan penetrasi pembangunan perikanan akan semakin baik dari segi kualitas maupun segi kuantitasnya. Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau besar dan beribu pulau kecil, memiliki banyak sungai dan wilayah perairan yang luas merupakan sebuah potensi yang cukup tinggi untuk pembangunan sektor perikanan (Badan Pusat Statistik, 2006). Sektor perikanan Indonesia memberikan kontribusi yang setiap tahunnya meningkat melalui kegiatan ekspor impor, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Pembangunan perikanan Indonesia merupakan suatu usaha pengembangan perikanan di semua wilayah yang berpotensi. Potensi sumberdaya perikanan terdiri dari sumberdaya perikanan air tawar dan perikanan air laut. Potensi perikanan air tawar masih terbuka lebar baik pada sawah, kolam, jaring apung, maupun keramba. Salah satu wilayah yang diuntungkan dengan melimpahnya sumberdaya air adalah propinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan propinsi yang mempunyai potensi sumberdaya yang melimpah dibandingkan dengan tiga propinsi lainnya di Pulau Jawa, baik usaha penangkapan maupun budidaya. Tercatat, propinsi ini memiliki 40 daerah aliran

2 sungai yang berpotensi menyediakan 81,4 miliar meter kubik air setiap tahun. Dengan kondisi itu, propinsi Jawa Barat mampu mendukung pemenuhan konsumsi masyarakat terhadap ikan dengan kegiatan utamanya adalah usaha perikanan budidaya air tawar. Produksi perikanan air tawar sekitar 53 persen didukung oleh hasil budidaya kolam yang banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat bagian selatan yaitu Kabupaten Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur. 1 Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yaitu perairan tangkap dan perairan budidaya. Potensi sumberdaya perikanan dan tingkat pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatannya di Kabupaten Sukabumi Tahun 2005 No Jenis Usaha Potensi Pemanfaatan % 1 Budidaya Air Tawar: a. Sawah Perikanan b. Kolam Air Tenang c. Kolam Air Deras d. Keramba e. Jaring Apung 31.011 Ha 8.684 Ha 343 unit 50 unit 10 unit 3.514,9 Ha 898,11 Ha 191,93 unit - - 11,33 10,34 55,96 0,00 0,00 2 Budidaya Air Payau (Tambak) 1.400 Ha 30 Ha 2,14 3 Penangkapan di Perairan Umum: a. Rawa b. Sungai c. Situ d. Waduk Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006. 35 Ha 747,5 Km 149,6 Ha 3 Ha 10,50 Ha 224,25 Km 74,80 Ha 0,90 Ha Potensi perairan budidaya air tawar yang terdapat di Kabupaten Sukabumi belum dimanfaatkan secara optimal, terlihat pada Tabel 1 bahwa pemanfaatan lahannya masih tergolong rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat 30 30 50 30 1 www.kompas.com, Potensi Budidaya Ikan Air Tawar. (diakses 16 November 2007) www.dkp.go.id

3 pemanfaatan lahan untuk sawah perikanan baru mencapai 11,33 persen, tingkat pemanfaatan lahan untuk kolam air tenang baru mencapai 10,34 persen, tingkat pemanfaatan untuk kolam air deras baru mencapai 55,96 persen. Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Sukabumi tersebar di seluruh kecamatannya yang berjumlah 45 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Cisaat. Kecamatan Cisaat memiliki potensi perikanan khususnya di budidaya air tawar yang meliputi budidaya kolam air tenang, kolam air deras, dan sawah perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan luas lahan yang digunakan untuk budidaya dalam kolam air tenang 277,63 Ha, kolam air deras seluas 0,31 Ha, dan perikanan sawah seluas 1.284,00 Ha. Kecamatan Cisaat ini merupakan kecamatan dengan luas terbesar dalam budidaya perikanan air tawar dibanding dengan 44 kecamatan lainnya (Lampiran 2). Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kecamatan Cisaat terdiri dari kegiatan pembenihan dan pembesaran. Pada tahun 1992 di Kecamatan Cisaat mulai terjadi peralihan kegiatan budidaya ke usaha pembenihan. Hal ini dikarenakan oleh tingginya permintaan benih ikan dari petani ikan pembesaran. Saat ini, lahan yang digunakan untuk kegiatan pembenihan seluas 1.360,42 Ha dan kegiatan pembesaran seluas 201,21 Ha. Komoditas utama pembenihan ikan yang dilakukan oleh Kecamatan Cisaat salah satunya adalah ikan nila. Komoditas ikan nila cukup potensial untuk dikembangkan, karena permintaan pasar internasional maupun domestik cukup tinggi khususnya varietas GIFT. Permintaan pasar internasional terhadap ikan nila GIFT dikhususkan untuk pembuatan fillet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa kenaikan ekspor untuk ikan nila GIFT cukup tinggi setiap tahunnya.

4 Tabel 2. Ekspor Indonesia terhadap Komoditas Ikan Nila GIFT Tahun 2005 Mei 2007 Tahun Rincian Ekspor Impor Ekspor (Kg) Impor (Kg) Kenaikan (%) Kenaikan (%) Penurunan (%) 2005 185.302 1.605.574 - - - 2006 1.951.549 1.880.763 90,50 17,14-2007 7.260.508* 989.119 73,12-47,41 Sumber: BPS, 2006. Keterangan: * = Sampai bulan Mei Indonesia merupakan salah satu pemasok ikan nila GIFT terbesar dunia selain Cina, Thailand, dan Filipina. Semua negara pemasok ikan nila tersebut baru memenuhi setengahnya dari kebutuhan dunia, dan khususnya Indonesia baru melayani di bawah 0,1 juta ton per tahun 2. Sedangkan kegiatan impor yang dilakukan pada tahun 2005, 2006 dan 2007 adalah sebatas permintaan terhadap induk ikan nila GIFT, karena Indonesia belum cukup mampu menghasilkan induk ikan yang berkualitas. Permintaan pasar domestik untuk ikan nila cukup tinggi baik untuk konsumsi ataupun industri seperti abon, kerupuk, terasi, dendeng dan bakso. Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu daerah sentra pembenihan ikan nila diharapkan mampu memanfaatkan peluang tersebut. Oleh karena itu penyediaan benih ikan nila perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan pasar. Dengan tersedianya benih ikan yang cukup maka akan mendukung budidaya pembesaran ikan nila. Sehingga penyediaan benih ikan merupakan langkah awal dalam menghasilkan ikan nila konsumsi yang berkualitas guna memenuhi permintaan pasar. 2 www.majalahtrust.com, Menjaring Devisa Dari Nila. (diakses 16 November 2007)

5 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Sukabumi sebagai daerah yang memiliki potensi budidaya air tawar khususnya komoditas ikan nila, belum dioptimalkan secara baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa penggunaan lahan belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila ini adalah sarana dan prasarana yang belum memadai (Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006). Permasalahan yang menyangkut sarana salah satunya yaitu faktor produksi induk yang masih impor, sedangkan dalam hal prasarana yaitu pemasaran benih ikan. Adanya permasalahan tersebut tentunya berpengaruh dalam memperoleh hasil produksi yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi ikan nila yang relatif menurun mulai tahun 2004 hingga 2006 (Tabel 3). Pada tahun 2005 produksi ikan nila mengalami penurunan cukup tinggi hingga mencapai 41,15 persen. Sedangkan pada tahun 2006 produksi ikan nila meningkat namun rata-rata peningkatannya masih relatif kecil dibandingkan penurunan pada tahun 2005 yaitu hanya mencapai 2,46 persen. Sekitar 70 persen produksi ikan nila yang dihasilkan oleh Kabupaten Sukabumi tersebut berupa nila GIFT. Tabel 3. Produksi Budidaya Ikan Nila di Kabupaten Sukabumi Tahun 2004-2006 Tahun Jumlah (Ton) Penurunan (%) Kenaikan (%) 2004 9.710,77 - - 2005 5.714,75 41,15-2006 5.855,10-2,46 Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2006. Produksi ikan nila di Kabupaten Sukabumi harus lebih ditingkatkan lagi, mengingat skala pasokan ikan nila untuk ekspor cukup tinggi. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri seperti daerah Jawa Barat yang baru terpenuhi 21 persen. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, target produksi nila tahun 2009 harus mencapai 195.000 ton dengan pendistribusian

6 produk untuk pasar domestik sebesar 70 persen (135.000 ton) dan ekspor sebesar 30 persen (60.000 ton). Oleh karena itu produksi ikan nila di Kabupaten Sukabumi khususnya kecamatan Cisaat sebagai sentra benih ikan nila perlu dioptimalkan secara efektif untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Seperti diketahui apabila terdapat masalah pada usaha pembenihan maka akan berpengaruh pada penyediaan benih bagi petani ikan pembesaran. Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan dapat ditunjang dengan tersedianya faktor produksi atau sumberdaya secara kontinyu dalam jumlah yang tepat. Kuantitas faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang akan diperoleh. Ketidakefisienan proses produksi seperti penggunaan induk yang melebihi masa produktif diduga merupakan salah satu permasalahan yang ditimbulkan akibat ketidaktahuan petani ikan dalam mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksinya. Penggunaan induk melebihi masa produktif tentunya mempengaruhi jumlah pemberian pakan. Selain itu induk tersebut menjadi kurang produktif dalam menghasilkan benih, sehingga produksi optimal dan keuntungan maksimum tidak tercapai. Melihat ketidakefisienan dalam penggunaan faktor-faktor produksi, maka dikeluarkannya aturan baku berupa Standar Nasional Indonesia produksi benih ikan nila. Aturan SNI dibuat mengingat ikan nila merupakan jenis ikan yang banyak diperdagangkan baik lokal maupun internasional. SNI ini memuat segala persyaratan produksi dan berbagai cara pengukuran. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan menjadi acuan bagi petani dalam menggunakan faktor-faktor produksi secara optimal.

7 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor produksi apakah yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila. 2. Bagaimana alokasi penggunaan faktor-faktor produksi pada budidaya ikan nila agar tercapai kondisi yang optimal. 3. Berapa keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara optimal. 4. Bagaimana penggunaan input optimal berdasarkan analisis fungsi produksi bila dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pembenihan ikan nila. 2. Menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan nila secara optimal. 3. Menghitung tingkat keuntungan yang diterima petani dalam penggunaan faktor produksi secara efisien. 4. Menganalisis penggunaan input optimal berdasarkan analisis fungsi produksi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

8 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Petani, sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan. 2. Penyuluh atau Pemerintah, sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk memperbaiki atau mengembangkan budidaya pembenihan perikanan air tawar. 3. Peneliti, sebagai media latihan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dengan warna putih kehitaman. Ikan nila merupakan sumber protein hewani non kolesterol yang disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Rasanya pun netral (tawar), sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan. Ikan nila ini merupakan hasil budidaya, sehingga pasokannya bisa diperoleh setiap saat tanpa terpengaruh musim. Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut: Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus. Habitat asli ikan nila adalah Sungai Nil di Mesir. Ikan ini kemudian didatangkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1969 dari Taiwan. Jenis ikan ini tergolong hewan omnivora (pemakan segala), sehingga bisa diberi pakan apa saja asalkan sesuai dengan besar mulutnya, misalnya udang, kerang kecil, atau pelet. Selain itu, karena ikan ini juga memiliki toleransi lingkungan yang cukup

10 besar, sehingga pembudidayaannya sangat mudah dan tahan terhadap serangan penyakit. 3 Ikan nila dapat dibudidayakan di kolam air tenang, kolam air deras, jaring apung, maupun di keramba (BPBAT, 2007). Kegiatan budidaya ikan nila meliputi pembenihan, pendederan, dan pembesaran. 1. Pembenihan Pembenihan adalah rangkaian kegiatan mulai pengeluaran telur dari induk betina hingga berubahnya telur tersebut menjadi larva. Ukuran larva ini sekitar 0,5 hingga 1 centimeter, dan satuan yang digunakan biasanya dinyatakan dalam liter. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembenihan berkisar antara 10 hingga 20 hari. Ukuran kolam pembenihan minimal 400 m 2 yaitu bisa kolam tanah atau kolam tembok dengan dasar tanah. 2. Pendederan Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan dari hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan dilakukan dalam dua tahap, yakni pendederan I dan pendederan II. Jangka waktu pendederan I selama dua hingga tiga minggu dan pendederan II sekitar tiga minggu. Tujuan pendederan secara bertahap antara lain untuk memperoleh ikan yang ukurannya seragam, baik panjang maupun berat dan untuk memberikan kesempatan ikan untuk mendapatkan makanan sehingga pertumbuhannya juga seragam. Jika benih ikan nila hanya didederkan satu tahap, dikhawatirkan diperoleh hasil yang ukurannya tidak seragam karena padat penebarannya cukup tinggi. Ukuran ikan yang dihasilkan pada pendederan I 3 www.majalahtrust.com, Menjaring Devisa Dari Nila (Diakses 16 November 2007)

11 sekitar 3-5 cm, sedangkan pada pendederan II sekitar 8-12 cm. Satuan yang biasa digunakan untuk mengukur produksi dari kegiatan pendederan adalah dalam kilogram. Luas kolam untuk pendederan ini biasa dilakukan pada 1.000 hingga 2.000 m 2. 3. Pembesaran Kegiatan pembesaran adalah kegiatan pemeliharaan ikan hasil panen dari pendederan II untuk dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi. Ukuran ikan yang dipanen selama pemeliharaan atau sekitar 3-6 bulan adalah 150-250 gram/ekor (untuk ukuran domestik) dan 500-600 gram/ekor untuk pasar ekspor. Pembesaran ikan nila bisa dilakukan secara monokultur ataupun polikultur. Pembesaran secara monokultur yaitu pemeliharaan ikan secara tunggal berupa nila saja, sedangkan sistem polikultur yaitu pemeliharaan ikan nila yang dicampur dengan jenis ikan lain. Pembesaran ikan nila ini umumnya dilakukan di kolam, kolam air deras, KJA (Keramba Jaring Apung), keramba dan tambak. 2.1.1 Nila GIFT Nama GIFT berasal dari kata Genetic Improvement of Farmed Tilapias, yang merupakan hasil dari program persilangan jenis nila lokal yang berasal dari beberapa negara seperti Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal dan Kenya. Nila GIFT merupakan hasil pengembangan International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARM) di Filipina, yang terkenal sebagai ikan berkualitas terbaik di dunia. Varietas unggul ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1990-an. Tapi penyebarannya baru meluas sejak tahun 1999. Budidaya nila GIFT bisa ditemukan di Waduk Cirata, Waduk Saguling, Waduk Jatiluhur dan Sukabumi (BRPBAT, 2006).

12 Nila GIFT mempunyai karakteristik genetik yang lebih unggul terutama tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan fekunditas (tingkat kesuburan untuk menghasilkan sejumlah telur) lebih tinggi. Dalam waktu 5-6 bulan ikan nila GIFT mampu mencapai berat tubuh sekitar 600 gram. Daya tahan tubuh yang lebih baik memungkinkan nila GIFT lebih toleran terhadap kisaran nilai salinitas air yang tinggi dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Ikan nila GIFT telah dinobatkan sebagai ikan abad 21 dalam suatu konferensi masyarakat perikanan sedunia yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1996. Hal ini didorong oleh semakin digemarinya spesies nila GIFT oleh masyarakat di banyak negara dan didukung oleh kemampuan pertumbuhannya yang sangat cepat. 2.1.2 Pembenihan Menurut Arie (2003) kegiatan pembenihan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, dimana dalam memilih benih ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain: a. Bentuk benih normal b. Benih harus berasal dari induk yang jelas asal-usulnya. c. Terasa lembut apabila dipegang yang berarti benih tersebut masih muda dan bila dipelihara dapat tumbuh dengan cepat. d. Benih harus tersedia secara kontinu sesuai kebutuhan Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah (a) Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan) dan (b) Pemanenan burayak dengan ukuran sekitar 0,5 hingga 1 centimeter. Pembenihan

13 ikan nila menurut Arie (2003), dapat ditempuh melalui tiga sistem pembenihan, yaitu: 1. Pembenihan Sistem Ekstensif Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang, input produksinya sangat sederhana, biasa dilakukan dikolam air tawar, dan pengairannya tergantung pada musim hujan. Sistem pembenihan ini memiliki ciri khas tersendiri, terutama dari konstruksi kolam dan cara panennya. Sistem ini tergolong tradisional, namun menghasilkan benih cukup banyak untuk sekali pemijahan. Hasil benih sangat tergantung dari keadaan kolam sesuai dengan fungsinya. Pemanenan biasanya dilakukan selama sebulan, bahkan ada yang dua bulan dengan ukuran benih yang sudah agak besar, yaitu 2-3 cm, namun ada pula yang memanen saat benih masih kecil atau berukuran 8-12 mm. Dengan cara ini dapat diperoleh beberapa keuntungan, yaitu proses produksi lebih cepat dan benih dapat dijual mahal. 2. Pembenihan Semi-Intensif Pembenihan semi-intensif merupakan cara mendapatkan benih ikan yang tidak hanya tergantung pada alam, tetapi ada campur tangan manusia. Kolam pemijahan dan kolam pendederan pada sistem ini tidak dibuat secara khusus. Panen benih berupa larva yang baru menetas, tetapi kolamnya tidak perlu dikeringkan. Larvanya hanya ditangkap di permukaan air saat diasuh induknya. Kelebihan dari pembenihan sistem semi-intensif adalah ukuran benihnya seragam dan hasil benihnya banyak. Proses pemijahannya dapat berlangsung selama 45-50 hari, dan panen larva dapat dilakukan sebanyak tiga kali.

14 3. Pembenihan Intensif Sistem pemeliharaam intensif adalah sistem pemeliharaan ikan yang paling modern. Pembenihan intensif merupakan cara mendapatkan benih yang sebagian besar pengelolaan dilakukan oleh manusia. Dalam sistem ini umumnya sudah dilakukan manipulasi lingkungan atau penambahan jumlah dan jenis sarana produksi yang digunakan. Dengan demikian dalam areal yang sempit dapat dilakukan aktivitas budidaya yang lebih besar dan cocok untuk lahan yang relatif sempit. Pemanenan dari sistem ini bukan larva atau benih, melainkan telur. Telur diambil dari induk betina yang sedang mengeram. Kelebihan dari sistem ini diantaranya tidak memerlukan tempat yang luas, proses pemijahan lebih cepat, hasilnya lebih tinggi dan benihnya tunggal kelamin. 2.1.3 Pemanenan Benih Pemanenan dan penanganan benih memerlukan kecermatan, khususnya pada benih yang masih kecil. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi. Menurut Arie (2003) di Indonesia terdapat dua cara panen, yaitu panen sebagian dan panen total. 1. Panen Sebagian Panen sebagian biasanya menggunakan alat berupa anco. Anco dipasang di dalam kolam. Di dalam anco ditaburkan sedikit pakan agar benih ikan berkumpul diatas anco itu. Setelah benih terkumpul, anco diangkat, kemudian benih diambil. Anco digunakan bila ingin menangkap benih dalam jumlah sedikit. 2. Panen Total Alat-alat yang diperlukan untuk panen total adalah beberapa buah baskom, beberapa buah ember, pikulan ikan, anco, dan seser dalam berbagai ukuran. Untuk

15 menampung benih disediakan wadah-wadah yang lebih besar, seperti bak-bak semen di dalam ruangan (terutama pada usaha pembenihan skala besar), dan beberapa buah hapa. Saat panen benih, air kolam disurutkan secara perlahan hingga mencapai ketinggian 10-30 cm. Pada saat itu, pemanen turun dalam kolam untuk mengatur sisa air agar mengalir kearah pintu pembuangan melalui parit (kemalir) yang terdapat di tengah dasar kolam. Kemudian benih ikan digiring perlahan-lahan kearah parit (kemalir). Pemanenan harus dilakukan hati-hati agar tubuh benih tidak lecet. Benih yang dipanen dimasukkan dalam ember dan ditampung dalam hapa besar. Hapa ini dipasang tidak jauh dari lokasi panen. Air harus tetap mengalir dalam hapa, tetapi bukan air dari kolam yang sedang dipanen agar benih tidak stres (Arie, 2003). Alat panen dapat menyebabkan lecet pada benih. Oleh karena itu, alat panen harus terbuat dari bahan yang halus. Apabila menggunakan Waring, bahannya harus kain. Sementara hapanya harus terbuat dari kain terilin atau bahan nilon halus. Penampungan dalam hapa tidak boleh terlalu padat karena menyebabkan ikan mabuk. Sebelum ditangani lebih lanjut, benih hasil panen dibiarkan selama semalam agar segar kembali (Arie, 2003). 2.1.4 Pengangkutan Benih Pengangkutan ada bermacam-macam walaupun prinsip utamanya sama, yaitu membuat benih hidup hingga di tempat tujuan. Sistem pengangkutan sangat tergantung jarak, jumlah dan ukuran benih, serta alat angkut. Menurut Arie (2003), sistem pengangkutan ikan nila dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.

16 1. Pengangkutan Sistem Terbuka Pengangkutan ini merupakan cara angkut air dalam wadah angkutnya dapat kontak langsung dengan udara. Sistem ini hanya dapat dilakukan untuk jarak dekat dan waktu tempuh singkat. Alat angkutnya dapat berupa keramba atau ember. Sebenarnya cara ini sangat cocok untuk pengangkutan ikan ukuran konsumsi karena sirip-siripnya tidak akan menganggu alat angkut, oleh karena itu pengangkutan benih pun masih dapat ditolerir. 2. Pengangkutan Sistem Tertutup Pengangkutan ini merupakan sistem angkut yang air dalam wadah angkutnya tidak kontak langsung dengan udara. Agar kebutuhan oksigen terpenuhi, setiap wadah diisi air dan oksigen dengan perbandingan sama. Sistem ini sangat cocok untuk pengangkutan benih ukuran kecil karena wadah angkutnya tidak terganggu oleh siripnya. Ikan ukuran konsumsi tidak cocok digunakan karena sisip dapat merusak wadah angkut. Jarak angkutnya dapat jauh atau waktu tempuhnya sekitar 8-12 jam. Wadah yang digunakan adalah kantung plastik lebar 40-50 cm dan tinggi 60-80 cm dengan ketebalan 0,2-0,4 mm. Pengangkutan tertutup ini dipengaruhi oleh waktu, kepadatan, dan cara pengemasannya. Waktu pengangkutan yang baik adalah pagi atau malam hari. Untuk itu, lama pengangkutannya pun harus diperhitungkan agar suhu udara tetap rendah selama pengangkutan. Pengangkutan ini diawali dengan pemotongan kantung plastik sepanjang dua meter. Bagian tengah kantung diikat sehingga membentuk dua bagian. Salah satu bagiannya dimasukkan ke bagian lain sehingga kantung menjadi dua lapis

17 dengan panjang sekitar satu meter. Selanjutnya kantung ini diisi dengan air 20 liter dan diikuti pemasukan benih. Apabila seluruh benih sudah dimasukkan, kantung diisi oksigen sebanyak 20 liter dan diikat karet sampai rapat, agar tidak ada kebocoran sedikitpun. Jumlah oksigen tersebut dapat bertahan hingga 8-10 jam. 2.2 Faktor Produksi Sumberdaya merupakan suatu persyaratan yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan usahatani, karena merupakan salah satu subsistem yang menentukan jumlah output yang dikeluarkan. Sumberdaya yang digunakan pada usaha pembenihan ikan nila dapat diklasifikasikan menjadi tanah / lahan, tenaga kerja, modal, pakan, obat, jenis induk, kapur dan sebagainya. Faktor Tanah / Lahan Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, tanah dalam usahatani mempunyai nilai terbesar. Peranan tanah sebagai faktor produksi dipengaruhi oleh beberapa hal: 1. Luas Lahan Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan untuk kegiatan budidaya maka semakin tinggi produksi dan pendapatan persatuan luasnya. Pengukuran luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal berikut: a. Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya

18 b. Luas lahan perikanan adalah jumlah seluruh tanah (kolam) yang digunakan untuk budidaya ikan. 2. Lokasi Lahan Lokasi lahan usahatani merupakan kelancaran pemasaran. Lokasi yang jauh dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani tersebut dari aspek ekonomi. 3. Fasilitas fasilitas Keberadaan fasilitas-fasilitas lain berupa sungai (pengairan) sangat membantu dalam meningkatkan produksi. Tenaga Kerja Faktor kerja dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau banyak tergantung dari besaran usaha. Tenaga kerja untuk budidaya perikanan dapat berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan luar keluarga antara lain komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Peranan anggota keluarga sebagai tenaga kerja dalam usahatani sangat berarti, karena akan ada penghematan biaya dibanding memperkerjakan tenaga luar. Tenaga luar ini sangat dipengaruhi oleh sistem upah, lamanya waktu kerja, kecakapan dan umur tenaga kerja. Modal dan Peralatan Modal adalah syarat mutlak keberlangsungan usaha, demikian pula dengan usaha pembenihan ikan. Modal disini dapat diperoleh dari dana sendiri (berupa uang, lahan, peralatan) maupun dana pinjaman (pertimbangan bunga pinjaman). Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat

19 dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau untuk meningkatkan pendapatan. Pakan Pakan yang biasanya dipakai untuk pembenihan ikan nila adalah berupa pelet, popur, dan dedak. Adapun merek dan jenis pakan yang dipakai untuk pembenihan tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi, misal memilih pelet bermerek Surya dikarenakan kandungan nutrisinya yang cukup tinggi. Obat Obat diberikan apabila pada kegiatan pembenihan tersebut terdapat hama atau penyakit yang menyerang. Jenis obat yang diberikan tergantung dari jenis hama atau jenis penyakit yang menyerang ikan nila. Jenis Induk Induk benih untuk ikan nila tentunya mempunyai varietas yang beragam. Induk benih ini bisa saja didapatkan dari hasil perkawinan beberapa sumber genetik yang menghasilkan varietas baru yang cukup unggul dari tetuanya. Pemilihan induk harus dilakukan secara selektif agar kualitas benih yang dihasilkan bermutu. Kapur Kegiatan pengapuran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembenihan ikan nila. Dosis yang digunakan dalam pengapuran harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi kekurangan ataupun kelebihan, yang berakibat fatal pada induk ikan. Pengapuran lahan biasanya dilakukan satu hingga tiga kali dalam setahun. Hal ini umumnya tergantung pada kondisi lahan di suatu daerah.

20 2.3 Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Produksi Benih Ikan Nila Standar Nasional Indonesia untuk produksi benih ikan nila hitam telah dikeluarkan sejak tahun 1999 dengan nomor SNI 01-6141-1999. Standar produksi benih ikan nila hitam diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai pihak yang berwenang mengkoordinasikan standar sesuai dengan Keppres RI No.13 tahun 1997. Standar produksi benih ikan nila disusun sebagai upaya meningkatkan jaminan mutu (quality assurance), mengingat produk ini banyak diperdagangkan serta mempunyai pengaruh terhadap mutu produk akhir yang dihasilkan sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu. Pembuatan standar untuk produksi benih nila dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen induk/benih, penakar, dan instansi yang memerlukan. Selain itu juga digunakan untuk pembinaan mutu dan sertifikasi. Standar yang dibuat untuk produksi benih ini diantaranya meliputi persyaratan produksi dan berbagai cara pengukuran yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan. A. Persyaratan Produksi Persyaratan produksi ini mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan pembenihan mulai dari pra produksi, proses produksi hingga pemanenan. Pra Produksi Pra produksi adalah rangkaian kegiatan persiapan dalam memproduksi benih nila, yang dilakukan sebelum memulai kegiatan budidaya pembenihan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahap pra produksi adalah persyaratan lokasi, sumber air dan sarana (wadah produksi, induk, bahan dan peralatan).

21 1. Lokasi Lokasi Perkolaman: Kawasan Perkolaman : bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran. Jenis Tanah : tanah liat berpasir (sandy clay dengan perbandingan 3:2). Ketinggian Lahan : 0 1000 meter di atas permukaan laut. Lokasi Jaring Apung: Lokasi : terletak di waduk, danau dengan ketinggian < 700 meter dari permukaan laut. Kedalaman Air : minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah. Luas Areal Pemasangan Jaring : maksimal 10% dari luas potensial dan luas jaring maksimal 10% dari luas areal pemasangan jaring. Kekuatan Arus Dasar : (20 40) cm/detik. 2. Sumber Air Jernih tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun. Suplai pemasukan dan pembuangan air berupa pipa, pralon, bis beton atau saluran tembok kedap air. 3. Wadah Produksi Bak semen ukuran minimal (5 x 2 x 1,25) m 3, atau Kolam tanah dengan luas minimum 500 m 2, kedalaman air 60 cm. Wadah pemijahan dan penetasan telur : hapa ukuran (6 x 3 x 1,25), wadah corong dengan diameter atas 30 cm dan bawah 15 cm serta tinggi 45 cm. 4. Induk Induk ikan sesuai dengan SNI 01-6138-1999, yaitu dengan bobot rata-rata tubuh sebesar 400 gram pada wadah kolam tanah.

22 5. Bahan Pakan : pelet, kandungan protein 20% - 25% dan lemak 6% - 8%. Pupuk : organik (pupuk kandang) Bahan kimia dan obat-obatan: kapur, antibiotik, biru metilena, organo fosfat, kalium permanganat. 6. Peralatan Hapa Pengukur kualitas air (termometer, sechi disk, ph-meter). Peralatan lapangan (timbangan, waring, ember, lambit). Proses Produksi Proses produksi adalah rangkaian kegiatan budidaya pembenihan dengan memperhatikan segala aturan budidaya untuk menghasilkan produksi maksimal. Aturan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Kualitas air media pemijahan dan penetasan telur Suhu : 25ºC - 30ºC Nilai ph : 6,5-8,5 Kandungan Oksigen Terlarut Ketinggian air Kecerahan sechi disk : minimal 5 mg/l : 50 70 cm : > 50 cm 2. Penggunaan bahan Pakan : Dosis Pakan 2%, dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari Bahan kimia dan obat-obatan : dosis kapur 25 gram/m 2, kalium permanganat yaitu 2 ppm - 4 ppm, biru metilena sebanyak 1 ppm 3 ppm.

23 3. Padat tebar induk : pada bak 5 ekor/m 2, pada kolam 1 ekor/2 m 2, dan pada hapa 5 ekor/m 2. 4. Nisbah kelamin = jantan: betina = 1: 3 dengan rata-rata bobot tubuh 400 gram. 5. Produksi larva : 500 750 larva per ekor induk per satu periode. Sedangkan jumlah induk yang memijah dalam satu periode adalah 60% dari total jumlah induk betina. 6. Waktu pemeliharaan : 10 15 hari Pemanenan Pemanenan adalah kegiatan pemungutan hasil proses produksi benih ikan. Standar ukuran benih nila sekitar 0,6 0,7 centimeter. B. Cara Pengukuran dan pemeriksaan Dalam penetapan standar produksi benih, perlu adanya cara pengukuran yang tepat dalam menentukan penggunaan input produksi. Pengukuran yang tepat dalam budidaya dapat membuat penggunaan input menjadi optimal, sehingga petani memperoleh keuntungan maksimal. Berbagai pengukuran yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan telah disesuaikan dengan standar yang ada, antara lain: Cara mengukur suhu, ph air dan ketinggian air Cara mengukur suhu air dilakukan dengan menggunakan thermometer, frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada pagi dan sore pada permukaan air dan dasar wadah. Sedangkan cara mengukur ph air adalah dengan menggunakan kertas lakmus. Untuk mengukur ketinggian air dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air yaitu dengan menggunakan penggaris satuan centimeter.

24 Cara menentukan jumlah pakan Cara menentukan jumlah pakan dilakukan dengan menggunakan bobot ratarata ikan dikalikan dengan jumlah populasi ikan yang ditanam, kemudian dikalikan dengan persentase pakan yang telah diberikan per hari. Satuan dalam gram atau kilogram. Cara menentukan jumlah kapur Cara menentukan jumlah kapur adalah dengan mengalikan dosis kapur per meter persegi dengan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram. Cara menentukan jumlah padat tebar benih Cara menentukan jumlah padat tebar benih adalah dengan cara mengalikan jumlah benih yang ditebar per satuan meter persegi dengan luas kolam budidaya. Cara menentukan waktu pemeliharaan Cara menentukan waktu pemeliharaan dilakukan dengan mencatat waktu mulai benih tebar sampai dengan saat panen. Cara mengukur bobot badan Cara mengukur bobot badan adalah menimbang benih dengan menggunakan timbangan analitis yang dinyatakan dalam gram atau miligram. Cara mengukur panjang total Cara mengukur panjang total adalah mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam centimeter atau milimeter.

25 2.4 Studi Terdahulu Penelitian mengenai ikan nila sebelumnya sudah pernah dilakukan, terutama nila GIFT. Kusdanu (2004) pernah mengkaji mengenai prospek pengembangan usaha pembesaran ikan nila GIFT dengan menggunakan metode perhitungan analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Berdasarkan perhitungan analisis usaha menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan nila GIFT dengan kepemilikan rata-rata 20 unit kolam lebih menguntungkan daripada kepemilikan rata-rata 8 unit kolam, walaupun begitu usaha ini dinyatakan layak untuk diusahakan selama umur proyek. Sama halnya dengan Irianni (2006) yang melakukan analisis kelayakan finansial pembenihan dan pendederan ikan nila, dimana produk dan alat analisis yang digunakan sama. Perbedaan yang ada hanya dalam hal kegiatan budidaya yaitu pembenihan, pendederan atau pembesaran. Mardliyah (2002) melakukan penelitian mengenai tingkat produktivitas usaha pembenihan nila GIFT dengan memperbandingkan pola polikultur dengan monokultur. Perbandingan kedua pola tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi petani dalam pengambilan keputusan. Metode yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani untuk menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua pola usaha tersebut menguntungkan, namun usaha pembenihan dengan pola polikultur di Desa Kutasirna memiliki keuntungan yang lebih besar daripada pola monokultur. Widiastuti (2005) melakukan penelitian mengenai optimalisasi penggunaan input dan analisis finansial pada usaha pembesaran ikan nila dalam jaring apung di Jawa Tengah. Analisis optimalisasi dilakukan dengan menggunakan fungsi