ABSTRAK Latar Belakang: Efek pencemaran udara terhadap kesehatan dapat dilihat baik secara cepat maupun secara lambat. Efek pencemaran udara secara

dokumen-dokumen yang mirip
* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata kunci : Lama bekerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Kebiasaan merokok, Kapasitas Vital Paru (KVP).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

Kata Kunci : Umur, Masa Kerja, Status Gizi, Kapasitas Vital Paru

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

PENGARUH PAPARAN POLUSI UDARA DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI PARU PADA SOPIR BUS DI TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA

PENGARUH PAPARAN GAS NOx TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG KULINER DI DEPAN PUSAT GROSIR SOLO DAN PASAR BUKU SRIWEDARI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SAFETY DRIVING PADA SUPIR BUS TRAYEK MANADO AMURANG DI TERMINAL MALALAYANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

PENGARUH PAPARAN DEBU KAYU TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI PT. UTAMA CORE ALBASIA KECAMATAN CANGKIRAN TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PAPARAN GAS NOx TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG KULINER DI DEPAN PUSAT GROSIR SOLO DAN PASAR BUKU SRIWEDARI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI BAGIAN PENGECATAN MOBIL DI CV. KOMBOS MANADO

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PARU OPERATOR EMPAT STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

: CINDY AUDINA PRADIBTA

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN KAMPUNG ISLAM MANADO Senduk Gratia Norri Amelia*, Oksfriani Jufri Sumampouw*, Harvani Boky*

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI

FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI DAERAH CARGO PERMAI, KABUPATEN BADUNG, BALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PAPARAN PARTIKEL DEBU KAYU DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI UD. SURYA ABADI FURNITURE, GATAK, SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan penambangan kapur

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PEMBUAT BATU BATA DI KELURAHAN PENGGARON KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Kapasitas Vital Paru pada Karyawan di Unit Boiler PT. Apac Inti Corpora Semarang Tahun 2014

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakar Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan tahun 2012

ABSTRAK. Pengaruh dan Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGANN KAPASITAS PARU TERHADAP FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN PADA PEKERJA UNIT WEAVING BAGIAN LOOM 1 DAN LOOM 3 PERUSAHAAN TEKSTIL X TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

EKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DAERAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA SANGRAI KACANG DI KECAMATAN KAWANGKOAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

HUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEDAGANG KULINER DI DAERAH GLADAG SURAKARTA

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU TERHIRUP DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI INDUSTRI MEBEL CV. CITRA JEPARA FURNITURE KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN UMUR DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA BURUH BAGASI DI PELABUHAN SAMUDERA BITUNG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS PARU TENAGA KERJA DI PT EASTERN PEARL FLOUR MILLS KOTA MAKASSAR

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN PAJANAN KADAR DEBU KAYU LINGKUNGAN DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI CV

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

HUBUNGAN LAMA PAPARAN DAN KADAR CO LINGKUNGAN DENGAN KADAR COHb DALAM DARAH PETUGAS DINAS PERHUBUNGAN TERMINAL TIRTONADI

SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PENGANTAR POS DI DELIVERY CENTRE SURABAYA UTARA

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI PANGKALAN CV. TOTABUAN INDAH MANADO

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN KADAR DEBU AMBIEN TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PENYAPU JALAN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN TAHUN 2015 TESIS

PERSREPSI MEMBER VIRENKA GYM FITNESS CENTER TERHADAP STRATEGI PEMASARAN

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

Transkripsi:

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI PARU PADA SOPIR BUS TRAYEK MANADO KAWANGKOAN DI TERMINAL KAROMBASAN FACTORS THAT ASSOCIATED WITH LUNG FUNCTION IN ROUTE BUS DRIVER MANADO - KAWANGKOAN AT KAROMBASAN BUS STATION Tito Sanger, Dolfie R. Mokoagouw, Paul A. T. Kawatu Bidang Minat Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRACT Background: The effects of air pollution on health can be viewed both fast and slow. The effects of air pollution can be found quickly on the results of epidemiological studies that show that there is a sudden increase in air pollution cases will also increase the number of cases of illness and death due to respiratory diseases. This study aims to determine the factors (age, years of work, smoking habits, nutritional status and exercise habits) that associated with lung function in Route Bus driver Manado - Manado Kawangkoan in Karombasan Bus Station. Method: This study used a cross-sectional design with analytical survey method.. Sampling was taken by nonrandom sampling, the method of accident sampling, where researchers took a sample size of 30 peoples. Data was collected through interviews to determine the characteristics of the respondents, the measurement of nutritional status using a measuring instrument of weight and height, whereas for the measurement of lung capacity by means of a spirometer. Data analysis was performed with Fisher's Exact test statistics and Pearson correlation with SPSS version 20 for Windows. Result: The results based on the results of statistical tests between age and lung function using the Pearson correlation test results showed r = 0.604 > 0.349 (table r) and p value = 0 <0.05. For statistical test results between periods of employment with lung function using Pearson correlation test showed r = 0.502> 0.349 (table r) p value = 0.005 <0.05. The results of the statistical test using Fisher's Exact test for the relationship between smoking and lung function showed p value = 0.255> 0.05. Respondents with smoking categories with impaired lung function was 44.4%, statistical test results using the Pearson correlation test for the relationship between nutritional status with lung function was r = 0.149 <0.349 (table r) and p value = 0.433> 0.05. Statistical test results using Fisher's Exact test for the relationship between exercise habits with lung function is p value = 1.000> 0.05. Respondents with no exercise category with impaired lung function with a percentage of 40%. Conclusion: The existence of a significant correlation between age and time working with lung function. There is no relationship between smoking habits, nutritional status and exercise habits with lung function. It is expected that the bus driver route Manado - Kawangkoan Karombasan terminal to avoid factors - risk factors that can reduce lung function in the form of fumes and smoking habits. Keywords : Age, Work Period, Smoking Habit, Nutritional Status, Exercise Habit, Vital Lung Capacity

ABSTRAK Latar Belakang: Efek pencemaran udara terhadap kesehatan dapat dilihat baik secara cepat maupun secara lambat. Efek pencemaran udara secara cepat dapat dilihat pada hasil studi epidemiologi yang menunjukan bahwa adanya peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor (umur, masa bekerja, kebiasaan merokok, status gizi dan kebiasaan berolahraga) yang berhubungan dengan fungsi paru pada Sopir Bus Trayek Manado - Kawangkoan di Terminal Karombasan Manado. Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei analitik. Pengambilan sampel dilakukan secara non-random sampling, yaitu metode accident sampling, dimana peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara untuk mengetahui karakteristik responden, pengukuran status gizi menggunakan alat ukur berat badan dan tinggi badan, sedangkan untuk pengukuran kapasitas paru dengan alat spirometer. Analisis data dilakukan dengan pengujian statistik Fisher s Exact dan korelasi Pearson dengan program SPSS version 20 for Windows. Hasil: Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistik antara umur dengan fungsi paru menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan hasil r = 0,604 > 0,349 (r tabel) dan p value = 0 < 0,05. Untuk hasil uji statistik antara masa bekerja dengan fungsi paru yang menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan r = 0,502 > 0,349 (r tabel) p value = 0,005 < 0,05. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher's Exact untuk hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi paru menunjukkan p value = 0,255 > 0,05. Responden dengan kategori merokok yang mengalami gangguan fungsi paru sebesar 44,4%, Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson dengan untuk hubungan antara status gizi dengan fungsi paru adalah r = 0,149 < 0,349 (r tabel) dan p value = 0,433 > 0,05. Hasil Uji statistik menggunakan uji Fisher's Exact untuk hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan fungsi paru adalah p value = 1,000 > 0,05. Responden dengan kategori tidak berolahraga yang mengalami gangguan fungsi paru dengan presentase sebesar 40%. Kesimpulan: Adanya korelasi yang signifikan antara umur dan masa bekerja dengan fungsi paru. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok, status gizi dan kebiasaan berolahraga dengan fungsi paru. Disarankan para sopir bus trayek Manado Kawangkoan di terminal Karombasan untuk menghindari faktor faktor resiko yang dapat mengurangi fungsi paru berupa asap kendaraan dan kebiasaan merokok. Kata Kunci: Umur, Masa Bekerja, Kebiasaan Merokok, Status Gizi, Kebiasaan Berolahraga, Kapasitas Vital Paru

PENDAHULUAN Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menyebabkan seorang pekerja mengalami stress dan kesehatannya menurun sehingga konsentrasi dan perhatiannya lenyap. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi resiko yang lebih besar dan akhirnya menimbulkan kecelakaan. (Harrington, 2003). Polusi udara merupakan faktor dalam lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Dalam polusi udara tersebu juga terdapat partikulat debu yang berukuran kecil sehingga dapat masuk saluran pernapasan. Debu yang terhirup ke dalam paru paru dapat mengurangi penggunaan optimal potensi alat pernapasan untuk mengambil oksigen dari udara (Suma mur, 2009). Hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti di terminal Karombasan, sopir bis Angkutan Kota Dalam Provinsi rentan terhadap gangguan kapasitas vital paru karena sering terpapar dengan debu dan gas buang dari kendaraan bermotor yang ada di lingkungan kerja sopir bis. Hal ini ditambah dengan kebiasaan merokok pada kebanyakan sopir sehingga menambah paparan polusi udara yang mereka terima setiap hari. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Paru pada Sopir Bis Trayek Manado - Kawangkoan di Terminal Karombasan Manado. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Terminal Karombasan Manado pada bulan April - Juni 2013. Populasi adalah seluruh sopir angkutan bis trayek Manado Kawangkoan yang ada di Terminal Karombasan Manado yang berjumlah 64 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara non-random sampling, yaitu metode accident sampling, dimana peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak 30 orang. Definisi Operasional: a. Umur Umur ialah lamanya hidup yang dihitung mulai dari tanggal lahir sampai pada saat wawancara dilakukan dalam satuan tahun. Skala yang dipakai adalah skala rasio. b. Masa Bekerja Masa bekerja adalah lamanya responden menjalani pekerjaan sebagai sopir angkutan bis dalam satuan tahun. Skala yang dipakai adalah skala rasio. c. Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak merokok dan merokok. Merokok adalah aktifitas yang dilakukan responden dalam menghirup asap rokok yang dinyatakan dalam jumlah batang per hari sampai penelitian ini dilakukan. Tidak merokok adalah responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok serta responden yang sebelumnya memiliki kebiasaan merokok dan telah berhenti merokok dalam kurun waktu 1 bulan terakhir sampai penelitian ini dilakukan. Skala yang dipakai adalah skala nominal. d. Status Gizi Status gizi adalah keadaan fisik responden yang dinilai dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan nilai dari hasil perhitungan berat badan dalam kg dibagi

pangkat dua tinggi badan dalam meter. Pengukuran dilakukan satu kali pada saat penelitian. Skala yang dipakai adalah skala rasio. e. Kebiasaan Berolahraga Kebiasaan berolahraga adalah latihan fisik teratur yang dapat meningkatkan kemampuan kapasitas pernafasan pekerja. Dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak berolahraga dan berolahraga. Tidak berolahraga adalah reponden yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga atau responden yang telah berhenti dari kebiasaan berolahraga dalam kurun waktu 1 bulan terakhir sampai pada penelitian ini dilakukan. Skala yang dipakai adalah skala nominal. f. Fungsi Paru Fungsi paru yang akan dimaksud untuk diukur dalam penelitian ini adalah kapasitas vital paru. Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum yang dapat dikeluarkan dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Nilai Presentase dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur spirometer untuk mengetahui nilai FEV1 dan FVC yang kemudian dihitung menggunakan rumus FEV1/FVC dengan kemungkinan hasil normal jika nilai presentase 75% dan adanya gangguan (ringan, sedang, berat) jika nilai presentase < 75%. Skala yang dipakai adalah skala nominal dan rasio. PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data sebagai beerikut : a. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara pengukuran kapasitas vital paru menggunakan alat Spirometer dan pengukuran umur, masa bekerja, kebiasaan merokok, status gizi dan kebiasaan berolahraga menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulawesi Utara meliputi jumlah total sopir trayek Manado Kawangkoan dan gambaran secara umum terminal. Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Fisher's Exact dan uji statistik korelasi Pearson pada program SPSS 20. Uji statistik Fisher s Exact digunakan untuk menguji hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi paru dan hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan fungsi paru. Untuk uji statistik korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara umur dengan fungsi paru, hubungan antara masa bekerja dengan fungsi paru dan hubungan antara status gizi dengan fungsi paru.

HASIL Tabel 1 Distribusi Sampel Menurut Umur No. Umur Jumlah Persentase 1 20 30 5 16.7% 2 31 40 14 46.7% 3 41 50 7 23.3% 4 > 50 4 13.3% Total 30 100% Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki umur 20-30 tahun sebanyak 5 orang dengan presentase sebesar 16,7%, responden yang memiliki umur 31-40 tahun sebanyak 14 orang dengan presentase 46,7%, responden yang memiliki umur 41-50 tahun sebanyak 7 orang dengan presentase sebesar 23,3% dan responden yang memiliki umur >50 tahun sebanyak 4 orang dengan presentase sebesar 13,3%. Rata - rata umur responden dalam penelitian ini adalah 39 tahun. Untuk umur termuda responden dalam penelitian ini adalah 20 tahun dan umur tertua adalah 63 tahun. Tabel 2 Distribusi Sampel Menurut Masa bekerja No. Masa bekerja Jumlah Persentase 1 <5 Tahun 5 16.7% 2 5-10 Tahun 3 10% 3 11-20 Tahun 15 50% 4 21-30 Tahun 5 16.7% 5 > 30 Tahun 2 6.6% Jumlah 30 100% Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki masa bekerja <5 tahun sebanyak 5 orang dengan presentase sebesar 16,7%, responden yang memiliki masa bekerja 5-10 tahun sebanyak 3 orang dengan presentase 10%, responden yang memiliki masa bekerja 11-20 tahun sebanyak 15 orang dengan presentase sebesar 50%, responden yang memiliki masa bekerja 21-30 tahun sebanyak 5 orang dengan presentase sebesar 16,7% dan responden yang memiliki masa bekerja >30 tahun sebanyak 2 orang dengan presentase sebesar 6,6%. Rata - rata masa bekerja responden dalam penelitian ini adalah 17 tahun. Untuk masa bekerja terendah responden dalam penelitian ini adalah 3 tahun dan masa bekerja tertinggi adalah 40 tahun. Tabel 3 Distribusi Sampel Menurut Lama kerja No. Lama kerja Jumlah Persentase 1 8 jam 27 90% 2 > 8 jam 3 10% Total 30 100% Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa responden dengan lama kerja 8 jam selama sehari sebanyak 27 orang dengan presentase sebesar 90% dan responden dengan lama kerja >8 jam sehari sebanyak 3 orang dengan presentase sebesar 10%. Rata - rata lama kerja responden dalam

penelitian ini adalah 4 jam sehari. Untuk lama kerja terendah responden dalam penelitian ini adalah 2 jam dan lama kerja tertinggi adalah 13 jam. Tabel 4 Distribusi Sampel Menurut Kebiasaan Merokok No. Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase 1 Merokok 27 90% 2 Tidak Merokok 3 10% Total 30 100% Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 27 orang dengan presentase sebesar 90% dan responden yang memiliki kebiasaan tidak merokok sebanyak 3 orang dengan presentase sebesar 10%. Tabel 5 Distribusi Sampel Menurut Status Gizi No. Status Gizi Jumlah Persentase 1 Kurang 3 10% 2 Normal 15 50% 3 Lebih 12 40% Total 30 100% Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki status gizi kurang sebanyak 3 orang dengan presentase sebesar 10%, responden yang memiliki status gizi normal sebanyak 15 orang dengan presentase sebesar 50% dan responden yang memiliki status gizi lebih sebanyak 12 orang dengan presentase sebesar 40%. Tabel 6 Distribusi Sampel Menurut Kebiasaan Berolahraga No. Kebiasaan Berolahraga Jumlah Persentase 1 Berolahraga 25 83% 2 Tidak Berolahraga 5 17% Total 30 100% Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kebiasaan berolahraga sebanyak 25 orang dengan presentase sebesar 83% dan responden yang memiliki kebiasaan tidak berolahraga sebanyak 5 orang dengan presentase sebesar 17%. Tabel 7 Distribusi Sampel Menurut Kapasitas Vital Paru No. Kapasitas Vital Paru Jumlah Persentase 1 Normal 9 30% 2 Ringan 12 40% 3 Sedang 8 27% 4 Berat 1 3.3% Total 30 100% Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kapasitas vital paru normal sebanyak 9 orang dengan presentase sebesar 30% sedangkan yang lainnya mengalami gangguan terbagi atas tiga, yaitu responden yang memiliki gangguan tingkat ringan pada kapasitas vital paru sebanyak 12 orang dengan presentase 40%, responden yang memiliki gangguan tingkat

sedang pada kapasitas vital paru sebanyak 8 orang dengan presentase 27% dan responden yang memiliki gangguan tingkat berat pada kapasitass vital paru sebanyak 1 orang dengan presentase 3.1%. Tabel 8 Hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru Variabel Kekuatan Korelasi (r) Bebas Terikat P Value Umur Kapasitas Vital Paru 0,604 0,000 Hasil penelitian berdasarkan tabel 8 menunjukkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru dengan r = 0,604 > 0,349 (r tabel) dan p value = 0 < 0,05. Tabel 9 Hubungan antara masa bekerja dengan kapasitas vital paru Variabel Kekuatan Korelasi (r) Bebas Terikat P Value Masa Bekerja Kapasitas Vital Paru 0,502 0,005 Hasil penelitian berdasarkan tabel 9 menunjukkan uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson dengan hasil adanya hubungan antara masa bekerja dengan kapasitas vital paru dengan r = 0,502 > 0,349 (r tabel) p value = 0,005 < 0,05. Tabel 10 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru Kebiasaan Merokok Kapasitas paru Total % p Ada Gangguan Normal value n % n % Tidak Merokok 0 0 3 100 3 100 0,255 Merokok 12 44,4 15 55,6 27 100 Hasil penelitian berdasarkan tabel 10 menunjukkan responden dengan kategori merokok yang mengalami gangguan kapasitas vital paru dengan presentase sebesar 44,4% yang lebih besar dari responden dengan kategori tidak merokok yang mengalami gangguan kapasitas vital paru dengan presentase sebesar 0%. Uji statistik menggunakan uji Fisher's Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru dengan p value = 0,255 > 0,05.

Tabel 11 Hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru Variabel Kekuatan Korelasi (r) Bebas Terikat P Value Status Gizi Kapasitas Vital Paru 0,149 0,433 Hasil penelitian berdasarkan tabel 11 menunjukkan uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson dengan hasil tidak ada hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru dengan r = 0,149 < 0,349 (r tabel) dan p value = 0,433 > 0,05. Tabel 12 Hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan kapasitas vital paru Kebiasaan Berolahraga Ada Gangguan Kapasitas paru Normal Total % p value n % N % Tidak Berolahraga 2 60 3 40 5 100 1,000 Berolahraga 12 48 13 52 25 100 Hasil penelitian berdasarkan tabel 12 menunjukkan responden dengan kategori berolahraga yang mengalami gangguan kapasitas vital paru dengan presentase sebesar 48% yang lebih besar dari responden dengan kategori tidak berolahraga yang mengalami gangguan kapasitas vital paru dengan presentase sebesar 40%. Uji statistik menggunakan uji Fisher's Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan kapasitas vital paru dengan p value = 1,000 > 0,05. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru dengan r = 0,604 > 0,349 (r tabel) dan p value = 0 < 0,05. Hasil yang berbeda didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Wenang, dkk (2007) tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru Karyawan Perusahaan Genteng Malindo Sokka Kebumen. Dari hasil uji statistik menggunakan Chi Square diperoleh p value = 0,37 > 0,05, maka tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan gangguan kapasitas paru. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Irjayanti (2012) tentang Hubungan Kadar Debu Terhirup (Respirable) dengan Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekerja Meubel Kayu di Kota Jayapura mendapatkan hasil tidak ada hubungan antara umur dengan kapasitas vital paksa paru, hasil ini didapat dengan menggunakan uji korelasi Kendall s Tau yang menunjukkan p value = 0,916 > 0,05. Hal ini pada peneliti mungkin disebabkan oleh umur yang semakin tua sehingga mempunyai konsekuensi semakin banyak debu yang masuk dan ditimbun dalam paru sebagai akibat penghirupan sehari hari selama ini baik yang ada di lingkungan kerja maupun di lingkungan rumah.

2. Hubungan antara Masa Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru Hasil analisis berdasarkan uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson dengan hasil adanya hubungan antara masa bekerja dengan kapasitas vital paru dengan r = 0,502 > 0,349 (r tabel) p value = 0,005 < 0,05. Hasil ini sama dengan hasil pada penelitian Setiawan (2011) tentang Hubungan Masa bekerja Dengan Kapasitas Vital Paru Operator Empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kota Yogyakarta yang mendapatkan hasil adanya hubungan antara masa bekerja dan kapasitas vital paru. Hal ini didapat dari analisis korelasi antara masa bekerja dengan kapasitas vital paru yang menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan hasil p = 0,018 < 0,05 sedangkan pada penelitian yang dilakukan Manus (2013) tentang Hubungan Antara Lama Bekerja Dan Kebiasaan Merokok Dengan Fungsi Paru Pada Supir Bis Tomohon Manado di Terminal Tomohon didapatkan hasil menggunakan uji Fisher s Exact (p = 0,70 > 0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara masa bekerja dengan fungsi paru. Hasil ini mungkin dikarenakan responden selalu terpapar oleh debu dan asap yang ada di lingkungan kerja baik, yaitu dari kendaraan yang ada di terminal dan di perjalanan ketika bekerja selama menjadi sopir bis. 3. Hubungan antara kebiasaan merokok dan kapasitas vital paru Pada penelitian ini didapatkan hasil yang menunjukkan responden dengan kategori merokok yang tidak mengalami gangguan kapasitas vital paru sebanyak 15 orang (55,6%) dan pada kategori tidak merokok sebanyak 3 orang (100%). responden yang mengalami gangguan kapasitas vital paru pada kategori merokok sebanyak 12 orang (44,4%) sedangkan pada kategori tidak merokok tidak didapati responden yang mengalami gangguan kapasitas vital paru. Uji statistik menggunakan uji Fisher's Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara masa bekerja dengan kapasitas vital paru dengan p value = 0,255 > 0,05. Hasil yang didapat berbeda dengan hasil yang didapat paa penelitian yang dilakukan oleh Dase (2013) tentang Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Paru pada Karyawan SPBU Pasti Pas! di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Dari hasil uji statistik menggunakan Yate s Correction mengenai kebiasaan merokok menunjukkan nilai p value = 0,019 < 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gangguan kapasitas paru yang dialami oleh operator SPBU. Hal ini mungkin dikarenakan jumlah responden yang tidak terdistribusi merata pada tiap kategori. Pada penelitian yang dilakukan oleh Putra (2006) tentang Pengaruh dan Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa didapat hasil adanya hubungan antara merokok dan kapasitas vital paru kebiasaan merokok. Penelitian tersebut menggunakan dua kelompok berbeda, yaitu kelompok 1 (kelompok perokok) dan kelompok 2 (kelompok bukan perokok) dengan jumlah responden yang sama, dimana masing masing kelompok mempunyai responden sebanyak 10 orang.

4. Hubungan antara status gizi dan kapasitas vital paru Dalam uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan hasil tidak ada korelasi yang signifikan antara status gizi dengan kapasitas vital paru dengan r = 0,149 < 0,349 (r tabel) dan p value = 0,433 > 0,05. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Barany (2011) tentang Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Bagian Produksi Industri Rumah Kayu Di CV. Mitra Jaya Persada Woloan Dengan Kapasitas Paru yang menggunakan uji Fisher s Exact mendapatkan hasil p value = 1,000 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara status gizi dan kapasitas vital paru. Hasil penelitian ini didapat mungkin dikarenakan adanya responden yang memiliki status gizi baik namun memiliki gangguan kapaistas vital paru karena status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital parunya. Menurut Pinzon (1999) penurunan persentase kapasitas vital pada individu dengan berat badan normal berlebih dapat disebabkan karena menurunnya elastisitas dan kemampuan mengembang dinding dada. Dinding dada yang elastis akan mengembang menjadi lebih besar secara bebas, sehingga tekanan intra thorakal menjadi lebih negatif dan udara inspirasi dapat masuk lebih banyak. 5. Hubungan antara kebiasaan berolahraga dan kapasitas vital paru Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil responden dengan kategori berolahraga yang tidak mengalami gangguan kapasitas vital paru sebanyak 13 orang (52%) sedangkan yang mengalami gangguan kapasitas vital paru sebanyak 12 orang (48%). Untuk responden dengan kategori tidak berolahraga yang tidak mengalami gangguan kapasitas vital paru sebanyak 3 orang (60%) dan responden yang mengalami gangguan kapasitas vital paru sebanyak 2 orang (40%). Dalam uji statistik yang menggunakan uji Fisher's Exact menunjukkan hasil tidak ada hubungan antara masa bekerja dengan kapasitas vital paru dengan p value = 1,000 > 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2010) tentang Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Pisangan Ciputat yang menggunakan uji Chi Square mendapatkan hasil p value = 0,630 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan kapasitas vital paru. Hasil ini mungkin dikarenakan banyaknya responden yang mempunyai kebiasaan berolahraga namun dalam hasil pengukuran dengan spirometer memiliki gangguan kapasitas vital paru. Kemungkinan lain juga dikarenakan kebiasaan olahraga pada resonden tidak dilakukan secara rutin sehingga tidak mendapat hasil yang maksimal dari kebiasaan olahraga yang dilakukan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan menjadi beberapa kesimpulan : 1. Adanya hubungan antara umur dengan fungsi paru 2. Adanya hubungan antara masa bekerja dengan fungsi paru 3. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi paru 4. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan fungsi paru 5. Tidak ada hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan fungsil paru

Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perlunya sopir bis untuk menghindari faktor faktor resiko yang dapat mengurangi fungsi paru berupa asap kendaraan dan kebiasaan merokok. 2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik itu dilakukan oleh sopir bis itu sendiri maupun yang dilakukan oleh pihak pemerintah dalam hal ini dinas terkait agar dapat mengetahui kondisi kesehatan terkini sopir bis itu sendiri. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan ukuran sampel yang lebih besar, baik itu dengan variabel yang sama maupun variabel yang berbeda agar didapat hasil yang lebih akurat. 4. Pemerintah dalam hal ini dinas yang terkait perlu melakukan penyuluhan tentang bahaya di lingkungan kerja untuk menambah pengetahuan para sopir bis untuk dapat lebih menjaga kesehatan yang dilakukan secara mandiri. DAFTAR PUSTAKA 1. Barany, D., 2011. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Bagian ProduksiIndustri Rumah Kayu di CV. Mitra Jaya Persada Woloan dengan Kapasitas Paru. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado. 2. Dase, T., 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Paru pada Karyawan SPBU Pasti Pas! di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hassanudin Makassar. 3. Harrington, J., dan Gill, F., 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi Ketiga. Jakarta. EGC 4. Irjayamti, Apriyana., 2012. Hubungan Kadar Debu Terhirup (Respirable) dengan Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekerja Meubel Kayu di Kota Jayapura. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Cendrawasih, Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol. 11 No. 2 Hal 182 186\ 5. Manus, R., 2013. Hubungan Antara Lama Bekerja Dan Kebiasaan Merokok Dengan Fungsi Paru pada Sopir Bis Tomohon Manado di Terminal Tomohon. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Vol 1 No. 7 6. Pinzon, R., 1999. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Golongan Usia Muda. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 26 No. 1 Hal. 15-19. 7. Prasetyo, D. R., 2010. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Pisangan Ciputat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Putra, A., 2007. Pengaruh dan Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa. Fakultas Kedokteran, Universitas Maranatha, Bandung.

9. Setiawan, I., 2011. Hubungan Masa bekerja Dengan Kapasitas Vital Paru Operator Empat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kota Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 5 No. 3 Hal. 162-232. 10. Suma mur. P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : CV. Sagung Seto 11. Wenang, T., Sakundarmo, M. dan Yusniar, H.D. 2006. Paparan Debu Kayu dan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Mebel (Studi di PT. Alis Jaya Ciptatama). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 5 No. 2, Hal 2-10.