BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan yaitu perbedaan pemberian konsentrasi ion logam Cu 2+

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. adalah jenis eksplan tumbuhan Puwoceng yang digunakan yaitu daun dan

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan menggunakan dua faktor. Faktor pertama

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

III. METODE PENELITIAN A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

LAMPIRAN. Persiapan alat dan bahan. Sterilisasi alat. Pembuatan media. Inisiasi kalus. Pengamatan. Penimbangan dan subkultur.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan RAL (Rancangan acak lengkap) dengan 1 media pembanding

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Persiapan alat alat dan. bahan- bahan. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Sterilisasi Eksplan.

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

LAMPIRAN. Sterilisasi. Pembuatan Media. Sterilisasi Media. Inisiasi Kalus HASIL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan dan Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014. 3.2 Rancancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental yang menggunakan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap). Perlakuan yang digunakan yaitu perbedaan pemberian konsentrasi ion logam Fe 2+ pada media subkultur kalus pegagan (Centella asiatica) yaitu 0, 90, 100, dan 110 µm dengan 4 kali ulangan sehingga didapatkan 16 percobaan. Perlakuan konsentrasi ion logam Fe 2+ yang digunakan terdiri dari 4 taraf: F0 = 0 µm F1 = 90 µm F2 = 100 µm F3 = 110 µm 48

49 3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat-alat Alat yang digunakan antara lain oven, gelas ukur, pipet, beaker glass, timbangan analitik, lemari es, ph meter, hot plate and magnetic stirer, botol kultur, plastik tahan panas, karet, autoklaf, tisu, lampu flouresence, Laminar Air Flow (LAF), disposable syringe, alat diseksi (pinset, blade, scalpel), cawan petri, lampu bunsen, korek api, alumunium voil, wrap plastic, rak kultur dan kertas label. 3.3.2 Bahan-bahan Bahan utama yang digunakan adalah bagian daun muda nomor 1, 2 dan 3 dari tanaman pegagan (Centella asiatica) sebagai eksplan yang akan ditanam pada media. Bahan untuk sterilisasi adalah detergen, aquades, fungisida, alkohol 70%, alkohol 90 %, desinfektan, aquades steril dan antiseptik. Media dasar yang digunakan adalah media MS (Murashige & Skoog). ZPT yang digunakan yaitu 2,4-D dikombinasikan dengan air kelapa. Bahan-bahan lain untuk pembuatan media adalah gula dan agaragar. 3.4. Langkah Kerja 3.4. 1 Sterilisasi Alat-alat a. Sterilisasi basah 1. Alat-alat direndam dengan tipol selam 1 hari 24 jam 2. Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok dan dibilas dengan air mengalir, bilasan terakhir menggunakan aquades.

50 3. Dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50 C sampai kering 4. Dikeluarkan dari oven dan kemudian satu per satu alat dibungkus dengan alumunium voil 5. Diamasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilkan dengan suhu 121 C pada tekanan 1 atm selama 30 menit. 6. Dikelurkan dari autoklaf dan dimasukkan kembali ke oven untuk dikeringkan dengan suhu 50 C sampai kering. b. Sterilisasi Kering 1. Alat-alat direndam dengan tipol selama 1 hari (24 jam). 2. Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok menggunakan penggosok cuci. 3. Dibilas dengan air mengalir, bilasan terakhir menggunakan aquades. 4. Dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50 sampai kering. 5. Dikeluarkan dari oven dan kemudian satu per satu alat dibungkus dengan alumunium voil. 6. Dimasukkan ke dalam oven untuk disterilkan dengan suhu 125 C selama 3 jam. 3.4.2 Pembuatan Media a. Induksi Kalus 1. Dimasukkan 2, 21 g media MS; 15 g gula; 5 ml 2,4-D dan air kelapa 50 ml ke dalam gelas beker dan diletakkan di atas hot plate. 2. Ditambahkan aquades sampai volume 500 ml, kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer.

51 3. Diukur ph larutan media dalambeaker glass (ph 5,6-5,8). ph diatur dengan HCl 1 N atau KOH 1 N. 4. Ditambahkan 15 g agar. 5. Larutan media didihkan dalam beaker glass sambil terus diaduk. 6. Larutan media MS dituangkan ke dalam 25 botol kultur, masing-masing botol sebanyak 20 ml. 7. Botol kultur ditutup dengan plastik tahan panas dan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C, tekanan 1 atm, selama 15 menit. 8. Botol berisi media MS diinkubasi dalam ruang inkubator selama minimal 3 hari. b. Sub kultur Pembuatan media subkultur untuk menginduksi metabolit sekunder dengan menggunakan ion logam Fe 2+ dengan konsentrasi yaitu 0, 90, 100, dan 110 µm yang didistribusikan dalam media induksi kalus. 3.4.3 Sterilisasi Media Media dalam setiap botol kultur disterilisasi dengan cara autoklaf pada suhu 121 C dan tekanan 1,5 atm selama 15 menit.

52 3.4.4 Sterilisasi Ruang Tanam 1. Laminar Air flow disemprot dengan alkohol 70% terlebih dahulu. 2. Kemudian alat-alat yang dimasukkan ke dalam LAF juga harus disemprot dengan alkohol 70% dahulu. 3. Selanjutnya ruang tanam disterilisasi dengan sinar UV selama 1 jam sebelum LAF digunakan. Ketika LAF digunakan maka sinar UV harus dimatikan. Saat LAF digunakanmaka blower dihidupkan. 3.4.5 Tahap Induksi Kalus a. Sterilisasi eksplan di luar LAF 1. Daun muda pegagan (C. asiatica ) diambil dan dicuci dengan deterjen 2. Daun yang telah dicuci dimasukkan ke dalam botol kultur berisi larutan deterjen dan dikocok. 3. Kemudian dibilas dengan air mengalir sampai bersih. 4. Dibilas dengan aquades 5. Daun muda yang telah bersih direndam dalam 300mg/L fungisida selama 60 menit. b. Sterilisasi eksplan di dalam LAF 1. Daun muda pegagan direndam dalam larutan disinfektan 30%, 20%, dan 10%, masing-masing 10 menit. 2. Dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali, masing-masing 3 menit. 3. Dicelupkan kedalan larutan antiseptik.

53 c. Penanaman Eksplan 1. Eksplan dipotong dengan ukuran 5 mm x 5 mm. 2. Eksplan ditanam dalam botok kultur berisi media MS yang telah ditambahkan ZPT dan air kelapa. Selanjutnya botol segera ditutup dengan wrap plastik dan plastik yang diikat dengan karet gelang. 3. Diulangi langkah di atas untuk semua unit percobaan dan diinkubasi selama 4 minggu. Penanaman dilakukan seacara aseptik dalam LAF (Laminar Air Flow) d. Tahap Pemeliharaan Botol-botol yang telah terisi eksplan diletakkan dalam rak kultur dan disemprot dengan alkohol 70% setiap 3 hari sekali. 3.4.6 Tahap Subkultur Kalus yang telah diinduksi selam 4 minggu kemudian di subkultur pada media induksi metabolit sekunder yang telah ditambahkan dengan elisitor Fe 2+ dan diinkubasi selama 4 minggu. Kalus yang digunakan didapatkan dari induksi kalus pada media yang telah diinduksi pada penelitian pendahuluan. Berikut langkahlangkahnya : 1. Eksplan yang berkalus ditimbang dan dibagi pada masing-masing botol dengan berat yang sama yaitu 0,1 g sebagai berat awal kalus. 2. Kalus dipotong kemudian ditanam pada media yang telah ditambahkan dengan ion logam Fe 2+

54 3. Botol kultur ditutup dengan plastik wrap dan ditutup dengan plastik penutup serta ikat dengan karet. 3.4.7 Tahap Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan tiga tahap: 1. Pengamatan dilakukan dua minggu untuk mengetahui perubahan warna kalus, dan tekstur kalus. 2. Pengamatan dilakukan pada akhir minggu ke-4 tahap subkultur untuk mengetahui berat akhir kalus. 3. Pengamatan juga dilakukan pada minggu ke-4 tahap subkultur untuk diuji metabolit sekunder untuk mengetahui kadar asiatikosida dan madekasosida pada kalus pegagan. Parameter pengamatan; 1. Pengamatan warna kalus dan tekstur kalus yang dilakukan setiap dua minggu sekali dengan diamati perubahan warna dan tekstur yang terjadi pada setiap kalusnya. 2. Pengamatan kontaminasi dengan mengamati secara langsung yang terjadi pada media dan eksplan yang dapat diakibatkan oleh mikroorganisme. 3. Pengamatan berat kalus dilakukan secara destruktif setelah induksi kalus selama 4 minggu untuk mengetahui berat awal dan pada minggu keempat tahap subkultur untuk mengetahui berat akhir kalus kemudian.

55 4. Tekstur kalus dapat diamati secara visual terhadap penampakan kalus yaitu dengan melihat kalus yang remah atau riabel, kalus kompak, dan trasparansi kalus baik pada tahap induksi kalus dan pada tahap induksi metabolit sekunder. 5. Pengamatan kandungan metabolit sekunder dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau yang sering disebut dengan High Performance Liquid Cromatography (HPLC). 3.4.8 Tahap Uji Fitokimia (Metabolit Sekunder) Pengujian senyawa fitokimia hasil metabolit sekunder dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau yang sering disebut dengan High Performance Liquid Cromatography (HPLC). Adapun langkahlaangkah uji HPLC sebagai berikut: 1. Sampel diambil sebanyak 0,1 g kemudian dihaluskan, ditempatkan dalam elemeyer tertutup. 2. Ditambahkan dengan 10 ml aquabides, diaduk dengan menggunakan stirrer selama 2 jam pada suhu ruang. 3. Larutan dilarutkan dengan 10 ml metanol grade HPLC 80% dalam air. 4. Disaring dengan perangkat saring dengan filter 0,45 µm polytetrafluoroethylene (Alltech associates, Deerfield, IL). 5. Dianalisis dengan HPLC

56 6. Komponen asiotikosida dan madekasosida dapat dilihat dari kurva yang terbentuk dengan waktu retensi (RT) yang sesuai dengan standar yang digunakan. 7. Kadar asiatikosida dan madekasosida dalam sampel ditentukan dengan menggunakan perbandingan luas kurva sampel dengan luas kurva standar yang telah diketahui konsentrasi standarnya (dilakukan otomatis oleh alat). 3.5 Analisis Data Data pengamatan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa pengamatan secara visual meliputi morfologi kalus, sedangkan data kuantitatif berupa berat kalus, kadar asiatikosida dan madekasosida. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis secara diskriptif. Sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan uji statistik ANAVA One Way. Bila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan uji DMRT pada taraf 5 %.