NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH

dokumen-dokumen yang mirip
NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz

OPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM.

XRD ANALYSIS OF Bi-2212 SUPERCONDUCTORS: PREPARED BY THE SELF-FLUX METHOD

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

PENGGUNAAN DOPAN Pb, Ba DALAM SINTESIS BAHAN SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O FASA 1223 MELALUI METODE PENCAMPURAN BASAH

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

THE EFFECT OF Pb DOPANT ON THE VOLUME FRACTION OF BSCCO-2212 SUPERCONDUCTING CRYSTAL

PENGARUH DOPAN Pb TERHADAP FRAKSI VOLUME KRISTAL SUPERKONDUKTOR B(P)SCCO-2212

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sifat superkonduktivitas bahan ditemukan pertama kali oleh Heike Kammerlingh

The DC Electrical Resistivity Curves of Bismuth-2212 Ceramic Superconductors: Evaluation of the Hole-Carrier Concentrations per-cu Ion

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : xnd x )Cu 3 O 10+δ ) M. Sumadiyasa Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana Bali

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN

Bab III Metodologi Penelitian

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

Bab III Metodologi Penelitian

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

II. TINJAUAN PUSTAKA. hingga suhu 4 K atau -269ºC. Kemudian Onnes pada tahun 1911 mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

II. TINJAUAN PUSTAKA. walaupun tanpa adanya sumber tegangan (Rusdi, 2010). Suatu superkonduktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

4 Hasil dan pembahasan

Hubungan kristalinitas sampel CaO sintesis, CaO pada CaOZnO 0,08 dan CaO pada CaOZnO 0,25

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

PENGARUH VARIASI PERLAKUAN DOPING Pb PADA Bi DALAM SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO TERHADAP EFEK MEISSNER DAN SUHU KRITIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun Sebelumnya, pada

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

PROSES PEMBUATAN MATERIAL SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN METODA PADATAN

PENGARUH KONSENTRASI DOPING CE TERHADAP SIFAT LISTIK MATERIAL EU 2-X CE X CUO 4+Α-Δ PADA DAERAH UNDER-DOPED

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

PENETRASI FLUKS MAGNETIK AKIBAT PENAMBAHAN LAPISAN CuO2

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

PETUNJUK PENGGUNAAN PROGRAM RIETICA UNTUK ANALISIS DATA DIFRAKSI DENGAN METODE RIETVELD

KB 2. Teknologi Kereta Api Yang Berkecepatan Tinggi. Aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta Api supercepat adalah memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PEMBUATAN BATANG PELET La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O7 SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup:

SINTESIS BAHAN ND 1 (Fe) x Ba 2-x Cu 3 O y DENGAN METODE REAKSI PADATAN (SOLID STATE REACTION)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IX SUPERKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

4 Hasil dan Pembahasan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Bab 4 Data dan Analisis

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Ringkasan Tugas Akhir. : Pengaruh Substitusi Bi Terhadap Spektrum Electron Spin Resonance

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

Transkripsi:

Berkala Fisika Indonesia Volume 4 Nomor 1 & 2 Januari & Juli 2012 NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH Lydia Rohmawati Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya Gedung C9 Lt. 1, Ketintang, Surabaya 60231 E-mail : lydia_rahma@yahoo.com Darminto Program Studi Magíster Fisika, Bidang Keahlian Material, Jurusan Fisika FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail : darminto@physics.its.ac.id INTISARI Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ (Bi-2212) merupakan bahan superkonduktif yang memiliki suhu kritis (T c ) sekitar 80 K. Pada penelitian ini dilakukan sintesis Bi-2212 murni dan Bi-2212 doping Pb dengan menggunakan metode pencampuran basah, untuk memperoleh ukuran kristal 100 nm. Hasil sintesis dengan metode tersebut dikalsinasi dengan variasi suhu 400 C, 500 C dan 600 C selama satu m serta 780 C selama 3 m. Selanjutnya dilakukan sintering pada suhu 825 C dengan variasi waktu 1-5 m. Hasil analisis dengan XRD menunjukkan bahwa Bi-2212 tanpa doping dengan sintering selama 1-5 m memiliki ukuran kristal yang mencapai ~ 90 nm dengan fraksi volume 68%, sedangkan Bi-2212 doping Pb dengan sintering selama 1-3 m menghasilkan ukuran kristalnya ~ 100 nm dengan fraksi volume mencapai 85%. Kata kunci: superkonduktor Bi-2212, nanokristalin, metode pencampuran basah, ukuran kristal, fraksi volume I. PENDAHULUAN Bahan superkonduktor suhu kritis tinggi (SKST) umumnya berupa senyawa dengan komponen mak dan mempunyai beberapa fase dengan struktur yang mak pula. Selain itu sifat anisotropis yang berkaitan dengan struktur yang berlapis dan efek fluktuasi termal yang berkaitan dengan suhu kritis tinggi telah memperumit penelaahan bahan ini. Salah satu bahan superkonduktor SKST yang penting adalah sistem Bi-Sr- Ca-Cu-O (BSCCO), karena suhu kritisnya relatif tinggi dan tidak mengandung unsur yang beracun (Nanik, 2002). Di antara superkonduktor sistem kuprat berbasis bismuth, senyawa berfase Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ (Bi-2212) merupakan bahan superkonduktif yang memiliki suhu kritis (T c ), sekitar 80 K, mudah membentuk fase senyawa dalam padatan polikristal dan tersedia metoda yang tepat untuk penumbuhan kristal tunggal, menyebabkan Bi-2212 banyak didikan model studi bagi superkonduktor berbasis bismuth tersebut (Darminto, 2002). Sintesis kristal superkonduktor Bi-2212 dapat ditempuh melalui beberapa metode, antara lain metode reaksi fase padat, metode Floating Zone (FZ), metode "self-flux" dengan doping Gd (Zhao, dkk., 2000), metode self-fluks dengan CaCO 3 dan CuO (Nanik, 2002), dan metode Travelling Solvent Floating Zone (TSFZ) oleh Benseman, dkk. (2007). Umumnya metode-metode tersebut menghasilkan serbuk dengan ukuran kristal >100 nm dan memerlukan waktu pemanasan yang relatif lama. Dengan permasalahan seperti itu, maka pada penelitian ini akan dilakukan sintesis kristal superkonduktor (Bi,Pb)-2212 dan Bi-2212 dengan metode metode pencampuran basah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperleh sampel ukuran kristal 100 nm, mengetahui pengaruh pemanasan terhadap ukuran kristal dan fraksi volume pada kristal superkonduktor (Bi,Pb)- 2212 dan Bi-2212. Sampel nanokristalin superkonduktor (Bi,Pb)-2212 dan Bi-2212 diharapkan dapat menunjukkan sifat feromagnetik sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. II. DASAR TEORI a. Struktur Dasar SKST Sebagian besar superkonduktor suhu tinggi (SKST) merupakan material anisotropik, memiliki struktur kristal berlapis, panng koherensi yang pendek dan efek fluktuasi termal yang kuat. Salah satu karakteristiknya adalah terdapat lapisan CuO 2 yang mendominasi struktur kristalnya. Sebagian besar bahan SKST oksida merupakan material keramik yang pada umumnya memilki butir-butir, batas-batas butir, kristal kembar (twin kristal), cacat kristal, serta ketidaksempurnaan struktur lainnya. Tidak semua struktur BSCCO memberikan sifat superkonduktif, hanya struktur tertentu sa yang dapat memiliki sifat superkonduktif, sebagai contoh kristal tunggal Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ (Bi-2212).. Bahan superkonduktor di bawah pengaruh medan magnet luar menampakkan fenomena, sebagai berikut: 22

Lydia Rohmawati, Darminto 1 & 2 Medan magnet eksternal tidak dapat menembus kedalam bahan, yang dikenal dengan efek Meissner (Meissner effect) yang terdi pada daerah Meissner (Meissner state) dengan harga medan 0<H<H c1. Superkonduktivitas masih bertahan tidak hanya didapatkan pada daerah Meissner, bahkan pada daerah yang memiliki rentang harga medan H c1 <H<Hc 2. Pada rentang harga medan tersebut, fluks magnetik menembus pada bahan superkonduktor tidak secara homogen, melainkan secara parsial. Oleh karena itu, daerah ini dikenal sebagai daerah campuran (Mixed State), dimana medan magnetik masuk kedalam bahan membentuk fluks magnetik terkuantasasi dan dikenal dengan sebutan vorteks. Kristal tunggal (susunan kisi-kisi atom yang teratur dan berulang) Bi-2212 ini tidak bersifat konduktif jika δ (kandungan doping oksigen) sama dengan nol, dan bersifat superkonduktif (suhu di bawah T c ~ suhu ketika material mendi superkonduktif), jika δ lebih besar dari nol. Proses pemberian doping dapat dilakukan dengan menambah kandungan oksigen yang membentuk lapisan BiO dan SrO pada sistem Bi-Sr-Ca-Cu-O. Penambahan ion-ion oksigen ini akan mempengaruhi keadaan elektron-elektron pada bidang kuprat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan elektronik. Untuk menga kesetimbangan muatan, elektron akan berpindah dari bidang kuprat sehingga menyisakan lubang (hole), dan menimbulkan mobilitas pembawa muatan. Pada suhu di bawah T c, peristiwa ini disertai pembentukan pasangan Cooper yang memunculkan gela superkonduktivitas. Dari sini dapat dipahami bahwa konduktivitas pembawa muatan dari reservoir ke dalam bidang CuO 2 secara bertahap akan menaikkan koduktivitas dalam bidang ab. Perlu dicatat bahwa konduktivitas bidang kuprat meningkat dengan penambahan pembawa muatan sehingga superkonduktivitasnya akan meningkat. Setelah mencapai batas tertentu (penambahan doping telah optimal), konduktivitasnya akan menurun, hingga akhirnya hilang, demikian pula suhu kritisnya (Purwandana, 2005). b. Sifat Feromagnetik pada Partikel Nano Telah diketahui bahwa material dengan sebagian pengisi kulit d atau f membuktikan dapat memperbaiki sifat magnetik, di mana tidak adanya pasangan elektron pada sub kulit d atau f. Tahun yang lalu, sifat feromagnet diatas temperatur ruang telah diamati pada beberapa material yang elektronnya tidak berpasangan pada sub kulit d atau f. Hexaboride alkali tanah dapat bersifat feromagnet pada suhu tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Young, dkk. (1999). Begitu juga pada kurva histerisis feromagnetik dan suhu Curie yang tinggi dapat diamati dengan adanya pemancaran proton oleh graphit (Esquinazi dkk, 2002). Awalnya, sifat feromagnetik muncul dengan adanya peningkatan kekosongan oksigen pada permukaan partikel nano tetapi pada penelitian mereka ditunjukkan bahwa kristal YBCO 123 setelah diproses dengan pemberian tekanan partikel nano ke dalam rectangular bars, kemudian dilakukan anil pada suhu tinggi dan dilakukan pengukuran pada suhu ruang, material tersebut memperlihatkan perilaku feromagnetik dengan titik koersif ~ 300 Oe, di mana material tersebut dalam bentuk ukuran nano dengan suhu kritis 91 K, seperti pada Gambar 1. Tetapi pada suhu 300 K partikel tersebut tetap menunjukkan perilaku magnetik, yakni sifat feromagnetik dengan titik koersif ~ 200 Oe. Sebaliknya jika suhunya di bawah suhu kritis, kristal tersebut menunjukkan sifat superkonduktif, di mana menolak medan, artinya nilai magnetisasinya negatif (diamagnetik). Gambar 1. Kristal YBCO 123 pada kurva histerisis. III. METODE PENELITIAN a. Sintesis Bi-2212 dan (Bi,Pb)-2212 Bahan dasar Bi 2 O 3, SrCO 3, CaCO 3, CuO de ngan perbandingan 2:2:1:2 masing-masing dilarutkan dengan larutan HNO 3 dan aquades. Selanjutnya, bahan dikeringkan pada suhu 400 C, 500 C, 600 C, dan dikalsinasi 780 C selama 3 m. Setelah itu, bahan mengalami sintering 825 C dengan variasi waktu 1-5 m. Hal ini dilakukan utuk mengetahui ukuran kristal 100 nm. Setiap m bahan dikarakterisasi dengan uji XRD (X-Ray Diffraction). Tahapan sintesis ini sama dengan (Bi,Pb)2212 dengan komposisi Bi 1.6 Pb 0.4 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ. 23

Intensitas Intensitas 1 & 2 NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR b. Karakterisasi Sampel Pola difraksi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode Rietveld. Pencocokan pola difraksi terukur dan pola difraksi terhitung (penghalusan Rietveld) dilakukan dengan Peak Shape Function (PSF) Voigt menggunakan perangkat lunak Rietica. Asumsi yang digunakan adalah ukuran kristal yang berkontribusi pada komponen Lorentzian yang dideskripsikan oleh persamaan Scherer, yaitu atau H L sec D (1) D H L H LS (ukuran kristal), (2) dengan H LS = MgO standard ITS = 0,000523 radian, dan λ = 0.154051 nm (panng gelombang sinar X). Parameter-parameter yang dihaluskan (refined) antara lain: parameter global (sample displacement and background), faktor skala, parameter kisi, parameter termal, fakrot asimetri, dan posisi atom. Data kristalografi dari BSCCO 2212 diperoleh dari data ICSD. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian dengan XRD menunjukkan pola difraksi pada bahan Bi-2212 dan Bi,Pb 2212 untuk tiap m terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Bi 5 4 3 2 0 20 40 60 80 100 2Theta 1 Gambar 2. Pola difraksi sampel Bi-2212 (Bi,Pb)22 3 2 1 0 20 40 60 80 100 2Theta Gambar 3. Pola difraksi sampel (Bi,Pb)2212 Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa fraksi volume Bi-2212 hasil sintering tiap m berbeda-beda, yakni fraksi volumenya 40,3% (1 m), 51,8% (2 m), 57,29% (3 m), 60,9% (4 m) dan 68,2% (5 m). Hal ini berarti dengan meningkatnya waktu sintering memicu pertumbuhan fase Bi-2212. Selanjutnya berdasarkan 24

D (nm) Lydia Rohmawati, Darminto 1 & 2 Gambar 3, fraksi volume meningkat dengan waktu sintering pada (Bi,Pb)-2212 tiap m : 76,9% (1 m), 78,1% (2 m), dan 85,2 % (3 m). Hal ini berarti dengan adanya penambahan Pb pada Bi-2212 dapat memacu pertumbuhan fase yang cepat dibandingkan sampel tanpa doping Pb. Ukuran kristal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2); data kristalografi Bi-2212 berdasarkan ICSD 66448, sedangkan (Bi,Pb)2212 menggunakan ICSD 39752. Hasilnya, hubungan dalam bentuk grafik ukuran kristal terhadap waktu sintering, seperti terlihat pada Gambar 4. 120 Ukuran Kristal terhadap waktu sintering 100 80 60 40 20 0 0 1 2 3 4 5 6 t sintering (m) Bi-2212 (Bi,Pb)2212 Gambar 4. Grafik ukuran kristal terhadap waktu sintering untuk kedua sampel Dengan demikian, semakin lama dilakukan sintering, ukuran kristal bahan tersebut semakin membesar, dikarenakan terdinya proses pertumbuhan fasa lebih lanjut, sehingga terdi penggabungan antar butir dan butir berkembang mendi besar. Perbedaan antara fase Bi 2212 tanpa dan dengan penambahan Pb tampak terlihat jelas terutama pada lamanya sintering, di mana Bi-2212 murni untuk mencapai ukuran kristal ~ 100 nm membutuhkan waktu hingga 5 m, sedangkan sampel dengan doping Pb hanya membutuhkan waktu sintering hingga 3 m. Hal ini berarti ion Pb mempercepat pertumbuhan fase 2212 dalam sampel. KESIMPULAN DAN SARAN Telah berhasil disintesis dalam penelitian ini superkonduktor Bi 2212 nanokristalin sampai ~ 100 nm baik tanpa doping Pb maupun dengan doping Pb melalui percampuran basah menggunakan HNO 3. Digunakan penambahan Pb pada Bi-2212 adalah untuk mempercepat proses pembentukan dan penumbuhan kristal Bi-2212. Lamanya proses sintering mempengaruhi ukuran kristal dan fraksi volume fase 2212 yang terbentuk. Dengan adanya serbuk berukuran kristal ~ 100 nm pada (Bi,Pb) 2212 diharapkan dapat dilakukan kajian lebih lanjut sifat sifat uniknya maupun potensi aplikasi praktisnya. UCAPAN TERIMA KASIH Sebagian penelitian ini dibiayai oleh proyek penelitian Hibah Kompetensi, DP2M, Ditjen Dikti, Depdiknas, tahun 2008, dan untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih. DAFTAR PUSTAKA Benseman, T.M., Cooper, J.R., Balakrishnan, G., 2007, In-plane oxygen diffusion in single crystals of Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ, Physica C 468, 81 87. Darminto, 2002, Karakteristik Fase Gelas Vorteks dalam Kristal Tunggal Superkonduktor (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ, Jurnal Ilmu Dasar 3 (2), 66-73. Esquinazi, P., Setzer, A., Höhne, R., Semmelhack, C., Kopelevich, Y., Spemann, D., Butz, T., Kohlstrunk, B., Lösche, M., 2002, Ferromagnetism in oriented graphite samples Phys. Rev. B 66, 024429. Nanik, Y., 2002, Pengaruh Kadar Fluks CaCO 3 dan CuO pada Pembentukan Kristal Superkonduktor Bi-2212, Jurnal Ilmu Dasar 3 (1), 8-14. Purwandana, A., 2005, Resistivitas pada Fase Vorteks Cair dari Kristal Tunggal Superkonduktor Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ dengan Tingkat Doping Berbeda, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 25

1 & 2 NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR Young, D.P., Hall, D., Torelli, M. E., Fisk, Z., Sarrao, J. L., Thompson, J. D., Ott, H.-R., Oseroff, S. B., Goodrich, R. G., Zysler, R., 1999, High-temperature Weak Ferromagnetism in a Low-density Free- Electron Gas, Nature 397, 412-414. Zhao, Y., Zhang, H., Feng, D.P., Liu, Y.G., Hou, X.F., Han, S.H., 2000, Growth and Annealing Effect on Resistivity Anisotropy of Bi 2 Sr 2 CaCu 2 O 8 Single Crystals, Department of Physics, Peking University, Beijing. 26