BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB II LANDASAN TEORI

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

Material Requirements Planning (MRP)

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan.

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dibangun, dikembangkan dengan bahasa pemrograman visual basic.net

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam jadwal produksi induk. Contoh dari depended inventory adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

BAB II LANDASAN TEORI. yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB II LANDASAN TEORI. oleh manusia yang terdiri dari komponen komponen dalam organisasi untuk. menyampaikan suatu tujuan, yaitu menyajikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk

BAB I PENDAHULUAN. disepakati dengan pelanggan dan akan berakibat menurunnya customer

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. CV. New Sehati merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) keripik yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II LANDASAN TEORI. faktor yang nenentukan hasil sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek

Yudhit Kristanto ( ) Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat

BAB 2 Landasan Teori

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang telah

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP)

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE DRP (DISTRIBUSI REQUIREMENT PLANNING) PADA SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI LPG (STUDI KASUS : PT BUMI SRIWIJAYA PALEMBANG)

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) UNPGRI KEDIRI

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT

BAB III ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM. material tersebut. untuk lebih jelasnya dapat dilihat document flow pada gambar 3.1

BAB II LANDASAN TEORI

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk (master scheduler) mengetahui dan menyadari semua permintaan produk itu. Manajemen permintaan akan menjaring informasi yang berkaitan dengan peramalan (forecasting), order entry, order promising, branch warehouse requirements, pesanan antar pabrik (interplant orders), dan kebutuhan untuk service parts. (Gaspersz, 2004:71) Secara garis besar aktivitas-aktivitas dalam manajemen permintaan dapat dikategorikan ke dalam dua aktivitas utama, yaitu: pelayanan pesanan (order service) dan peramalan (forecasting) (Gaspersz, 2004:71). Ilustrasi pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Aktivitas Pelayanan Pesanan Pada dasarnya pelayanan pesanan (order service) merupakan suatu proses yang mencakup aktivitas-aktivitas penerimaan pesanan, pemasukkan pesanan (order entry), serta membuat janji kepada pelanggan (oreder promising) berkaitan dengan produk dari perusahaan. Proses pelayanan pesanan termasuk pula penerjemahan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customers) ke dalam bentuk-bentuk yang digunakan 6

7 oleh pihak pembuat produk (manufacturer) atau pihak distributor. Pelayanan pesanan biasanya bertanggung jawab untuk menanggapi kebutuhan pelanggan dan berinteraksi dengan penyusun jadwal induk (master scheduler) guna menjamin ketersediaan produk. 2.2 Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) atau perencanaan kebutuhan material adalah konsep yang muncul dari proses pengelolaan bill of material (BoM) atau daftar kebutuhan material yang harus tersedia untuk membuat suatu produk tertentu. Logika pengadaan material dirancang agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Produk apa yang akan dibuat? 2. Apa yang diperlukan untuk membuat produk tersebut? 3. Apa yang sudah dimiliki? 4. Apa yang harus dibeli? Logika ini disebut sebagai persamaan manufaktur universal. Logika ini dapat diterapkan pada produk apa saja. Baik untuk membuat pesawat, sampai membuat makanan cepat saji. (Falahah, 2007:7) Dalam situasi manufaktur, permintaan akan bahan baku, komponen, sub rakitan, dan sebagainya bergantung pada rencana produksi untuk produk akhir. Karena itu untuk menentukan berapa banyak komponen atau bagian yang akan dibutuhkan dalam setiap periode mendatang dalam cakupan waktu perencanaan kita harus mengetahui produksi untuk produk akhir. Kebutuhan produk akhir ditentukan oleh ramalan penjualan (forecast). MRP memanfaatkan informasi tentang kebergantungan pada permintaan ini untuk memanajemen persediaan untuk komponen. Metode ini dikembangkan secara spesifik dengan tujuan berhadapan dengan kompleksitas penempatan waktu dan hubungannya dengan inventori. Persediaan

8 pengendalian ini memperhatikan hubungan antar item persediaan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam menentukan hubungan setiap item secara cepat dan tepat. Perencanaan akan menjadi input yang sangat baik untuk sistem produksi baik sistem produksi dengan product layout atau flowshop. Hal ini disebabkan lead time produksinya pendek. Tetapi pada sistem produksi jobshop (process layout) dimana aliran produk menjadi lebih kompleks dan komponen berbeda harus berbagi mesin yang sama sehingga sering timbul antrian yang cukup besar, maka lead time produksinya pada umumnya panjang, sehingga kontrol aliran produk dan utilisasi sumber-sumber yang digunakan menjadi lebih sulit dan lebih rinci. Tujuan utama dari MRP adalah untuk merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk melakukan aksi yang tepat dalam pembelian bahan maupun produksi, baik merupakan keputusan yang baru atau perbaikan atas keputusan yang lalu. Keberhasilan suatu sistem manufaktur sangat tergantung pada kemampuan untuk mengontrol aliran bahan yang tepat pada saat yang tepat untuk memenuhi jadwal pengiriman kepada konsumen, menekan jumlah persediaan seminimum mungkin, memelihara tingkat pembebasan atas pekerjaan dan mesin, dan pada akhirnya untuk mencapai efisiensi produksi yang optimum. Kebutuhan dalam tiap level dari struktur produk mempunyai dua macam komponen yaitu jumlah dan waktu. Prinsip dasar pendekatan MRP berkenaan dengan permintaan. Kebutuhan permintaan dibagi menjadi dua yaitu:

9 1. Permintaan Independen (tidak tergantung) Permintaan disebut independen apabila kebutuhan permintaan untuk item tersebut tidak tergantung dengan jumlah item yang lain. Yang termasuk dalam permintaan independen ini adalah produk akhir karena berasal dari sumber yang independen di luar sistem produksi. Biasanya didapat dari hasil peramalan, sales order, dan distributions order. 2. Permintaan Dependen (tergantung) Permintaan disebut dependen apabila kebutuhan /permintaan untuk item tersebut tidak tergantung dengan jumlah item lain pada level yang lebih tinggi. Yang termasuk dalam kebutuhan jenis ini adalah sub-assemblies, komponen dan bahan baku yang jumlahnya didapatkan dari perkalian antara perencanaan produksi pada level akhir dengan kebutuhan tiap komponen. Permintaan yang dependen dapat dihitung dengan peramalan. 2.2.1 Input dari MRP Ada beberapa inputan yang dibutuhkan untuk proses Material Requirement Planning (MRP) diantaranya adalah: A. Master Production Schedule (Jadwal Induk Produksi) Jadwal Induk Produksi didasarkan pada peramalan atas kebutuhan permintaan dependen dari setiap produk akhir yang akan dibuat. MPS merupakan proses alokasi untuk membuat sejumlah produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki. B. Item Master (Status Persediaan)

10 Menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan. Pencatatan-pencatatan itu harus dijaga agar selalu menggambarkan keadaan yang paling akhir dengan selalu melakukan pencatatan tentang transaksi-transaksi yang terjadi, seperti penerimaan, pengeluaran produk gagal, lead time, persediaan cadangan, dan catatan-catatan penting lainnya dari semua item. C. Bill of Material Bill of Material adalah suatu (sub assembly) yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan apabila perusahaan mampu memproduksi sendiri sub assembly nya (Katherine, 2003). Struktur dari BOM dapat dilihat pada Gambar2.2. Gambar 2.2 Bill of Material D. Lead Time Yang dimaksud dengan lead time dari suatu item atau komponen dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

11 D.1 Lead Time Purchasing Lead Time Purchasing yaitu selang waktu antara barang mulai dipesan dari suplier sampai dengan barang diterima di pabrik (apabila material dipesan dari pabrik lain). D.2 Lead Time Manufacturing Lead Time Manufacturing yaitu selang waktu antara barang mulai diproduksi sampai barang tersebut jadi dan siap untuk digunakan (untuk material yang diproduksi sendiri). 2.2.2 Langkah-Langkah Dalam Proses MRP Ada beberapa urutan langkah dalam proses MRP diantaranya adalah: A. Syarat Pendahuluan Syarat-syarat pendahuluan yang harus tersedia pada proses MRP ini adalah: 1. Ada dan tersedianya jadwal rencana dan jumlah pesanan dari item/produk. 2. Item persediaan mempunyai identifikasi khusus. 3. Tersedianya struktur produk pada saat perencanaan. 4. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item, yang menyatakan keadaan sekarang dan yang akan datang/direncanakan. B. Asumsi-Asumsi Asumsi-asumsi dari sistem MRP yang standar adalah sebagai berikut: 1. Adanya data file yang terintegrasi. 2. Lead time untuk semua bahan diketahui.

12 3. Setiap bahan persediaan selalu ada dalam pengendalian. 4. Semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada saat perakitan akan dilakukan. 5. Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit. 6. Proses pembuatan suatu item tidak bergantung terhadap pembuatan item lainnya. C. Perhitungan Proses perhitungan untuk mendapatkan kebutuhan bersih yang biasanya merupakan selisih kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Beberapa rumus perhitungan dan keterangan yang digunakan dalam MRP sistem untuk tiap periode selama horison peremcaan adalah: C.1 Gross Requirement (GR = Kebutuhan Kotor) Total permintaan yang diharapkan dari suatu item atau bahan baku untuk masing-masing periode waktu. Untuk produk akhir (independent demand item), jumlah kebutuhan kotor diperoleh dari MPS, sedangkan untuk komponen-komponen penyusun (dependent demand item), jumlah kebutuhan kotor ditentukan dari rencana pemesanan (planned order release) item induk atau item yang memiliki item yang di atasnya dikalikan dengan kelipatan tertentu sesuai dengan struktur produk dan kebutuhan. Rumus gross requirement untuk produk akhir adalah: GR t = MPS (GR t ) Sedangkan rumus gross requirement untuk komponen-komponen penyusun adalah:

13 GR t = PORel t C.2 On Hand Inventory (OHI = Persediaan Awal) Menyatakan jumlah persediaan yang tersedia pada suatu periode waktu tertentu. Nilai persediaan pada awal periode diinputkan sesuai dengan jumlah persediaan saat itu. Nilai-nilai OHI pada periode berikutnya ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: OHI t = OHI t-1 + POR t - GR t Apabila didapatkan nilai OHI yang negatif maka OHI = 0. C.3 Net Requirement (NR = Kebutuhan Bersih) Jumlah kebutuhan yang sebenarnya yang dibutuhkan pada masing-masing periode waktu untuk memenuhi kebutuhan item pada gross requirement. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan net requirement adalah: NR t = GR t - POR t - OHI t-1 Bila nilai NR negatif maka ini berarti pada periode tersebut tidak perlu dilakukan pemesanan. C.4 Planned Order Receipts (POR = Rencana Penerimaan) Rencana penerimaan merupakan jumlah dari pemesanan yang direncanakan (belum tiba) dalam suatu periode. Rencana penerimaan pada periode t ini akan ada dengan sendirinya jika terdapat kebutuhan bersih (NR t ) suatu sistem pada periode

14 tersebut, dimana jumlah POR ini bergantung pada ukuran lot yang dipergunakan. Adapun rumus untuk menentukan planned order receipts adalah: POR t = NR t Keterangan: Rumus ini hanya bisa digunakan apabila sistem menggunakan metode Lot for lot C.5 Planned Order Release (PORel = Rencana Pemesanan) Rencana pemesanan pada suatu level atau tingkat menentukan kebutuhan kotor pada level di bawahnya. Rencana pemesanan merupakan informasi terpenting dari sistem Material Requirements Planning yang menunjukkan item apa, berapa banyak dan kapan dibutuhkan. Nilai dari rencana pemesanan tergantung dari teknik lot sizing yang digunakan dan nilainya sama dengan nilai Planned Order receipts pada periode t + lead time. Lead time di sini sebagai waktu. Rumus yang digunakan untuk penempatannya adalah: PORel t = POR t + L Keterangan : GR OHI NR POR PORel t : Gross Requirement (Permintaan Kotor) : On Hand Inventory (Persediaan Digudang) : Need Requirement (Kebutuhan Bersih) : Planned order receipts (Rencana kedatangan pesanan) : Planned order release (Rencana Pemesanan) : Time (Periode ke)

15 2.2.3 Output dari MRP Ada beberapa jenis laporan yang dapat dihasilkan oleh proses MRP ini, diantaranya adalah: A. MRP Action / Exception Report MRP Action Report memberikan informasi kepada perencana tentang itemitem yang perlu mendapatkan perhatian segera dan merekomendasikan tindakan yang perlu diambil. Informasi ini berisi tentang: 1. Pengeluaran suatu pesanan 2. Reschedule in (expedite) 3. Reschedule out (de-expedite) 4. Pembatalan pesanan Reschedule terjadi apabila terjadi kemunduran atau kemajuan dari proses MRP. Reschedule terbagi menjadi 2 karena penyebab internal dan eksternal. Yang internal biasa disebabkan oleh adanya kerusakan mesin, dan lain-lain yang terjadi karena adanya kesalahan dari mesin atau perusahaan itu sendiri, sedangkan yang eksternal terjadi karena keterlambatan pengiriman, dan lain-lain yang berada di luar kontrol perusahaan. B. MRP Pegging Report MRP Pegging Report memberikan informasi untuk mempermudah penelusuran sumber dari kebutuhan kotor, sehingga perencana akan dapat menentukan kebutuhan yang diakibatkan oleh adanya pesanan. Ada 2 macam pegging report yaitu:

16 B.1 Single- level Pegging Report mengikuti BOM. Berisi laporan yang terperinci mencakup proses secara keseluruhan B.2 Full Pegging Report Menunjukkan kebutuhan sepenuhnya sampai MPS end item. 2.3 Lot Sizing Lot sizing adalah suatu metode perhitungan yang digunakan untuk menentukan jumlah dan waktu order suatu material, dilakukan sehingga biaya inventori perusahaan dapat diminimumkan. Menurut Soegihardjo (1999:151) metode Lot for lot adalah metode penentuan jumlah persediaan bahan baku ditetapkan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Menurut Soegihardjo (1999:153) Teknik Lot for lot ini cukup baik dipakai jika order cost (setup cost) / biaya pembelian produk tersebut sangat kecil dibandingkan dengan holding cost / biaya penyimpanan (termasuk perawatan) yang besar. Teknik ini cukup baik digunakan untuk produksi yang kontinyu dengan volume yang besar atau untuk komponen-komponen yang mahal dengan frekuensi kebutuhan yang jarang. Hal ini sesuai dengan kebutuhan penjadwalan pengadaan material di PT PAL Indonesia Persero mengingat mahalnya perawatan setiap material yang dibutuhkan.

17 2.4 Perancangan Sistem Menurut Hartono (1999:197), perancangan atau disain sistem dapat diartikan sebagai Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional sebagai gambaran untuk persiapan rancang bangun implementasi bagaimana suatu sistem dibentuk. Merencanakan sketsa atau mengatur beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan fungsional untuk mengkonfigurasikan komponenkomponen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem. Tujuan dari perancangan sistem ini adalah untuk memenuhi kebutuhan para pemakai sistem dan memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap pada pemrograman komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat. Langkah-langkah 2.4.1 Diagram Alir Diagram alir (Flowchart) adalah diagram yang menunjukkan aliran di dalam program atau prosedur sistem secara logika (Hartono, 1999:796). Diagram alir digunakan terutama untuk alat bantu komunikasi dan dokumentasi. Ada lima macam diagram alir yaitu: 1. Diagram alir sistem (System flowchart) 2. Diagram alir dokumen (Document flowchart) 3. Diagram alir skematik (Schematic flowchart) 4. Diagram alir program (Program flowchart) 5. Diagram alir proses (Proses flowchart)

18 Dua macam diagram alir yang digunakan dalam sistem ini diantaranya adalah: Diagram alir sistem (System flowchart) dan Diagram alir dokumen (Document flowchart) 2.4.2 Diagram Berjenjang Diagram berjenjang sering kali disebut HIPO (Hierarchy plus Input-Proses- Output). Menurut Hartono (1999:787), HIPO adalah metodologi yang dikembangkan sebagai alat dokumentasi program tetapi sekarang banyak digunakan sebagai alat perancangan dan dokumentasi dalam siklus pengembangan sistem. HIPO berbasis pada fungsi, yaitu tiap modul dalam sistem digambarkan oleh fungsi utamanya. 2.4.3 Data Flow Diagram Data flow diagram (DFD) adalah diagram yang menggunakan suatu notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem. DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik, dimana data tersebut mengalir, missal melalui telepon, surat, dan sebagainya. Selain itu, DFD juga digunakan untuk menggambarkan sistem tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut disimpan, missal file, kartu, microfilm, hard disk, tape, disket dan sebagainya (Hartono, 1999:700).DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang tersetruktur (structured analysis and design).

19 2.4.4 Diagram Entity-Relationship Menurut Fathansyah (1999:64), Model Entity-Relationship yang berisi komponen-komponen himpunan entitas dan himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang merepresentasikan seluruh fakta dari dunia nyata yang kita tinjau. Relasi antar entitas dalam sistem dapat digambarkan lebih sstematik dengan menggunakan Diagram Entity-Relationship.