BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini penulis laksanakan pada SMP Negeri 1 Mootilango Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB PADA PEMBELAJARAN PPKN DI KELAS VIIB SMP NEGERI 10 PALU ABSTRAK

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Penelitian Sebelum Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Brawijaya Smart School Malang

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

Penerapan Experiential Learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Pelajaran fisika menarik untuk dipelajari tetapi pada kenyatan siswa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Media Gambar IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Inpres Pedanda Kecamatan Pedongga Kabupaten Mamuju Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. substansi, sebagai medium antara guru dan anak didik dalam rangka nencapai tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi edukatif

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. April sampai bulan Juni tahun pelajaran 2011/2012. SDN 5 Suwawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB I PENDAHULUAN. perkenalan sebelum memulai belajar, sebagai seorang guru terlebih dahulu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIRENJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil 1. SIKLUS I a. Data Aktivitas Guru Hasil Penilaian Supervisor dan Observer pada Siklus I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat SD Inpres Padengo Kabupaten Pohuwato

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB VI PENUTUP. 1. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Barisan dan Deret dengan. penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

Peningkatan Kemampuan Siswa Menyimak Cerita Rakyat Melalui Metode Tanya Jawab di Kelas V SDN Watutinonggo

2. Hasil Penelitian Siklus I Penelitian yang dilaksanakan di MI Sendangkulon Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal pada siswa kelas IV ini merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada bab terdahulu telah dikemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Keprabon, Kecamatan Polanharjo. SD Negeri 1 Keprabon merupakan salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri

Luwis Subi Widyaningsih, S.Pd, MM* ABSTRAKSI

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MI Miftahul Khairiyah Cempaka

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Alat Peraga IPA Kelas IV SD Inpres 1 Siney

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI STRATEGI INTERACTIVE QUESTION AND READING ORIENTATION BERBASIS PROBLEM POSING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membosankan menurut siswa kelas X-5 SMA 17 Agustus Dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Kondisi Fisik Sekolah Dan Pembelajaran Di Sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA IPA KELAS V SD. Nurlianah SD Negeri Lengkongwetan I

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP Negeri I Paguat terletak di Kecamatan Paguat dengan jarak tempuh kurang lebih 13 km dari pusat Kecamatan Paguat. SMP Negeri I Paguat berdiri sejak tahun 2005 dengan jumlah siswa angkatan pertama sebanyak 15 orang. Adanya kemauan sekolah dari anak usia wajib sekolah serta adanya dukungan dari orang tua dan aspirasi dari masyarakat dan pemerintah setempat maka dibangunlah SMP Negeri I Paguat. Sekolah ini memiliki sarana dan prasarana sendiri dengan status Negeri. Berikut ini visi misi dari SMP Negeri I Paguat. VISI: Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan nasional yang profesional dengan menyiapkan dan mengembangkan Sumber daya Manusia yang berkualitas dengan membekali Ilmu pengetahuan, Kepribadian, Keterampilan, dan Kemandirian.

N o MISI: 1. Menjadikan sekolah sebagai pusat kegiatan Belajar mengajar 2. Meningkatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia melalui proses belajar Mengajar yang relevan. 3. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam menunjang pendidikan dan kebudayaan. 4. Meningkatkan profesional guru dalam kegiatan belajar mengajar. 5. Meningkatkan kualitas iman dan taqwa melelui pendidikan agama dan budi pekerti yang baik. Adapun keadaan tenaga pendidik yang ada di SMP Negeri I Paguat dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP I Paguat Nama/Nip 1 Hendryta Sulila 19780827 200604 1 006 2 Wa Labe, S.Pd 1979512 200604 2 007 3 Muhamad Ali, S.Pd 19790704 200901 1 002 Tempat Tanggal Lahir L/ P Telaga, 27/08/1979 L Posunsuno, 12/05/1979 P Latugho, 04/07/1979 L Jabatan Gol Kepsek III/b PNS Wakasek III/b PNS Guru III/a PNS Ijazah Jurusan Tahun S1/A IV Fisika 2005 S1/A IV PKn 2005 S1/A IV B.Indo 2004 S1/A IV Penjas TMT CPNS 01/04/ 2006 01/04/ 2006 01/01/ 2009 Mulai Bekerja di Sekolah ini 01/06/ 2006 01/06/ 2006 01/03/ 2009 Mata Pelajaran yang Diajarkan IPA PKn Bah.Indo 4 Rustam Palapa, S.Pd Paguyaman, Guru 31/07/ Penjas - 16/07/1985 L Abdi 2006 Agama 2010 5 Hadi Suyono Soiran Ponorogo, Guru Setara SMA 01/01/ - 20/06/1972 L Abdi IPS 2007 2008 Mulok 6 Wa ode Amnia, SE Paguyaman, Guru 01/07/ Aliyah 1997-12/12/1976 P Abdi 2007 SBK 7 Mardiana Lalijo Marobo, Guru S1/A IV 03/01/ IPS P - 20/05/1980 Abdi Ekonomi 2006 2011 TIK 8 Rofit Tahsim Paguyaman, TU SMK Otomotif 01/04/ 01/06/ L 19861010 200604 1 005 10/10/1986 II b 2005 2006 2006-9 Nunrianti Harun Paguyaman, TU Abdi SMA IPS 2009-01/11/ -

23/10/1990 P 2011 10 Aisya Jibu Paguyaman, SMK Pertanian 01/11/ TU Abdi - 07/02/1992 P 2011 2011 Sumber: Daftar Urut Kepangkatan SMP Negeri I Paguat - Sedang keadaan peserta didik yang ada di SMP Negeri I Paguat adalah sebagai berikut: Tabel 4. Keadaan Peserta Didik SMP Negeri I Paguat No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah siswa Keterangan 1. VII 9 orang 11 orang 20 orang Seluruhnya aktif 2. VIII 6 orang 14 orang 20 orang Seluruhnya aktif 3. VIII 5 orang 17 orang 22 orang 2 orang pindah sekolah Jumlah 20 orang 42 orang 62 orang 60 orang Sumber: Data Jumlah Siswa SMP Negeri I Paguat Sesuai tabel di atas jumlah keseluruhan peserta didik kelas VII adalah 20 orang yaitu terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Pada saat dilakukan penelitian ini, siswa kelas VII hadir semua. 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama 2 (dua) siklus pembelajaran. Setiap tindakan dilaksanakan berdasarkan sistem yang berlaku dan menghendaki adanya proses perubahan hingga mencapai kriteria yang telah ditetapkan, dan permasalahannya difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) Selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Peneliti bertindak sebagai guru juga sebagai pengamat. Selain itu peneliti juga dibantu oleh guru IPS yang sebenarnya mengajar pada kelas tersebut untuk melakukan pengamatan terhadap cara mengajar peneliti dan reaksi siswa yang mengikuti pelajaran. Sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh melalui pemberian tes tertulis. Kemudian setelah kegiatan pembelajaran selesai, observer menyampaikan hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dan daftar informasi balikan siswa, setelah itu peneliti dan observer merefleksi kegiatan belajar mengajar. 4.1.2.1. Siklus I a. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Selama kegiatan pembelajaran berlangsung ada 14 (empat belas) aspek kegiatan guru yang diamati. Pengamatan terhadap kegiatan guru dalam proses pembelajaran juga dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus I No. Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian SB B C K 1 2 3 4 5 6 A. Mengelola ruang, waktu dan fasilitas belajar 1. Sumber belajar 2. Pengaturan waktu 3. Pengaturan kelas, mengatur siswa dalam kelompok

B. Strategi pembelajaran 4. Pengusaan materi 5. Penyampaian materi 6. Penggunaan metode pembelajaran 7. Ketrampilan dalam mengadakan variasi mengajar 8. Pemberian bimbingan 1 2 3 4 5 6 9. Kemampuan mengkoordinasi kelas 10. Memotivasi siswa 11. Mengaktifkan siswa 12. Merespon pertanyaan 13. Memberikan kesimpulan 14. Memberikan reward Jumlah 1 8 5 - Persentase 7,14% 57,14% 35,72% - Sumber: Data Olahan Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 14 (empat belas) aspek yang dinilai dari kegiatan guru, meskipun terdapat 1 (satu) kegiatan dinilai sangat baik (SB) dengan persentase 7,14% dan 8 (delapan) dengan kriteria baik (B) persentase 57,14%, namun masih terdapat 5 (lima) kegiatan guru dengan kriteria cukup (C) atau 35,72%.

Pada pengamatan siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) ini dijumpai beberapa kekurangan sebagai berikut: 1) Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju). a) Mengelola waktu, ruang dan fasilitas belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) (1) Sumber belajar, dalam hal ini artikel yang dibagikan kepada siswa sudah baik. (2) Pengaturan waktu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) cukup efisien. (3) Pengaturan kelas dan pembagian kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) agar siswa leluasa dalam diskusi sudah baik. b) Menggunakan strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) (1) Penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) sangat baik. (2) Penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) baik. (3) Penggunaan metode pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) baik.

(4) Ketrampilan dalam mengadakan variasi mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) sudah baik. (5) Kemampuan pemberian bimbingan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) secara keseluruhan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar sudah baik. (6) Kemampuan mengkoordinasi kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) cukup. (7) Guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) sudah baik dalam memotivasi siswa. (8) Guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) cukup dalam mengaktifkan siswa. (9) Guru dalam merespons pertanyaan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) sudah baik. (10) Dalam memberikan kesimpulan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) sudah baik. (11) Guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) tidak memberikan reward kepada siswa yg bisa menjawab pertanyaan guru. 2) Pengamatan terhadap kegiatan diskusi. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung terdapat kekurangan-kekurangan sebagai berikut:

a) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) masih kurang. b) Suasana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) kurang kondusif. c) Keantusiasan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) belum tercermin dalam sikap anak. d) Keberanian anak dalam mengemukakan pendapat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju)Belum merata. e) Kemampuan siswa dalam bertanya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) masih kurang. f) Masih banyak siswa yang terlihat tegang pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) sehingga siswa takut menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sama halnya dengan kegiatan guru, kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dinilai dengan taraf pembelajaran sangat baik (SB), baik (B), cukup (C) dan kurang (K).

Tabel 6. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Kegiatan Diskusi Siklus Kelompok Kriteria Aspek (%) SB B C K I 7 54 36 3 II 14 57 29 - I III - 43 43 14 IV 7 61 31 - V - 36 61 3 Rata-rata 5,7 50 40 4,3 Sumber: Data Olahan Dari tabel diatas, terlihat bahwa dari 7 aspek yang dinilai pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar masih belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Persentase secara total didapatkan kriteria sangat baik (SB) 5,7%, kriteria baik (B) 50%, sedangkan kriteria cukup 40% dan kriteria kurang 4,3%. b. Hasil Belajar Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, hasil belajar siswa dapat dipaparkan sebagai berikut : 13 % nilai 80 ke atas : 20 100% = 65,00 1448 % nilai rata-rata kelas : 20 100% =72,40

1448 % rata-rata daya serap : 100% =72,40 20 Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Partisipasi Siswa Jumlah Siswa Siklus I Persentase Keterangan 80 ke atas 13 65% 80 ke bawah 7 35% Tuntas Belajar 13 65% Tidak Tuntas Belajar 7 35% Nilai Rata-rata 72,40 Daya Serap 72,40% Sumber: Data Olahan Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari hasil belajar pada observasi awal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari observasi awal dengan nilai ratarata 61,25 dimana dari 20 orang jumlah siswa hanya 40% yang mendapatkan nilai diatas 80 meningkat menjadi rata-rata 72,40 pada siklus I, yakni dari jumlah siswa 20 orang yang memiliki nilai di atas 80 ada 13 siswa atau mencapai 65%. Sedangkan siswa yang belum mencapai standar 80 masih ada 7 orang siswa atau 35%. Sehingga dipandang perlu untuk melakukan penelitian kembali pada siklus II karena hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator yang diharapkan yakni siswa

dikatakan tuntas belajar apabila minimal 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai 80 keatas. c. Refleksi Setelah diadakan tindakan atau proses pembelajaran selesai, selanjutnya peneliti dan guru mitra mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan tindakan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada pelaksanaan tindakan serta menilai apakah masih diperlukan siklus berikutnya. Apabila terdapat kekurangan dalam pelaksanaan tindakan maka peneliti merencanakan kembali tindakan perbaikan. Hal-hal yang perlu direfleksi adalah yang berkaitan dengan hasil pemantauan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik terhadap guru maupun terhadap siswa dan hasil belajar siswa. Adapun hasil refleksi dan tindakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1. Mengatur waktu sebelum memulai pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju), mempersiapkan pokok bahasan yang akan diajarkan agar waktu yang digunakan efektif dan efisien. 2. Siswa belum aktif selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju). Oleh karena itu, guru harus membuat suasana lebih nyaman dengan strategi paikem agar siswa berani mengemukakan pendapat, berani bertanya serta dapat berpikir kritis.

3. Peneliti terus memotivasi keaktifan siswa dan memberi reward berupa hadiah bagi siswa yang telah berpartisipasi dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa selama proses belajar. 4. Guru memberikan bimbingan secara individual bagi anak dalam kelompok yang belum memahami tugasnya selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) berlangsung. 5. Siswa diminta untuk berbagi tugas dalam bekerja kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) dan mengingatkan bahwa aspek ini akan dinilai terus menerus. Tugas anggota kelompok diperjelas dan kelompok diupayakan lebih kompak. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang telah disebutkan sebelumnya yang menyebabkan hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka perlu adanya tindakan perbaikan atau tindak lanjut pada siklus II untuk mencapai atau memperoleh hasil yang optimal. Dalam arti, perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II. 4.1.2.2. Siklus II a. Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar Pada siklus II ini lebih ditekankan pada tindakan perbaikan siklus I, yaitu faktor apa saja yang kurang diperhatikan pada siklus I, dimaksimalkan pada siklus II seperti pemberian pengelolaan waktu, motivasi dan pemberian reward. Selain itu, agar pembelajaran lebih efektif, setiap kelompok dianjurkan untuk berusaha memahami teks yang ada pada modul dan LKS, siswa diperbolehkan membawa

referensi buku apapun asal terkait dengan pembahasan. Guru bertugas mengontrol secara keseluruhan kelompok dan membantu apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami pembahasan. Pada siklus II ini, kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat pada hasil pemantauan kegiatan belajar mengajar pada 14 aspek yang dinilai. Untuk melihat hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus II No. Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian SB B C K A. 1 2 3 4 5 6 Mengelola ruang, waktu dan fasilitas belajar 1. Sumber belajar 2. Pengaturan waktu 3. Pengaturan kelas, mengatur siswa dalam kelompok B. Strategi pembelajaran 4. Pengusaan materi 5. Penyampaian materi 6. Penggunaan metode pembelajaran 7. Ketrampilan dalam mengadakan variasi mengajar

8. Pemberian bimbingan 1 2 3 4 5 6 9. Kemampuan mengkoordinasi kelas 10. Memotivasi siswa 11. Mengaktifkan siswa 12. Merespon pertanyaan 13. Memberikan kesimpulan 14. Memberikan reward Jumlah 2 12 - - Persentase 14,29% 85,71% - - Sumber: Data Olahan Dari tabel 8, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar khususnya kegiatan guru telah dilaksanakan secara maksimal. Dimana dari 14 (empat belas) aspek kegiatan guru yang diamati tidak ada lagi kegiatan yang termasuk dalam klasifikasi cukup dan kurang. 2 (dua) aspek masuk pada kategori sangat baik yaitu 14,29% dan 12 aspek masuk pada kategori baik atau 85,71%. Sedangkan hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa dalam Diskusi Pada Siklus II Siklus Kelompok Kriteria Aspek (%) SB B C K I 25 64 11 - II 18 71 11 - II III 7 75 18 - IV 32 57 11 - V 18 68 14 - Rata-rata 20 67 13 - Sumber: Data Olahan Untuk kegiatan siswa pada tabel 8 di atas, meskipun terdapat 13% kegiatan siswa dalam kriteria cukup (C), namun kriteria sangat baik (SB) 20% dan 67% dengan kriteria baik (B). Hal ini dapat dikatakan bahwa pada siklus II ini kegiatan belajar siswa dinilai telah berhasil. b. Hasil Belajar Berikut ini hasil penelitian pada siklus II: 18 % nilai 80 ke atas : 20 100% = 90,00 1702 % nilai rata-rata kelas : 20 100% = 85,10 1702 % rata-rata daya serap : 20 100% = 85,10

Dari hasil post test pada siklus II dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang semula pada observasi awal nilai rata-rata 61,25 dari jumlah 20 orang siswa hanya 40% mendapatkan kriteria tuntas belajar, meningkat 72,40 pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 85,10. Untuk nilai hasil belajar ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Partisipasi Siswa Jumlah Siswa Siklus II Persentase Keterangan 80 ke atas 18 90% 80 ke bawah 2 10% Tuntas Belajar 18 90% Tidak Tuntas Belajar 2 10% Nilai Rata-rata 85,10 Daya Serap 85,10% Sumber: Data Olahan Untuk hasil belajar siswa, seperti pada tabel 9 diatas, dari total 20 (dua puluh) siswa ada 18 (delapan belas) siswa yang memperoleh nilai di atas 80 atau 90%, sedangkan yang memperoleh nilai di bawah 80 hanya 2 (dua) siswa saja atau 10%, nilai rata-rata 85,10 dengan daya serap 85,10%. Artinya, hasil belajar siswa sudah

meningkat, mencapai target seperti pada indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu secara klasikal siswa dikatakan tuntas belajar apabila minimal 80% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 80 ke atas. c. Analisis Terhadap Pelaksanaan Tindakan Siklus II Kelebihan yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran di siklus II adalah sebagai berikut: 1) Prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) meningkat. 2) Siswa semakin aktif selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju). 3) Selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) siswa mengikuti dengan serius dan gembira. 4) Siswa menjadi lebih komunikatif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju). 5) Siswa berlomba untuk mendapatkan nilai terbaik pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) setiap ada keberhasilan peneliti selalu memberi reward). 6) Peneliti telah menerapkan dan mengembangkan kelebihan-kelebihan yang ditemukan di siklus I pada siklus II ini. 7) Semua rencana perbaikan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I telah dilaksanakan di siklus II ini dengan baik.

8) Kinerja guru dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) semakin mantap, hal ini dapat dilihat dari tahapan pembelajaran yang dilaksanakan. 9) Tindakan peneliti konsisten, yaitu mengacu kepada rencana pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan strategi yang dipilih (pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) Dari hasil pengamatan yang dilakukan dari siklus I dan siklus II telah terjadi peningkatan baik penilaian terhadap aktifitas guru, kegiatan siswa dan hasil belajar siswa. Dengan mempertimbangkan hal tesebut maka pemberian tindakan dihentikan pada siklus II karena sudah mencapai indikator yang ditetapkan. 4.2 Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. Dalam observasi awal dan pre test, kegiatan belajar mengajar di kelas VII pada mata pelajaran IPS masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Adapun tujuan diadakan observasi awal dan pre test adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi kelas selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa nampak dengan nilai rata-rata 61,25%, dimana hanya 40% siswa dengan

kriteria belajar tuntas sedangkan sisanya yakni 60% masih berada dibawah standar ketuntasan minimal. Hasil observasi pada siklus I ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa namun belum memuaskan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa belajar kelompok dengan model Snow Balling (Bola Salju) sehingga siswa terlihat masih pasif, malu bertanya dalam mengemukakan pendapatnya. Kekurangan-kekurangan pada siklus I kemudian direfleksi dengan mengadakan perbaikan pada siklus II agar mendapat hasil yang maksimal. Dari hasil perbaikan strategi pembelajaran tersebut, maka pada siklus II telah terjadi perubahanperubahan peningkatan kegiatan guru, kegiatan siswa dalam diskusi dan peningkatan hasil belajar siswa. Perubahan kegiatan guru dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 11. Perkembangan Kegiatan guru dalam proses belajar mengajar Kriteria Aspek Siklus I Siklus II Jumlah Aspek Persentase Jumlah Aspek Persentase Sangat Baik (SB) 1 7,14% 2 14,29% Baik (B) 8 57,14% 12 85,71% Cukup (C) 5 35,72% - - Kurang (K) - - - - Jumlah 14 100% 14 100%

Sumber: Data Olahan Dari tabel di atas, jelas terjadi peningkatan yang signifikan dari kegiatan guru dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I dari hasil pengamatan, dari 14 aspek yang dinilai dari kegiatan guru kualifikasi sangat baik teramati hanya 1 aspek saja atau 7,14%, kualifikasi baik 8 aspek (57,14%) dan kualifikasi cukup 5 aspek dengan persentase 35,72%. Sedangkan pada siklus II, sudah tidak ada lagi kualifikasi cukup. Hal ini terlihat pada pengamatan terhadap kegiatan guru dari 14 aspek yang diamati diperoleh kualifikasi sangat baik menjadi 2 aspek atau 14,29% dan kualifikasi baik 12 aspek atau 85,71%. Sedangkan kegiatan siswa dari 7 aspek yang diamati secara kelompok diperoleh persentase kriteria aspek secara total dari siklus I sangat baik 5,7%, baik 50%, cukup 40% dan kurang 4,3%. Pada siklus II meningkat menjadi sangat baik 20%, baik 67% dan cukup 13%. Prestasi belajar siswa pun mengalami peningkatan di siklus II. Hasil belajar siswa dapat diamati pada tabel berikut ini: Tabel 12. Perkembangan Partisipasi siswa dalam menyerap materi pelajaran Partisipasi Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Nilai 80 ke atas 8 40% 13 65% 18 90% Nilai 80 ke bawah 12 60% 7 35% 2 10% Tuntas Belajar 8 40% 13 65% 18 90%

Tidak Tuntas Belajar 12 60% 7 35% 2 10% Nilai Rata-rata 61,25 72,40 85,10 Daya Serap 61,25% 72,40% 85,10% Sumber: Data Olahan Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui gambaran pertumbuhan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I, rata-rata persentase daya serap terhadap materi pelajaran termasuk dalam kategori cukup baik yaitu sebesar 72,40%. Walaupun termasuk dalam kategori cukup baik, akan tetapi peningkatan tersebut masih sangat kecil. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I yang relatif kecil ini disebabkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) merupakan hal baru bagi siswa, yang sebelumnya didominasi oleh metode ceramah. Kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak pada hasil belajarnya, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Rata-rata persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran pada siklus II mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I, yaitu sebesar 85,10% dan termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan pada siswa ke arah yang lebih baik, karena siswa telah mengalami suatu proses belajar sehingga prestasi belajar siswa meningkat. Adanya peningkatan persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snow

Balling (Bola Salju) dalam pembelajaran IPS Ekonomi pada materi pelajaran Perbankan, pokok bahasan Memahami Uang dan Perbankan, dengan kompetensi dasar, Mendeskripsikan konsep Perbankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adanya peningkatan persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran tersebut menunjukkan bahwa indikator kinerja atau indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai.