KLASIFIKASI DAN PERUBAHAN JUMLAH SUNSPOT DIAMATI DARI LABORATORIUM ASTRONOMI JURUSAN FISIKA FMIPA UM PADA BULAN AGUSTUS OKTOBER 2012

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Kata Kunci: Sunspot, Aktivitas Matahari, Klasifikasi Mcintosh, Flare

BAB I PENDAHULUAN. yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan

HUBUNGAN LUAS DAN TEMPERATUR UMBRA SUNSPOT MENGGUNAKAN SOFTWARE INTERACTIVE DATA LANGUAGE (IDL)

Analisis Distribusi Temperatur Atmosfer Matahari saat Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Palu, Sulawesi Tengah

Analisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari Maret 2015 Melalui LAPAN Watukosek

BAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya di Bumi, cuaca juga terjadi di Antariksa. Namun, cuaca di

ANCAMAN BADAI MATAHARI

ANALIS1S EVOLUSI GRUP SUNSPOTSPD WATUKOSEK UNTUK MEMPEROLEH INDIKATOR KEMUNCULAN FLARE

PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi

Analisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari Maret 2015 Melalui LAPAN Watukosek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari Fitriani, 2013

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

PREDIKSI BINTIK MATAHARI UNTUK SIKLUS 24 SECARA NUMERIK

DAMPAK AKTIVITAS MATAHARI TERHADAP CUACA ANTARIKSA

KETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN AKTIVITAS GEOMAGNET DI BIAK TAHUN

Analisis Empirik Kejadian Flare Terkait dengan Perubahan Fisik Sunspot

STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA

FLARE BERDURASI PANJANG DAN KAITANNYA DENGAN BILANGAN SUNSPOT

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya

ANALISA KEJADIAN LUBANG KORONA (CORONAL HOLE) TERHADAP NILAI KOMPONEN MEDAN MAGNET DI STASIUN PENGAMATAN MEDAN MAGNET BUMI BAUMATA KUPANG

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, data harian yang diambil merupakan data sekunder

ANALISIS KLASTER K-MEANS DARI DATA LUAS GRUP SUNSPOT DAN DATA GRUP SUNSPOT KLASIFIKASI MC.INTOSH YANG MEMBANGKITKAN FLARE SOFT X-RAY DAN Hα

HELISITAS MAGNETIK DAERAH AKTIF DI MATAHARI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

ANAL1SIS EMPIRIK KEJADIAN FLARE TIRKAIT DENGAN PERUBAHAN FIS1K SUNSPOT

LIPUTAN AWAN TOTAL DI KAWASAN SEKITAR KHATULISTIWA SELAMA FASE AKTIF DAN TENANG MATAHARI SIKLUS 21 & 22 DAN KORELASINYA DENGAN INTENSITAS SINAR KOSMIK

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Perbandingan Model Linier Versus Analisis Vektor pada Gerak Grup Sunspot di Lintang Selatan dari Siklus Matahari Ke-23

SIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah

II. TINJAUAN PUSTAKA. R = k (10g+f)

Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar

MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN H JANGKA PENDEK BERDASARKAN DAMPAK GANGGUAN REGULER

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI

APLIKASI VEKTOR UNTUK ANALISIS PERGERAKAN GRUP SUNSPOT MATAHARI DARI DATA SUNSPOT SIKLUS KE-23

TATA SURYA Presentasi Geografi

IDENT1FIKASI FLUKS MAGNETIK DARI GERAK PASANGAN BINTIK BIPOLAR,

ANALISIS PERGERAKAN BINTIK MATAHARI Dl DAERAH AKTIF NOAA 0375

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KONSEPSI AWAL MAHASISWA FISIKA TERHADAP MATERI BINTANG DAN EVOLUSI BINTANG DALAM PERKULIAHAN ASTROFISIKA

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

Penulis : Hizbullah Abdul Aziz Jabbar. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.

Silabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 3 1

Daftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer.

CATACLYSMIC VARIABLE

LIMIT BAWAH BILANGAN SUNSPOT UNTUK SUNSPOT YANG BERPOTENSI MELEPASKAN FLARE : METODA PERINGATAN DINI ANTARIKSA

Info Astronomy JELAJAH SEMESTA. Penerbit Info Astronomy

Bintik Matahari dan Spektrum Matahari

FENOMENA ASTRONOMI SISTEM BUMI, BULAN & MATAHARI

Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas Matahari merupakan faktor utama yang memicu perubahan cuaca

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2015 PENGARUH FASE AKTIF DAN TENANG MATAHARI TERHADAP KECERAHAN LANGIT MALAM TERKAIT VISIBILITAS OBJEK LANGIT

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Tata Surya. karena planet bergerak mengedari matahari. Planet tidak dapat. planet hampir berbentuk lingkaran. Pada awal abad ke-17 Johanes Kepler

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.

MARI MENGENALI MATAHARI

ANALISIS PERGERAKAN SUNSPOT UNTUK MENGKAJI POTENSI TERJADINYA FLARE PADA BULAN MARET-JUNI 2015 TUGAS AKHIR

ANALISIS NILAI ENERGI DARI INTENSITAS TOTAL PADA CITRA GRAYSCALE MENGGUNAKAN SOFTWARE IDL VERSI 5.0

BAB I PENDAHULUAN. Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel

ANALISIS PERIODISITAS SUHU DAN TEKANAN PARAS MUKA LAUT DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN AKTIVITAS MATAHARI R. HIKMAT KURNIAWAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Seabad mencari ETI di MWC-349

Bab II Tinjauan Pustaka

LAPISAN E IONOSFER INDONESIA

PENENTUAN POSISI LUBANG KORONA PENYEBAB BADAI MAGNET KUAT

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS GERAK BINTIK MATAHARI BIPOLAR SEBELUM TERJADI FLARE PADA NOAA 0484 TANGGAL 21 DAN 22 OKTOBER 2003

ANALISIS MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN GEOMAGNET BERDASARKAN POSISI MATAHARI

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit

PENGELOMPOKAN SUNSPOT PADA CITRA DIGITAL MAHATARI MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DBSCAN

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Fisika EBTANAS Tahun 2001

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.

TES PRAKTEK: MATAHARI, SUATU SUMBER ENERGI YANG UNIK BAGI TATA SURYA

GERHANA MATAHARI DAN GERHANA BULAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENJEJAK POSISI MATAHARI DENGAN MEMANFAATKAN LIGHT DEPENDENT RESISTOR (LDR)

Diterima : 19 Agustus 2014 Disetujui : 2 September 2014

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

SEGMENTASI BINTIK MATAHARI MENGGUNAKAN METODE WATERSHED

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Transkripsi:

KLASIFIKASI DAN PERUBAHAN JUMLAH SUNSPOT DIAMATI DARI LABORATORIUM ASTRONOMI JURUSAN FISIKA FMIPA UM PADA BULAN AGUSTUS OKTOBER 2012 Volvacea, Volvariella Universitas Negeri Malang Email: volvacea14@gmail.com ABSTRAK: Bintik matahari adalah bagian dari permukaan matahari yang dipengaruhi aktivitas magnetis hebat yang mengakibatkan terhambatnya konveksi membentuk daerah yang bersuhu lebih dingin. Bintik Matahari (sunspot) merupakan fenomena yang paling mudah diamati dan telah lama mendapatkan perhatian dari para ahli astrofisika. Berdasarkan hasil pengamatan para ahli fisika Matahari disimpulkan bahwa sunspot dapat berubah-ubah dan dapat tumbuh, baik dalam jumlah, letak maupun besarnya. Selama perkembangannya dari bentuk tunggal menjadi grup, sunspot akan mengalami perubahan luas dan medan magnet dari polaritas sederhana menjadi kompleks. Inti yang medan magnetnya bertambah kuat akan berkembang menjadi grup bintik Matahari. Grup bintik Matahari menurut kondisi perkembangannya diklasifikasikan ke dalam 9 klasifikasi Zurich, yaitu kelas A, B, C, D, E, F, G, H dan J. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas Matahari dan pola evolusi sunspot pada bulan Agustus Oktober 2012 serta membandingkan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu memaparkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Astronomi Fisika UM dengan menggunakan teleskop. Hasil penelitian tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil pengamatan dari Kanzelhöhe Solar Observatory (KSO) untuk mengetahui nilai faktor koreksi (k). Nilai faktor koreksi di Laboratorium Astronomi Fisika FMIPA UM adalah sebesar 1,077. Faktor koreksi ini kemudian digunakan untuk menghitung aktivitas sunspot tiap harinya dengan menggunakan persamaan R=k(10g f), dimana g adalah jumlah grup sunspot dan f adalah jumlah bintik. Hasilnya, aktivitas Matahari pada bulan Agustus Oktober 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil penelitian sunspot pada bulan Mei Juli 2012. Kata Kunci: Sunspot, Klasifikasi Sunspot, Metode Zurich. Matahari adalah bintang yang paling dekat dengan bumi. Bintang merupakan reaktor nuklir raksasa yang membangkitkan energi di dalam intinya (Wahyudin, 2006). Aktivitas Matahari yang dapat diamati dari Bumi adalah aktivitas yang terjadi pada lapisan fotosfer, kromosfer dan korona Matahari. Bintik Matahari (sunspot) merupakan fenomena yang paling mudah diamati dan telah lama mendapatkan perhatian dari para ahli astrofisika (Kaufmann, 1978:137 dalam Wahyu, 2012). Berdasarkan hasil pengamatan para ahli fisika Matahari disimpulkan bahwa sunspot dapat berubah-ubah dan dapat tumbuh, baik dalam jumlah, letak maupun besarnya (Susanto, 1979). Bintik matahari adalah bagian dari permukaan matahari yang dipengaruhi aktivitas magnetis hebat yang mengakibatkan terhambatnya konveksi membentuk daerah yang bersuhu lebih dingin. Bintik matahari tampak seperti lubang-lubang hitam pada piringan matahari. Noda-noda tersebut bersuhu 1000 C lebih rendah dari permukaan matahari lainnya dan muncul setiap sebelas tahun. Bintik matahari tersebut melepaskan energi listrik dan mengirimkan pancaran-pancaran 1

elektron bermuatan negatif yang dilontarkan ke ruang angkasa (Wahyudin, 2006). Meskipun bersuhu sekitar 4000-5000 K, perbedaan dengan materi sekelilingnya yang berkisar sekitar 5800 K mengakibatkan daerah ini tampak secara jelas sebagai noda-noda hitam karena intensitas sebuah yang dipanasi adalah sama dengan T (temperatur) berpangkat empat. Jika sebuah bintik Matahari diisolir dari fotosfer sekelilingnya ia akan tampak lebih cemerlang dari loncatan bunga api listrik. Selama perkembangannya dari bentuk tunggal menjadi grup, sunspot akan mengalami perubahan luas dan medan magnet dari polaritas sederhana menjadi kompleks. Inti yang medan magnetnya bertambah kuat akan berkembang menjadi grup bintik Matahari. Grup bintik Matahari menurut kondisi perkembangannya diklasifikasikan ke dalam 9 klasifikasi Zurich, yaitu kelas A, B, C, D, E, F, G, H dan J (Jasman dan Suratno, 2000:31-32 dalam Wahyu, 2012). Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sunspot harian yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Astronomi Fisika UM selama bulan Agustus Oktober 2012. Berdasarkan data harian yang nantinya telah diperoleh, peneliti dapat mengklasifikasikan sunspot menggunakan metode Zurich. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Astronomi Fisika UM pada bulan Agustus Oktober 2012 dengan letak geografis 07 0 57 39 LS dan 112 0 37 9,2 BT, dengan ketinggian 465 meter, lokal plus minus: 12 meter, dengan pengamatan langit sebelah selatan. Hasil Penelitian 1. Menentukan Nilai Faktor Koreksi Faktor koreksi Laboratorium Astronomi Fisika UM ditentukan dengan membandingkan hasil observasi sunspot di Laboratorium Astronomi Fisika UM dengan Kanzelhöhe Solar Observatory (KSO) yang berada di Universitas Karl Franzen, Graz, Austria. Dari 52 data hasil penelitian yang didapatkan, diambil 49 data dengan tanggal yang sama dengan KSO. 2

3 KSO Faktor Koreksi Laboratorium Fisika UM dengan KSO 200 150 100 50 0 y = 1.077x R² = 0.928 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Laboratorium Fisika UM Gambar 1. Perbandingan Nilai (10g + f ) di Laboratorium Astronomi Fisika UM dengan Kanzelhöhe Solar Observatory (KSO) Perbandingkan nilai 10g+f di Laboratorium Astronomi Fisika UM dengan Kanzelhöhe Solar Observatory (KSO) digunakan sebagai nilai k (faktor koreksi) dan didapatkan nilainya sebesar 1,077. 2. Aktivitas Sunspot Bulan Agustus Oktober 2012 di Laboratorium Astronomi Fisika UM Data sunspot yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan lagi untuk mengetahui perkembangan dari sunspot tersebut. Setiap kelompok dipisahkan berdasarkan letak lintang utara dan lintang selatan, kemudian dihitung berapa jumlah bintik Mataharinya. Aktivitas sunspot dapat diketahui dari persamaan R = k (10g+f), di mana k adalah faktor koreksi yang didapat dari gradien kemiringan grafik 4.1, g adalah banyaknya grup dalam suatu pengamatan sunspot, dan f adalah banyaknya bintik Matahari yang terdapat dalam suatu pengamatan. Jumlah Sunspot 80 60 40 20 0 Perubahan Jumlah Sunspot per Hari pada Bulan Agustus - Oktober 2012 54 51 59 6669 57 60 59 53 52 45 41 41 2726 31 28 24 19 891920 27 2325 2121 9 121415 23 31 3233 353736 14 1719 26 11214 1413 7 00/01/00 10/01/00 20/01/00 30/01/00 09/02/00 19/02/00 29/02/00 Tanggal Pengamatan Gambar 2. Perubahan Jumlah Sunspot per Hari pada Bulan Agustus Oktober 2012

Dari tabel pengamatan tersebut, maka dapat diamati bahwa aktivitas Matahari terbesar terjadi pada minggu ke-i bulan Agustus 2012, yang menunjukkan bilangan aktivitas Matahari sebesar 159. Sedangkan aktivitas Matahari terendah terjadi pada minggu ke-iii bulan Agustus 2012, yang menunjukkan bilangan aktivitas Matahari sebesar 45. Data tersebut dapat digrafikkan seperti gambar berikut. 4 Aktivitas Matahari per Minggu pada bulan Agustus - Oktober 2012 Nilai Akitivitas Sunspot 150 100 50 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Data Pengamatan Sunspot per Minggu Gambar 3. Aktivitas Matahari per Minggu pada Bulan Agustus Oktober 2012 3. Klasifikasi Sunspot Bulan Agustus Oktober 2012 di Laboratorium Astronomi Fisika UM Data yang telah dikelompokkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Zurich. Yang diamati berdasarkan metode Zurich adalah tipe magnetik sunspot, bipolar atau unipolar. Selanjutnya sunspot tersebut berpenumbra atau tidak, Jika sunspot tersebut berpenumbra, letak penumbra di precedding, following atau di precedding dan following. Di antara precedding dan following terdapat spot spot atau tidak. Terakhir diukur derajat panjang grup menggunakan stoney hurst. Pengelompokkan data dilakukan untuk mengetahui proses evolusi dari sunspot tersebut. Berikut adalah data hasil pengelompokkan kelas sunspot pada bulan Agustus Oktober 2012 berdasarkan metode Zurich. Tabel 1. Intensitas kemunculan kelas sunspot pada bulan Agustus Oktober 2012 No Kelas sunspot Intensitas kemunculan Jumlah Sunspot 1. A 47 kali 57 spot 2. B 22 kali 87 spot 3. C 74 kali 428 spot 4. D 56 kali 401 spot 5. E 20 kali 347 spot 6. F - - 7. G 5 kali 24 spot 8. H 18 kali 26 spot 9. J 70 kali 90 spot

Pembahasan Gambar 1 menyatakan hubungan nilai 10g+f di Laboratorium Astronomi Fisika UM dengan KSO. Kemiringan dari grafik sebesar 1,077 menyatakan faktor koreksi (k) Laboratorium Astronomi Fisika UM terhadap KSO. Tampak bahwa faktor koreksi tersebut mendekati 1, yang berarti jumlah sunspot dan grup sunspot yang diperoleh di UM hampir sama dengan jumlah sunspot yang diperoleh di KSO. Perbedaan jumlah sunspot dan grup sunspot tersebut dikarenakan faktor pengamat dan instrumen teleskop yang digunakan. Selain itu, mungkin karena letak geografis antara Laboratorium Astronomi Fisika UM dengan KSO yang berbeda dan waktu (jam) pengamatannya yang tidak sama, sehingga pada saat pengamatan sunspot di Laboratorium Astronomi Fisika UM ada yang sudah kelihatan sedangkan di KSO belum kelihatan begitu juga sebaliknya. Nilai faktor koreksi tersebut kemudian digunakan untuk menentukan bilangan sunspot di Laboratorium Fisika UM. Bilangan sunspot didapatkan untuk mengetahui besarnya aktivitas matahari. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas matahari berubah-ubah ketika peneliti melakukan pengamatan pada bulan Agustus Oktober 2012. Aktivitas Matahari tertinggi pada minggu ke-i bulan Agustus 2012. Sedangkan aktivitas Matahari terendah terjadi pada minggu ke-iii bulan Agustus 2012. Nilai aktivitas Matahari rata-rata per bulan yang tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2012. Sedangkan aktivitas Matahari terendah terjadi pada bulan Oktober 2012. Kesimpulan 1. Aktivitas sunspot yang terjadi pada bulan Agustus 2012 sebesar 105,165. Sedangkan aktivitas sunspot pada bulan September 2012 sebesar 103,814, dan aktivitas sunspot pada bulan Oktober 2012 sebesar 84,216. Aktivitas matahari yang diamati pada bulan Agustus Oktober 2012 mengalami penurunan tiap bulannya. 2. Pola klasifikasi sunspot di permukaan Matahari berdasarkan klasifikasi Zurich yang diperoleh di Laboratorium Astronomi Fisika UM pada bulan Agustus Oktober 2012 adalah berkembang dari kelas A-B-C-D-E-G-H-J. Saran Dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu peneliti menyarankan agar penelitian terhadap jumlah dan klasifikasi sunspot tiap bulannya harus terus dilakukan, mengingat perubahan yang terus meningkat pada tahun 2012 dan diprediksi puncak aktivitas Matahari berada pada tahun 2013. Daftar Rujukan Fanani, Khoiron. 2011. Pengamatan Pola Perubahan Jumlah dan Klasifikasi Sunspot yang Terjadi pada Bulan April-Juni 2011 di Spm Lapan Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia.. Skripsi Tidak di terbitkan: Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Hosenainy, Desy. 2012. Pola Perubahan Jumlah dan Klasifikasi Sunspot Diamati dari Laboratorium Astronomi Fisika UM Malang pada BulanFebruari - 5

6 April 2012. Skripsi Tidak diterbitkan: Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Kerrod, Robbin.1999. Get a Grip on Astronomy. England: The Ivy Press Limited. Meilisa, Dewi. 2012. Analisis Data Observasi dan Pengklasifikasian Bintik Matahari (Sunspot) dengan Menggunakan Klasifikasi Zurich dan McIntosh pada Bulan Februari-April 2011. Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Patrick S. McIntosh. 1990. The Classification of Sunspot Groups. NASA Astrophysics Data System, 125: 251-267 Wahyu, Linna Listia Dwi. 2012. Perubahan Jumlah dan Klasifikasi Sunspot Metode Zurich Diamati dari Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika FMIPA UM pada Bulan Mei Juli 2012. Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Wahyudin. 2006. Science, Environment, Technology & Society: Bumi dan Ruang Antariksa. Jakarta: Armandelta.