ANALISA SISTEM PERAWATAN KOMPONEN BEARING BOTTOM ROLLER DAN V BELT MESIN RING FRAME RY-5 PADA DEPARTEMEN SPINNING II A (DI PT DANLIRIS SURAKARTA)

dokumen-dokumen yang mirip
MINIMASI BIAYA PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE POLICY

ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN PENDEKATAN MODEL SQC (STATISTICAL QUALITY CONTROL) (APLIKASI MODEL PADA PERUSAHAAN FURNITURE)

ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN DAN PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG ROLL KARET YANG OPTIMAL DI PT. MASSCOM GRAPHY SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi

Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang

Analisis Repair Policy dan Preventive Maintenance pada Mesin KDS 800 PT. Phapros

Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus

PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL

Mustofa Muthi Said Susilo. *), Hery Suliantoro

Afina Fauziyyah 1, Sriyanto 2

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN

ANALISIS EFISIENSI SIKLUS COMBINE CYCLE POWER PLANT (CCPP) GAS TURBINE GENERATOR TERHADAP BEBAN OPERASI PT KRAKATAU DAYA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. produk, kehandalan dan kelancaran suatu proses serta biaya. Hal ini memicu para

Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan

*

BAB I PENDAHULUAN. (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. intermediate dari industri tekstil dituntut untuk meningkatkan kualitas

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi, yang terdiri dari material, mesin,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menggunakan P-Chart dan Diagram Ishikawa pada PT. Ungaran Multi. Engineering, Ungaran". Penelitian tersebut dilakukan di PT.

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk.

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN MESIN CONTINOUS SHIP UNLOADER 1 PT PETROKIMIA GRESIK

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PREVENTIVE MAINTENANCE

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

cukup lama berkembang di Indonesia Industri tersebut mulai berkembang dengan

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

di CV. NEC, Surabaya

EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan Pelaihari )

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT.

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfomansinya agar dapat unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia akan berdampak pada semakin

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

ANALISA REWORK PADA KEGIATAN KONSTRUKSI PROYEK LOW RISE BUILDING DI PAKUWON CITY, SURABAYA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Manajemen Montir dalam Perbaikan Mesin berdasarkan Simulasi Discrete-Event (Studi Kasus: PT. ISTW Semarang)

BAB II BAHAN RUJUKAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. menggunakan model waterfall. Pada model waterfall terdapat tahapan analisis

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan alat pengukur kemiringan kendaraan terhadap media yang

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X

OPTIMALISASI SISTEM PERAWATAN POMPA SENTRIFUGAL DI UNIT UTILITY PT.ABC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. anggota dihargai sebesar Rp1,00 per yard. Adapun simpanan anggota-anggota. dimulai dengan kemampuan kapasitas :

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Modul MM (Material Management)

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

Mempelajari Manajemen Pemeliharaan Mesin Filling Betadine Pada PT Mahakam Beta Farma. Disusun Oleh : Fazri Akbar ( )

Perencanaan Produksi Yarn Divisi Spinning 2 PT ABC

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI

Sistem Manajemen Maintenance

Anggaran Berbasis Kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci: CNC Waldrich Siegen, preventif maintenance, repair policy

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Kerja praktik yang kami laksanakan di PT. Indoberka Investama pada

SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN

permintaan. Sedangkan untuk faktor - faktor lain dianggap tetap (tidak diteliti). Penelitian

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PT. SOELYSTYOWATY KUSUMA TEXTILE SRAGEN

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISA SISTEM PERAWATAN KOMPONEN BEARING BOTTOM ROLLER DAN V BELT MESIN RING FRAME RY-5 PADA DEPARTEMEN SPINNING II A (DI PT DANLIRIS SURAKARTA) Darmint Pujtm, Rama Kartha S Prgram Studi Teknik Industri Universitas Dipnegr Jl. Prf. Sudhart, SH., Kampus UNDIP Tembalang, Semarang Telp/Fax. +62-24-7460052 Abstrak PT Danliris Surakarta merupakan perusahaan textil dengan salah satu prduk yang dihasilkan adalah benang, yang diprduksi melalui mesin-mesin Blwing, Carding, Drawing, Lap Frm, Cmbing, Flyer, Ring Spinning dan Winder. Makalah ini mendeskripsikan pemilihan kebijakan repair dan preventive maintenance untuk mesin Ring Spinning (Ring Frame RY-5) pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt, dimana pada kmpnen ini frekuensi kerusakan tinggi. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kebijakan repair dan preventive maintenance yang telah diterapkan kurang terrganisir, sehingga teknisi dan peratr mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan perawatan mesin. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu penelitian untuk memilih kebijakan repair dan preventive maintenance plicy yang efektif dan efisien dengan mempertimbangkan faktr biaya, frekuensi breakdwn dan waktu dwn time. Tahapan yang digunakan dalam penyelesaian masalah dengan menentukan distribusi frekuensi breakdwn, menghitung biaya kebijakan perawatan, memilih alternatif kebijakan berdasarkan besarnya biaya perawatan untuk mesin Ring Spinning (Ring Frame RY-5) pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt. Dari hasil penglahan dan analisa data, diperleh alternatif kebijakan repair dan preventive maintenance sebagai alternatif yang dapat menurunkan biaya perawatan dan frekuensi breakdwn. Kata Kunci : PT Danliris, preventive maintenance plicy, repair plicy, breakdwn. I. PENDAHULUAN PT. Danliris berdiri tanggal 25 April 1974 bergerak dalarn bidang : pemintalan, pertenunan, perajutan, pencelupan, finishing dan perdagangan. Salah satu bagian prduksi PT Danliris, adalah Spinning II A yang berfungsi sebagai prses pemintalan untuk memprduksi benang. Prses pemintalan pada bagian ini menghasilkan 2 (dua) jenis benang, yaitu Cttn dan benang campuran Plyester- Cttn. Dalam prses prduksi untuk mengubah bahan baku berupa serat Cttn dan Plyester menjadi benang digunakan berbagai macam mesin yang mempunyai fungsi yang berbeda. Mesin-mesin tersebut diantaranya mesin Blwing, Carding, Drawing, Lap Frm, Cmbing, Flyer, Ring Spinning dan Winder. Dalam prses prduksi ini prses yang sangat mempengaruhi kualitas akhir benang adalah pada mesin Ring Spinning. Mesin Ring Spinning yang digunakan berjumlah 126 unit. Dengan jumlah mesin yang cukup banyak tentu saja perawatan mesin menjadi priritas tersendiri yang harus diperhatikan. Jika terjadi kerusakan tentu saja mempengaruhi perusahan dalam kegiatan prduksi. Dalam rangka mempertahankan mutu dan meningkatkan prduktivitas, salah satu faktr penting yang harus diperhatikan adalah masalah perawatan mesin (maintenance) dan fasilitas prduksi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pihak yang menangani masalah perawatan harus mampu menemukan sistem perawatan yang paling baik untuk dapat meminimasi jumlah breakdwn mesin dan biaya perbaikan atau perawatan mesin yang dikeluarkan. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 40

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka lebih lanjut penelitian ini bertujuan, antara lain : untuk (1) Memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi breakdwn dari mesin Ring Frame RY-5 pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt pada kurun waktu Januari Agustus, (2) Memberikan usulan dalam rangka pemilihan mdel kebijakan perawatan dari dua alternatif II. Tinjauan Pustaka a. Variabel Keputusan Sistem Perawatan Ada empat variabel keputusan dalam kebijakan sistem perawatan, yaitu: 1. Apa yang harus dirawat? Suatu sistem prduksi biasanya terdiri dari banyak kmpnen dalam bentuk fasilitas kerja, prses prduksi dan sistem manusia-mesin. Untuk tujuan dilakukannya perawatan, maka kmpnen sistem prduksi dapat dikelmpkkan dengan menggunakan analisis ABC, yang berdasarkan pada reliability secara keseluruhan dan akibatnya pada biaya perasi ttal. 2. Bagaimana perawatan tersebut dilaksanakan? Setelah ditentukannya kmpnen yang akan di maintenance, maka perlu juga untuk menentukan bagaimana perawatan tersebut dilakukan. Dalam menentukannya perlu diperhatikan alternatif yang dapat dilakukan untuk merawat kmpnen agar kndisi perasinya memuaskan dan juga dengan biaya yang minimum. 3. Oleh siapa perawatan tersebut dilaksanakan? Tergantung dari teknlgi prses prduksi yang digunakan dan permintaan dari pelayanan maintenance, prgram maintenance dapat dilakukan leh pihak internal maupun external perusahaan/ rganisasi. Untuk sistem prduksi dengan teknlgi yang sederhana, sebaiknya dilakukan perawatan leh pihak internal perusahaan saja. Pertimbangan yang utama dalam menentukan pihak mana yang akan melakukan perawatan adalah tentunya yang membutuhkan biaya yang terendah. 4. Dimana perawatan dilaksanakan? Kegiatan perawatan yang dilakukan sebaiknya ditentukan tempatnya, apakah akan dilakukan secara sentralisasi ataupun mdel kebijakan, yaitu repair maintenance plicy dan preventif maintenance plicy, dan (3) Memberikan usulan dalam rangka penentuan peride waktu perawatan yang paling eknmis, apabila kebijakan terpilih adalah preventive maintenance plicy. desentralisasi. Keputusan tersebut tergantung dari banyaknya permintaan perawatan, kemampuan peratr perawatan yang dibutuhkan, tingkat keparahan breakdwn, jarak supplier spare parts, dll. b. Input, Output dan Pembatas Sistem Perawatan Dalam menentukan jadwal yang ptimal dalam pelaksanaan maintenance, dibutuhkan infrmasi mengenai : 1. Data tentang peralatan itu sendiri mengenai perating time dan repair yang dilakukan. 2. Biaya untuk spare parts dan jumlah kru yang dibutuhkan. 3. Akibat dari dwntime terhadap kerugian prduksi. Output dari sistem perawatan adalah sebagai berikut: 1. Jadwal dari kebijakan yang telah dipilih 2. Lapran Semua altenatif yang ada memiliki beberapa cnstraint, yaitu 1. Desain dari sistem prduksi yang ada, hal ini merupakan cnstraint bagi pertanyaan apa, siapa, dimana, bagaimana. 2. Aggregate planning dan capital budgeting, memberikan batasan bagi pertanyaan bagainama. Hal ini berhubungan dengan persediaan spare parts dan jumlah kru. c. Pemilihan Kebijakan Sistem Perawatan Dalam memilih antara Kebijakan Repair dan Kebijakan Preventive Maintenance, dapat dilakukan perhitungan dengan J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 41

menggunakan metde-metde yang telah ada dengan tujuan untuk mencari Biaya Ttal Maintenance (Ttal Maintenance Cst, TMC) yang terendah. Metde tersebut antara lain: Metde Repair Plicy (Kebijakan Repair) Metde kebijakan repair (repair plicy) dapat dicari dengan menggunakan rumus di bawah ini. TMC (repair plicy) = TCr TCr = B x Cr N B = Tb Tb = n piti 1 dimana: TCr = expected cst f repair (biaya perbaikan yang diperkirakan) per minggu B = Jumlah rata-rata breakdwn / minggu untuk N mesin Cr = Biaya perbaikan Tb = Rata rata run time per mesin sebelum rusak N = Jumlah mesin Metde Preventive Maintenance Plicy (Kebijakan Preventive Maintenance) Metde kebijakan preventive maintenance dapat dicari dengan menggunakan rumus di bawah ini TMC (n) = TCr (n) + TCM (n) dimana : TMC (n) = biaya ttal perawatan per peride TCr(n) = biaya repair per peride TCm(n) = biaya preventive maintenance per peride n = jumlah peride Langkah langkah yang digunakan dalam menentukan kebijakan preventive maintenance antara lain: 1. Hitung jumlah breakdwn kumulatif yang diharapkan dari kerusakan (Bn) untuk semua mesin selama peride preventive maintenance (n). 2. Tentukan jumlah rata-rata breakdwns per minggu (B) dengan memnentukan perbandingan jumlah breakdwn kumulatif (Bn) dengan peride preventive maintenance (n). 3. Perkiraan biaya repair per peride Bn TCr (n) = Cr n 4. Perkiraan biaya preventive maintenance per peride N. Cm TCm (n) = n 5. Biaya ttal perawatan TMC (n) = TCr (n) + TCm (n) III. TINJAUAN SISTEM a. Tinjauan Umum PT. Danliris berdiri tanggal 25 April 1974 bergerak dalarn bidang : Pemintalan, Pertenunan, Perajutan, Pencelupan, Finishing dan Perdagangan. PT Danliris pada awalnya didirikan sebagai pemask bahan baku untuk PT Batik Keris yang bergerak dibidang pertekstilan. Sekarang, PT Danliris selain memask bahan baku untuk PT Batik Keris juga menjual sendiri prduknya keperusahaaan lain, baik berupa benang hasil prduksi departemen Spinning (pemintalan), kain gray (1/2 masak) hasil prduksi departemen Weaving (tenun), kain jadi hasil prduksi departemen Finishing dan Printing, maupun baju jadi hasil dari departemen Knveksi/ Garmen. Hasil prduksi PT Danliris saat ini hampir sebagian besar untuk keperluan ekspr yaitu mencapai 60-80%. Pemintalan adalah prses penglahan bahan baku serat menjadi benang melalui prses pembukaan serat, pembersihan serat, penguraian serat, pemisahan serat pendek dan serat panjang, drafting (peregangan), pensejajaran serat serta pemberian twist (puntiran) pada benang, sehingga menghasilkan benang yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menghasilkan benang yang berkualitas ini serat-serat mengalami beberapa tahap perlakuan pada beberapa mesin prses prduksi, yaitu: Prses prduksi di mesin Blwing J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 42

Prses prduksi di mesin Carding Prses prduksi di mesin Cmbing (khusus untuk benang halus) Prses prduksi di mesin Drawing I, II, dan III Prses prduksi di mesin Lap Frmer Prses prduksi di mesin Flyer Prses prduksi di mesin Ring Spinning Prses prduksi di mesin Cne Winder Prses Packing Untuk memperlancar prses diatas, mesin-mesin pemintalan telah diusahakan dengan sistem tmatisasi dengan tujuan untuk meningkatkan prduksi. Tujuan dasar dari prses pemintalan adalah mengahasilkan benang dengan kualitas baik sesuai dengan standard yang telah ditentukan. Untuk menghasilkan kualitas benang yang yang mempengaruhi, antara lain : a. bahan baku b. kndisi mesin pemintalan c. kndisi lingkungan d. karyawan e. metde kerja standard ada beberapa faktr b. Tinjauan Sistem Spesifik Mesin Ring Spinning Merupakan mesin utama yang memprduksi benang dimana prduk yang dihasilkan sudah berupa benang dengan nmr (berat persatuan panjang) tertentu. Pada mesin ini terjadi prses: - Peregangan (drafting) yang sangat tinggi. - Pemberian puntiran (twisting) - Penggulungan pada Cps Departemen Maintenance Maintenance di PT Danliris, khususnya Departemen Spinning II A dibagi dalam 2 bagian, yaitu maintenace mesin, dan maintenance kelistrikan. Untuk maintenance mesin tugasnya melakukan maintenance untuk hal-hal teknis mengnai mesin. Sedangkan pada maintenance kelistrikan tugasnya melakukan maintenance electricity pada mesin. Maintenance mesin dilakukan dalam 3 tahap, yaitu perawatan harian, mingguan dan perawatan bulanan. Untuk pelaksanaan perawatan harian/daily preventive maintenance terhadap mesin-mesin yang ada di lantai prduksi dilakukan secara langsung leh peratr masing-masing mesin. Terutama untuk pelumasan serta pengecekan bagian yang terpenting pada mesin. Sedangkan perawatan mesin secara mingguan dan bulanan dilakukan leh petugas khusus bagian maintenance. Untuk mnthly preventive maintenance dilakukan beberapa bulan sekali tergantung jenis mesinnya. Pada sistem preventive ini dilakukan pengecekan bagian-bagian mesin, cleaning dan identifikasi kerusakan yang ada serta dilakukan pengisian li. IV. PEMBAHASAN a. Penglahan Data Kmpnen/mesin yang diamati atau diteliti dalam kerja praktek ini adalah bearing bttm rller dan V Belt pada mesin Ring Frame RY-5. Jumlah mesin yang diamati pada PT Danliris Surakarta berjumlah 126 unit. Pada masingmasing mesin tersebut terdapat 1 bearing bttm rller dan 1 V Belt. Dimana kmpnen (sparepart) tersebut merupakan kmpnen yang paling sering rusak dibanding kmpnen lain. Setiap hari mesin berperasi 24 jam. Tabel 1. Breakdwn kmpnen bearing bttm rller Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Lama Perbaikan 1 Januari 2 24 jam 2 Februari 4 70,5 jam 3 Maret 1 2,5 jam 4 Apr-06 5 3,5 jam J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 43

5 Mei 0 0 jam 6 Juni 0 0 jam 7 Juli 1 3,5 jam Tabel 2 Breakdwn kmpnen V Belt Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Lama Perbaikan 1 Januari 2 1 jam 2 Februari 5 4 jam 3 Maret 1 2 jam 4 Apr-06 1 1,5 jam 5 Mei 1 1 jam 6 Juni 0 0 7 Juli 0 0 Berikut adalah data sparepart yang digunakan: Tabel 3 Biaya sparepart untuk kmpnen bearing bttm rller dan V Belt Jenis Sparepart Harga Jumlah Bearing bttm rller 500,000 1 V Belt 50.000 1 Distribusi Frekuensi Breakdwn Nilai prbabilitas breakdwn mesin diperleh dengan membandingkan antara jumlah cacat peride t dengan jumlah seluruh breakdwn. Tabel 4 dan 5 menampilkan nilai prbabilitas kerusakan untuk kmpnen bearing bttm rller dan V Belt. Tabel 4 Distribusi frekuensi breakdwn kmpnen bearing bttm rller Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Prbabilitas 1 Januari 2 0.15 2 Februari 4 0.31 3 Maret 1 0.08 4 Apr-06 5 0.38 5 Mei 0 0.00 6 Juni 0 0.00 7 Juli 1 0.08 Tabel 5 Distribusi frekuensi breakdwn kmpnen V Belt Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Prbabilitas 1 Januari 2 0.20 2 Februari 5 0.50 3 Maret 1 0.10 4 Apr-06 1 0.10 5 Mei 1 0.10 6 Juni 0 0.00 7 Juli 0 0.00 Biaya Repair (Cr) Biaya perbaikan atau repair cst (Cr) diperleh dari biaya tenaga kerja ditambah biaya kmpnen, seperti persamaan dibawah ini. Cr Biaya TK Waktu Kerja Jumlah (Biaya Kmpnen) Biaya repair yang diperleh untuk kmpnen bearing bttm rller sebesar Rp 723.000,- /breakdwn dan untuk V Belt sebesar Rp 65.200,00 /breakdwn Biaya Perawatan Preventif (Cm) Biaya perawatan preventif (Cm) adalah biaya yang dikeluarkan setiap perawatan rutin mesin, meliputi biaya tenaga kerja dan biaya perawatan. TK J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 44

Sehingga biaya perawatan preventif untuk kmpnen bearing bttm rller sebesar Rp 627.000/Mesin dan untuk V Belt sebesar Rp 62.000/Mesin. Biaya Repair yang diperkirakan (TMC(r)) Biaya yang timbul dalam kebijakan repair (repair plicy) ini adalah biaya repair dan biaya dwntime, dimana persamaan matematisnya dapat dilihat dibawah ini. TMC(r) TCr TCd Oleh karena dalam penentuan biaya prduksi sebuah prduk memerlukan prses bahwa cst f dwntime dapat diabaikan (TCd = 0). Sehingga biaya repair untuk kmpnen bearing bttm rller sebesar Rp 35.887.090,- per bulan dan untuk V Belt sebesar Rp 3.423.000,- per bulan. Biaya Preventive Maintenance Plicy yang Diperkirakan Biaya preventive maintenance plicy yang diperkirakan terdiri dari biaya perbaikan (TCr(n)) dan biaya perawatan (TCm(r)). Hasil Perhitungan lengkapnya disajikan pada Tabel 6 dan 7, yang cukup panjang, maka dapat diasumsikan Tabel 6 Biaya preventive maintenance plicy yang diperkirakan untuk kmpnen bearing bttm rller N n Bn B TCr(n) TCm(n) TCd(n) TMC Bearing bttm rller/n(bulan) Bearing bttm rller/bulan (Rp/bulan) (Rp/ bulan) (Rp/ bulan) (Rp/bulan) 1 1 9.692 9.692 7007538 79002000 0 86009538 2 2 20.130 10.065 7277059 39501000 0 46778059 3 3 30.597 10.199 7373810 26334000 0 33707810 4 4 53.109 13.277 9599482 19750500 0 29349982 5 5 67.632 13.526 9779639 15800400 0 25580039 6 6 73.638 12.273 8873350 13167000 0 22040350 7 7 98.746 14.107 10199090 11286000 0 21485090 Tabel 7 Biaya preventive maintenance plicy yang diperkirakan untuk kmpnen V Belt RY-5 N n Bn B TCr(n) TCm(n) TCd(n) TMC V Belt / n(bulan) V Belt/ bulan (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) 1 1 25.200 25.200 1643040 7812000 0 9455040 2 2 93.240 46.620 3039624 3906000 0 6945624 3 3 122.724 40.908 2667202 2604000 0 5271202 4 4 187.085 46.771 3049482 1953000 0 5002482 5 5 236.623 47.325 3085563 1562400 0 4647963 6 6 290.983 48.497 3162020 1302000 0 4464020 7 7 342.813 48.973 3193059 1116000 0 4309059 b. Analisa Analisa yang dilakukan terhadap hasil pengamatan sistem perawatan pada lapran kerja praktek ini mencakup analisa kmpnen, analisa distribusi frekuensi breakdwn, dan analisa jenis kebijakan serta jadwal perawatan. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 45

Januari Februari Maret Apr-06 Mei Juni Juli Januari Februari Maret Apr-06 Mei Juni Juli Analisa Kmpnen Bearing bttm rller dan V belt merupakan kmpnen dalam mesin Ring Frame yang dapat dikategrikan sebagai kmpnen kritis. Sehingga bila terjadi kerusakan pada kmpnen ini maka akan langsung diadakan perbaikan atau penggantian kmpnen baru. Perbaikan untuk kmpnen ini bisa dilakukan leh staf maintenance Ring Frame. Penggantian dilakukan langsung pada mesin, yaitu dengan melepas bearing bttm rller dan V Belt yang rusak dari mesin kemudian menggantinya dengan yang baru. Karena bearing bttm rller dan V Belt merupakan kmpnen kritis maka penggantian kmpnen dilakukan langsung pada saat terjadi kerusakan. Distribusi Frekuensi Breakdwn Grafik prbabilitas breakdwn kmpnen Bearing bttm rller dan V belt yang disajikan pada Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan bahwa tipe distribusi frekuensi breakdwn pada kmpnen Bearing bttm rller dan V belt mengikuti distribusi frekuensi breakdwn pada case 2, yaitu waktu breakdwnnya sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu mesin tersebut harus diberikan perawatan dan perlakuan yang baik agar kerusakan satu kmpnen tidak mempengaruhi kmpnen lain, sehingga run time mesin menjadi lebih lama dan prduktivitas mesin tidak terganggu Breakdwn Bearing Mesin Ring Frame 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 1 2 3 4 5 6 7 Prbabilitas Gambar 1 Grafik distribusi Frekuensi Breakdwn Bearing bttm rller 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Breakdwn Belt Mesin Ring Frame 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 2 Grafik distribusi Frekuensi Breakdwn V Belt Analisa Jadwal Repair Plicy dibandingkan dengan Preventive Maintenance Plicy Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada tabel 8 untuk kmpnen bearing bttm rller, diperleh kesimpulan bahwa kebijakan preventive maintenance lebih murah dibandingkan kebijakan repair nly. Biaya perawatan untuk kebijakan repair nly mencapai Rp 35.887.090,91/bln. Perawatan dilakukan setiap 7 bulan. Sedangkan untuk kebijakan preventive maintenance membutuhkan biaya Rp 21.485.090,00/bln atau hanya 67,03% dari biaya perbaikan menggunakan repair plicy. Sehingga kebijakan yang diambil adalah kebijakan dengan ttal biaya terkecil yaitu preventive maintenance. Kebijakan perusahaan selama ini untuk kmpnen bearing bttm rller adalah preventive maintenance yaitu perawatan secara rutin. Sehingga kebijakan perusahaan selama ini sudah sesuai dengan hasil analisa. Dari hasil perhitungan untuk kmpnen V Belt, diperleh kesimpulan bahwa kebijakan repair nly lebih murah dibandingkan kebijakan preventive maintenance. Biaya perawatan untuk kebijakan preventive maintenance mencapai Rp 4.309.056,00/bulan. Perawatan dilakukan setiap 7 bulan. Sedangkan untuk kebijakan repair nly membutuhkan biaya Rp 3.423.000,- /bln atau minus 20,56% dari biaya awal yang Prbabilitas J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 46

menggunakan preventive maintenance. Sehingga kebijakan yang diambil adalah kebijakan dengan ttal biaya terkecil yaitu repair nly. Kebijakan perusahaan selama ini untuk kmpnen V Belt adalah mengadakan preventive maintenance 3 bulan sekali yaitu langsung mengadakan inspeksi, service, atau mengganti kmpnen baru ketika kmpnen yang rusak mengalami kerusakan selama 3 bulan sekali. Namun dari hasil perhitungan, kebijakan ini membutuhkan biaya lebih banyak dibandingkan dengan kebijakan repair nly. Sehingga perusahaan perlu untuk mengganti kebijakan yang lama yaitu preventive maintenance 3 bulan sekali menjadi repair nly untuk kmpnen V Belt. Tabel 8 Implikasi Dari Pilihan Repair Plicy Dan Preventive Maintenance Plicy untuk Masing-Masing Kmpnen Repair plicy Preventive Selisih biaya maintenance plicy (%) Kmpnen Rata-rata run-time mesin (bulan) Biaya perbaikan (Rp /bln) Bulan dilaksanakan perawatan Biaya perawatan (Rp /bln) Bearing bttm rller 2,54 35.887.090,91 7 21.485.090, 00 67,03 V Belt 2,4 3.423.000,00 7 4.309.056,0 0-20,56 V. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Dari pembahasan dan analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt mesin Ring Frame mengikuti distribusi frekuensi breakdwn case 2, dimana waktu breakdwnnya sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu, harus diberikan perawatan dan perlakuan yang baik agar kerusakan satu kmpnen tidak mempengaruhi kmpnen lain, sehingga run time mesin menjadi lebih lama dan prduktivitas mesin tidak terganggu. b. Kebijakan preventive maintenance yang selama ini diterapkan leh perusahaan pada kmpnen V belt kurang efisien efisien dari pada kebijakan repair. Biaya untuk repair plicy yang dilakukan untuk V belt tersebut ternyata lebih kecil jika dibandingkan kebijakan preventive maintenance. Hal ini disebabkan karena mahalnya sparepart yang harus diganti, sehingga akan lebih murah apabila menggunakan repair plicy. Sedangkan pada kmpnen bearing bttm rller telah sesuai dengan kebijakan maintenance yang telah dilakukan perusahaan selama ini. Biaya preventive maintenance yang di lakukan lebih murah daripada biaya repair plicy. Perbandingan biaya dari kedua kebijakan perawatan dapat dilihat pada Tabel 8. c. Pada kmpnen bearing biaya maintenance yang lebih murah menggunakan preventive maintenance plicy sesuai degan kebijakan perusahaan. Tetapi pada perusahaan penggantian kmpnen dilakukan setiap 3 bulan sekali sedangkan dari hasil perhitungan yang dilakukan terlihat bahwa biaya termurah dengan melakukan perawatan 7 bulan sekali. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 47

b. Saran Untuk mengptimalkan run-time, kinerja dan prduktivitas mesin, berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat direkmendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Hendaknya melakukan pelatihan mengenai pengperasian mesin dan perawatan mesin kepada peratr dan teknisi sehingga dapat menangani gangguan mesin dengan cepat dan tepat. 2. Menjaga kebersihan lingkungan kerja, sehingga kmpnen-kmpnen mesin tidak cepat ktr yaag menyebabkan mesin lebih cepat rusak. 3. Melakukan pencatatan data histris terhadap kinerja mesin meliputi data perasi, data kerusakan, data penggantian kmpnen dan jadwal perawatan sehingga dapat dilakukan perbandingan terhadap kebijakan yang akan diterapkan. 4. Menyediakan cadangan kmpnen, sehingga bia ada kmpnen yang rusak dapat segera dilakukan perbaikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Barry, Jay. 2001. Prinsip prinsip Manajemen Operasi. Edisi 1. Jakarta : Salemba Empat. 2. Crder, Antny. 1996. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 3. Edwrd, Rakesh. 1996. Manajemen Operasi. Edisi ke-8. Jakarta : Binarupa Aksara. 4. Kstas, Dervitsitis. 1981. Operatin Management. 2 nd editin. New Yrk : Mc Graw Hill Internatinal Bk Cmpany. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei 2007 48