RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

dokumen-dokumen yang mirip
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

Kementerian Perindustrian

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

PROGRAM KERJA DITJEN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

RENCANA KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Perindustrian

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Jakarta, 10 Maret 2011

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM KERJA 2009 DAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Kementerian Perindustrian

PROGRAM KERJA TAHUN 2014 ISU STRATEGIS DAN PROGRAM PRIORITAS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, dan Salam sejahtera bagi kita semua.

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

JAKARTA, 19 SEPTEMBER

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

Transkripsi:

Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon III yang membidangi program di lingkungan Kementerian Perindustrian, Kepala Dinas Perindustrian dan Kepala Bappeda Provinsi seluruh Indonesia, menghasilkan rumusan sebagai berikut: 1. Kinerja industri nasional pada tahun 2011 cukup menggembirakan. Pertumbuhan industri pengolahan non-migas mencapai 6,83%, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri non-migas sepanjang tahun 2010 yang hanya 5,12%, dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2005. Kontribusi sektor industri pengolahan non-migas terhadap PDB mencapai 20,92%, merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Ekspor industri pengolahan non-migas pada tahun 2011 mencapai US$ 122,19 miliar, atau naik sebesar 24,66% dibandingkan tahun 2010. Ekspor industri pengolahan non-migas memberikan kontribusi sebesar 75,42% terhadap total ekspor non-migas, atau 60,01% terhadap total ekspor nasional. 2. Menghadapi dampak krisis di Amerika dan Eropa yang mulai dirasakan oleh berbagai negara termasuk Indonesia, perlu digali gagasan-gagasan, kreatifitas dan terobosan-terobosan yang mampu merumuskan kebijakan-kebijakan yang sifatnya kontekstual, cepat dan signifikan yang berdampak pada ketahanan dan peningkatan kinerja sektor industri dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. 3. Permasalahan yang dihadapi sektor industri dalam krisis tersebut terutama adalah melemahnya pasar ekspor, ketergantungan pasar dalam negeri, serta kecenderungan penurunan rencana perluasan investasi. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah pengamanan sektor industri berupa: (a) penguatan ekspor produk industri di antaranya melalui kebijakan fiskal maupun non-fiskal; (b) pengamanan pasar dalam negeri dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri; (c) pengamanan cabang-cabang industri tertentu yang rentan terhadap gejolak penurunan pasar ekspor dan persaingan tidak sehat akibat masuknya barang-barang ilegal. 1 / 5

4. Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4-7,5% per tahun selama periode 2011-2014 sebagaimana ditargetkan dalam MP3EI, serta penajaman atas Kebijakan Industri Nasional (KIN), Kementerian Perindustrian telah menyusun Akselerasi Industrialisasi 2012-2014 yang mencakup: target pertumbuhan industri, fokus pengembangan pada 3 (tiga) kelompok industri prioritas, serta langkah-langkah inisiatif stratejik yang harus diwujudkan sampai tahun 2014. Ketiga kelompok industri prioritas tersebut yaitu: (a) Kelompok Industri Berbasis Hasil Tambang; (b) Kelompok Industri Berbasis Hasil Pertanian; dan (c) Kelompok Industri Berbasis Sumber Daya Manusia dan Pasar Domestik. 5. Guna mewujudkan akselerasi industrialisasi tersebut, target pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada tahun 2012, 2013, dan 2014 sebagaimana tercantum di dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014 berturut-turut sebesar 6,75%, 7,47%, dan 8,95% dinaikkan menjadi 7,05%, 8,02%, dan 9,00%. 6. Kementerian Perindustrian telah mulai mensinergikan program prioritas tahun 2012 dengan langkah-langkah stratejik Akselerasi Industrialisasi 2012-2014. Program Prioritas Nasional Kementerian Perindustrian yang tercantum dalam RKP 2012 antara lain: 1) Revitalisasi Industri Pupuk; 2) Pengembangan Klaster Industri Berbasis Migas; 3) Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit; 4) Revitalisasi Industri Gula; dan 5) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus. Dalam rencana kerja Kementerian Perindustrian tahun 2013, setiap unit diharapkan dapat mempertajam kegiatan-kegiatan prioritas untuk mendukung pengembangan ketiga kelompok industri prioritas dalam Akselerasi Industrialisasi 2012-2014. 7. Kinerja pertumbuhan subsektor industri di bidang agro hingga tahun 2011 cukup memuaskan dan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB sektor industri non-migas. Dalam rangka mengembangkan Industri Berbasis Hasil Pertanian, Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro perlu diarahkan untuk mendorong hilirisasi industri pada komoditi unggulan tertentu seperti kelapa sawit, kakao, dan karet. Untuk itu, Pemerintah melakukan pengamanan pasokan bahan baku industri dalam negeri melalui pelarangan ekspor atau pemberlakuan bea keluar atas bahan mentah. 8. Untuk mengembangkan industri berbasis hasil tambang, perlu disiapkan kebijakan khusus pembatasan ekspor bahan baku produk logam mengingat implementasi Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara baru akan efektif pada tahun 2014 yang membuat para pengusaha melakukan ekspor bahan baku secara berlebihan. 2 / 5

9. Dalam rangka mengembangkan Industri Berbasis Sumber Daya Manusia dan Pasar Domestik, Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur melaksanakan Program Revitalisasi Industri Tekstil & Produk Teksil, Alas Kaki dan Penyamakan Kulit. Di samping itu, Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi melaksanakan program pengembangan industri galangan kapal, elektronika & telematika, serta komponen & aksesoris kendaraan bermotor. 10. Sesuai arahan Presiden RI mengenai program pro-rakyat untuk mengurangi kemiskinan melalui mekanisme ekonomi, fasilitasi dan bantuan pemerintah, Kementerian Perindustrian diminta untuk mendukung Program Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B), Program Percepatan Pembangunan NTT, dan ditetapkan sebagai leading sector untuk melaksanakan program Pengembangan Kendaraan Angkutan Umum Murah Pedesaan, dan Program Low Cost and Green Car (LCGC) serta mendukung program listrik murah dan hemat energi dimana leading sector-nya adalah Kementerian ESDM. 11. Ujung tombak pelaksanaan pembangunan industri-prioritas tersebut adalah masing-masing Direktorat Jenderal yang didukung oleh BPKIMI dalam merumuskan standarisasi, merumuskan kebijakan yang terkait dengan iklim industri, fasilitasi pengembangan teknologi, pengujian dan akreditasi melalui balai besar dan balai riset di lingkungan BPKIMI. Sementara itu, Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri memfasilitasi, mengkoordinasikan dan mensinergikan pengembangan industri sesuai dengan potensi daerah. Ditjen Kerjasama Industri Internasional akan memfasilitasi promosi investasi dan kerjasama pengembangan industri melalui peningkatan akses pasar serta akses terhadap sumberdaya industri termasuk teknologi di samping mengamankan, mempertahankan dan menyelamatkan sektor industri dari dampak negatif perjanjian perdagangan bebas (FTA) antar negara atau perjanjian lainnya. 12. Dalam rangka pengamanan industri dalam negeri terhadap masuknya produk-produk impor yang berkualitas rendah dan murah, Pemerintah memberlakukan SNI wajib dan membangun kemampuan early warning system agar produk-produk yang akan mengalami penurunan karena adanya perdagangan yang tidak fair dapat segera difasilitasi. Selain itu, perlu dibentuk tim asistensi & monitoring lintas instansi untuk mengoptimalkan hasil early warning system untuk diproses/dikomunikasikan dengan dunia usaha ke tingkat tuduhan antidumping, safeguard/countervailing duty. 13. Disamping itu, untuk melindungi pasar dalam negeri dari penetrasi produk-produk impor, perlu ada keberpihakan dari pemerintah untuk mengoptimalkan penggunaan hasil produksi 3 / 5

dalam negeri melalui kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD sebagaimana diamanatkan dalam Inpres Nomor 2 Tahun 2009 dan Perpres Nomor 54 Tahun 2010. 14. Untuk mewujudkan penyebaran dan pemerataan industri ke luar Pulau Jawa serta memperkokoh perekonomian masyarakat, perlu dukungan dan komitmen dari semua pihak dalam membina dan mengembangkan IKM agar dapat tumbuh mandiri, berkembang, dan memiliki daya saing global. Kegiatan pembinaan IKM diharapkan dapat menghasilkan wirausaha IKM yang tangguh dan produk yang berkualitas yang akan mengisi mata rantai pertumbuhan industri nasional. 15. Dalam rangka mendorong pemerataan pembangunan industri melalui pendekatan pembangunan wilayah, Program Kerja Pemerintah Daerah maupun Kegiatan Kementerian Perindustrian pusat di daerah dan kegiatan dekonsentrasi pengembangan industri di daerah agar berpedoman pada: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2010-2025, Akselerasi Industrialisasi 2012-2014, Peta Panduan Pengembangan 35 Klaster Industri Prioritas, serta Peta Panduan Industri Unggulan Provinsi dan Kompetensi Inti Industri Daerah di kabupaten/kota yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Implementasi kebijakan tersebut harus didukung secara nyata melalui pendanaan baik dari APBD maupun Dana Dekonsentrasi. 16. Mengingat pengelolaan APBN melalui dana dekonsentrasi merupakan bagian tak terpisahkan dari APBN Kementerian Perindustrian, maka Dinas Perindustrian Provinsi harus melaporkan pelaksanannya secara baik. Aspek Manajerial maupun Aspek Akuntabilitas dalam laporan tersebut harus dilaksanakan secara cermat, tertib dan tepat waktu sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, karena urusan pemerintahan yang dilimpahkan (Dekon) tersebut dapat dilakukan penarikan/penghentian. 17. Pemerintah Daerah, melalui Dinas Perindustrian Provinsi, dalam melaksanakan pembangunan industri di daerah agar bersinergi dan berkoordinasi dengan satuan kerja (satker) Kementerian Perindustrian di daerah, meliputi Balai Besar, Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand), serta satker pendidikan & Balai Diklat Industri di daerah, baik untuk sinkronisasi kebijakan maupun optimalisasi dukungan teknis pembangunan industri. 18. SDM industri yang telah dibina Kementerian Perindustrian, yaitu Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) dan Konsultan Diagnosis IKM (Shindanshi), agar dimanfaatkan oleh 4 / 5

Pemerintah Daerah secara optimal dan profesional sesuai bidang keahliannya sebagai tenaga pendamping pengembangan industri di daerah, sehingga investasi pemerintah terhadap pengembangan SDM industri dapat didayagunakan secara efektif di daerah sesuai penugasan. Bahan paparan narasumber pada Raker tersebut dapat diunduh di sini. 5 / 5