MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI MENENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 KAS. A. Pendahuluan. B. Pengertian Kas

SAK Alat pembayaran yang bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA

MOJAKOE PENGANTAR AKUNTANSI 1

Analisis Estimasi Biaya. Hanna Lestari, M.Eng Teknik Industri-UDINUS-2014

Pengertian dan Tujuan Faktor-faktor yang Menyebabkan Perbedaan Pada Rekonsiliasi Bank

SPA Mentoring PENGANTAR AKUNTANSI

Kas: adalah alat pembayaran yang sah, memiliki 2 kriteria, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOJAKOE PENGANTAR AKUNTANSI

Akuntansi Persediaan (INVENTORY)

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 20 JAKARTA SOAL TEORI KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB 7 PENYESUAIAN DAN KOREKSI AKUN

KOMPUTER AKUNTANSI ACCURATE Irsan Lubis, SE.Ak, BKP Suryani, SE. Lembaga Studi Akuntansi Perpajakan Indonesia

PENGANTAR AKUNTANSI 2018

Mentoring SPA FEB Pengantar Akuntansi 1. Official. UAS Semester Gasal 2015/2016

KAS (CASH) A. PENGERTIAN

Untuk kepentingan perlakukan akuntansi kas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Kas kecil (petty cash / cash on hand) 2. Kas di bank (cash in bank)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI KAS DAN BANK

REKAP SOAL UN SMK AKUNTANSI 2008/ /2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dijual pemilik Pembelian dijual (Goods) Berwujud Pembelian Bahan Industru Pengolahan (tangible), lazim menjadi barang siap dijual

BAB II BAHAN RUJUKAN

Bab 6. Penyesuaian. Transi 1

BAB 4 PENILAIAN PERSEDIAAN DAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

BAB 10 PENCATATAN JURNAL PENYESUAIAN. Asgard Chapter

Cash. Komposisi Kas (Composition of Cash)

NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT : KODE POS : TELPON : PERIODE AKUNTANSI :

JURNAL PENYESUAIAN. Armini Ningsih Politeknik Negeri Samarinda

Diminta: 1. Buatlah rekonsiliasi bank untuk PT. SANDROS pada tanggal 31 Juli Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.

BAB II LANDASAN TEORI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 20 JAKARTA SOAL TEORI KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PERSEDIAAN (Penilaian Berdasar Harga Pokok)

ekonomi Sesi JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG A. PENGERTIAN DAN FUNGSI JURNAL PENYESUAIAN B. AKUN YANG PERLU DISESUAIKAN a.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Irsan Lubis, SE.Ak Suryani, SE

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 9 LAPORAN KEUANGAN

PENYESUAIAN dan KOREKSI AKUN

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

KAS (Cash) Sifat Kas dan Pentingnya Pengendalian terhadap kas (Nature of Cash and the importance of Controls Over Cash)

BAB 5 POSTING DAN BUKU BESAR

PELATIHAN PENCATATAN KEUANGAN UNTUK USAHA KECIL

PERTEMUAN KE 3 AYAT JURNAL PENYESUAIAN PEMBAHASAN MODUL PRAKTEK DASAR AKUNTANSI PERTEMUAN 2

PERUSAHAAN MAJU MAKMUR NERACA SALDO PER 31 MEI 2013

SILABUS PENGANTAR AKUNTANSI II

BAB 1 KAS DAN INVESTASI PADA EFEK TERTENTU

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN

PENGENDALIAN INTERN DAN AKUNTANSI UNTUK KAS

KISI-KISI UJIAN TEORI KEJURUAN

MODUL (1) AKUNTANSI (DMH1G3) Program Studi D3 Manajemen Pemasaran. Penyusun: Fanni Husnul Hanifa, SE., MM NPM : KELAS :

LATIHAN AKHIR SEMESTER 1

SOAL DASAR-DASAR AKUNTANSI

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2014/2015 SOAL TEORI KEJURUAN

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Jasa

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2014/2015 SOAL TEORI KEJURUAN

BAB II AKUN DAN KODE AKUN

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi

MOJAKOE PENGANTAR AKUNTANSI 1

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. PENYESUAIAN. Universitas Gadjah Mada

MODUL 3 DASAR DASAR PROSEDUR PEMBUKUAN

Siklus Akuntansi. Transaksi Bukti. Pencatatan dalam Buku Harian (Jurnal) Pencatatan ke Buku Besar. Neraca Lajur & Jurnal Penyesuaian.

BAB II LANDASAN TEORI. oleh beberapa ilmuan dalam ruang lingkup yang berbeda, antara lain :

YAYASAN PENDIDIKAN EKONOMI PUSAT SEMARANG SMK WIKARYA KARANGANYAR JL NGALIYAN KARANGANYAR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak Persediaan. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

A. PILIHALAH JAWABAN YANG PALING BENAR

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG. OLEH Ruly Wiliandri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB I RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Akuntansi 2 PENGENDALIAN INTERNAL DAN AKUNTANSI KAS

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN

Journal Voucher & Bank Module

EKONOMI/AKUNTANSI KELAS X IIS TAHUN AJARAN 2016/2017 PERUSAHAAN JASA DAN JURNAL UMUM Oleh: Melania Lintang Kenisah, S.E.

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN KEDUA. Rekonsiliasi Bank

BAB II PERSAMAAN AKUNTANSI

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

PERTEMUAN 9 AKTIVA TETAP BERWUJUD (2) DAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD

PERUSAHAAN MAJU MAKMUR NERACA SALDO PER 31 MEI 2013

Soal Akuntansi Perusahaan Dagang

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

SILABUS PENGANTAR AKUNTANSI BISNIS II

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PT Industri Telekomunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI MENENGAH LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016

Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Komputer Laboratorium LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 No. Dokumen. Tanggal Revisi 0 Halaman 2 DARI MODUL PRAKTIKUM Mata Kuliah Praktikum : Akuntansi Menengah Kode Mata Kuliah : SKS : 2 Program Studi : Komputerisasi Akuntansi Semester : 4 (Genap) DIBUAT OLEH DISAHKAN OLEH DIKETAHUI OLEH TIM LABORAN LABORATORIUM FASILKOM UNSRI TIM DOSEN KOMPUTERISASI AKUNTANSI FASILKOM UNSRI KEPALA LABORATORIUM

Daftar Isi Cover... i Lembar Pengesahan... ii Daftar Isi... iii Modul I: Pendahuluan... 1 Modul II: Rekonsiliasi Bank : Kas... 4 Modul III: Rekonsiliasi Bank : Piutang... 12 Modul IV: Persediaan... 14 Modul V: Aktiva Tetap... 22 Modul VI: Aplikasi Kas dan Piutang...

MODUL I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah mempersiapkan mahasiswa untuk mampu menerapkan prinsip prinsip akuntansi dasar, konsep dasar dan proses akuntansi terhadap situasi khusus yang dihadapi di dalam organisasi. 1.2 Dasar Teori Adanya rekonsiliasi bank adalah karena adanya perbedaan antara saldo kas versi laporan bank dan saldo kas versi perusahaan merupakan alasan utama diperlukannya penyesuaian atau mencari kecocokan antara keduanya, yang lazim dinamakan dengan rekonsiliasi bank. Dengan memperhatikan jumlah saldo kas dalam laporan bank dan catatan kas yang dilakukan perusahaan maka dapat ditelusuri sebab musabab perbedaan yang tertuang dalam laporan rekonsiliasi bank. KATA-KATA PENTING DALAM REKONSILIASI BANK: 1. Kas = Cash 2. Piutang dagang = Account Receivable (A/R) 3. Piutang wesel = Note Receivable ( N/R) 4. Utang dagang = Account Payable ( A/P ) 5. Utang wesel = Note Payable ( N/P) 6. Biaya administrasi bank = Bank Service Charge 7. Penghasilan Bunga = Interest Revenue 8. Kesalahan Bank = Bank Error 9. Kesalahan Perusahaan = Depositor Error 10. Cek yang beredar = Outstanding Check 11. Setoran dalam perjalanan = Deposit in Transit 12. Cek Kosong = Not Sufficient Fund 13. Sado kas yang disesuaikan = Adjusted Cash Balance

1.3 Perangkat yang digunakan Perangkat keras dan lunak yang digunakan sebagai berikut: 1. Komputer/Laptop 2. Microsoft Excel 2007 atau keatas 3. Dreamweaver / Netbean 4. MySQL.

2.1 Pengertian Rekonsiliasi Bank MODUL II REKONSILIASI BANK : KAS Rekonsiliasi bank adalah daftar transaksi dan jumlahnya yang menyebabkan saldo kas yang dilaporkan pada laporan bank berbeda dengan saldo kas pada pembukuan perusahaan. Rekonsiliasi laporan bank berguna untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank, selain itu untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang belum dicatat oleh perusahaan. Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank perlu diketahui bahwa yang direkonsiliasikan adalah catatan perusahaan dan bank, sehingga harus dibuat perbandingan antara keduanya agar dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada. Perbandingan ini dilakukan dengan cara debit rekening kas dibandingkan dengan kredit catatan bank yang bisa dilihat laporan bank kolom penerimaan, dan kredit rekening kas dibandingkan dengan debit catatan bank yang bisa dilihat dari laporan bank kolom pengeluaran. Biasanya laporan bank diterima bulanan dan akan direkonsiliasikan dengan catatan kas. Terdapat dua catatan kas dalam perusahaan yaitu: a. Akun kas pada buku besar umum perusahaan. b. Laporan banl, yang menunjukkan penerimaan dan pembayaran kas yang dilakukan melalui bank. Pembukuan dan pelaporan bank biasanya menunjukkan saldo kas yang berlainan. Perbedaan karena adanya perbedaan waktu pencatatan transaksi. 2.2 Alasan diperlukan Penyusunan Rekonsiliasi Bank Penyusunan rekonsiliasi bank sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan karena beberapa alasan yaitu: a. Untuk mengetahui jumlah selisih saldo kas dari laporan bank yang saldo kasnya berbeda pada pembukuan perusahaan. b. Untuk mengetahui sebab-sebab apa saja sehingga dapat terjadinya selisih saldo kas pada catatan bank dan perusahaan. c. Cara agar kita dapat mengetahui saldo kas yang sama (benar) akibat dari perbedaan saldo kas yang terjadi karena perbedaan catatan antara catatan bank dan perusahaan.

Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan saldo menurut laporan bank dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank. Contoh: a. Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan, tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan (jasa giro). b. Penagihan wesel oleh bank, sudah dicatat oleh bank sebagai penerimaan tetapi perusahaan belum mencatatnya. 2. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank mencatatnya sebagai pengeluaran. Contoh: a. Cek-cek yang beredar (outstanding cheque) yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran kas tetapi oleh yang menerima belum diuangkan ke bank sehingga bank belum mencatatnya sebagai pengeluaran. b. Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal pengeluaran uang tetapi ceknya belum diserahkan kepada yang dibayar maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode (cheque on hand). 3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Contoh: a. Cek dari langganan yang ditolak oleh bank karena kosong tetapi belum dicatat oleh perusahaan. b. Bunga yang diperhitungkan atas overdraft (saldo kredit kas) tetapi belum dicatat oleh perusahaan. c. Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan. Selain keempat hal di atas, perbedaan antara saldo kas dengan saldo kas menurut laporan bank dapat terjadi akibat kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam catatan perusahaan maupun catatan bank. Untuk dapat membuat rekonsiliasi laporan bank maka kesalahan-kesalahan yang ada harus dikoreksi. Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda :

1. Rekonsiliasi Saldo Akhir, yang dapat dibuat dalam 2 bentuk : a. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. b. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas 2. Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, yang bisa dibuat dalam 2 bentuk : a. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom) b. Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar (8 kolom). 2.3 Prosedur Rekonsiliasi Bank Terdapat tahap-tahap dalam membuat rekonsiliasi bank. Berikut ini adalah pos-pos yang tersaji dalam rekonsiliasi bank. Pos-pos itulah yang menyebabkan perbedaan-perbedaan antara saldo bank dan saldo pembukuan. Tahap-tahap penyusunan rekonsiliasi Bank: 1. Mulailah dengan saldo yg tercantum dalam laporan bank dan dalam rekening Kas perusahaan (saldo per buku) 2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yg tercantum padapembukuan perusahaan tetapi tak tercantum dalam laporan bank. 1. Tambahkan setoran dalam perjalanan pada saldo per bank 2. Kurangkan cek dalam perjalanan dari saldo per bank 3. Tambahkan atau kurangkan pd saldo per buku, hal-hal yg tercantum dalam laporan bank tetapi tak tercantum dlm pembukuan perusahaan 1. Tambahkan pada saldo per buku: (a) penerimaan kas langsung melalui bank (b) pendapatan bunga atas saldo giro di bank 2. Kurangkan pada saldo per buku: (a) biaya administrasi bank (b) biaya pencetakan cek (c) pengurangan yg telah dilakukan oleh bank lainnya (misal pengurangan krn adanya pengambilan cek kosong atau cek yg telah lewat waktu)

4. Hitunglah saldo per bank dan saldo per buku yg telah disesuaikan, saldo keduanya harus sama. 5. Buatlah jurnal untuk setiap hal yang tercantum pd butir 3, yaitu hal yang tercantum pada sisi per buku dalam rekonsiliasi bank. 6. Perbaiki semua kesalahan pembukuan perusahaan, & sampaikan pemberitahuan ke bank jika bank melakukan kesalahan. Sisi Bank dari Rekonsiliasi Pos-pos yang ada dalam sisi Bank adalah: a Setoran dalam perjalanan (deposits in transit atau Outstanding deposits).anda telah mencatat setoran tersebut, tetapi bank belum mencatatnya. Tambahkan setoran dalam perjalan itu. b Cek yang beredar (Outstanding cheks). Anda telah mencatat cek-cek tersebut, tetapi bank belum membayaranya. Kurangi cek yang beredar. c Kesalah Bank (Bank Errors). Mengoreksi semua kesalahan bank pada sisi bank dari rekonsiliasi. Contoh:

Contoh kasus lain dalam penyusunan metode penyusunan rekonsiliasi bank: PT ABC menyimpan dananya di Bank Dana Asia (BDA) cabang Jak-sel. Pada awal bulan Februari 2006, saat menerima rekening koran dari Bank Dana Asia, akuntan PT.Doremi melihat perbedaan antara saldo kas di bank menurut catatanya dengan saldo kas menurut rekening koran. Menurut catatannya, saldo kas pada akhir Januari 2006 adalah sebesar Rp 45.500.00, sedangkan menurut rekening koran Bank Dana Asia adalah sebesar Rp 54.400.000. Setelah selusuri, akuntan perusahaan tersebut menemukan beberapa informasi tambahan yang terkait dengan perbedaan saldo tersebut, yaitu: a Setoran kas ke bank tanggal 31 Januari 2006 sebesar Rp 15.200.000, belum dicatat oleh bank. b Tagihan Pt.Doremi kepada Pt.KLM di Surabay sebesar Rp 9.600.000, yang dilakukan Bank Dana Asia telah berhasil dan Pt.Doremi belum mengetahui. c Pendapatan bunga Bank sebesar Rp 1.200.000 belum dicatat Pt.Doremi d Beban Administrasi Bnak sebesar Rp 300.000. belum dicatat Pt.Doremi e Cek yang diterima Pt.Doremi pada tanggal 25 Januari yang lalu dari Pt.DingDong sebesar Rp 4.000.000. ternyata tidak ada dananya. f Cek yang telah dikeluarkan Pt.Doremi pada akhir bulan Januari yang lalun sebesar Rp 13.600.000 ternyata oleh pemegangnya belum dicairkan. g Cek sebesar Rp 7.500.000 yang diterima Pt.Doremi dari Pt. Mifasol sebagai pembayaran piutang pada bulan Januari yang lalu, di catat oleh akuntan Pt.Doremi sebesar Rp 2.500.000 h Cek sebesar Rp 3.500.000 yang dikeluarkan oleh PT ABC pada pertengahan bulan Januari yang lalu untuk membayar beban perbaikan kendaraan, oleh akuntan perusahaan dicatat sebesar Rp 2.500.000. Pembahasan Soal:

MODUL III REKONSILIASI BANK : PIUTANG 3.1 Pengertian Piutang Piutang adalah tuntutan atau klaim perusahaan kepada pihak lain, baik terhadap perorangan maupun terhadap suatu badan usaha yang terjadi karena adanya suatu transaksi. Piutang timbul apabila perusahaan menjual barang atau jasa kepada perusahaan lain atau perorangan secara kredit. 3.2 Jenis jenis Piutang Pada dasarnya piutang dikelompokan menjadi 3 jenis, antara lain sebagai berikut: 1. Piutang Dagang Piutang dagang adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan sebagai akibat tagihan adanya penjualan barang atau jasa secara kredit, dimana taghan tidak disertai dengan surat perjanjian yang formal, akan tetapi karena adanya unsure kepercayaan dan kebijakan perusahaan. 2. Piutang non dagang Piutang nondagang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain atau pihak ketiga yang timbul atau terjadi bukan karena adanya transaksi penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Berikut ini contoh contoh piutang non dagang: a. Piutang biaya. Contohnya: asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, gaji dibayar dimuka, iklan dibayar dimuka. b. Piutang penghasilan. Contohnya: piutang jasa, piutang sewa dan piutang bunga c. Uang muka pembelian ( persekot). Contohnya: pembayaran uang muka pembelian suatau barang yang sebelumnya sudah dipesan terlebih dahulu. d. Piutang lain lain. Contohnya: piutang perusahaan kepada karyawan, kelebihan membayar pajak dan piutang perusahaan kepada cabang cabang perusahaan 3. Piutang wesel Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak ketiga atau pihak lain yan menggunakan perjanjian secara tertulis dengan wesel atau promes.

3.3 Contoh soal PT. KA UNSRI merupakan perusahaan yang menjual alat elektronik untuk penjualan kredit menggunakan term 5/10 n/30 adapun penjualan kredit yang belum dibayar pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut Tanggal Instansi Nilai 12-Des-14 PT. G 100 BJT 1% 10-Jun-15 PT. H 100 > 1-30 2% 30-Nop-14 PT. I 100 >31-60 5% 13-Mar-15 PT. J 100 >61-180 10% 02-Agust-15 PT. K 100 >180 15% diminta berapakah cadangan piutang yang harus dicatat pada tahun 2015? Jawab SKEDUL UMUR PIUTANG Tanggal Instansi Nilai BJT >1-30 >31-60 >61-180 > 180 12-Des-14 PT. G 100 10-Jun-15 PT. H 100 30-Nop-14 PT. I 100 13-Mar-15 PT. J 100 02-Agust-15 PT. K 100 Total 1% 2% 5% 10% 15%

MODUL IV PERSEDIAAN 4.1 Pengertian Persediaan Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. Pengertian Persediaan Menurut Ahli Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva: 1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; 2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau 3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. 4.2 Metode Persediaan 1. Sistem Periodik Dalam pencatatan sistem fisik, nilai persediaan barang akhir periode diketahui setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik kemudian dikalikan dengan harga satuan. Harga satuan barang yang digunakan sebagai dasar penilaian persediaan bergantung kepada metode penilaian yang digunakan. Metode yang digunakan dalam sistem periodik antara lain: a Metode tanda pengenalan khusus Metode ini biasanya digunakan untuk perusahaan yang spesifik dan spesial yang menjual jenis barang sedikit dan harga mahal (Berlian, Mobil termewah). Setiap barang yang masuk diberi

tanda pengenal khusus yang menunjukkan harga satuan sesuai dengan faktur pembelian yang diterima. Contoh: Terdapat persediaan akhir barang AB sebanyak 7500 kg yang terdiri atas 75 karung @ 100kg. Tanda pengenal khusus: 40 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.800.000 30 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.600.000 5 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.400.0000 40 x Rp 2.800.000 = Rp 112.000.000 30 x Rp 2.600.000 = Rp 78.000.000 5 x Rp 2.400.000 = Rp 12.000.000 Total persediaan akhir Rp 202.000.000 b Metode Rata-Rata Cara penghitungan metode ini adalah dengan menghitung rata-rata dari harga beli dengan jumlah yang dibeli selama periode tertentu. Contoh: Selama suatu periode PT. X membeli barang dagang Rp 98.000.000 sebanyak 40.000 unit. Pada akhir periode, sisa barang dagang tersebut sebanyak 7.500 unit. Harga rata-rata = Rp 2.460 Sehingga, nilai persediaan pada akhir periode yaitu 7.500 unit x Rp 2.460 Yaitu Rp 18.450.000 c Metode FIFO Menurut metode FIFO (First In Frist Out) atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang lebih dulu masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar. Tetapi hal ini tidak pada keadaan sebenarnya, anggapan tersebut hanya digunakan untuk perhitungan (penggunaan bukti transaksi). Ketika masuk pertama keluar pertama, berati dapat disimpulkan bahwa persediaan akhir terdiri dari pembelian pada saat-saat terakhir. Contoh: pembelian selama bulan maret Maret 1 Persediaan 6000 unit @ 2000 = Rp 12.000.000,- 5 pembelian 6000 unit @ 2200 = Rp 13.200.000,-

10 pembelian 5000 unit @ 2400 = Rp 12.000.000,- 15 pembelian 8000 unit @ 2600 = Rp 20.800.000,- 20 pembelian 4000 unit @ 2700 = Rp 10.800.000,- 26 pembelian 6000 unit @ 2600 = Rp 15.600.000,- 30 pembelian 5000 unit @2.800 = Rp 14.000.000,- Barang yang tersedia dijual bulan maret 40.000 unit Rp 98.400.000,- Dari data tersebut diketahui persediaan akhir digudang sebanyak 7.500 unit. Sehingga perhitungan menggunakan FIFO: Maret 30 5000 x 2.800 = Rp 14.000.000,- 26 2.500 x 2.600 = Rp 6.500.000,- Total Rp 20.500.000,- d Metode LIFO Menurut metode LIFO (Last In First Out) atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan akhir merupakan nilai pada pembelian awal. Contoh (Menggunakan data FIFO) Persediaan akhir menurut metode LIFO dihitung: Maret 1 6000 x 2.000 = Rp 12.000.000,- 5 1500 x 2.200 = Rp 3.300.000,- Total Rp 15.300.000,- e. Metode Persediaan Dasar Adakalanya perusahaan menetapkan jumlah minimum persediaan yang harus ada setiap saat, baik mengenai kuantitas maupun harga satuan, atau sering disebut dengan persediaan dasar (Basic Stock). Menurut metode ini, nilai persediaan barang akhir periode dihitung : i. Apabila kuantitas lebih banyak dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai dasar ditambah dengan harga pasar kelebihannya. ii. Apabila kuantitas lebih rendah dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai dasar dikurangi dengan harga pasar kekurangannya.

Contoh: Persediaan dasar barang ABC ditentukan sebanya 6.000 kg dengan harga Rp 2.200,00 tiap kg. Harga pasar barang pada saat perhitungan adalah Rp 2.800,00Persediaan pada 31 Mei sebanyak 7.500 kg dinilai : Sediaan dasar 6000 x 2.200 13.200.000 Ditambah kelebihannya 1500 x 2.800 4.200.000 Jumlah 17.400.000 2. Sistem Perpetual Dalam sistem perpetual ini berbeda dengan sistem periodik. Pencatatan persediaan pada sistem ini dilakukan setiap terjadi transaksi, jadi penilaian persediaan pada sistem ini bukan mencari persediaan akhir seperti halnya sistem periodik. Dalam hal sistem perpetual penilaian ini digunakan untuk mencari total persediaan yang keluar sesuai harga beli atau disebut dengan harga pokok penjualan. Biasanya untuk memudahkan, perhitungan HPP ini dilakukan dengan pembuatan Kartu Persediaan. Contoh : Mei 1 Persediaan 120 unit @ 54.000 = Rp 6.480.000,- 5 Pembelian 180 unit @ 60.000 = Rp 10.800.000,- 10 Penjualan 200 unit 16 pembelian 200 unit @ 63.000 = Rp 12.600.000,- 20 Pembelian 120 unit @ 64.000 = Rp 7.680.000,- 26 Penjualan 280 unit a. Metode FIFO Menurut metode ini harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang pertama kali masuk dijual terlebih dulu. kekurangan diambil dari barang masuk berikutnya, begitu seterusnya. Sehingga menurut metode FIFO harga pokok penjualan yaitu: Mei 10 Penjualan 200 unit Dihitung dari :

Mei 1 120 x 54.000 = 6.480.000 5 80 x 60.000 = 4.800.000 Jumlah Rp 11.280.000 Mei 26 Penjualan 280 Dihitung dari: Mei 5 100 x 60.000 = 6.000.000 16 180 x 63.000 = 11.340.000 Jumlah Rp 17.340.000 Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO: HPP Mei 10 Rp 11.280.000 HPP Mei 26 Rp 17.340.000 Total HPP Rp 28.620.000 Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa: Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 28.620.000,00) Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.940.000,00

b. Metode LIFO Menurut metode LIFO (MTKP), harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang dijual lebih dulu. kekurangannya diambil dari barang yang masuk sebelumnya, begitu seterusnya. Sehingga dari contoh diatas, dapat kita hitung HPP menurut metode LIFO : Mei 10 Penjualan 200 unit Dihitung dari : Mei 5 180 x 60.000 = 10.800.000 1 20 x 54.000 = 1.080.000 Jumlah Rp 11.880.000 Mei 26 Penjualan 280 Dihitung dari: Mei 20 120 x 64.000 = 7.680.000 16 160 x 63.000 = 10.080.000 Jumlah 17.760.000 Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO: HPP Mei 10 Rp 11.880.000 HPP Mei 26 Rp 17.760.000 Total HPP Rp 29.640.000 Perhitungan Persediaan metode FIFO menggunakan Kartu Persediaan Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:

Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 29.640.000,00) Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 7.920.000,00 c. Metode Rata-Rata Penerapan metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode rata-rata bergerak (Moving Average Method). Disebut demikian, karena tiap terjadi transaksi pembelian, harga rata-rata per satuan barang harus dihitung, sehingga rata-rata per satuan akan berubahubah. Harga pokok satuan barang yang dijual adalah harga pokok rata-rata yang berlaku pada saat terjadi transaksi penjualan. Sehingga menurut metode FIFO harga pokok penjualan yaitu: Mei 10 Penjualan 200 unit Dihitung dengan mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu: Sediaan 1 Mei 120 x 54.000 = 6.480.000 Pembelian 5 Mei 180 x 60.000 = 10.800.000 Jumlah 300 unit 17.280.000 HP rata-rata/unit = Rp 57.600 Jadi, Penjualan 200 unit adalah 200 x 57.600 = Rp 11.520.000 HP Rata-rata 16 Mei menjadi: = Rp 61.200 Begitu selanjutnya, perhitungan HP rata-rata dilakukan setiap terjadi pembelian. Perhitungan Persediaan metode rata-rata (Average) menggunakan Kartu Persediaan

Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa: Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00 Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 28.880.000,00) Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.680.000,00

MODUL V AKTIVA TETAP 5.1 Pengertian Aktiva Tetap Yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang dimana kekayaan tersebut didapatkan dalam bentuk siap pakai atau telah dibangun terlebih dahulu, sifatnya permanen dan dapat digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka waktu yang relatif panjang serta memiliki nilai cukup material. Aktiva tetap yaitu sumber daya ekonomi yang didapatkan dan dikuasai oleh perusahaan sebagai hasil dari transaksi masa lalu, salah satunya yaitu aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya dalam menghasilkan produk atau jasa. 5.2 Karakteristik Aktiva Tetap Adapun karakteristik dari aktiva tetap diantaranya sebagai berikut di bawah ini: Tidak untuk di jual kembali. Memiliki wujud fisik. Memiliki nilai material, harga dari aset cukup signifikan misalnya seperti: harga tanah, harga mesin, harga bangunan dan lain sebagainya. Memiliki periode manfaat dengan jangka waktu yang panjang (lebih dari 1 tahun). Dapat memberikan banyak manfaat di masa yang akan datang. Aset dapat digunakan secara efektif dalam aktivitas normal perusahaan (tidak untuk di jual kembali seperti halnya produk, persediaan dan investasi). Dimiliki oleh perusahaan tidak sebagai investasi. 5.3 Aktiva tetap berdasarkan sifatnya dan Contohnya 1. Aktiva tetap berwujud Yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets) yaitu merupakan aktiva tetap yang memiliki bentuk fisik, terdapat 3 (tiga) jenis aktiva tetap berwujud, diantaranya seperti di bawah ini:

Yang pertama, aktiva yang merupakan sumber dari penyusutan atau depresiasi, contohnya seperti: bangunan atau gedung, peralatan, kendaraan, inventaris, mesinmesin produksi dan lain sebagainya. Yang kedua, aktiva yang merupakan sumber dari deplesi atau penyusutan, contohnya seperti: tambang mineral, mineral deposits atau sumber alam dan lain sebagainya. Sumber alam atau tambang dapat habis melalui kegiatan-kegiatan eksploitasi pada sumber-sumber tersebut, oleh sebab itu sumber alam harus dapat dialokasikan kepada periode-periode yang dimana sumber alam atau tambang tersebut dapat memberikan hasilnya. Yang ketiga, aktiva yang tidak mengalami penyusutan atau tidak mengalami deplesi, contohnya seperti: tempat atau tanah dimana bagunan perusahaan di dirikan dan lain sebagainya. 2. Aktiva tetap tidak berwujud Sedangkan yang dimaksud dengan aktiva tidak berwujud (Intangible Assets) yaitu merupakan aktiva yang tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi memiliki manfaat yang besar untuk perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk jaminan tertentu, contohnya seperti: hak cipta, hak paten, hak monopoli, biaya untuk riset, merek dagang, biya untuk mendirikan perusahaan dan lain sebagainya. Itulah dibagian atas penjelasan mengenai pengertian aktiva tetap, jika dalam pembahasan ini terdapat suatu kekurangan atau kesalahan perbaiki saja oleh kamu sendiri, dan kalau penjelasan ini memiliki manfaat mohon untuk dimen- Share ke sahabat kamu yang lainnya. 5.4 Contoh kasus Perusahaan yang sedang bertumbuh dan berkembang, biasanya jumlah produksinya juga meningkat. akibatnya, perusahaan mau tak mau melakukan pengingkatan kapasitas (upgrade) terhadap aset tetap yang digunakan, apakah itu gudang, mesin, tanah atau apapun itu sumber daya yang menghasilkan terhadap pertumbuhan perusahaan. jika terjadi upgrading terhadap aktiva tetap, hal ini akan menimbulkan pengeluaran pengeluaran yang cukup bernilai material bagi perusahaan. Contoh Kasus Peningkatan Kapasitas (Up-grading) PT Bianglala, yang bergerak dalam usaha pakan ternak, akhir akhir ini mengalami permintaan pesanan, omzet terus bertambah, untuk itu PT Bianglala memutuskan untuk menambah kapasitas

mesin Boiler yang dimiliki saat ini. pemanas boiler ini menggunakan bahan bakar kayu dan ingin di ubah menjadi bahan bakar batu bara agar kinerja boiler meningkat. Dalam peningkatan kapasitas tersebut. PT Bianglala mengeluarkan kas dengan rincian sebagai berikut : Pembelian Besi 17.000.000 Biaya Pasang Teknisi 7.000.000 Penadah Batu Bara 6.000.000 Biaya Lain Lain 2.000.000 Transaksi tersebut dicatat : Debit Mesin 32.000.000 Kredit Cash 32.000.000 Contoh Kasus Turun Mesin PT ABC Melakukan Turun Mesin pada salah satu mesin produksinya. Mesin yang di beli 9 tahun lalu diperoleh dengan harga Rp 50.000.000. saat itu, mesin tersebut diestimasi memiliki life time selama 10 tahun dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus. setelah dilakukan turun mesin tersebut, mesin tersebut diperkirakan akan mampu produktif hingga 5 tahun kedepan. perusahaan menghabiskan dana hingga Rp. 8.000.000 untuk turun mesin tersebut Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut : Debit Akumulasi Penyusutan 8.000.000 Kredit Cash 8.000.000 Catatan : Jurnal diatas untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas turun mesin sebesar Rp 8.000.000 Masalah berikutnya : Berapa akumulasi penyusutan setelah turun mesin? Berapa besarnya Nilai Buku mesin setelah turun mesin? Berapa biaya penyusutan yang akan dibebankan pada tahun ke 9?

Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke 9 nanti? Maka perlu kita lakukan perhitungan awal sebagai berikut : Selanjutnya perhitungan dibawah ini Sebelum Turun Mesin Harga Perolehan 50.000.000 Umur Ekonomis 10 Tahun Biaya Penyusutan Per Tahun 5.000.000 Akumulasi Penyusutan Tahun ke 9 45.000.000 Nilai Tutup Buku Tahun ke 9 5.000.000 Setelah Turun Mesin Akumulasi Penyusutan 37.000.000 Nilai Buku 13.000.000 Tambahan Umur Ekonomis 5 Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000 Akumulasi Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000 Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 10.400.000 Keterangan Akumulasi Penyusutan 45.000.000-8.000.000 Nilai Buku 50.000.000-37.000.000 Penyusutan Tahun ke 10 13.000.000 : 5 Akumulasi Penyusutan Tahun ke 10 2.600.000 x 1 Nilai Tutup Buku Tahun ke 10 13.000.000-2.600.000 Dari sana kita lihat

Setelah pengeluaran atas turun mesin di kapitalisasi sebesar Rp 8,000,000 dengan cara mendebit rekening Akumulasi penyusutan sebesar Rp 8,000,000, maka Akumulasi Penyusutan berkurang sebesar Rp 8,000,000, sehingga Akumulasi Penyusutan setelah turun mesin adalah Rp 45.000.000 - Rp 8.000.000 = Rp 37.000.000 Nilai Buku menjadi Rp 50.000.000-37.000.000 = Rp 13.000.000 Penyusutan yang dibebankan pada tahun ke-10 adalah sebesar Rp 13.000.000 : 5 Tahun = 2.600.000 5 Tahun adalah umur ekonomis setelah turun mesin, selama 5 tahun ke depan mesin tersebut dapat beroperasi Nilai Buku tutup tahun ke-8 ini pun menjadi bisa kita hitung, yaitu : Rp 13.000.000 Rp 2.600.000 = 10.400.000