FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, RUMUS INDEKS KETIDAKNYAMANAN SUATU WILAYAH. Sugiasih 1

dokumen-dokumen yang mirip
Rumus Indeks Ketidaknyamanan Suatu Wilayah

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan

STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KUALITAS DAN KENYAMANAN TERMAL PERMUKIMAN UNTUK ARAHAN PENATAAN PERMUKIMAN BERBASIS ECO-SETTLEMENTS DI KELURAHAN PANDEYAN KOTA YOGYAKARTA

IV KONDISI UMUM TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penduduk 2.2 Ruang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGI TERHADAP KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA (CO) DI JALAN GAJAHMADA KAWASAN SIMPANGLIMA KOTA SEMARANG

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

BAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN ALAT UKUR POLLUTANT STANDARD INDEX YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR CUACA SECARA REAL TIME

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

3. Kinerja Termal Ruang (...lanjutan)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Transkripsi:

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, 24 33 RUMUS INDEKS KETIDAKNYAMANAN SUATU WILAYAH Sugiasih 1 1 Badan Pertanahan Nasional Abstract Index of discomfort can be determined, this value is to accommodate everyone at level how humans are considered to be comfortable on a place. There are three who wrote formulas i.e., Discomfort Index (DI), temperature Humidity Index (THI) and Comfort Index (CI). In addition to air temperature, air humidity, wind speed there that affect the comfort of a place, such as the density of buildings, distance to the center of the industry, the distance to the center of the trade, the distance to the main street, the coverage of vegetation in the area of the settlements. Keywords: Discomfort Index, Temperatur Humidity Index, Comfort Index. 1. PENDAHULUAN Ketidaknyamanan di daerah permukiman yang dipengaruhi oleh fenomena iklim merupakan ketidaknyamanan fisiologis. Menurut Eddy Indarto (1993), ketidaknyamanan fisiologis penghuni rumah tempat tinggal mempertimbangkan dua gatra. Pertama adalah bangunan rumah tempat tinggal, kedua adalah pengaruh sengatan panas pada organ tubuh. Untuk mengkaji kedua gatra tersebut diatas memerlukan informasi yang berkaitan dengan rumah tempat tinggal, penghuni dan pengaruh sengatan panas pada organ tubuh manusia. Untuk penentuan tingkat kenyamanan di daerah permukiman diperlukan informasi yang berkaitan dengan lingkungan permukiman dan informasi yang berpengaruh terhadap perubahan-perubahan elemen-elemen iklim seperti suhu udara, kelembaban relatif, dan kecepatan angin. Menurut Lily Pudjiastuti, dkk (1998), tingkat panas udara memainkan peranan yang sangat penting pada persepsi tentang kenyamanan seperti halnya parameter kenyamanan yang lain. Hal ini tentu penilaian yang sangat subyektif. Udara merupakan media utama dalam mekanisme untuk panas dimana kecepatan udara dan turbulensinya berpengaruh terhadap proses pendinginan. Tingkat infiltrasi yang tinggi atau merubah kecepatan udara yang tidak penting menghasilkan hilangnya pengaturan udara dan mungkin mengurangi kondisi yang nyaman. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat panas yang nyaman adalah sebagai berikut : 24

Rumus Indeks Ketidaknyamanan Suatu Wilayah a. Temperatur dan radiasi Tingkat panas didominasi temperatur disekitarnya. Namun demikian standar udara kering atau temperatur ambien udara sering tidak cukup sebagai indikator untuk kriteria tingkat kenyamanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan yang lebih kompleks untuk menggambarkan temperatur berkaitan dengan kenyamanan. b. Kelembaban relatif Pada lingkungan yang ada di dalam ruangan, sekitar 25% dari panas tubuh diemisikan oleh transpirasi. Sebagai temperatur udara ambien dan meninngkatnya aktivitas metabolisme, transpirasi yang hilang meningkat diantara 50 dan 80 persen dari total emisi tubuh. Kehilangan panas karena transpirasi ditandai dengan tingginya kelembaban relatif, jadi menghasilkan panas yang tidak nyaman. Dengan kata lain udara kering pada temperatur rendah sampai dengan normal membuat kehilangan transpirasi dan mengakibatkan dehidrasi. c. Kecepatan udara dan turbulensi Tingkat kenyamanan panas dipengaruhi oleh kecepatan udara dan besarnya turbulensi yang terjadi. Ketika pendinginan diperlukan, peningkatan kecepatan udara dapat dilakukan untuk mendapatkan keuntungan, sebagai contoh dengan sirkulasi udara dan kecepatan angin. d. Pakaian Pakaian menyediakan insulasi dan memegang peranan yang penting pada penerimaan temperatur. Pemilihan pakaian dapat menjadi alternatif untuk kenyamanan. Menurut Eddy Indarto (1993) penelitian tentang suhu udara atas ketidaknyamanan fisiologis penghuni tempat tinggal mempertimbangkan dua gatra. Pertama adalah bangunan rumah tempat tinggal, kedua adalah pengaruh sengatan panas pada tubuh manusia. Untuk mengkaji kedua gatra tersebut diperlukan informasi sebagai berikut : 1. Rumah tinggal 2. Pengaruh panas pada tubuh manusia 3. Kelelahan kerja 4. Mekanisme terjadinya kelelahan 5. Pengukuran gejala ketidaknyamanan fisiologis Singelton (1972) dalam Eddy Indarto (1993) mengutarakan bahwa sampai saat ini belum ada cara pengukuran ketidaknyamanan fisiologis atau psikologis yang dapat dipakai secara sempurna, tetapi beberapa ahli telah mengembangkan pendapatnya tentang beberapa parameter ketidaknyamanan fisiologis melalui pengukuran tingkat kelelahan sebagai berikut. 25

Sugiasih 1. Waktu reaksi, yaitu reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. 2. Uji finger-tapping, yaitu pengukuran kecepatan maksimal mengetuk-ketukkan jari tangan pada ukuran waktu tertentu. 3. Uji fheker-fussion, yaitu yaitu pengukuran terhadap kecepatan berkelipnya cahaya (lampu) yang secara bertahap ditingkatkan sampai pada kecepatan tertentuyang memperlihatkan cahaya nampak berbaur sebagai cahaya yang kontinyu. 4. Uji Bourdan Wiersman, yaitu pengujian terhadap kecepatan bereaksi dan ketelitian. 5. Skala ketidaknyamanan fisiologis dari Industrial Fatigue Research Committte (IFRC). Jhon R. Mather (1974) dalam Climatology : Fundamentals And Application, hal yang menyangkut kenyamanan manusia dicoba untuk disusun hubungan antara panas tubuh atau panas tambahan dari sumber eksternal dengan kondisi lingkungan yang dapat menerima panas dari tubuh, yang kemudian digunakan sebagai petunjuk untuk mengembangkan berbagai cara sebagai pendekatan dalam penentuan tingkat kenyamanan manusia. 2. PEMBAHASAN Indeks ketidaknyamanan yang sekarang diketahui sebagai indeks temperatur kelembaban, dikembangkan untuk memberikan kemudahan dalam mengevaluasi tingkat ketidaknyamanan dari kombinasi berbagai temperatur dan kelembaban. Pada berbagai formula indeks memberikan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut tidak signifikan karena hanya mencoba untuk mengidentifikasi suatu zona di mana sebagian besar penduduknya merasakan nyaman atau tidak nyaman. Kantor Cuaca Nasional Amerika Serikat menggunakan salah satu formula untuk indeks ketidaknyamanan. (Discomfort Index/DI) : DI = 0.4 (T + Td) + 15 atau DI 0.01Rh) (T 18) dimana : T = temperatur, 0 F Td = temperatur titik embun, 0 F Rh = kelembaban relatif, % Hasilnya ditemukan bahwa nilai indeks 70 pada dasarnya nyaman, tetapi indeks di atas 70, proporsi individual yang merasa tidak nyaman naik 50 %. Sedangkan tidak nyaman pada nilai indeks 75 dan diatas 80 sebagian besar individual-individual mengalami beberapa jenis 26

Rumus Indeks Ketidaknyamanan Suatu Wilayah ketidaknyamanan. Nilai 85 pada indeks ketidaknyamanan digunakan beberapa kantor pemerintah (Amerika Serikat) untuk meliburkan pekerja karena ketidaknyamanan akut yang dialami sebagian besar pekerja. Nilai ini dikembangkan dan diuji pada populasi Amerika Serikat (latitude tengah) dan tidak dapat diterapkan untuk daerah lain. Menurut D. Murdiyarso dan Heny Suharsono (1992), iklim kota sangat menentukan kenyamanan kota, sebab secara langsung parameter iklim akan mempengaruhi aktivitas dan metabolisme manusia. Namun tidak semua parameter iklim dapat dimanfaatkan secara langsung untuk menentukan kenyamanan. Kenyamanan (comfort) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfer atau iklim terhadap manusia. Kondisi yang nyaman adalah apabila sebagian energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif dan usaha pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat yang minimum. Kenyamanan merupakan kondisi yang sangat bervariasi antara individu, sehingga sering bersifat subyektif. Disamping di pengaruhi oleh kondisi iklim, kenyamanan juga sangat ditentukan oleh aktivitas fisik manusia, pakaian dan makanan. Untuk menyatakan kenyamanan secara kuantitatif biasanya digunakan Temperatur Humidity Index (THI) yang dirumuskan secara empiris, antara lain sebagai berikut : THI = 0.8 T + (RH x T)/500 Dimana T adalah suhu udara ( 0 C), dan RH adalah kelembaban relatif (%). Pada umumnya orang daerah tropis merasa tidak nyaman pada THI diatas 27. Cara lain untuk menyatakan kenyamanan adalah dengan Comfort Index (CI) yang dinyatakan sebagai berikut : CI = 0.7 Tw + 0.2 Tg + 0.1 Ta dimana Ta dan Tw berturut-turut adalah suhu bola basah dan suhu bola kering, dan Tg adalah suhu bola kering yang diukur dengan termometer globe (semuanya dalam 0 C). Bagi kota-kota tropis kisaran nilai CI di dalam hutan kotanya adalah antara 23 26 (Sham, 1986 dalam D. Murdiyarso dan Heny Suaharsono, 1992). Pada Gambar 1 hubungan antara suhu udara, kelembaban relatif dan kecepatan angin menunjukkan bahwa daerah nyaman berkisar pada suhu dibawah 27 0 C dan daerah tidak nyaman berada pada suhu antara 27 0 C 32 0 C, sedangkan daerah yang termasuk sangat tidak nyaman pada suhu lebih dari 32 0 C. Berdasarkan hal tersebut ditentukan nilai THI masingmasing kriteria tingkat kenyamanan daerah permukiman pada Tabel 1. 27

Sugiasih Tabel 1. Kriteria Temperature Humidity Index (THI) No Kriteria THI Tingkat kenyamanan 1 < 29 Nyaman 2 29 30.5 Tidak nyaman 3 > 30.5 Sangat tidak nyaman Sumber : Heinz Frick, FX. Bambang Suskiyanto, 1998 2.1. Kepadatan Bangunan Kepadatan bangunan pada daerah perkotaan umumnya berkorelasi terhadap tingkat kenyamanan. Artinya semakin rapat akan semakin memperbesar penerimaan energi matahari, memperkecil evaporasi dan melemahkan gerakan angin. Proses tersebut akan menaikkan suhu di sekitarnya. Kepadatan bangunan permukiman diperoleh dengan membandingkan luas lahan yang tertutup atap bangunan permukiman dengan luas seluruh daerah permukiman, kemudian dikali 100 %. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa semakin padat daerah permukiman maka akan semakin tidak nyaman. Semakin besar harkat yang diberikan semakin besar pula pengaruhnya terhadap ketidaknyamanan. Tabel 2. Kriteria kepadatan bangunan permukiman 1 Sangat jarang 20 % 1 2 Jarang 21 % - 40 % 2 3 Sedang 41 % - 60 % 3 4 Padat 61 % - 80 % 4 5 Sangat Padat > 80 % 5 Sumber : Sutanto, Goenadi, Totok Gunawan, 1981 2.2. Jarak Terhadap Pusat Industri Kawasan industri dapat menimbulkan pencemaran di daerah sekitarnya. Biasanya kawasan tersebut sebagian besar tutupan lahannya berupa bangunan dengan jenis material bangunan memiliki konduktivitas termal yang tinggi sehingga pada siang hari akan panas. Selain itu transportasi yang cukup padat. Hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat 28

Rumus Indeks Ketidaknyamanan Suatu Wilayah kenyamanan daerah permukiman di sekitarnya. Dengan asumsi bahwa semakin dekat suatu daerah permukiman dengan pusat industri maka semakin tidak nyaman daerah permukiman tersebut. Oleh karena itu, terlihat pada Tabel 2 pada jarak yang dekat memiliki harkat yang lebih besar dibandingkan dengan jarak yang lebih jauh. Tabel 3. Kriteria jarak terhadap pusat industri 1 < 500 m 1 2 500 1000 m 2 3 1001 1500 m 3 4 1501 2000 m 4 5 2000 m 5 Sumber : Analisis data dan survei lapangan 2.3. Jarak Terhadap Pusat Perdagangan Pada daerah-daerah yang menjadi pusat perdagangan pada umumnya merupakan pusat aktivitas masyarakat perkotaan. Dengan kondisi fisik secara umum berupa kepadatan bangunan dan volume lalu lintas yang tinggi, sehingga di duga turut andil dalam perubahan elemen iklim bagi daerah sekitarnya. Pada variabel jarak terhadap pusat perdagangan juga sama dengan variabel jarak terhadap pusat industri bahwa semakin dekat suatu daerah permukiman maka semakin besar nilai harkat ataupun sebaliknya. Artinya harkat yang semakin besar maka daerah permukiman tersebut semakin tidak nyaman. 29

Sugiasih Tabel 4. Kriteria jarak terhadap pusat perdagangan 1 500 m 1 2 501 1000 m 2 3 1001 1500 m 3 4 1501 2000 m 4 5 2000 m 5 Sumber : Analisis data dan survei lapangan 2.4. Jarak Terhadap Jalan Utama Penggunaan parameter ini dengan pertimbangan adanya kepadatan lalu lintas yang tinggi di jalan-jalan utama. Kepadatan lalu lintas yang tinggi berarti adanya gas CO 2 yang banyak. Kepadatan lalu lintas yang tinggi juga berakibat meningkatkan panas disekitarnya. Jalan utama yang dipertimbangkan biasanya adalah jalan arteri dan kolektor serta dipertimbangkan pula jalan yang sering terjadi kemacetan. Pada variabel ini ditunjukkan bahwa semakin dekat daerah permukiman dengan jalan utama maka semakin besar pengaruhnya terhadap ketidaknyamanan di daerah permukiman tersebut dan ditunjukkan dengan harkat yang lebih besar. Tabel 5. Kriteria jarak terhadap jalan utama 1 500m 5 2 501 1000 m 4 3 1001 1500 m 3 4 1501 2000 m 2 5 2000 m 1 Sumber : Analisis data dan survei lapangan 30

Rumus Indeks Ketidaknyamanan Suatu Wilayah 2.5. Liputan vegetasi di daerah permukiman Adalah prosentase lahan daerah permukiman yang tertutup vegetasi jenis pepohonan. Vegetasi memiliki kemampuan untuk menyimpan panas yang diterimanya dalam bentuk panas laten. Penyimpanan ini akan mengurangi jumlah panas yang terpakai dalam bentuk panas terasa (sensible heat) sehingga mampu mendinginkan daerah sekitarnya. Bobot pada parameter ini adalah 1. Pada daerah permukiman yang memiliki vegetasi lebih banyak memiliki nilai yang lebih rendah, hal ini menunjukkan bahwa daerah permukiman dengan liputan vegetasi akan semakin nyaman. Tabel 6. Kriteria liputan vegetasi di daerah permukiman 1 Sangat sedikit < 10 % 5 2 Sedikit 10 24 % 4 3 Sedang 25 39 % 3 4 Banyak 40 54 % 2 5 Sangat banyak > 54 % 1 Sumber : Astin S, 1995 2.6. Liputan vegetasi di luar daerah permukiman dalam radius 100 m Vegetasi di luar daerah permukiman perlu juga di pertimbangkan, karena bagi vegetasi di dalam maupun diluar daerah permukiman memiliki pengaruh terhadap tingkat kenyamanan. Bobot pada parameter ini adalah 2. Tabel 7. Kriteria liputan vegetasi di luar daerah permukiman dalam radius 100 m 1 Sangat sedikit < 10 % 5 2 Sedikit 10 % - 24 % 4 3 Sedang 25 % - 39 % 3 4 Banyak 40 % - 54 % 2 5 Sangat banyak > 54 % 1 Sumber : Astin S, 1995 31

Sugiasih 2.7. Skala kenyamanan Skala tingkat kenyamanan ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan nilai total terendah dan tertinggi yang dapat diperoleh. Nilai total pada tiap satuan pemetaan diperoleh dengan mengalikan harkat dengan pembobot pada masing-masing parameter dan kemudian dijumlahkan seluruhnya. Penentuan interval tiap kriteria dilakukan dengan sistem kelas interval aritmatik, hasilnya merupakan selisih dalam skala tingkat kenyamanan. Rumus sistem kelas interval aritmatik adalah A + x + 2x +...+ nx = B. dimana A = nilai terendah B = nilai tertinggi n = jumlah kelas yang dikehendaki x = besarnya kelas interval pada kelas pertama Selanjutnya batas 2 kelas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kelas 1 A - (A + x) Kelas 2 (A + x) - (A + 3x) Kelas 3 (A + 3x) - (A + 6x) Tabel 8. Skala Tingkat Kenyamanan Nomor Kriteria Tingkat kenyamanan 1 40 Nyaman 2 41-72 Tidak nyaman 3 72 Sangat Tidak nyaman Sumber : Perhitungan berdasarkan sistem kelas interval aritmatik 3. KESIMPULAN Rumus tingkat kenyaman selama ini ada tiga, yaitu a. Discomfort Index (DI) DI = 0.4 (T + Td) + 15 atau DI 0.01Rh) (T 18) dimana : T = temperatur, 0 F Td = temperatur titik embun, 0 F Rh = kelembaban relatif, % 32

Rumus Indeks Ketidaknyamanan Suatu Wilayah b. Temperatur Humidity Index (THI) THI = 0.8 T + (RH x T)/500 dimana T adalah suhu udara ( 0 C), dan RH adalah kelembaban relatif (%). c. Comfort Index (CI) CI = 0.7 Tw + 0.2 Tg + 0.1 Ta dimana Ta dan Tw berturut-turut adalah suhu bola basah dan suhu bola kering, dan Tg adalah suhu bola kering yang diukur dengan termometer globe (semuanya dalam 0 C). 4. DAFTAR PUSTAKA [1] Indarto, Eddy, 1993, Pengaruh Suhu Udara Dan kelembaban Udara Terhadap Tingkat Ketidaknyamanan Fisiologis Penghuni Rumah tinggal Di Perumnas Banyumanik Semarang, Tesis-S2, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. [2] Mather, J.R., 1974, Climatology : Fundamentals And Aplications, McGraw-Hill : New York. [3] Murdiyarso, D., S. Heny, 1992, Peranan Hutan Kota Dalam Pengendalian Iklim Kota, Seminar Sehari Iklim Perkotaan, Jakarta. [4] Pudjiastuti, L., R. Septa, R.S. Happy, 1998, Kualitas Udara Dalam Ruamg, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. [5] Sutanto, Goenadi, G., Totok, 1981, Penggunaan Foto udara Untuk Pembuatan Peta Tata Guna Lahan Kotamadya Yogyakarta, PUSPICS, Fakultas Geografi, UGM, Yogyakarta. 33