APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

TATA LETAK DENGAN BANTUAN KOMPUTER. Tataletak Fasilitas dengan Bantuan Komputer

Metode Pencarian & Pelacakan dengan Heuristik

Masalah, Ruang Keadaan dan Pencarian 4/7/2016. fakultas ilmu komputer program studi informatika

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI KINERJA DAN SIMULASI PENENTUAN JARAK TERPENDEK DENGAN SIMULATED ANNEALING PADA SUHU TETAP DAN SUHU BERUBAH

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

BAB 2 LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA)

INTELEGENSI BUATAN. Pertemuan 2,3 Problem, Space, Search. M. Miftakul Amin, M. Eng. website :

APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB

Matematika dan Statistika

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

ABSTRAK Kata kunci : Universitas Kristen Maranatha

PENERAPAN EVOLUTIONARY ALGORITHM PADA PENJADWALAN PRODUKSI (Studi Kasus di PT Brother Silver Product Indonesia)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERTEMUAN #1 PENGANTAR PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. 37 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

PENGATURAN ULANG URUTAN TATA LETAK SERI ANTAR ETALASE

komputasi dan memori yang rendah), mampu memecahkan permasalahan dengan area fasilitas yang sama atau tidak sama (equal and unequal area), dan

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM ( TSP ) DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL BEE COLONY

Pengembangan Algoritma Ant Colony Optimization untuk Menyelesaikan Permasalahan Layout

Universitas Kristen Maranatha

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

MODEL PENYELESAIAN JOB SHOP SCHEDULING PROBLEM MENGGUNAKAN METODE LOCAL SEARCH ALGORITHM DENGAN CROSS OVER

Usulan Tata Letak Fasilitas Menggunakan Automated Layout Design Program Di Industri Hilir Teh PT. Perkebunan Nusantara VIII *

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

Manual Penggunaan Algoritma Evolusi Diferensial untuk Mengoptimasikan Tata Letak Fasilitas Komarudin

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Implementasi Metode Simulated Annealing pada Robot Mobil untuk Mencari Rute Terpendek

ANALISIS ALGORITMA SEMUT UNTUK PEMECAHAN MASALAH PENUGASAN

Usulan Penjadwalan Proses Manufaktur Screw Conveyor dengan Menggunakan Metode Simulated Annealing untuk Meminimasi Makespan di PT Kerta Laksana

Algoritma Branch & Bound untuk Optimasi Pengiriman Surat antar Himpunan di ITB

ANALISA KEBUTUHAN WAKTU PADA PROSES PENYELESAIAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Randy L Haupt & Sue Ellen Haupt, Practical Genetic Algorithms second edition, Wiley Interscience,2004.

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN

Break Even Point Estimation Using Fuzzy Cluster(FCM)

ANALISIS PERANCANGAN STASIUN KERJA PERAKITAN

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ALGORITMA OPTIMASI UNTUK PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (Optimization Algorithm for Solving Travelling Salesman Problem)

Konsep dan Penjelasan Pustaka Simulated Annealing Untuk Menyelesaikan Permasalahan Tata Letak Mesin

IMPLEMENTASI ALGORITMA CAT SWARM OPTIMIZATION DALAM MENYELESAIKAN JOB SHOP SCHEDULING PROBLEM (JSSP)

BAB I PENDAHULUAN. ini tentunya dapat dilakukan dengan cara mengatur layout pabrik sedemikian rupa

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

Perancangan Ulang Fasilitas Produksi Menggunakan 2-OptAlgorithm Di PT. XYZ ABSTRAK

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri

ANALISIS PENGALOKASIAN KANAL PADA KOMUNIKASI SELULER DENGAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP PADA MESIN PABRIK

SILABUS MATA KULIAH. Pengalaman Pembelajaran. 1. Mendiskusikan pentingnya. perancangan tata

HEURISTIC SEARCH UTHIE

Penerapan Algoritma Genetika dalam Job Shop Scheduling Problem

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

KLASIFIKASI POLA MENGGUNAKAN JARINGAN PROBABILISTIK

PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI 2

PERANCANGAN TATALETAK GUDANG DENGAN METODA DEDICATED STORAGE LOCATION POLICY (Studi Kasus : PT. X)

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB IV ANALISIS MASALAH

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X)

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo

Penentuan Ukuran Batch dan Sequence Optimal Dalam Sistem Produksi Dua Stage

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

PENGEMBANGAN ALGORITMA ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN LAYOUT

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PADA DEPARTEMEN PRODUKSI MESIN PACKAGING DENGAN BLOCPLAN

Metode Craft Berbantuan Perangkat Lunak WinQsb Untuk Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas V2.0 Pada Industri Dompet CV. X

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

Perancangan Tata Letak

APLIKASI HASIL PENCARIAN DAN RUTE PENGIRIMAN BARANG DARI SOLUSI MASALAH TRANSPORTASI BIKRITERIA DENGAN METODE LOGIKA FUZZY

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

PERANCANGAN APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENEMUKAN TEMPAT PARIWISATA TERDEKAT DI KEDIRI DENGAN METODE FLOYD- WARSHALL UNTUK SMARTPHONE

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DIVISI WELDING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. XX

RE-LAYOUT FASILITAS PRODUKSI INDUSTRI SHEET METAL WORKING BERBASIS JOB SHOP DENGAN PENDEKATAN LINEAR MIX INTEGER PROGRAMMING

ALGORITMA GENETIK PADA MASALAH TATA LETAK MESIN DENGAN PENGKODEAN KROMOSOM UNTUK UKURAN MESIN YANG BERBEDA-BEDA

Transkripsi:

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Sri Kusumadewi, Hari Purnomo Teknik Informatika, Teknik Industri Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta cicie@fti.uii.ac.id, ha_purnomo@fti.uii.ac.id ABSTRACT Facilities layout has very important relation with material handling systems. One of the most problem in production systems is caused by unsystematic material handling. In this research, we will try to implement simulated annealing algorithm to layout machines. Input of this research are machine number, each machine dimension (length and width), sequence of machines in each part, production volume in each part, and batch size in each part. Output of this research is machines layout with minimum total flow cost. This research solved the case with 15 machines and 25 parts. The result on this case is sequence of machines: 1, 12, 7, 2, 4, 15, 6, 8, 11, 3, 9, 10, 14, 13 and 6 with total flow cost 6100.5. Keywords: simulated annealing, machine layout 1. PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan sistem manufaktur semakin ketat, hal ini berdampak pada persaingan perusahaan yang cukup berat. Menghadapi persaingan yang ketat perlu strategi dari segala aspek termasuk aspek produk, proses dan jadual. Permasalahan dunia industri bukan hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus ditanam, sistem dan prosedur produksi, pemasaran hasil produksi dan lain sebagainya, namun menyangkut pula dalam hal perencanaan fasilitas. Baik permasalahan lokasi fasilitas maupun permasalahan menyangkut rancangan fasilitas [1]. Perancangan fasilitas meliputi perancangan sistem fasilitas, tata letak pabrik dan sistem penanganan material (pemindahan bahan). Diantara ketiga aktivitas perancangan fasilitas di atas mempunyai keterkaitan yang sangat erat sehingga dalam proses perancangan perlu dilakukan secara integral. Tata letak yang baik adalah tata letak yang dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh. Sistem material handling yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan menggangu kelancaran proses produksi sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Untuk menangani masalah tersebut perlu melakukan tata letak fasilitas yang memenuhi syarat ditinjau dari beberapa aspek. Permasalahan tata letak fasilitas merupakan masalah klasik dimana di satu sisi perusahaan dituntut mengoptimalkan produksinya dengan perbaikan tata letak fasilitas dan disisi lain perbaikan tata letak fasilitas yang dilakukan harus benar-benar dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan produktivitasnya. Pengaturan fasilitas memegang peranan penting dalam kelancaran proses produksi agar dapat D-21

tercapai suatu aliran kerja yang teratur,aman dan nyaman. Tata letak fasilitas berhubungan dengan perencanaaan dan pengaturan tata letak mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja [6]. Pada penelitian ini, algoritma simulated annealing akan diimplementasikan untuk menentukan tata letak mesin (15 mesin yang digunakan oleh 25 part) untuk mendapatkan total flow cost yang minimum. 2. DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Simulated Annealing Ide dasar simulated annealing terbentuk dari pemrosesan logam [4]. Annealing (memanaskan kemudian mendinginkan) dalam pemrosesan logam ini adalah suatu proses bagaimana membuat bentuk cair berangsur-angsur menjadi bentuk yang lebih padat seiring dengan penurunan temperatur. Simulated annealing biasanya digunakan untuk penyelesaian masalah yang mana perubahan keadaan dari suatu kondisi ke kondisi yang lainnya membutuhkan ruang yang sangat luas, misalkan perubahan gerakan dengan menggunakan permutasi pada masalah Travelling Salesman Problem. Pada simulated annealing, ada 3 parameter yang sangat menentukan, yaitu: tetangga, gain, temperatur, pembangkitan bilangan random. Tetangga akan sangat berperan dalam membentuk perubahan pada solusi sekarang. Pembangkitan bilangan random akan berimplikasi adanya probabilitas. 2.2 Algoritma Simulated Annealing Algoritma Simulated Annealing adalah sebagai berikut [4]: 1. Evaluasi keadaan awal. Jika keadaan awal merupakan tujuan, maka pencarian berhasil dan KELUAR. Jika tidak demikian, lanjutkan dengan menetapkan keadaan awal sebagai kondisi sekarang. 2. Inisialisasi BEST_SO_FAR untuk keadaan sekarang. 3. Inisialisasi T sesuai dengan annealing schedule. 4. Kerjakan hingga solusi ditemukan atau sudah tidak ada operator baru lagi akan diaplikasikan ke kondisi sekarang. a. Gunakan operator yang belum pernah digunakan tersebut untuk menghasilkan kondisi baru. b. Evaluasi kondisi yang baru dengan menghitung: E = nilai sekarang nilai keadaan baru. i. Jika kondisi baru merupakan tujuan, maka pencarian berhasil dan KELUAR. ii. Jika bukan tujuan, namun memiliki nilai yang lebih baik daripada kondisi sekarang, maka tetapkan kondisi baru sebagai kondisi sekarang. Demikian pula tetapkan BEST_SO_FAR untuk kondisi yang baru tadi. D-22

iii. Jika nilai kondisi baru tidak lebih baik dari kondisi sekarang, maka tetapkan kondisi baru sebagai kondisi sekarang dengan probabilitas: E / T p' = e Langkah ini biasanya dikerjakan dengan membangkitkan suatu bilangan random r pada range [0 1]. Jika r < p, maka perubahan kondisi baru menjadi kondisi sekarang diperbolehkan. Namun jia tidak demikian, maka tidak akan dikerjakan apapun. c. Perbaiki T sesuai dengan annealing scheduling. 5. BEST_SO_FAR adalah jawaban yang dimaksudkan. 2.3 Operator untuk Penyelesaian TSP dengan Simulated Annealing Ada beberapa operator yang bisa digunakan untuk penyelesaian TSP dengan Simulated Annealing. Berikut adalah salah satu contoh operator untuk menentukan jalur [3][4]. Misalkan jumlah kota yang akan dikunjungi adalah NC. a. Kota-kota disimpan pada larik L. b. Kita bangkitkan 2 bilangan random antara 1 sampai NC, misalkan kedua bilangan itu adalah N1 dan N2 dengan N1 < N2. c. Depan = L(1) sampai L(N1-1). d. Tengah = L(N1) sampai L(N2). e. Belakang = L(N2+1) sampai L(NC). f. Bangkitkan bilangan random r, apabila r < 0,5; maka: o DepanBaru = Depan. o TengahBaru = Tengah dengan urutan dibalik. o BelakangBaru = Belakang. o Lbaru = [DepanBaru TengahBaru BelakangBaru] g. Jika r 0,5; maka kerjakan: o Sementara = [Depan Belakang], misalkan memiliki M elemen. o Bangkitkan bilangan random r dengan nilai antara 1 sampai M. o DepanBaru = Sementara(1:r). o TengahBaru = Tengah. o BelakangBaru = Sementara(r+1:M). o Lbaru = [DepanBaru TengahBaru BelakangBaru] 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan variabel-variabel input properti sistem, yang meliputi: jumlah mesin, dimensi setiap mesin (panjang dan lebar), mesin-mesin yang digunakan pada setiap part, volume produksi, dan ukuran batch; b. Merepresentasikan solusi dengan analogi TSP. c. Menentukan parameter-parameter Simulated Annealing, yang meliputi: maksimum perulangan, maksimum sukses, dan penurunan temperatur. D-23

d. Mengaplikasikan simulated annealing untuk mencari tata letak mesin dengan biaya minimum. 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Input Sistem Input data yang dibutuhkan oleh sistem adalah jumlah mesin, dimensi setiap mesin, dan urutan mesin yang digunakan dalam setiap part. Misalkan terdapat 15 mesin dengan dimensi seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Dimensi mesin. Mesin Panjang (unit) Lebar (unit) 1 6 5 2 5 3 3 5 4 4 7 6 5 10 8 6 4 2 7 2 5 8 3 4 9 8 10 10 9 7 11 4 2 12 5 5 13 7 10 14 4 8 15 6 2 Ada 25 part, dengan urutan pengerjaan mesin, volume produksi, dan ukuran batch, seperti terlihat pada Tabel 2. Part Tabel 2 Part dan urutan mesin yang digunakan. Urutan Mesin Volume Produksi Ukuran Batch 1 2 1 3 4 200 10 2 3 10 5 9 8 6 11 300 60 3 1 3 5 7 8 80 20 4 4 1 7 5 160 80 5 1 6 4 2 5 300 100 6 8 3 2 7 1 200 40 7 5 3 13 1 150 50 8 3 5 2 6 4 12 350 50 9 1 9 6 6 2 220 10 10 4 7 5 15 60 30 11 6 1 3 9 12 120 60 12 1 7 5 4 50 50 13 1 10 120 40 14 2 3 8 200 100 15 1 7 3 10 5 14 550 50 16 4 4 2 400 100 17 1 3 300 25 18 5 6 13 220 20 19 10 9 130 10 D-24

20 12 12 2 6 450 90 21 15 10 4 750 75 22 12 10 3 3 2 600 30 23 10 13 15 2 200 20 24 4 7 7 400 40 25 15 10 510 51 4.2 Membentuk Matriks Jarak dan Matriks Aliran (Rate) Pembentukan matriks jarak (D) dilakukan dengan menghitung jarak antar mesin i dengan mesin j secara rectilinear: D ij = x i x j + y i y j dengan (x i, y i ) adalah koordinat pusat mesin ke-i. Pembentukan matriks aliran (M) didapat dari volume produksi dengan ukuran batch pada setiap mesin yang dilalui. Sebagai contoh aliran dari mesin 1 ke mesin 3 atau sebaliknya adalah 38 didapat part-1, 3, 11, dan 17 (Tabel 2); dengan perhitungan berikut : 200 80 120 300 M 13 = + + + = 38 10 20 60 25 Dengan cara yang sama aliran seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks aliran (rate). i=1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 j=1 0 20 38 2 0 5 19 0 22 3 0 0 3 0 0 2 20 0 27 7 10 34 5 0 0 0 0 5 0 0 10 3 38 27 40 20 14 0 11 7 2 36 0 0 3 0 0 4 2 7 20 8 1 10 12 0 0 10 0 7 0 0 0 5 0 10 14 1 0 11 9 0 5 16 0 0 0 11 2 6 5 34 0 10 11 44 0 5 22 0 5 0 11 0 0 7 19 5 11 12 9 0 20 4 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 7 0 0 5 4 0 5 0 0 0 0 0 0 9 22 0 2 0 5 22 0 5 0 13 0 2 0 0 0 10 3 0 36 10 16 0 0 0 13 0 0 20 10 0 20 11 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 5 0 7 0 0 0 0 2 20 0 10 0 0 0 13 3 0 3 0 0 11 0 0 0 10 0 0 0 0 10 14 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 10 0 0 2 0 0 0 0 20 0 0 10 0 0 4.3 Representasi solusi Solusi yang diharapkan dari permasalahan ini adalah tata letak mesin sedemikian rupa sehingga: a. Lokasi yang ditempati mesin memiliki dimensi yang cukup untuk mesin tersebut. b. Tata letak meminimumkan total flow cost. Diasumsikan bahwa area yang akan ditempati oleh semua mesin berbentuk empat persegi panjang. Banyaknya mesin yang akan disusun adalah n mesin. Banyaknya mesin yang D-25

diperbolehkan dalam setiap kolom adalah p, dan banyaknya mesin yang diperbolehkan dalam setiap baris adalah q [2]. Dengan demikian p x q = n. Gambar 1 menunjukkan layout tata letak untuk n mesin. 1 q 1 M 1 M 2 M q M (q+1) M (q+2) M (2q) p M ((p-1)q+1) M ((p-1)q+2) M pq = M n Gambar 1 Layout tata letak mesin. Satu kemungkinan solusi direpresentasikan sebagai suatu barisan: M 1 M 2 M 3 M n Kemudian barisan itu disusun dengan urutan seperti pada Gambar 1. Sehingga hanya dengan mengambil nomor mesinnya saja, barisan tersebut dapat diimplementasikan sebagai barisan bilangan integer positif: 1 2 3 n Total flow cost dicari dengan menggunakan formula [2]: n 1 C (L) = M D(L(i),L(j (1) i= 1 n i ij )) dengan: C(L) = total flow cost. M ij = aliran dari mesin ke-i ke mesin ke-j. D(L(i),L(j)) = jarak antara mesin ke-l(i) dengan mesin ke-l(j) (rectilinear). 4.4 Penetapan Parameter Parameter-parameter ditetapkan sebagai berikut: D-26

a. Maksimum perulangan : 50 x Jumlah Mesin (= 750) b. Maksimum sukses : 1 x Jumlah Mesin (= 15) c. Penurunan temperatur : 0,95 x temperatur lama 4.5 Hasil Penelitian Pemrosesan dengan menggunakan simulated annealing dengan parameter-parameter di atas sampai pada terlihat pada Gambar 2. 8500 Minimum cost setiap iterasi, Iterasi ke-94451, MinCost = 6100.5 8000 Minimum Cost 7500 7000 6500 6000 0 1 2 3 4 5 Iterasi ke- 6 7 8 9 10 x 10 4 Gambar 2 Hasil pemrosesan dengan algoritma genetika di setiap generasi. Layout tata letak fasilitas seperti pada Gambar 3, dengan urutan mesin: 1 12 7 2 4 15 6 8 11 3 9 10 14 13 6 dan total flow cost sebesar. 6100,5. D-27

Gambar 3 Hasil layout tata letak fasilitas. 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Simulated Annealing dapat dan cocok apabila digunakan untuk menentukan tata letak fasilitas. 2. Pada penelitian diperoleh barisan mesin: 1, 12, 7, 2, 4, 15, 6, 8, 11, 3, 9, 10, 14, 13, dan 6; dengan total flow cost sebesar 6100,5. PUSTAKA [1] Apple, JM. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB. 1990. [2] Heragu, S. Facilities Design. Boston: PWS Publishing Company. 1997. [3] Press, W.H., B.P. Flannery, S.A. Teukolsky, dan W.T. Vetterling. Simulated Annealing. http://www.physik.uni-osnabrueck.de/theophys/phertel/np/ np-san.pdf [4] Rich, Elaine dan Kevin Knight. Artificial Intelligence. New york: McGraw-hill Inc. 1991. [5] Sri Kusumadewi. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu. 2003. [6] Tompkins, JM. Facilities Planning. New York: John Wiley & Sons Inc. D-28