By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS FARMAKOKINETIKA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II

Pharmacokinetika for Oral Absorption. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini

Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

BAB 3 MODEL KOMPARTEMEN SATU TERBUKA : PEMBERIAN INTRAVENA BOLUS

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu

FARMAKOKINETIKA. Farmakologi. Oleh: Isnaini

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

SISTEMATIKA STUDI FARMAKOKINETIK Y E N I F A R I D A S. F A R M., M. S C., A P T

PENGANTAR FARMAKOLOGI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPRIMENTAL II

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

Interpolasi Polinom pada Farmakokinetik dengan Model Kompartemen Ganda

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

Farmakokinetika Klinis. Azizah Nasution

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

PENDAHULUAN YENI FARIDA M.SC., APT

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

KINETIKA & LAJU REAKSI

FARMAKOKINETIKA FA

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

COKORDA ISTRI SRI ARISANTI

Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SIMULASI KOMPUTER SEBAGAI ALAT BANTU DALAM ANALISIS FARMAKOKINETIK

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

KINETIKA & LAJU REAKSI

Toksikokinetik racun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS. goreng terbagi menjadi Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PROFIL FARMAKOKINETIK TEOFILIN YANG DIBERIKAN SECARA BERSAMAAN DENGAN JUS JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif


BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Referensi: Bioavailabilitas dan bioekivalensi. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas

Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

PENGARUH PEMBERIAN JUS PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK TEOFILIN PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

Pengantar Farmakologi

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK

SKRIPSI. oleh : MARLIA NURITA K

Pengaruh air kencur terhadap kinetika eliminasi kinidin pada kelinci

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Tabel 3. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-80%) dengan aktivitas spesifik enzim selulase. Aktivitas Unit (U/mL)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sintetik terus dilakukan untuk mencapai efektifitas terapi yang optimal. Obat-obat

2/20/2012. Oleh: Joharman

BAB II. STUDI PUSTAKA

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Profil Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Tiga Sediaan Tablet Natrium Diklofenak Salut Enterik

Absorbsi obat berdasarkan tempat pemberian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menunjukkan hanya 5-10% saja yang dinyatakan positif. Masyrakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FARMAKOKINETIK PARASETAMOL DALAM PLASMA AYAM (GALLUS DOMESTICUS) 1 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Dalam

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FARMAKOLOGI DASAR (2 SKS) FAF-241

PROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN. Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pangsa yang besar bagi industri obat hewan (Palupi dkk., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

PENGARUH PERASAN BUAH MANGGA TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Instruksional:

Tabel 4. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-100%) dengan aktivitas unit enzim selulase. No Fraksi Aktivitas Unit (U/mL)

Prinsip-prinsip Farmakologi. Copyright 2002, 1998, Elsevier Science (USA). All rights reserved.

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

LAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis natrium diklofenak (PT. Dexa Medica) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi sebesar 9,33 liter/kapita/tahun pada tahun Makanan

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

Transkripsi:

By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.

1. Bidang farmakologi a. Mekanisme kerja obat dalam tubuh, khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya atau kedua-duanya. b. Hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh dengan intensitas efek yg ditimbulkannya.

2. Bidang farmasi klinik a) Memilih route pemberian obat yang paling tepat. b) Menghitung aturan dosis yang tepat untuk setiap individu (dosage regimen individualization). c) Menyusunan aturan dosis yang rasional. d) Menerangkan mekanisme interaksi obat,

3. Bidang toksikologi Farmakokinetika dapat membantu menemukan sebab-sebab terjadinya efek toksik dari pemakaian suatu obat.

1. Bersihan (clearence/cl) 2. Volume distribusi 3. Waktu paruh dalam plasma 4. Ketersediaan hayati (F) 5. Ikatan protein 6. Konsentrasi steady state 7. Konstanta laju eliminasi

Parameter tersebut diperoleh dari perubahan konsentrasi bahan obat dan metabolitnya dalam cairan darah dan dalam urin terhadap waktu. Kedua cairan tsb mudah dilewati >>> mencerminkan proses kinetika dalam organisme.

Definisi: suatu hubungan matematika yang menggambarkan perubahan konsentrasi terhadap waktu dalam sistem yg diperiksa. Proses transport yang terjadi dapat digambarkan dengan: a. model 1 kompartemen b. model 2 kompartemen

Model 1 kompartement = jika obat setelah pemakaian segera terdistribusi dalam ruang distribusi yang dapat dilalui dengan merata= jarang i.v. k 10 C1 C1= kompartemen pusat K 10 = tetapan laju eliminasi, dibaca k satu-nol

Slide of body before and after a rapid I.V. bolus injection, considering the body to behave as a single compartment. In order to simplify the mathematics it is often possible to assume that a drug given by rapid intravenous injection, a bolus, is rapidly mixed. This slide represents the uniformly mixed drug very shortly after administration.

Model 2 kompartemen= distribusi obat keruang distribusi yg dilewatinya dg kecepatan berbeda. i.v. k 10 C1 k 12 k 21 C2 K 12 = tetapan transfer untuk transport dari C1 ke c2 K 21 = tetapan transfer untuk transport dari C2 ke c1

Slide of an intravenous bolus injection with a two compartment model. Often a one compartment model is not sufficient to represent the pharmacokinetics of a drug. A two compartment model often has wider application. Here we consider the body is a central compartment with rapid mixing and a peripheral compartment with slower distribution. The central compartment is uniformly mixed very shortly after drug administration, whereas it takes some time for the peripheral compartment to reach a pseudo equilibrium.

Definisi; ukuran kemampuan tubuh untuk menghilangkan obat >>>menunjukkan volume darah yg bersih dr senyawa obat per satuan waktu (vol/waktu)

Clearence total: jumlah clearence dr berbagai organ spt: hepar, ginjal, empedu, paru-paru dll. Namun demikian clearence total sudah cukup jika diwakili oleh jumlah clearence hepar dan clearence ginjal. Cl = kecepatan eliminasi (mg/mnt) Cp (mg/ml) Cp= konsentrasi obat dalam plasma

Bila diformulasikan hubungan antara CL dengan Kel atau T1/2, akan didapatkan persamaan berikut: Cl = V d x Kel Cl = Vd x 0.693 t1/2

Klirens, yang secara definitif diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk membersihkan darah dari obat per satuan waktu, dapat dibedakan menjadi 3 hal, yakni 1) klirens yang berasal dari kerja hepar sebagai organ metabolisme utama, 2) klirens yang berasal dari kerja ginjal sebagai organ ekskresi utama dan 3) klirens yang berasal dari organ-organ lain. CL(tubuh total) = CLhepar + Cginjal + CLlainlain

Pada kebanyakan obat, hepar dan ginjal memegang peran paling penting dalam proses eliminasi obat, sehingga klirens yang disebabkan organ-organ lain dapat diabaikan, maka didapat persamaan: CL(tubuh total) = CLhepar + CLginjal

Pada obat-obat yang eliminasi utamanya melalui metabolisme hepatal (misalnya metronidazol, teofilin, dll.), maka klirens oleh organ-organ lain dapat diabaikan sehingga CL(tubuh total) = CL(hepar) Sedangkan obat-obat yang eliminasi utamanya melalui ekskresi ginjal, maka: CL(tubuh total) = CL(ginjal)

Merupakan ukuran dari ruangan dalam tubuh yang tersedia untuk difusi obat atau dapat diartikan sebagai volume yang diperlukan untuk memuat semua obat dalam tubuh secara homogen dgn konsentrasi yang sama dgn konsentrasi obat dalam darah, plasma atau cairan plasma.

Namun demikian, jika nilainya lebih besar dibadingkan dengan volume cairan tubuh sesungguhnya, berarti distribusi obat terkonsentrasi pd jaringan tertentu. Cairan tubuh total pada orang dgn BB 70 kg adalah 42 L yang terdiri dari: cairan intraseluler 28 L, ekstraseluler 14 L

Vd= Dosis Cp Cp= konsentrasi obat dalam plasma Menghitung Vd= menghitung vol tempat obat dilarutkan, ex:

1000 mg obat dimasukkan dalam beker glas yg berisi air, setelah larut, cairan diambil dan ditetapkan kadarnya, diperoleh kadar 1 mg/ml. Berapa vol air tempat obat terlarut tsb?? Vd juga dapat dihitung berdasarkan rumus: Vd= Cl Ke

Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan suatu keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan membuat nilai distribusi lebih besar, dengan ikatan pada protein plasma, yang meningkatkan konsentrasi plasma dan membuat volume distribusi menjadi lebih kecil. Perubahanperubahan dalam ikatan dengan jaringan ataupun dengan plasma dapat mengubah volume distribusi yang ditentukan dari pengukuran-pengukuran konsentrasi plasma

Adalah: waktu yang diperlukan untuk mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi separuhnya selama eliminasi.

Waktu paruh penting untuk menentukan frekuensi pemberian obat per hari agar tercapai konsentrasi obat dalam plasma yang diinginkan. t1/2= 0,693xVd Cl atau t1/2= ln2 k el

Secara definitif, waktu paro eliminasi adalah waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik berkurang menjadi separonya. Nilai parameter ini merupakan terjemahan praktis dari nilai Kel.

Nilai T 1/2 ini banyak digunakan untuk memperkirakan berbagai kondisi kinetik, misalnya kapan obat akan habis dari dalam tubuh, kapan sebaiknya dilakukan pemberian ulang (interval pemberian), kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai keadaan tunak (steady state) pada pemberian berulang, dsb. Nilai T 1/2 ini dapat dihitung dengan rumus 0,693/Kel.

Didefinisikan sebagai laju dan jumlah fraksi obat yang diabsorpsi melalui jalur pemberian tertentu masuk ke sirkulasi sistemik. Besarnya nilai bioavaibilitas umumnya dibandingkan dengan jumlah obat yang masuk sirkulasi sistemik melalui pemberian injeksi IV.

Pada pemberian IV obat dianggap 100% masuk ke dalam tubuh, shg bioavaibilitas menunjukkan % (fraksi) obat yang terabsorpsi. Cara menghitung bioavaibilitas adalah : F= AUC x AUC iv AUC= area under the curve) pada kurva hubungan antara kadar obat vs waktu

Ikatan protein plasma merupakan suatu formasi kompleks obat dengan protein. Ikatan ini dapat bersifat reversibel atau irreversibel. Kebanyakan obat akan terikat secara reversibel dengan ikatan kimia yang lemah (ikatan van derwalls atau hidrogen).

Ikatan antara obat dgn protein plasma akan mempengaruhi distribusi dan efek farmakologis obat. Ikatan ini dinyatakan dalam persentase: persentase obat terikat dalam darah terhadap jumlah keseluruhan obat yang mencapai sirkulasi sistemik.

Konsentrasi steady state = Css adalah konsentrasi dimana ekilibrium tercapai antara laju obat yang mencapai sirkulasi dengan laju obat dengan laju obat yang dikeluarkan dari plasma. Peningkatan konsentrasi dalam plasma dan tercapainya suatu kadar dalam darah steady state setelah pemberian obat beberapa kali secara oral.

Kadar obat dalam sirkulasi sistemik (darah/serum/ plasma) vs. waktu (AUC) Nilai AUC (Area Under Curve) dapat dihitung pada berbagai periode pengamatan, sesuai kebutuhan, misalnya AUC0-12, AUC0-24 atau AUC0-~. Nilai ini menggambarkan derajat absorpsi, yakni berapa banyak obat diabsorpsi dari sejumlah dosis yang diberikan.

Dengan membandingkan nilai AUC pemberian ekstravaskuler terhadap AUC intravena suatu obat dengan dosis yang sama, akan didapatkan nilai ketersediaan hayati absolut (= F), yakni fraksi obat yang dapat diabsorpsi dari pemberian ekstravaskuler.

Css akan tercapai bila waktu paruh eliminasi sama dengan selang dosis atau mungkin lebih besar, akibatnya pada pemberian dosis kedua menyebabkan konsentrasi plasma lebih tinggi dari dosis terdahulu.

Pada dosis2x berikutnya, konsentrasi plasma meningkat, pd waktu yang sama jumlah senyawa yang dieliminasi persatuan waktu meningkat sampai jumlah yang dieksresi selama selang dosis setara dengan jumlah yg diabsorpsi dari dosis yg sebelumnya. Dengan demikian akan tercapai suatu konsentrasi dalam plasma yang seimbang yang disebut css.

Konstanta laju eliminasi menyatakan laju penurunan konsentrasi obat terhadap waktu. Eliminasi obat kebanyakan mengikuti pesamaan reaksi orde 1 dan beberapa obat mengikuti orde nol. Jika proses eliminasi tdk dijelaskan secara khusus, berarti mengikuti orde 1.

Tetapan kecepatan eliminasi menunjukkan laju penurunan kadar obat setelah proses-proses kinetik mencapai keseimbangan. Satuannya adalah fraksi per waktu (jam-1 atau menit-1). Nilai ini menggambarkan proses eliminasi, walaupun perlu diingat bahwa pada waktu itu mungkin proses absorpsi dan distribusi masih berlangsung.

Secara praktis, nilai ini kemudian diterjemahkan kedalam parameter lain, yakni T 1/2. Tetapan ini dapat ditentukan dengan rumus: Kel= 0,693/ T ½

1. Ciri-ciri obat mengikuti eliminasi orde 1 - % obat yang tereliminasi persatuan waktu adalah tetap - hubungan kadar vs waktu tidak linear - hubungan log kadar vs waktu adalah linier

- Eliminasi orde 1 mengikuti persamaan: ln Cp t = ln Cp 0 K 1 t atau log Cp t = log Cp 0 - K 1 t/2,303 Cp 0= kadar obat dalam plasma mula2x Cp t = kadar obat dalam plasma dalam waktu t t= waktu tertentu

Dari persamaan diatas akan diperoleh nilai: t1/2= 0,693/K 1 atau K 1 = 0,693/t1/2 2. Ciri-ciri obat mengikuti eliminasi orde 0 - jumlah obat yang dieliminasi persatuan waktu tetap - obat mengalami kejenuhan metabolisme - hubungan kadar vs waktu linear. Eliminasi orde 0 mengikuti persamaan: Cp t = Cp 0 K 0 t

Suatu antibiotik dengan dosis 6 mg/kg BB diinjeksikan melalui im kpd sukarelawan yg mempunyai BB 50 kg. Kadar obat dalam plasma darah pd waktu2x tertentu adalah sbb:

Waktu (jam) Kadar (Cp) (µg/ml) 0,25 8,21 0,50 7,87 1,0 7,23 3,0 5,15 6,0 3,09 12,0 1,11 18,0 0,4

Pertanyaannya: - Apakah eliminasi obat mengikuti orde 1 atau orde 0 - Berapa nilai konstanta kecepatan eliminasi, t½, Vd dan Cl???