BAB I PENDAHULUAN. sebuah kenyataan yang dipercaya benar adanya, meski mungkin hanya ilusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai proses produksi hingga pasca

Lokasi Produksi FTV Benjang

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. berada di dalam tim program Rupa Indonesia. Keempat orang ini berperan penting

Produksi Iklan Audio _ Visual

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

Sekilas Tentang Pembuatan Film 3

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing

PT. NUSANTARA MEDIA MANDIRI JOBDESK PRODUCTION FACILITIES DEPARTEMENT NO. PSM/JKO-HRD/04 DISAHKAN. Pada tanggal Randy Monthonaro Tampubolon

Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan

BAB IV ANALISIS PROSES

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Pictures Indonesia Yogyakarta yang pelaksanaannya pada: Tanggal : 01 Agustus 2016 sampai 02 September 2016

Mekanisme Produksi Usaha

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

JUDUL UNIT : Merancang dan Membuat Rencana Kerja Kamera

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi.

BAB V CATATAN PRODUKSI. kurang lebih 14 bulan yang dimulai pada awal agustus tahun 2014 dan terselesaikan

BAB V PENUTUP. PROBLEMATIKA FORMAT PROGRAM SIARAN DAKWAH di JAWA POS. MEDIA TELEVISI (JTV) SURABAYA diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

Produksi dan Editing Teknik Green Screen. Film Pendek Dance. Untuk memenuhi tugas Penyuntingan Digital II

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Project Officer/ Event Manager Field Officer Field Officer Talent Officer Show Director

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

POKOK-POKOK PELAKSANAAN PROGRAM KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

: Teknik Produksi dan Penyiaran Program Pertelevisian

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

PENDIDIKAN PEMBUATAN FILM PADA REMAJA YANG BERUSIA TAHUN

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Evaluasi Camera Person Evaluasi Audio

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep

PROSES Sebagai rumah produksi layanan penuh, kami menyediakan semua dukungan produksi, dari hulu hingga hilir.

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti

JUDUL UNIT : Merancang Dan Membuat Animasi

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-7

JUDUL UNIT : Menyiapkan Dan Membuat Frame/Cel Berwarna

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB III. GAMBARAN UMUM RUMAH PRODUKSI dan PERLAKUAN PPN ATAS PENYERAHAN PRODUK RUMAH PRODUKSI

BAB IV PENUTUP. kualitatif dengan melakukan penyajian data dan analisis data, penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah Pembuatan film

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

Panduan Lengkap Memilih Fotografer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI (AWAL) PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai Peran Director Of Photography Dalam Proses

Sine n m e a m t a o t g o r g a r f a e f r e r Berpikir produksi

TAHUN : 2006 NOMOR : 04

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing

JUDUL UNIT : Membuat Animasi Stop Motion (Modeling)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 2008, dari: 1 Mengurai Kemacetan Lalu Lintas Ibu Kota, Kompas, 16 Desember 2004.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta


REVIEW KARYA TUGAS AKHIR PENYUTRADARAAN VIDEO MUSIK REGGAE BERJUDUL PANTAIKU DENGAN PESAN KESELAMATAN PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB 5 PENUTUP. Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

Surat Perjanjian Kerja Sama Terkait Program Pemagangan Keterampilan Orang Asing (Contoh)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

BERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Merancang produk menetapkan produk sesuai keinginan/rencana yg ditetapkan.

KUISIONER PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan suatu karya seni yang menggambarkan realita kehidupan secara nyata dengan dimensi waktu dan ruang yang tak terbatas. Film dapat membuat sebuah kenyataan yang dipercaya benar adanya, meski mungkin hanya ilusi semata (Cleve, 2006, hlm. 1). Film Story of Unbounding Journey dibuat berdasarkan pengalaman penulis skenario. Penulis skenario menceritakan mengenai kehidupan masa kecilnya dan bagaimana orang tuanya mendidik, serta memberlakukan aturan dalam kehidupannya. Film pendek Story of Unbounding Journey mengangkat tema mengenai fantasi dan petualangan, dimana fantasi yang dibangun adalah sebuah mimpi dan petualangannya merupakan pengalaman di lokasi yang berbeda. Penulis ikut serta dalam pembuatan film pendek berjudul Story of Unbounding Journey karena penulis merasa jalan cerita pada film ini dekat dengan pengalaman masa kecilnya juga. Penulis ingin menunjukkan kepada penonton mengenai arti keluarga, dimana hubungan antar anggota itu sangat diperlukan. Dalam film ini hubungan keluarga dikemas dengan menggunakan tema petualangan dan fantasi anak kecil. Dalam produksi film pendek ini, penulis mengambil peran sebagai seorang production manager. Maka penulis harus mengetahui terlebih dahulu tugas seorang produser dalam memimpin sebuah produksi, kemudian hal apa saja yang berkaitan dengan production manager. Saroengallo (2011) berpendapat, seorang production 1

manager bertugas mengkoordinasi, dan mengawasi jalannya proses produksi dari proses pra-produksi sampai produksi (hlm. 96-97). Penulis akan menjelaskan mengenai persiapan dan hal apa saja yang dilakukan dalam produksi film pendek Story of Unbounding Journey. Oleh karena itu penulis sebagai Production manager dalam film pendek Story of Unbounding Journey tertarik untuk membahas topik mengenai production manager. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana peranan production manager dalam pengaturan pra-produksi dan produksi pada film Story of Unbounding Journey? 1.3. Batasan Masalah Peran production manager dalam film pendek berjudul Story of Unbounding Journey, yang fokus pada topic mengkoordinasi dan mengawasi keperluan logistik, safety, budgeting, jadwal dalam proses pra-produksi dan produksi. 1.4. Tujuan Tugas Akhir Tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk menjelaskan mengenai peranan production manager dalam film Story of Unbounding Journey. 1.5. Manfaat Tugas Akhir 1. Penulis menulis laporan ini agar dapat mengetahui lebih lengkap mengenai peranan production manager dalam sebuah film pendek. 2. Bagi orang lain atau masyarakat dapat mengetahui pentingnya peran production manager dalam pembuatan film pendek. 2

3. Bagi UMN dapat menjadi bahan perimbangan dan pelajaran bagi mahasiswa lain yang ingin mengetahui peran production manager pada pembuatan film pendek. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produser Menurut Yager dan Yager (2009) produser memiliki peranan penting dalam terwujudnya sebuah film (hlm. 59). Worthington (2009) mengatakan produser adalah orang yang bertanggung jawab atas lahirnya sebuah film. Produser bertugas dari awal produksi dimulai sampai selesai dan ia yang memberikan keputusan akhir dalam proses produksi, karena itu produser harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai film yang akan dibuatnya (hlm. 11). Mamer (2009) mengemukakan hal yang sama bahwa produser bertugas dari awal sampai akhir produksi berlangsung, dimana tugasnya tergantung dari besar kecilnya produksi yang dikerjakan. Pada umumnya seorang produser tidak akan mengurusi urusan logistik saat produksi berlangsung, tetapi lebih mengawasi jalannya produksi (hlm.51). Menurut Rea dan Irving (2010) produser memiliki fokus tugasnya sendiri, seperti pada bagan dibawah ini (hlm.38): 4

Gambar 2.1. Tanggung Jawab Produser Pra-produksi (Rea dan Irving, 2010) 2.1.1. Perbedaan Job Desk Tabel 2.1. Perbedaan Jobdesk Produser Production manager Astrada Bekerjasama Bertanggung Bekerjasama Worthington dengan jawab dalam dengan sutradara (2000) sutradara untuk mengatur dan produser membuat keuangan dan agar produksi 5

terwujudnya berurusan berjalan sesuai sebuah film. dengan jalannya jadwal yang Mengorganisasi produksi sehari- dibuat. dan hari. Mengatur mengkoordinasi Mengorganisasi jalannya produksi kan kebutuhan dan sehari-hari. produksi mengkoordinasik Bertanggung (kreatif, an kebutuhan jawab terhadap keuangan, produksi. jadwal syuting. kontrak) Mencari crew Mencari tim tambahan. kreatif seperti Selalu mengecek sutradara, art dan mengontrol director dan keuangan. editor. Mengontrol dan memberi persetujuan terhadap keuangan dan jadwal produksi. Mamer Mengatur dan Bertanggung Menjadi tangan (2009) mengawasi jawab mengatur kanan sutradara. 6

jalannya dan mengontrol Penghubung produksi dari keuangan dan antara sutradara awal sampai logistik, serta dengan crew akhir. aspek realis lainnya. selama produksi. Memberitahukan Bersama astrada jadwal shot yang mengontol dan akan diambil mengatur jadwal berikutnya sehari-hari kepada crew. produksi. Saroengallo (2011) Membentuk tim kreatif. Bertanggung jawab atas pembuatan film dari awal sampai akhir. Bertanggung jawab atas pelaksanaan harian sebuah proses syuting. Mengatur logistik. Memantau jadwal syuting. Menyusun dan mengawasi keuangan. Bertugas dalam bidang manajerial. Menguasai adegan. Membuat jadwal syuting. Menjadi sumber informasi bagi crew lainnya. Bertanggung jawab penuh atas jalannya proses 7

syuting sesuai jadwal. Gambar 2.2. Jalur Komando Produksi (Cleve, 2006) 2.1.2. Production manager Menurut Worthington (2000) seorang production manager bertanggung jawab dalam mengontrol keuangan dan berurusan dengan jadwal syuting sehari-hari. (hlm.70). Mamer (2009) mengatakan seorang production manager bertanggung jawab dalam mengontrol keuangan dan pengaturan logistik. Beliau menambahkan seorang production manager bersama dengan astrada bertanggung jawab dalam mengatur dan mengontrol jadwal syuting produksi sehari-hari (hlm. 51). Cleve 8

(2006) menambahkan seorang production manager yang bertugas membantu produser memiliki kewajiban: 1. Mempersiapkan jadwal shooting. 2. Mempersiapkan budget. 3. Memperhatikan hal-hal yang diperlukan sebelum syuting, terutama survei lokasi. 4. Persiapan produksi. 5. Mencatat laporan atau hasil shooting selama produksi berlangsung. 6. Mempersiapkan kendaraan dan tempat tinggal untuk crew dan cast. 7. Memperhatikan keamanan selama produksi. 8. Menjaga hubungan baik dengan pihak yang berwenang terhadap lokasi yang digunakan (hlm.3). Menurut Saroengallo (2011) tanggung jawab seorang production manager adalah: 1. Mengkoordinasi, menyiapkan akomodasi, dan mengawasi jalannya produksi. 2. Membuat breakdown skenario dan jadwal syuting. 3. Membuat anggaran dasar. 4. Negosiasi fee/honor kepada crew dan cast. 5. Negosiasi harga sewa alat. 9

6. Memantau pengeluaran harian. 7. Melakukan pengawasan lokasi syuting. 8. Memperhatikan keputusan yang diambil selama produksi. 9. Persiapan untuk perubahan jadwal sewaktu waktu. 10. Mengurusi urusan logistik selama produksi. 11. Mengatur akomodasi. 12. Mengurus kebutuhan asuransi untuk crew. 13. Menjamin peralatan yang disewa. 14. Menguasai jalannya produksi dan siap dengan perubahan jadwal sewaktuwaktu. 15. Membuat laporan harian produksi (hlm. 97). 2.2. Pra-Produksi Menurut Worthington (2009) tahap pra-produksi adalah melakukan setiap perencanaan dan persiapan yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Dalam tahap ini, dilakukan juga perekrutan crew dan cast, serta persiapan lokasi shooting (hlm. 111). Stoller (2009) menegaskan bahwa perlu memperhatikan lokasi yang akan digunakan untuk pengambilan adegan. Menurut beliau, hal seperti perencanaan akomodasi harus dipersiapkan terutama jika syuting dilakukan di luar 10

kota, maka pastikan bahwa lokasi yang ingin digunakan sudah di-booking pada tanggal pengambilan adegan (hlm. 14). Menurut Cleve (2004) pada tahap ini, yang perlu dilakukan adalah penyusunan jadwal shooting, persiapan dan perijinan lokasi, perkiraan budget, perekrutan crew, persiapan alat dan perlengkapan syuting. Oleh karena itu kerjasama yang baik dalam tim sangat diperlukan agar semua persiapan berjalan dengan lancar (hlm. 12). Menurut Rea dan Irving (2010) dalam proses pra-produksi ada beberapa kunci penting yang perlu diperhatikan dan hampir sama dengan yang dikatakan oleh Soroengallo (2011), seperti: 1. Bila ada keraguan langsung dipertanyakan. 2. Jangan beramsusi apapun. 3. Melakukan pengecekan setiap saat. Namun Rea dan Irving menambahkan beberapa hal yaitu: 1. Berpikir positif dan menjaga sikap selama produksi berlangsung. 2. Menjaga kesehatan. 3. Mengatur jadwal agar waktu cukup untuk melakukan persiapan produksi. 4. Mengatur jadwal rapat antara crew inti dengan crew tambahan serta cast. 5. Mempersiapkan jadwal produksi. Selain itu, Stoller (2009) mengatakan bahwa sebelum melakukan proses syuting, penting untuk mengetahui sifat dan keadaan lokasi syuting, indoor atau outdoor, private atau publik, dan situasi serta keadaan lokasi seperti cuaca. 11

2.2.1. Budgeting Dalam memperhitungkan anggaran untuk produksi Saroenggallo (2011) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti (hlm. 77-81): 1. Film panjang / film pendek atau video biasa. 2. Jumlah hari syuting. 3. Jumlah lokasi syuting. 4. Lokasi syuting di dalam atau di luar kota. 5. Biaya-biaya tidak terduga. Worthington juga menambahkan adanya sumber pemborosan selama produksi yaitu: 1. Operasional (uang tol, bensin dan lain-lain) 2. Lokasi (pungutan liar dari satpam atau preman) 3. Artistik (kebutuhan art yang dibeli mendadak atau last minute). Dalam perhitungan budgeting sebuah produksi, seorang produser (dalam perannya sebagai production manager) maka perlu memperhatikan berapa lama syuting akan berlangsung dan ide kreatif apa saja yang ingin diwujudkan oleh sutradara dalam film (Worthington, 2009, hlm. 112). Cleve (2004) menambahkan bahwa seorang production manager harus mengawasi pengeluaran harian dari pra-produksi sampai produksi pembuatan sebuah film. Apabila terjadi over-budget pada salah satu departemen maka PM akan menekan di bagian departemen lain. Oleh karena itu setiap pengeluaran yang terjadi 12

selama proses pra-produksi dan produksi harus dicatat dan di-update setiap harinya (hlm. 141). 2.2.2. Pengaturan Jadwal Dalam menyusun jadwal shooting, Tomaric (2008) berpendapat bahwa setiap lokasi harus sudah dipastikan aman dan dapat digunakan pada hari yang ditentukan. Dengan begitu, jadwal dapat disusun dengan pasti, sehingga setiap crew dan cast yang terlibat dapat bekerja dengan baik dan maksimal sesuai jadwal (hlm.73). Dalam bukunya, Cleve (2004) mengungkapkan, dalam proses shooting, perlu dipastikan bahwa setiap rencana yang sudah disusun dalam jadwal berjalan dengan baik, agar tidak mengakibatkan biaya membengkak. Kemudian ia menambahkan, dalam menyusun jadwal shooting, ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan seperti: 1. Cuaca bersahabat, maka lakukan adegan di luar ruangan terlebih dahulu. 2. Komunikasi yang dibangun sebelum melakukan syuting sangat penting, terutama apabila belum pernah bekerja sama dalam sebuah tim. 3. Syuting dilakukan dengan kondisi waktu berurutan, dan lokasi yang berurutan. Apabila melakukan syuting dalam satu rumah, lakukan adegan di luar rumah terlebih dahulu baru di dalam. Akan tetapi apabila sudah melakukan set di dalam rumah maka lakukan yang di dalam rumah terlebih dahulu. 4. Saat menentukan jadwal syuting perlu memperhatikan jadwal cast juga. Cleve kemudian menambahkan, ketika seluruh kebutuhan produksi sudah dipersiapkan, dan jadwal shooting sudah ditetapkan, maka pastikan semua crew dan 13

cast yang terlibat siap tepat pada waktunya sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing (hlm. 50-52). Worthington (2009) berpendapat bahwa dalam merencanakan jadwal shooting, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan. Pertama, melakukan shooting di lokasi yang sama dalam urutan waktu yang beruntun. Dengan ini, waktu yang digunakan akan lebih efisien. Kemudian, rencanakan untuk melakukan pengambilan gambar dengan set di luar ruangan lebih dahulu, karena pengambilan gambar ini akan sangat bergantung terhadap cuaca. Perhatikan pula, adegan yang cukup rumit yang mungkin memakan waktu cukup lama (hlm. 118). 2.3. Produksi Tahap ini menurut Worthington (2009) merupakan bagian yang sangat penting dan melelahkan. Selama produksi berlangsung, akan ada sejumlah masalah yang harus diselesaikan, maka perlunya mempersiapkan back-up plans apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan 1. Cuaca Cuaca merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan terutama saat melakukan syuting di tempat terbuka. Perubahan cuaca yang mungkin saja tiba-tiba terjadi dapat mengubah seluruh susunan jadwal dan budget film. Oleh karena itu yang perlu dilakukan adalah melakukan adegan luar ruangan terlebih dahulu baru kemudian di dalam ruangan. 2. Logistik 14

Lakukanlah pengecekan kembali semua persiapan yang sudah disiapkan, pastikan lokasi, makanan, dan peralatan siap sebelum hari shooting dimulai (hlm. 121). 3. Lokasi Menurut Cleve (2004), penting dalam memastikan lokasi untuk dapat dipakai selama waktu yang dibutuhkan selama proses shooting, dan pastikan peralatan aman di malam hari untuk ditinggalkan. Ia melanjutkan, sebisa mungkin untuk menghemat waktu dan tenaga, usahakan agar peralatan dapat ditinggalkan di lokasi apabila akan menggunakannya lagi keesokan harinya (hlm. 57-58). Rea dan Irving (2010) menambahkan bahwa dalam proses produksi pastikan lokasi dapat dipakai sesuai jadwal syuting yang ditentukan, hal yang perlu diperhatikan: 1. Surat ijin lokasi 2. Biaya penggunaan lokasi 3. Ijin menggunakan lokasi pada wilayah tertentu. 4. Asuransi. 5. Komunikasi dengan pihak penanggung jawab lokasi, dan siapa yang bertanggung jawab pada lokasi yang digunakan. 6. Transportasi menuju lokasi. 7. Lahan parkir pada lokasi. 15

8. Konsumsi untuk crew dan cast (hlm. 143-144). 2.3.1. Logistik Menurut McCurdy (2011) dalam dunia perfilman, logistik merupakan segala bentuk persiapan secara detail mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses syuting. Logistik dapat berupa persiapan lokasi, persiapan crew, dan pengaturan seluruh alat kelengkapan yang diperlukan, setiap detail dalam perencanaan logistik akan sangat berpengaruh dalam proses syuting (hlm. 124). Lyons (2012) mengatakan perencanaan logistik berperan sangat besar dalam kesuksesan suatu film. Tanpa perencanaan logistik yang baik, kelangsungan suatu produksi film dapat terganggu dan tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan suatu daftar secara detail mengenai hal-hal yang diperlukan. Agar tidak terjadi kesalahankesalahan yang tidak diinginkan karena kurangnya persiapan (hlm. 59). Mamer (2009) memberikan pendapat bahwa kerjasama crew dalam mempersiapkan kebutuhan sebelum, saat dan sesudah pengambilan film sangat diperlukan. Menurut beliau kerjasama yang baik, kekompakan, tanpa rasa individualistis dan ego dalam setiap anggota kelompok dapat memperlancar jalannya proses pembuatan sebuah film. Setiap crew dengan tanggung jawab masing-masing namun tetap bekerja bersama dan maju sebagai sebuah tim (hlm. 66). Menurut Rahmel (2004) sejumlah keperluan dalam shooting perlu diperhatikan dengan seksama, contohnya seperti lokasi shooting. Shooting dapat dilakukan di daerah berpenduduk padat hingga daerah yang tidak dihuni. Namun, setiap pemilihan lokasi harus disertai dengan pertimbangan yang tepat, baik dari 16

ketersediaan parkir, ijin dari pihak yang berwenang, keamanan lokasi, dan lain sebagainya. Ia menambahkan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses shooting, yaitu (hal. 34): 1. Toilet, perlunya ketersediaan sejumlah kamar mandi dengan jarak berdekatan dengan lokasi shooting. Kamar mandi yang cukup bersih dan nyaman digunakan untuk crew dan cast. 2. Lahan parkir, pastikan tersedianya cukup tempat parkir untuk kendaraan yang digunakan oleh cast dan crew. Pastikan lokasi dimana parkir diperbolehkan, dan tidak mengganggu keadaan sekitar. 3. Perlengkapan dan peralatan, merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk persiapan shooting, baik itu kamera, lighting maupun perlengkapan lainnya. Selain itu, pastikan kebutuhan tersebut dapat dengan mudah dipindahkan ke berbagai tempat meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama baik saat pemuatan alat shooting maupun pemindahan lokasi shooting. 4. Make-up location, tidak semua cast dapat mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum sampai di lokasi shooting. Oleh karena itu, penting bagi crew untuk mempersiapkan tempat yang nyaman bagi mereka untuk make-up dan sekaligus menunggu persiapan set lokasi. 5. Generator Location, lokasi generator listrik dalam proses pengambilan gambar harus diperhatikan. Apabila generator listrik terlalu dekat dengan set pengambilan gambar, maka akan mengganggu hasil pengambilan sound. 17

6. Akomodasi, lokasi untuk beristirahat dan makan sebaiknya mudah diakses dari lokasi syuting. Biasanya merupakan tempat para crew dan cast untuk beristirahat dan berbincang-bincang, sehingga perlu dipersiapkan lokasi yang tidak mengganggu jalannya shooting. 2.3.2. Safety Rea dan Irving (2010) mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi resiko kehilangan atau kecelakaan selama produksi (hlm. 226-227): 1. Mengenakan sarung tangan dan sepatu boots jika diperlukan di lokasi. 2. Perlengkapan shooting dan barang berharga tidak boleh ditinggalkan dilokasi atau di kendaraan yang tidak dijaga. 3. Perlatan lampu tidak boleh diletakkan di dekat barang-barang yang sensitif terhadap panas. Lampu shooting memiliki suhu yang tinggi sehingga dapat memercikkan api sehingga berbahaya jika diletakkan dekat dengan barang yang sensitif terhadap panas. 4. Lampu shooting yang menggunakan stand harus aman dan dibebankan dengan sandbags. 5. Kabel kabel atau barang elektronik harus dijauhkan dari air. Menurut Rahmel (2000) berikut adalah beberapa peraturan safety dasar yang perlu diperhatikan dalam proses produksi (hlm. 1-2): 18

1. Mencari seseorang dalam lingkup lokasi syuting yang sudah cukup berpengalaman untuk membantu mengetahui hal-hal dasar yang harus diperhatikan di lokasi. 2. Perhatikan instruksi dasar pada lokasi yang digunakan. 3. Perhatikan bahaya pada lokasi yang akan digunakan. 4. Bekerja dengan seorang teman yang dapat membantu terwujudnya film yang akan dibuat. 5. Jangan terburu buru dalam mengambil keputusan. 6. Bekerja di tempat dengan ventilasi udara yang baik. Keamanan selama proses syuting perlu diperhatikan terutama di lokasi yang mempunyai banyak komponen mudah terbakar. Hal yang perlu diperhatikan seperti (Mamer, 2009, hlm. 335-337): 1. Berhati-hati dengan pancaran panas yang dapat membakar (contoh: saat menyalakan lighting). 2. Berhati-hati dengan listrik yang mudah terjadi hubungan arus pendek atau dapat meledak sewaktu-waktu. (contoh: sambungan kabel) 3. Perhatikan peralatan dan perlengkapan syuting yang berat dan berada atau dibuat pada posisi tinggi seperti stand lighting. 4. Perhatikan juga keselamatan crew dan cast yang berada pada posisi tinggi seperti berdiri diatas batu yang tinggi. 19