Dicetak Januari 2012.

dokumen-dokumen yang mirip
Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

2 Dana Desa mengingat anggaran Dana Desa yang dialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2015 masih belum mencapai 10% (sepuluh per seratus) dari Dana Tra

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tamba

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI DANA INSENTIF DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA RKPD TAHUN LALU

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

SOSIALISASI PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

LAMPIRAN I.A : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

DRAFT PETUNJUK TEKNIS

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

M ang pada Tahun Anggaran 2017 telah mengalokasikan

KAJIAN ANGGARAN PENDIDIKAN. Oleh: KANTOR STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Program Kerja 2017 Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG

PANDUAN PELAKSANAAN BANTUAN BEASISWA UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PENINGKATAN SISTEM PENGELOLAAN DAN BANTUAN PENDIDIKAN DARI PUSAT KE DAERAH

Langkah Ke-1 PENETAPAN SASARAN AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH Langkah Ke-2 PENETAPAN SEKOLAH/MADRASAH SASARAN VISITASI DAN PENUGASAN ASESOR...

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK KE S-1/D-IV JENJANG PENDIDIKAN DASAR

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA. Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

SALINAN BUPATI BULUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

Perencanaan dan Pembiayaan dalam Pencapaian SPM Bidang Pendidikan: Berdasarkan Temuan Governance and Decentralization 2 (GDS2)

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kabupaten Kepahiang Tahun 2016

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

2011, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Ne

PENGELOLAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN DANA BOS PADA PEMERINTAH DAERAH

I. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA Jl. Balai Kota III No.44 Tlp./Fax. (0401) Kendari

BAB II LANDASAN TEORI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Transkripsi:

1

Dicetak Januari 212. II

Daftar Isi Pengantar 6 Tahapan Pengembangan BOSDA Berbasis Formula 9 Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA 9 Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula 1 Langkah 2.1:Mengidentifikasi tema/variabel dalam penyusunan formula 11 Langkah 2.2: Memilih cakupan geografis 12 Langkah 2.3: Menetapkan kelompok sasaran penerima BOSDA 13 Langkah 2.4: Menyepakati variabel, kriteria kelayakan dan proporsi 15 BOSDA Berbasis Formula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran 17 Langkah 3.1: Rencana alokasi tiap kelompok sasaran 19 Langkah 3.2: Verifikasi tabel alokasi 21 Langkah 4: Berkoordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / 26 kota Langkah 5: Persiapan dokumen untuk memasukkan alokasi anggaran 27 BOSDA Berformula di dalam APBD/DPA Langkah 5.1: Menyiapkan alokasi BOSDA untuk APBD/DPA 27 Langkah 5.2: Menyiapkan petunjuk teknis BOSDA 28 Langkah 5.3: Menyiapkan dasar hukum pelaksanaan BOSDA 28 1

Daftar Tabel Tabel 1: Contoh Estimasi Alokasi BOSDA 212 1 Tabel 2: Contoh Materi Diskusi Identifikasi Variabel 11 Tabel 3: Bahan dan topik diskusi yang disarankan (LANGKAH 2.2) 13 Tabel 4: Materi dan topik diskusi yang disarankan (Langkah 2.3) 14 Tabel 5: Persentase proporsi BOSDA berdasarkan variabel 16 Tabel 6: Tinjauan BOSDA Berformula Hasil dari Langkah 2 [CONTOH] 18 Tabel 7: Langkah 3.1 dalam Excel 2 Tabel 8: Sebelum dan Sesudah BOSDA 22 Tabel 9: Contoh aturan pendanaan pada BOSDA Berformula 24 Tabel 1: Jadwal yang disarankan untuk proses membangun konsensus Daftar Gambar Gambar 1. Alur Pengembangan BOSDA Berbasis Formula 4 Gambar 2. Perbandingan BOSDA per Siswa dengan BOSDA berbasis Formula 5 Gambar 3. Perbandingan sebelum dan sesudah BOSDA Berbasis Formula 23 2

Variasi nama BOSDA Biaya Operasional Sekolah Bantuan Biaya Pendidikan Bantuan Biaya Pendidikan Gratis Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPD) Belanja Operasional Sekolah Biaya Operasional PAUD Biaya Operasional Pendidikan Biaya Operasional Pendukung Kegiatan Belajar Mengajar Biaya Pembebasan SPP dan Insentif Guru Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM) BOS Daerah BOS kabupaten BOSDA Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Diniyah dan Guru Swasta (BPPDGS) Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Diniyah dan Guru Swasta (BPPMDGS) Dana Bantuan Pendidikan Dana Operasional Pendidikan Dana Pemeliharaan Rutin Dana Pendamping BOS Dana Rutin Hibah Kegiatan BOS Program Insentif Kesejahteraan Guru Pelaksanaan Operasional Pelayanan Administrasi Perkantoran Pendidikan Gratis Pendidikan Murah Peningkatan Kualitas Pendidikan Menengah Umum Penyediaan BOS Penyelenggaraan Operasional Sekolah PPAP (Program Pelayanan Administrasi Perkantoran) Program Administrasi Perkantoran Program Beasiswa Miskin Program Wajib Belajar Subsidi Pendidikan gratis Tambahan dana pendidikan gratis Tambahan BOS 3

Bagan BOSDA 1 Menghitung jumlah anggaran BOSDA 2 Menetapkan target / fokus BOSDA berbasis formula Langkah 2.1: 4 Mengidentifikasi tema/variabel dalam penyusunan formula Langkah 2.2: Memilih cakupan geografis Langkah 2.3: Menetapkan kelompok sasaran penerima BOSDA Langkah 2.4: Menyepakati variabel, kriteria dan proporsi BOSDA berbasis formula 3 5 Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 3.1: Rencana alokasi tiap kelompok sasaran Langkah 3.2: Verifikasi tabel alokasi Menempatkan alokasi BOSDA berbasis formula dalam APBD Langkah 5.1: Menyiapkan alokasi BOSDA pada APBD Langkah 5.2: Menyusun petunjuk teknis BOSDA Langkah 5.3: Menetapkan dasar hukum pelaksanaan BOSDA Koordinasi dengan pemangku kepentingan di kabupaten /kota Gambar 1: Alur Pengembangan BOSDA Berbasis Formula 4

Sebelum BOSDA Berformula BOSDA per Siswa 25 2 15 1 5 SDN 1 SDN 3 SDN 4 SDN 7 SDN 1 SDN 12 SDN 2 Sesudah BOSDA Berformula BOSDA berbasis Formula 16 14 12 1 8 6 4 2 SDN 1 SDN 3 SDN 4 SDN 7 SDN 1 SDN 12 SDN 2 Gambar 2: Perbandingan BOSDA per Siswa dengan BOSDA berbasis Formula Dengan menerapkan BOSDA Berbasis Formula, diharapkan pengalokasian dana BOSDA lebih adil dan mendorong peningkatan mutu pendidikan. 5

Pendahuluan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) adalah bantuan operasional sekolah yang berasal dari anggaran pemerintah daerah (APBD) yang ditujukan untuk mendukung dana BOS yang berasal dari pemerintah pusat. Penyediaan BOSDA oleh pemerintah daerah ini merupakan amanat dari berbagai Peraturan Perundangan yang ada.uu No. 32 tahun 24 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, dan ditegaskan oleh PP No. 38 tahun 27 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan. Dalam menyelenggarakan otonomi, pemerintah daerah berkewajiban meningkatkan pelayanan dasar pendidikan (UU No. 32, 24), seperti juga yang dinayatakan dalam UU No. 2 tahun 23 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara. Dalam PP No. 48 tahun 28 tentang Pendanaan Pendidikan dinyatakan bahwa Pemerintah daerah,..dapat membantu pendanaan biaya nonpersonalia satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah dan masyarakat. 6 Dengan adanya BOS dan BOSDA diharapkan dapat menjadi dukungan tercapainya Standar Pelayanan Minimum (SPM) sehingga dapat meningkatkan akses dan kualitas pendidikan.

Sebagian besar BOSDA disalurkan dengan menggunakan formula yang sama yang digunakan oleh BOS nasional, yaitu per siswa per tahun. Dengan formula ini, maka sekolah yang mempunyai siswa yang banyak biasanya berada di wilayah perkotaan akan mendapatkan dana BOS dan BOSDA yang besar. Sebaliknya, sekolah dengan siswa sedikit biasanya terletak di wilayah pinggiran atau terpencil, akan mendapat alokasi BOS dan BOSDA sedikit. Hal ini berpotensi menyebabkan kesenjangan antarsekolah di wilayah yang berbeda. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperkenalkan pengembangan BOSDA berbasis formula dimana dalam perhitungan pengalokasian BOSDA mempertimbangkan berbagai karakteristik wilayah termasuk kondisi geografis, profil pendidikan, serta hasil pendidikan yang ingin dicapai. Buku ini adalah panduan teknis bagi pemerintah daerah untuk menyusun secara bertahap pengembangan BOSDA berbasis formula.dengan buku ini, pemerintah daerah diharapkan dengan mudah dapat melakukan uji coba pengembangan BOSDA sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Panduan ini juga dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang akan memudahkan pengguna melakukan uji coba. 7

8

Tahapan Pengembangan BOSDA Berbasis Formula Pengembangan 1 rancangan BOSDA Berbasis Formula terdiri dari 5 langkah. Masing-masing langkah akan dijelaskan pada tahapan berikut. Menghitung Jumlah Anggaran BOSDA Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Langkah 1 untuk mengidentifikasi berapa besar anggaran BOSDA yang dialokasikan oleh kabupaten/kota. Angka ini dapat berupa angka tahun berjalan atau angka estimasi untuk tahun berikutnya. Nama BOSDA bervariasi di masing-masing kabupaten/kota. Program ini tidak dimaksudkan untuk mengubah nama menjadi BOSDA, meski hal itu dimungkinkan untuk dilakukan. Lampiran A berisi daftar nama-nama BOSDA yang telah ada di beberapa kabupaten/kota saat ini. 9

Tabel 1: Contoh Estimasi Alokasi BOSDA tahun 212 Kabupaten / kota XXXXX Nama Program Tahun Jumlah Tingkat Sekolah Dasar (SD) BOSDA 211 Rp.3,4 juta BOPP 211 Rp.5,2 juta Kemungkinan jumlah total BOSDA untuk tingkat SD 212 Rp.8,6 juta Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 BOSDA 211 Rp.2,4 juta BOPP 211 Rp.4,2 juta Kemungkinan jumlah total BOSDA untuk tingkat SMP 212 Rp.6,6 juta Menetapkan target/fokus BOSDA Berbasis Formula Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 2.1: Mengidentifikasi Tema/Variabel Dalam Penyusunan Formula Langkah 2.2: Memilih Cakupan Geografis Langkah 2.3: Menetapkan Kelompok Sasaran Penerima BOSDA Langkah 2.4: Menyepakati variabel, kriteria kelayakan, dan proporsi BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD 1

Langkah 2 untuk menentukan variabel, penerima manfaat dan definisi kelayakannya melalui serangkaian diskusi dengan Tim dinas pendidikan di kabupaten/kota. Langkah ini meliputi 4 tahap yang dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal yang ingin dikembangkan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Peserta diskusi adalah para pengambil keputusan dan orang-orang yang mempunyai informasi tentang pendidikan di lingkungan dinas pendidikan. Tim dapat terdiri dari Kepala Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kepala bagian yang bertanggungjawab terhadap pendidikan dasar dan menengah, keuangan, manajemen data, dan para pengawas pendidikan. 2.1 Mengidentifikasi Variabel Dalam Penyusunan Formula Diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan pendidikan yang dihadapi daerah dan hasil yang diharapkan. Permasalahan pendidikan biasanya berhubungan dengan aksesibilitas, kualitas dan manajemen pengembangan sekolah. Contoh materi dan topik diskusi tercantum dalam tabel berikut: Tabel 2: Contoh Materi Identifikasi Variabel diskusi Hasil Keluaran: Materi diskusi: Topik diskusi: Variabel yang akan dimasukkan dalam formula BOSDA Profil pendidikan di kabupaten/kota: akses, kualitas dan tata kelola Analisis mengenai apa yang baik and buruk pada penerapan BOSDA saat ini Apa prioritas pembangunan di bidang pendidikan di kabupaten/kota Apa indikator sekolah yang kurang beruntung/perlu dibantu? Apakah prestasi / hasil pendidikan yang ingin diraih? 11

2.2 Memilih Cakupan Geografis Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 2.1: Mengidentifikasi Tema/Variabel Dalam Penyusunan Formula Langkah 2.2: Memilih Cakupan Geografis Langkah 2.3: Mengidentifikasi Penerima BOSDA Langkah 2.4: Menyepakati variabel, kriteria kelayakan, dan proporsi BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Langkah 2.2 untuk mengidentifikasi dan memutuskan apakah BOSDA akan didistribusikan ke seluruh area atau hanya area tertentu dalam wilayah kabupaten/kota yang lebih membutuhkan. Kondisi dan situasi sekolah di berbagai kecamatan di dalam sebuah kabupaten/kota sering kali beragam sehingga perlu untuk mengangkat masalah kesenjangan wilayah ini sebagai bahan pertimbangan, untuk didiskusikan dan dicari solusi bagaimana BOSDA seharusnya mengatasi permasalahan ini. Indikator yang disarankan untuk didiskusikan sehubungan kesenjangan ini adalah APK/APM di kecamatan. Berikut ini contoh sederhana unutk diskusi. 12

Tabel 3: Contoh materi diskusi cakupan geografis Hasil / keluaran: Materi diskusi: Topik diskusi Wilayah yang akan didanai BOSDA semua atau sebagian Rencana / profil pengembangan pendidikan di kabupaten / kota APK/APM kecamatan, Identifikasi 5 kecamatan yang terendah Kesenjangan apa yang terlihat di antara kecamatan sehubungan dengan APK/APM? Apakah BOSDA Berformula mentargetkan kecamatan atau semua? Apakah dampak jika dialokasikan ke semua kecamatan atau hanya sebagain saja? 2.3 Menetapkan Kelompok Sasaran Penerima BOSDA Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 2.1: Mengidentifikasi Tema/Variabel Dalam Penyusunan Formula Langkah 2.2: Memilih Cakupan Geografis Langkah 2.3: Menetapkan Kelompok Sasaran Penerima BOSDA Langkah 2.4: Menyepakati variabel, kriteria kelayakan, dan proporsi BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Langkah 2.3 untuk menentukan kelompok sekolah yang akan menerima BOSDA. 13

Ruang lingkup penerima BOSDA sangat beragam, yang salah satunya dipengaruhi oleh besarnya dana BOSDA yang tersedia. Terdapat daerah yang hanya mengalokasikan BOSDA untuk sekolah negeri, namun ada juga yang mengaloaksikan untuk sekolah negeri dan swasta, bahkan madrasah serta semua jenjang pendidikan. Selain itu, ada juga BOSDA yang ditujukan untuk kelompok sekolah seperti MGMP, KKG, dan lain sebagainya. Penentuan ruang lingkup penerima dapat mengacu pada penerima tahun sebelumnya.namun juga sangat dimungkinkan untuk dikembangkan pada lingkup yang lebih luas agar kemanfaatan BOSDA dapat dinikmati oleh lingkup pendidikan yang lebih luas. Tabel 4: Contoh materi diskusi kelompok sasaran Hasil / keluaran: Materi diskusi: Topik diskusi: Kelompok sasaran penerima BOSDA Dokumen BOSDA tahun terakhir Sekolah mana yang akan didanai BOSDA Berformula? SD/MI (negeri/swasta)? SMP/MTs (negeri/swasta)? Kelompok sekolah: MKKS, KKG, MGMP, dll? Jenis sekolah lainnya ( (SLB, pondok pesantoren, PKBM, dll,) 14

2.4 Menyepakati variabel, kriteria dan proporsi BOSDA Berformula Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 2.1: Mengidentifikasi Tema/Variabel Dalam Penyusunan Formula Langkah 2.2: Memilih Cakupan Geografis Langkah 2.3: Menetapkan Kelompok Sasaran Penerima BOSDA Langkah 2.4: Menyepakati variabel, kriteria kelayakan, dan proporsi BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD LANGKAH 2.4 untuk membuat kesepakan tentang variabel, kriteria dan proporsi, berdasarkan hasil diskusi di langkah sebelumnya. Langkah ini akan memberikan arahan mengenai rincian, teknis dan kalkulasi yang tepat dari alokasi sekolah di Langkah 3. Komponen dalam penyusunan BOSDA berbasis formula pada umumnya mencakup 3 hal: (i) alokasi dasar, (ii) alokasi karakteristik sekolah, dan (iii) alokasi penghargaan. Alokasi dasar adalah alokasi yang sama untuk semua sekolah. Alokasi ini untuk menjamin bahwa semua sekolah baik sekolah besar maupun kecil mendapat alokasi BOSDA.Pembedaan jumlah alokasi dasar dapat didasarkan pada perbedaan jenjang atau lokasi.sebagai contoh, alokasi SD berbeda dengan SMP, atau alokasi SD di kecamatan dengan APM rendah, berbeda dengan APM tinggi. Alokasi karakteristik sekolah adalah alokasi yang didasarkan pada berbagai variable yang menjadi karakteristik sekolah seperti letaknya yang terpencil, jumlah siswa sedikit, sekolah satu atap, rasio siswa-guru, dan lainlain yang ditentukan dan disepakati bersama. 15

Alokasi penghargaan adalah alokasi yang ditujukan untuk memberikan insentif bagi sekolah yang mempunyai pencapaian tertentu sehingga memberikan dorongan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasinya. Alokasi ini misalnya untuk sekolah yang meningkat nilai ujian nasionalnya, menurun drop outnya, meningkat tinggi tingkat kelulusannya, danprestasi lainnya. Tabel 5: Contoh Materi Diskusi Variabel, Kriteria, Proporsi Variabel Kriteria Proporsi Alokasi Dasar Alokasi Karakteristik Sekolah Jarak Sekolah ke pusat kota/kabupaten per sekolah 1 km 11 2 km 3% 4% Alokasi Penghargaan Monev Peningkatan Nilai UN 21 3 km <,1,5,6 1, 2% 1% Total 1% Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan: Jangan takut untuk melakukan uji coba. Cobalah untuk inovatif dalam memberikan alokasi bagi sekolah-sekolah yang berkondisi buruk dan berprestasi bagus untuk mempersempit kesenjangan antarsekolah dan antar kecamatan di kabupaten / kota dan untuk mendorong prestasi di sekolah. Cobalah untuk tidak mengalokasikan dana lebih banyak bagi sekolah yang sudah mendapat banyak dana misalnya karena siswanya banyak atau merupakan sekolah unggulan. Jangan gunakan terlalu banyak variabel (disarankan 3-5 saja) karena akan membuat rancangan menjadi terlalu rumit sehingga sulit diaplikasikan. Gunakan informasi/data yang terbaru, yang tersedia, dan mudah. JANGAN hapuskan alokasi dana untuk siswa yang miskin. 16

Disarankan untuk tidak menggunakan daan BOSDA yang mendorong penambahan guru karena saat ini jumlahnya telah melebihi kebutuhan di Indonesia. Perhatian! BOSDA Berformula adalah sebuah cara untuk mengalokasikan lebih banyak dana untuk sekolah-sekolah dengan kondisi buruk dan/atau yang berprestasi bagus, tetapi BOSDA Berformula ini tidak mengikat peruntukannya oleh sekolah masing-masing. Sekolah dapat merancang peruntukan BOSDA Berformula sesuai dengan prioritas masing-masing. 3Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Setelah langkah 2, Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota akan melakukan uji coba BOSDA Berbasis formula di mana contohnya seperti terlihat di bawah ini: 17

Tabel 6: Contoh Alokasi BOSDA Berbasis formula 1 2 Jumlah Anggaran BOSDA tahun 212 Tema/variabel yang teridentifikasi untuk diatasi dalam BOSDA Berbasis Formula Rp 5 Miliar (SD/MI) Rp. 5 Miliar (SMP/MTs) (BOPP di APBD 211) Sekolah agar: Menurunkan angka DO sampai %, 1% tingkat melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama Prestasi belajar yang lebih baik Lebih banyak sumber daya keuangan untuk sekolah di daerah miskin 2.2 Cakupan Geografis Semua kecamatan 2.3-4 Variabel Alokasi dasar Alokasi karakteristik sekolah Alokasi Prestasi Kelompok sekolah Monitoring dan evaluasi Total BOSDA Berformula Persentasi proporsi BOSDA menurut variabel SD/MI (swasta/negeri) Alokasi dasar Rp. 2 Miliar (4%) Tambahan alokasi dasar untuk sekolah di kecamatan yang APM nya meningkat Rp. 5 juta (1%) Jarak: Rp. 1 Miliar (2%) Rombel/Guru Rp. 5 juta (1 %) DO menurun Rp. 25 million (5%) Kenaikan UN Rp. 25 juta (5%) [CONTOH] SMP/MTs (swasta/negeri) Alokasi dasar Rp. 2 Miliar (4%) Tambahan alokasi dasar untuk sekolah di kecamatan yang APM nya meningkat Rp. 5 juta (1%) Jarak: Rp. 1 Miliar (2%) Rombel/Guru Rp. 5 juta (1 %) DO menurun Rp. 25 juta (5%) Kenaikan UN Rp. 25 juta (5%) MKKS Rp. 35 juta (7%) MKKS Rp. 35 juta (7%) Rp. 15 juta (3%) Rp. 15 juta (3%) Rp.5 Miliar (1%) Rp.5 Miliar (1%) 18

Berawal dari tabel di atas, Langkah 3 akan melibatkan lebih banyak pekerjaan yang lebih rincidengan menggunakan Excel dalam tabel alokasi BOSDA (Langkah 3.1) dan verifikasi tabel alokasi (Langkah 3.2), untuk memfinalisasi dan mengalokasikan BOSDA Berbasis Formula: 3.1 Rencana alokasi tiap kelompok sasaran Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 3.1: Rencana alokasi tiap kelompok sasaran Langkah 3.2 Verifikasi tabel alokasi Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Langkah 3.1 untuk membuat tabel rencana alokasi BOSDA yang akan diterima oleh setiap sekolah.terdapat lima tahapan yang dapat diikuti: a. Mempersiapkan data yang dibutuhkan untuk menghitung BOSDA Berbasis Formula b. Mengidentifikasi jumlah sekolah yang sesuai untuk setiap variabel c. Menghitung alokasi BOSDA per sekolah untuk setiap variabel d. Melakukan pembulatan angka pada alokasi BOSDA per sekolah untuk setiap variabel agar lebih praktis e. Selisih antara total alokasi sekolah dengan jumlah total anggaran BOSDA dapat ditambahkan atau dikurangkan dengan alokasi untuk Monitoring dan Evaluasi (Monev) Tabel berikut ini menggambarkan bagaimana langkah-langkah tersebut bisa dilakukan, menggunakan contoh yang sangat sederhana dari BOSDA Berbasis Formula dengan hanya dua variabel untuk 9 sekolah. 19

Tabel 7: Rencana Alokasi BOSDA untuk sekolah STEP 3.1.c: Kalkulasi alokasi sekolah untuk tiap variabel Variabel A Variabel B No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SMP NEGERI 1 SMP NEGERI 2 SMP NEGERI 3 SMP NEGERI 4 MTs NEGERI SMP Barata SMP Pancasila MTs harapan 1 MTs Padmow Total N/S N N N N N S S S S Pengali 1. 1.5 1. 1.5 1. 1. 7. Alokasi 2,857,143 4,285,714 2,857,143 4,285,714 2,857,143 2,857,143 2,, Pembulatan 2,9, 4,3, 2,9, 4,3, 2,9, 2,9, 2,2, Pengali 1 1 1 6 Alokasi 6,666,667 6,666,667 6,666,667 2,, Pembulatan 6,7, 6,7, 6,7, 2,1, Gap +2, Gap +1, LANGKAH 3.1.a & b: Siapkan data yang diperlukan dan identifikasi sekolah yang sesuai untuk setiap variable STEP 3.1.e: selisih ditambahkan ke Monev STEP 3.1.d: Pembulatan angka ke atas/bawah 2

3.2 Verifikasi Tabel Alokasi Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 3.1: Rencana alokasi tiap kelompok sasaran Langkah 3.2 Verifikasi tabel alokasi Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Langkah 3.2 untuk melakukan pengecekan sesuai angka pada tabel BOSDA Berbasis formula dan melihat apakah sudah sesaui dengan yang diharapkan. Pengecekan dapat dilakukan dengan membuat grafik untuk membandingkan antara sebelum dan sesudah menggunakan BOSDA berbasis formula. Tahapan dalam verifikasi ini adalah: a. Mengkoreksi kesalahan penghitungan jika ada, dan mengecek apakah jumlah keseluruhan alokasi sekolah sama dengan total jumlah anggaran BOSDA b. Membuat grafik perbandingan antara alokasi sebelum dan sesudah penerapan BOSDA berbasis formula. Grafik sebelum BOSDA biasanya mempunyai trend menurun dimana sebelah kiri merupakan sekolah besar dan semakin ke kanan adalah sekolah kecil. Setelah penerapan BSODA berbasis formula diharapkan grafiknya akan mempunyai kecenderungan untuk menaik. JIka grafik belum meningkatkan, maka perlu di cek kembali alokasi yang telah dilakukan. 21

Tabel 8: Sebelum dan Sesudah BOSDA Sebelum BOSDA Berformula Sekolah Siswa BOSDA (2./siswa SMP NEGERI 1 615 12.3. SMP NEGERI 2 63 12..6. SMP NEGERI 3 561 11.22. SMP NEGERI 4 484 9.68. MTs NEGERI 47 9.4. SMP Barata 191 3.82. SMP Pancasila 42 84. MTs harapan 1 39 78. MTs Padmow 35 7. Total 6.8. Sesudah BOSDA Alokasi dasar Variabel A 2.. 2.. 2.. 2.9. 2.. 4.3. 2.. 2.9. 2.. 2.. 4.3. 2.. 2.9. 2.. 2.9. 18.. 2.2. Variabel B 6.7. 6.7. 6.7. 2.1. Monev 2.5. Total 2.. 2.. 4.9. 13.. 4.9. 2.. 6.3. 11.6. 11.6. 6.8. 22

Gambar 3: Perbandingan sebelum dan sesudah BOSDA Berbasis Formula Sebelum BOSDA Berformula BOSDA 16 14 12 1 8 6 4 2 SMP NEGERI 1 SMP NEGERI 2 SMP NEGERI 3 SMP NEGERI 4 MTs NEGERI SMP Barata SMP Pancasila MTs harapan 1 MTs Padmow Sesudah BOSDA Berformula V BOSDA 14 12 1 8 6 4 2 SMP NEGERI 1 SMP NEGERI 2 SMP NEGERI 3 SMP NEGERI 4 MTs NEGERI SMP Barata SMP Pancasila MTs harapan 1 MTs Padmow 23

Tabel 9: Contoh BOSDA Berbasis Formula Aturan Pendanaan BOSDA Berformula Alokasi Dasar Alokasi dasar (Tipe 1) Tetap: Rp. XX juta/sekolah Alokasi dasar (Tipe 2) Tetap: Rp. XXa juta / sekolah di Kecamatan A Tetap: Rp. XXb juta / sekolah di Kecamatan B Alokasi karakteristik sekolah Tambahan untuk Sekolah terpencil* (tetap): Rp. XX juta Kriteria Semua sekolah di kabupaten / kota Variasi; jumlah yang berbeda untuk jenjang yang berbeda Semua sekolah di kabupaten / kota Pro-miskin: mis. Jumlah alokasi dasar yang lebih besar untuk sekolah-sekolah di kecamatan dengan APM/APK yang rendah Berorientasi pada prestasi: mis. Jumlah alokasi dasar yang lebih besar untuk sekolah-sekolah di kecamatan yang mencatatkan kenaikan APM/APK yang lebih besar (pendekatan untuk sekolah dengan kondisi buruk / input yang berbiaya tinggi) (X km dari pusat kabupaten / kota ke pusat kecamatan) / (X km dari pusat kecamatan ke sekolah/desa) (contoh) Jarak >5 km >1 km >2 km >3 km Pengalian. 1. 2. 3, Jumlah Rp. Rp. 5 juta. Rp. 1 juta. Rp. 15 juta (contoh) Jumlah = (jarak (km)) x 2-5 juta / tahun / sekolah Tambahan untuk fasilitas/ peralatan yang buruk: Rp. XX juta Tambahan untuk sekolah di wilayah miskin: Rp XX juta. Tambahan untuk sekolah kecil: Rp. XX juta Alokasi untuk Rasio Guru/ Siswa: Rp. XX juta Contoh: 1 juta / sekolah jika sekolah tidak memenuhi fasilitas dan peralatan SPM yang disyaratkan Sekolah terletak di wilayah paling kemiskinan Rp. 2 juta /sekolah jika sekolah jumlah siswa kurang dari XX (SD/MI), YY (SMP/MTs) Jika rasio guru/siswa melebihi yang telah disarankan oleh SPM (termasuk untuk PNS dan guru GTT) (contoh) Rasio Guru/ Siswa (SD) =<32 >32 >4 >48 Pengali 1. 1.5 2, Jumlah Rp. Rp. 5. juta. Rp. 7.5 juta. Rp. 1. juta Rasio Guru/ Siswa (SD) =<24 >24 >36 >48 Pengali 1. 1.5 2, Jumlah Rp. Rp. 5. juta. Rp. 7.5 juta. Rp. 1. juta 24

Aturan Pendanaan BOSDA Berformula Kriteria Alokasi Rombel / guru: Rp. XX juta (contoh) Rombel/guru Pengali Jumlah <1, Rp. =>1, 1. Rp. 5. juta. =>2, 1.5 Rp. 7.5 juta. =>3, 2, Rp. 1. juta. =>4, 2.5 Rp. 12.5 juta. Sekolah Satu Atap: Rp. XX Sekolah Terbuka: Rp. XX Alokasi Penghargaan Tingkat kelulusan: Rp.XX juta/ sekolah DO menurun: Rp.XX juta/ sekolah Hasil akreditasi meningkat: Rp XX juta/ sekolah Kenaikan untuk nilai UN Rp. XX juta / sekolah Contoh: 1 juta / sekolah jika sekolah tidak memenuhi fasilitas dan peralatan SPM yang disyaratkan (Penghargaan untuk prestasi sekolah) 5-1 juta / sekolah 5-1 juta / sekolah hanya untuk sekolah yang baru diakreditasi. Hanya sekali untuk satu akreditasi (A, B, C, TT) Sekolah akan menerima tambahan dana untuk kenaikan nilai UN (contoh) Kenaikan UN 21-211 <= >1, >1.5 >2. >2.5 Pengalian 1. 1.5 2, 2.5 Jumlah Rp. Rp. 5. juta. Rp. 7.5 juta Rp. 1. juta Rp. 12.5 juta Alokasi kelompok sekolah Rp. XXX juta / KKG/MGMP Rp. -2 juta/kelompok Alokasi per siswa (seperti dalam sistem BOS Nasional) juga bisa diterima, meskipun pedoman ini tidak merekomendasikannya. 25

4 Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkana lokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Langkah 4 adalah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di kabupaten/kota dalam hal pendidikan dan penganggaran. Langkah ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mendapatkan persetujuan untuk mencantumkan alokasi anggaran BOSDA Berbasis formula di APBD. Lakukan serangkaian pertemuan untuk mencapai konsensus di antara para pemangku kepentinganuntuk meyakinkan para pembuat keputusan dan menetapkan kapan mulai melaksanakan BOSDA Berbasis formula, termasuk tahapan persiapan dalam penyusunan APBD mendatang. Peserta: Peserta dapat meliputi perwakilan dari kantor dinas pendidikan kabupaten/kota (bertanggungjawab atas BOSDA Berbasis formula), BAPPEDA, Kantor Dinas Keuangan Kabupaten, SEKDA, Bupati/Walikota, Komisi Pendidikan di DPRD tingkat Kabupaten/Kota, dll. Untuk menjaga konsistensi diskusi, keterlibatan perwakilan dari lembaga yang berpartisipasi secara terus menerus sangat penting. Agenda rapat dapat bervariasi, namun kurang-lebih akan berkisar pada:: Pengenalan dan meninjau kembali pemahaman mengenai konsep BOSDA Berformula dengan pendekatan yang lebih sensitif atas karakteristik wilayah dan mekanisme insentif Membuat kesepakatan untuk melanjutkan proses penyusunan BOSDA 26

Berformula dalam rancangan APBD/DPA mendatang. Melaporkan kemajuan dari pengembangan BOSDA Berbasis formula Melaporkan kemajuan dari proses administrasi dan dokumentasi Frekuensi pertemuan tergantung pada kondisi kabupaten / kota. Umumnya pertemuan-pertemuan ini semestinya diadakan beberapa kali dengan 5mempertimbangkan jadwal penyusunan draft APBD/DPA. Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Langkah 1: Menghitung jumlah anggaran BOSDA Langkah 2: Menetapkan target / fokus BOSDA Berformula Langkah 3: Uji coba pengalokasian BOSDA pada kelompok sasaran Langkah 4: Koordinasi dengan pemangku kepentingan kabupaten / kota Langkah 5: Menempatkan alokasi BOSDA Berbasis Formula dalam APBD Selain pekerjaan-pekerjaan teknis untuk membuat tabel alokasi sekolah BOSDA Berbasis formula (Langkah 3), ada beberapa dokumen yang harus disusun dan disiapkan untuk memastikan alokasi anggaran BOSDA Berbasis Formula tercantum di dalam APBD dan dapat dilaksanakan. 5.1 Menyiapkan alokasi BOSDA untuk APBD Siapkan sebuah dokumen APBD/DPA menggunakan template yang sudah ada, masukkan tabel alokasi sekolah yang sudah dibuat mengenai BOSDA Berbasis formula. Sangat disarankan untuk memasukkannya ke dalam satu pos anggaran sehingga memudahkan dalam proses penganggaran selanjutnya. 27

5.2 Menyiapkan petunjuk teknis BOSDA Penting untuk membuat petunjuk teknis sebagai pedoman bagi dinas pendidikan dan pemangku kepentingan yang lain, termasuk sekolah dalam memahami BOSDA berbasis formula. Petunjuk teknis biasanya memuat landasan hukum, alokasi BOSDA berbasis formula beserta alasannya, serta penggunaan dana BOSDA di sekolah. Penyusunan petunjuk teknis dapat mengacu pada petunjuk teknis sebelumnya dan atau dari daerah lain. 5.3 Menyiapkan dasar hukum pelaksanaan BOSDA berbasis formula Sebuah keputusan tentu saja membutuhkan dasar hukum yang kuat yang mendasari pelaksanaannya.biasanya pelaksanaan BOSDA berbasis formula dilandasi dengan Peraturan Walikota/Bupati. Namun ada juga yang didasarkan pada Peraturan daearah (Perda), meski tentu saja proses akan lebih lama. 28

Notes 29

3