KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015
|
|
- Suhendra Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara eksplisit menyebutkan sejumlah prioritas bagi peningkatan sistem pendidikan Indonesia dalam 5 tahun ke depan. Termasuk dalam prioritas tersebut adalah soal manajemen dan pengembangan guru. Berbagai temuan terkait manajemen guru telah disampaikan oleh studi- studi terkini, termasuk studi yang dilakukan oleh Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan atau Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), dan melalui sebuah laporan lanjutan yang disusun oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang juga didukung ACDP berjudul Pendidikan di Indonesia Siap Menyongsong Tantangan. Berbagai persoalan dalam manajemen dan pengembangan guru sendiri dapat dibagi ke dalam 4 aspek utama, yaitu : suplai atau ketersediaan, kualitas, distribusi dan biaya. Kebijakan terkait guru harus memastikan keselarasan antara keempat dimensi ini, yang kemudian perlu dimodifikasi ke dalam berbagai Peraturan dan Perundang- undangan untuk dapat menjawab begitu banyak persoalan kinerja sektor pendidikan yang terkait manajemen dan pengembangan guru. Fitur khas kebijakan terkait guru yang terdapat saat ini adalah kurangnya kesesuaian dengan berbagai aspek di sekitar masalah dan kurang jelinya mencermati konsekuensi tak terduga yang mungkin timbul dari kebijakan yang dihasilkan. Hal- hal tersebut berpotensi menghambat kualitas belajar- mengajar, alih- alih meningkatkannya. Studi- studi ACDP mengidentifikasi setidaknya 9 masalah utama yang perlu diselesaikan untuk memperbaiki manajemen guru nasional Indonesia dan mempresentasikan sejumlah opsi kebijakan yang diharapkan dapat membantu membenahi persoalan. Masalah- masalah dan rekomendasi- rekomendasi kebijakan tersebut dikelompokkan dalam dokumen ini menurut 4 aspek utama yang saling berhubungan di atas. SUPLAI ATAU KETERSEDIAAN 1. Kelebihan suplai atau ketersediaan: Terdapat suplai berlebih secara total secara umum dari 3 juta guru di Indonesia, dengan distribusi yang tidak merata di seluruh sistem pendidikan nasional. Sejumlah sekolah mengalami kekurangan guru, sementara sejumlah sekolah lainnya memiliki terlalu banyak guru, dan tampak terdapat ketimpangan besar antara situasi di provinsi dan kabupaten. o 30% guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan memasuki masa pensiun dalam 10 tahun ke depan. Hal ini membuka kesempatan untuk membenahi masalah suplai dan distribusi guru, dengan tidak menggantikan atau menambah guru di sekolah- sekolah yang telah kelebihan tenaga pengajar. o Mengalokasikan guru sesuai Perbandingan Guru- Murid, mengurangi jumlah sekolah- sekolah kecil, memperkenalkan pengajaran multi- jenjang dan memungkinkan guru untuk mengajar dua mata pelajaran untuk membantu mewujudkan distribusi- ulang guru yang lebih merata.
2 o Meningkatkan insentif mengajar di daerah terpencil dan pedesaan. 2. Suplai Guru- Guru Baru dan Perencanaan Suplai Guru: Terdapat sedikit sekali koordinasi antar Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang beroperasi di Indonesia dalam hal kurikulum, materi ajar dan pendekatan ajar. Saat ini belum tersedia sistem monitoring yang mengawasi efektivitas program pelatihan guru mereka terhadap kualitas guru atau hasil belajar murid. Juga hampir tidak ada kontrol terhadap ekspansi dari institusi ini dalam beberapa tahun belakangan. o Suplai guru perlu diatur lebih baik dan dikendalikan berdasarkan data akurat akan kebutuhan guru secara efisien. Pengaturan ini mensyaratkan perencanaan yang jelas untuk mengantisipasi kebutuhan akan guru yang kerap berubah dari waktu ke waktu karena terkait data demografis, STR, pemetaan sekolah dan angka penurunan guru. o Suplai guru juga perlu dipisah- pisahkan untuk memenuhi kebutuhan akan guru di berbagai tingkat pendidikan yang berbeda (SD, SMP dan SMA/SMK) dan sesuai mata pelajaran yang berbeda (matematika, sains, olahraga, agama, dsb) terutama terkait dengan kurikulum yang diberlakukan setelah terjadi kaji ulang Kurikulum o Institusi- institusi pelatihan guru perlu melakukan koordinasi yang lebih baik dan memastikan pengawasan kualitas untuk dapat membangun maupun berbagi gagasan akan cara- cara yang efektif dan inovatif dalam menyeleksi dan menyiapkan guru. DISTRIBUSI 1. Kurangnya Efisiensi Terkait STR: Indonesia memiliki rasio perbandingan guru- murid (STR) terendah di dunia. Rekrutmen guru melampaui jumlah pendaftaran murid di segala tingkat pendidikan. Di 10 tahun terakhir, jumlah guru di seluruh sekolah (termasuk madrasah) meningkat sebanyak 51%, yang mana mengakibatkan turunnya rasio perbandingan guru- murid dari 20:1 menjadi hampir 15:1. o Menetapkan rasio perbandingan baru antara guru- murid (seperti sesuai rekomendasi yang ditetapkan UNESCO tahun 2014 yaitu 26:1 untuk negara- negara Asia; atau 24:1 untuk negara- negara berpenghasilan menengah), serta kemudian mengalokasikan guru sesuai rasio perbandingan guru- murid, daripada sesuai kelompok murid (kelas). 2. Rumus Sembilan- Guru: Sekolah di daerah- daerah pedesaan memiliki rasio perbandingan guru- murid yang rendah karena mereka memiliki begitu banyak sekolah kecil sebagai hasil dari sedikitnya jumlah murid (seringkali kurang dari 100 orang murid). Sekolah o Menghapuskan peraturan yang mewajibkan tersedianya minimum sembilan guru di Sekolah Dasar (SD). o Membangun kemampuan mengajar multi- jenjang (mendorong guru untuk belajar bagaimana caranya mengajar
3 Dasar (SD) dilengkapi dengan sembilan orang guru berdasarkan formula bahwa setiap sekolah harus memiliki sedikitnya sembilan orang guru. Hal ini membuktikan tidak efektifnya penempatan tenaga guru. murid dengan perbedaan kebutuhan yang beragam dan lintas jenjang, namun seringkali dalam ruang kelas yang sama). o Melatih para kepala sekolah untuk menangani para stafnya secara lebih efektif dan efisien dalam sekolah- sekolah kecil mereka. o Menggabungkan sekolah- sekolah kecil di desa maupun kota, untuk meningkatkan skala ekonomi dari penempatan staf pengajar dan pembiayaan operasional. KUALITAS 1. Guru Pengajar Satu Pelajaran dan Peraturan Wajib Ajar 24 Jam : Seringkali mustahil bagi guru di sekolah- sekolah kecil untuk mengajar penuh- waktu, ketika dimandatkan oleh kebijakan nasional untuk menghabiskan sedikitnya waktu 24 jam dalam seminggu untuk mengajar secara tatap muka. Sebagai konsekuensi dari peraturan ini, guru umumnya memaksakan diri untuk mengajar di beberapa sekolah sekaligus dan menghasilkan dampak kemangkiran guru yang meningkat tajam (guru yang mengajar di lebih dari 1 sekolah berpotensi absen mengajar 4 kali lebih tinggi). o Mengubah peraturan waktu mengajar minimum 24 jam. o Guru harus memiliki kualifikasi mengajar 2 mata pelajaran, dengan komposisi 1 pelajaran utama dan 1 pelajaran non- utama, dilatih dalam Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). 2. Pemanfaatan Guru: Produktivitas guru dipengaruhi oleh kelebihan suplai dan distribusi yang tidak merata, dimana keduanya berdampak pada jumlah kelas yang diajar, jumlah jam yang dihabiskan dalam minggu ajar dan pengaturan jadwal yang efisien. Menurut Studi Ketidakhadiran Guru yang dibuat oleh ACDP (ACDP 011, 2014), sebagian besar waktu dimana guru berada di sekolah namun tidak mengajar dalam kelas (meski mereka dijadwalkan) tampak menghabiskan waktu menunggu kelas berikutnya (44%) atau menghabiskan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan- pekerjaan administratif (32%), dibandingkan dengan mengerjakan tugas- tugas yang berhubungan dengan pengembangan akademis/profesional (24%). Waktu mengajar guru pun seringkali di bawah waktu yang ditetapkan. Hanya 44% dari total guru yang secara aktual mengajar dalam waktu minimum yang diminta, dengan 53% guru di pedesaan, 59% guru di daerah terpencil dan 37% guru di kota bekerja di bawah 18 o Peningkatan manajemen guru di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, diawasi pula oleh pengawas saat kunjungan rutin. o Jaminan mutu kepala sekolah dan pengawas pelatihan, terutama dalam hal kepemimpinan mengajar dan pemanfaatan waktu oleh guru untuk menyiapkan pelajaran, alat- alat bantu visual, menawarkan bantuan dukungan pada murid ketika murid menemui kesulitan, menyiapkan ujian dalam kelas dan bekerjasama dengan komunitas/orang tua melalui komite sekolah, dsb. o Perlu dilakukan revisi terhadap peraturan mengajar 24 jam agar guru dapat menunaikan tugas- tugas profesionalnya lebih banyak.
4 jam per- minggu. 3. Ketidakhadiran Guru: Sekitar 1 dari 10 guru didapati tidak hadir di sekolah, meski mereka dijadwalkan mengajar. Alasan umum yang diberikan adalah untuk menghadiri pertemuan dan pelatihan (26%), meski temuan ini bervariasi tergantung wilayah. Walaupun angka ketidakhadiran guru menurun dalam 10 tahun terakhir (19% di tahun 2003 dan kini 10% di tahun 2013), terdapat bukti bahwa guru- guru mungkin berada di lingkungan sekolah namun tidak mengajar dalam kelas. Hilangnya waktu yang efektif untuk mengajar terjadi saat guru absen dari kelas meski mereka dijadwalkan untuk bertatap muka dengan para muridnya. Sekitar 12% guru tercatat tidak hadir di kelas mereka. o Mempertimbangkan ulang kebijakan nasional saat ini tentang jam kerja guru, dengan mengikutsertakan waktu di luar kegiatan mengajar, dan dengan demikian mengurangi insentif untuk bekerja di lebih dari 1 sekolah. o Menyentuh masalah yang lebih luas dari distribusi guru ketidakhadiran guru adalah gejala dari distribusi guru yang tidak merata dalam sistem. o Fokus pada penguatan perangkat pendukung dan supervisi terhadap proses belajar- mengajar dengan memastikan kunjungan rutin pengawas dan staf lainnya di tingkat kabupaten/kota, pengawasan terhadap kepala sekolah, dan terutama untuk memonitor kehadiran guru, seperti halnya pada penilaian guru yang efektif dalam sekolah, serta untuk memastikan adanya sistem panduan. o Memonitor kehadiran guru melalui buku kehadiran guru, pengawasan oleh orang tua / komunitas melalui komite sekolah, setelah program peningkatan kapasitas yang memadai untuk dapat menilai efektivitas sekolah, dll. o Kepala sekolah meningkatkan manajemen guru untuk memastikan terdapat guru pengganti yang sesuai tersedia untuk mengajar di kelas, saat guru regular tidak hadir. Kepala sekolah juga perlu mendorong dan mendukung guru untuk menggunakan waktu di luar kelas dengan cara yang lebih bermanfaat bagi murid- murid mereka. o Guru tidak dapat diharapkan untuk menghadiri pertemuan dan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di tingkat kabupaten / kota, di saat waktu mengajar. 4. Kepemimpinan Sekolah: Kepala sekolah memiliki kecenderungan untuk fokus pada aspek- aspek administratif dari sistem penilai guru di sekolah. Banyak kepala sekolah dan pengawas merasa tidak nyaman dan merasa tidak memiliki kualifikasi untuk memberikan penilaian profesional tentang guru- guru mereka, apalagi o Menetapkan mandat nasional untuk memastikan bahwa semua kepada sekolah dan pengawas ditunjuk sesuai kapabilitas dan seluruh wilayah harus memastikan bahwa mereka dilatih secara memadai dan menerima sertifikat sesuai program yang
5 lebih jauh untuk memberikan saran yang bersifat pedagogis. disediakan (misalnya PPP). o Membangun sistem yang sudah disempurnakan; dimana pengawasan independen terhadap sekolah dan guru berjalan seiring dengan badan pengawas penjaminan mutu yang juga independen seperti halnya sistem inspeksi sekolah yang umum ada di berbagai negara lain. o Sistem penilaian guru harus dikembangkan untuk dapat membangun sistem yang berbasis kepantasan bagi promosi, dan tidak hanya berdasar pada senioritas. o Struktur 5- langkah dalam karir guru harus ditinjau ulang untuk memastikan bahwa hal tersebut dapat melahirkan guru- guru utama berdasarkan kelayakan/kecakapan dan kemampuan mereka dalam melatih serta menjadi mentor bagi guru- guru baru. BIAYA 1. Biaya : Biaya untuk mempekerjakan guru Pegawai Negeri Sipil atau Non- Pegawai Negeri Sipil : guru kontrak dan guru honorer dan meningkatnya biaya pendidikan, dimana secara keseluruhan jumlahnya membengkak, sebagai hasil dari program sertifikasi guru yang menjamin guru bersertifikat menerima tunjangan yang nilainya setara dengan gaji pokok mereka. Mereka yang ditugaskan ke daerah terpencil atau daerah tertinggal juga menerima tunjangan tambahan yang secara efektif menjadikan gaji mereka tiga kali lipat. Namun demikian, banyak Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak menerima tunjangan- tunjangan ini meski mereka telah terkualifikasi (meraih gelar sarjana S1 mereka atau telah mengantongi sertifikat), atau pun tidak menerima tunjangan penempatan mereka di daerah terpencil. Data biaya gaji guru seringkali tidak tersedia di tingkat kabupaten. Juga tidak terdapat sistem yang konsisten untuk mencatat biaya gaji dari tahun ke tahun, untuk dapat membuat perbedaan antara gaji guru dan gaji non- guru. o o Kebijakan yang ada saat ini mengubah status guru kontrak menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) menyebabkan meningkatnya biaya gaji sebesar 35% dan melakukan sertifikasi semua guru (baik yang PNS maupun non- PNS) akan melipatgandakan biaya gaji tersebut. Guru kontrak juga berada dalam sistem penggajian Pemerintah, namun sekolah dapat mempekerjakan guru honorer, yang persentasenya adalah sekitar 27% guru SD, 20% guru SMP dan 21% guru SMA. Angka ini sangat tinggi mengingat sekolah harus menutup biaya guru non- PNS dari sumber dana non- gaji atau mengandalkan kontribusi orang tua. Kajian terhadap efisiensi penggunaan dana di tingkat kabupaten telah terlambat. Kajian tersebut harus dapat mengukur dampak kualitas belajar- mengajar dari sistem pembiayaan yang kompleks bagi penggajian berbagai jenis guru (PNS, kontrak atau
6 honorer) dan pengiriman uang tunjangan mereka. Di luar kesembilan persoalan di atas, terdapat 1 isu yang dapat ditemukan secara lintas aspek, yaitu tata kelola. Data yang tersedia di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota tentang pembiayaan dan manajemen sangatlah terbatas. Sebuah Keputusan Bersama Menteri dikeluarkan di tahun 2011 untuk menjawab persoalan distribusi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak efisien dan tidak merata di tingkat Kabupaten/Kota, dengan cara melakukan sentralisasi ulang sejumlah aspek dalam manajemen di tingkat Kabupaten/Kota. Meski demikian, terdapat penolakan terhadap Keputusan tersebut yang menyebabkan buruknya implementasi di lapangan. Di bawah prosedur saat ini, kabupaten mempekerjakan guru, namun Pemerintah Pusat menggaji mereka. Hal ini menciptakan insentif yang kontraproduktif bagi kabupaten/kota dalam meningkatkan proporsi dan jumlah guru Pegawai Negeri Sipil. Di bawah skema desentralisasi, Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk manajemen guru, termasuk membayar gaji mereka (guru kontrak atau guru honorer) yang akhirnya diambil dari pos pengeluaran lain; termasuk dari alokasi dana pengadaan komponen- komponen kualitas ajar seperti materi ajar tambahan, program pelatihan guru, dll. Di masa lalu, banyak sekolah bahkan tidak menerima dukungan operasional tambahan dari Kabupaten/Kota atau dana tersebut sangat terlambat diterima. Opsi Kebijakan yang Dimungkinkan : o Mengkaji kembali Keputusan Bersama Menteri tahun 2011 untuk mengembalikan rasional dari peran Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait manajemen guru untuk memastikan efisiensi dan akuntabilitas. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi : Agnes Simamora agnes@acdp- indonesia.org aromamis@gmail.com * * * Annisaa Rachmawati annisaa@acdp- indonesia.org annisaarzainal@gmail.com
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership
Risalah Kebijakan November 2014 Ketidakhadiran Guru di Indonesia Tingkat ketidakhadiran guru di Indonesia Alasan guru tidak hadir di sekolah Kegiatan guru di sekolah ketika sedang tidak mengajar Dampak
Lebih terperinciNo pembelajaran; (iii) peningkatan manajemen Guru, pendidikan keguruan, dan reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK); (iv) peningka
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6058 PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciAIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM
AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa
Lebih terperinciKomentar dan Rekomendasi
Komentar dan Rekomendasi Nama Perguruan Tinggi Skema Reviewer : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara : Skema B : 1. Erlina Marfianti 2. Joko Mulyanto 1. Komentar Umum Selama dua hari visitasi, tanggal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciProgram Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah
KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program
Lebih terperinciMendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik Januari 213 Indonesia telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan dengan berbagai masalah, terutama untuk membantu guru-guru mencapai hasil belajar siswa
Lebih terperinci-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2
ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi
Lebih terperinciPANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH
PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH 1. Pendahuluan Induksi merupakan tahap penting dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) bagi seorang guru. Program Induksi Guru
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
164 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bagian akhir dari tesis, berisi tiga bagian meliputi kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi. A. Kesimpulan Merujuk pada hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,
Lebih terperinciTujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua
: Multi-stakeholder Consultation and Workshop, 26-27 April 2017, Jakarta, Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat kaitannya dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga
Lebih terperinciSertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara untuk Meningkatkan Pembelajaran?
Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Foto: Fitrawardi Faisal Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara
Lebih terperinciPENINGKATAN SISTEM PENGELOLAAN DAN BANTUAN PENDIDIKAN DARI PUSAT KE DAERAH
PENINGKATAN SISTEM PENGELOLAAN DAN BANTUAN PENDIDIKAN DARI PUSAT KE DAERAH 1 LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan pendidikan Islam dapat dilihat berdasarkan tiga pilar kebijakan pembangunan pendidikan:
Lebih terperinciPANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN SELEKSI TAHAP II
PANDUAN PROGRAM HIBAH REVITALISASI LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN SELEKSI TAHAP II DIREKTORAT PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinci2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem
No.13, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Dokter Spesialis. Wajib Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciIMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN M. Syaom Barliana Universitas Pendidikan Indonesia L A T A R B E L A K A N G Peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang
Lebih terperinciKAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN
KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN Kebijakan Pendidikan Working Paper: Investing in Indonesia s Education: Allocation, Equity, and Efficiency of Public Expenditures, World Bank
Lebih terperinciLatihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012
Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral
BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral Temuan Pokok Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan.
Lebih terperinciBANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2012 DAFTAR ISI PENDAHULUAN... 3 KETENTUAN UMUM... 5 IMPLEMENTASI DANA BO-PTN... 9 Lampiran
Lebih terperinciBuku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.
PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang
Lebih terperinciSarjana Mendidik Bangsa Program Guru Penggerak Daerah Terpencil Kabupaten Intan Jaya Tahun 2014/2015
Term of Reference Sarjana Mendidik Bangsa Program Guru Penggerak Daerah Terpencil Kabupaten Intan Jaya Tahun 2014/2015 A. Latar Belakang Kabupaten Intan Jaya merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran
Lebih terperinciBUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DALAM LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa guru dapat
Lebih terperinciPedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi
00 PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DANA DEKONSENTRASI DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH
PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinci2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone
No.1627, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Kepala Madrasah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,
SOAL PILIHAN GANDA 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyebutkan bahwa dimensi kompetensi supervisi meliputi... a. Mengidentifikasi permasalahan,
Lebih terperinciBANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : 1. bahwa dengan
Lebih terperinciCMS CAREER MAPPING SYSTEM. Pendahuluan
CMS CAREER MAPPING SYSTEM Pendahuluan Pemerintah menyadari bahwa sistem perencanaan tenaga kerja dan strategi pengembangan karir bagi manajer perkotaan yang ada saat ini sudah tidak memadai. Keadaan ini
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga LPPKS Indonesia di Surakarta dapat menyelesaikan penyusunan Petunjuk Teknis Penyusunan Program Diklat
Lebih terperinciINOVASI PENINGKATAN KINERJA GURU MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN PELIBATAN MASYARAKAT. Rapat Kerja Teknis TKPK Tahun
INOVASI PENINGKATAN KINERJA GURU MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN PELIBATAN MASYARAKAT Rapat Kerja Teknis TKPK Tahun 2015 1 KERANGKA MATERI 1.Situasi terkini 2.Inovasi Peningkatan Kinerja Guru Melalui
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK
-- 1 -- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciLAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL
LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 26 s.d 28 Februari 2012 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA Kualitas SNP (Isi, Kompetensi Lulusan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, Penilaian, Proses, Biaya) SPM
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN HONORARIUM TENAGA OPERATOR, TENAGA ANALIS DAN TENAGA AHLI SERTA ANGGOTA KOMITE PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
419 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan sebagaimana dibahas pada Bab IV terdahulu, disampaikan kesimpulan secara umum dan kesimpulan secara khusus yang
Lebih terperinciPROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA
PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No. 11 - September 2013 PROGRAM SANGIHE MENGAJAR: Kiat Baru Pemenuhan Guru di Pulau-Pulau dan Desa Terpencil DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE, SULAWESI UTARA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan manajemen pembelajaran atau pengelolaan pembelajaran dimulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO
WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,
Lebih terperinciCATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013
CATATAN ATAS PRIORITAS PENDIDIKAN DALAM RKP 2013 1. Perkembangan Pendidikan di Indonesia 1 Indonesia menargetkan 100 persen angka partisipasi kasar (gross enrollment rates) di tingkat sekolah dasar dan
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN
RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN 2017 2020 Strategi: 1. Peningkatan relevansi melalui peningkatan kemampuan pengetahuan, keahlian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab tantangan-tantangan global dalam kehidupan.
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab tantangan-tantangan global
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Profil pengawas SMA di Kabupaten Natuna, baik dari segi kuantitatif maupun
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Merujuk pada pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya yang berdasar pada fenomena-fenomena esensial di lapangan, maka dirumuskan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa berpendapatan menengah dan memiliki tingkat pendidikan semakin tinggi, mempunyai kehidupan politik yang semakin demokratis, serta rakyat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Ketersediaan sarana dan prasarana serta pemanfaatannya secara optimal
180 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut berikut: 1. Ketersediaan sarana dan prasarana serta pemanfaatannya
Lebih terperinciA. Apa itu Portofolio Sekolah?
Portofolio Sekolah Gambaran Umum i A. Apa itu Portofolio Sekolah? 1. Map A-4: Portofolio Sekolah adalah sebuah buku/map yang berisi serangkaian materi, termasuk di dalamnya foto-foto dan dokumen-dokumen.
Lebih terperinciSarjana Mendidik Bangsa Program Guru Perintis Daerah Terpencil Kabupaten Puncak Tahun 2014/2015
Term of Reference Sarjana Mendidik Bangsa Program Daerah Terpencil Kabupaten Puncak Tahun 2014/2015 A. Latar Belakang Kabupaten Puncak merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran dari kabupaten Puncak
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2
PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 KATA PENGANTAR Undang-Undang Republik
Lebih terperinciKOPI DARAT - EDISI KHUSUS Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 8 Februari 2017
KOPI DARAT - EDISI KHUSUS Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 8 Februari 2017 Topik #30 Kebijakan Guru Pegawai Negeri Sipil di Sekolah Swasta Konteks Guru PNS di Sekolah Swasta Cakupan
Lebih terperinciDIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Standar Kompetensi PENGELOLA PAUD DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007 A. LATAR
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara
No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
Lebih terperinci2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakng Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciStatistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,
PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor
Lebih terperinci1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 Tahun 2007 TANGGAL : 9 Juli 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan
Lebih terperinci1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan global
Lebih terperinciIV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU
31 IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU 4.1. Profil UPT Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Provinsi Riau Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Pegawai (UPT Diklat) adalah
Lebih terperinciProgram Riset Desentralisasi DIKTI
Panduan Pengajuan Proposal Program Riset Desentralisasi DIKTI 2013 Institut Teknologi Bandung Maret 2012 Daftar Isi Daftar Isi... 2 I. Latar Belakang... 3 II. Deskripsi Program Riset Desentralisasi DIKTI...
Lebih terperinciNORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt
Menimbang : jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG
TAHUN : 2010 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 49 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR :. 944 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
158 Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Sumber Daya Manusia Filosofi BCA membina pemimpin masa depan tercermin dalam berbagai program pelatihan dan pengembangan
Lebih terperinciPROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan
Lebih terperinciPROYEK MODERNISASI PENGADAAN
PROYEK MODERNISASI PENGADAAN Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah booklet final.indd 1 booklet final.indd 2 PROYEK MODERNISASI PENGADAAN Pengantar Pemerintah Amerika Serikat melalui Millennium
Lebih terperinciMEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA
MATERI DISKUSI MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA Yeremias T. Keban MKP FISIPOL UGM Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 27 September 2017 The Alana
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung
Lebih terperinci