NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA PENYALAHGUNA NAPZA SELAMA MASA REHABILITASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. sekolah negeri milik pemerintah setingkat menengah atas dengan visi

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi,

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM PUBLIC SPEAKING NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Kuantitatif. Tabel 4.1 Gambaran Usia dan Lama Perkawinan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. JBT II. Organisasi UIP JBT II dibentuk dengan Surat Peraturan Direksi PT

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pengendara motor berusia tahun

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. sesuatu yang berkenaan dengan penelitian. Penelitian dilaksanakan di wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KORELASI SELF CONTROL DENGANKECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER V DI APIKES IRIS PADANG

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

III. METODE PENELITIAN. membantu kearah pemecahan masalah. Berdasarkan judul penelitian yang diambil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Pelita Salatiga kelas XI Tahun ajaran 2012/2013 :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. kalimat-kalimat yang bersifat kualitatif maka teknik ini disebut teknik deskriptif. Tabel 1 Rancangan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Oleh karena itu,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamatkan Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. angka dalam pengumpulan data, penafsiran data dan penampilan hasilnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang

Total 202 orang 100 %

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU Disusun oleh: Khalimatus Sa diyah H. Fuad Nashori FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing (H.Fuad Nashori, S.Psi., M. Si.)

Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Penyandang Cacat Tunarungu Khalimatus Sa diyah H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyandang cacat tunarungu. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Semakin tinggi kepercayaan diri para penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi interpersonal semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri para penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi interpersonal semakin tinggi. Subjek penelitian ini adalah para penyandang cacat tunarungu yang bersekolah di SLB Negeri 3 Yogyakarta, SLB Negeri 4 Yogyakarta, SLB Wiyata Dharma II dan SLB Tunas Kasih pada bagian tunarungu (B) tingkat SMPLB dan SMLB di Yogyakarta. Adapun skala yang digunakan untuk mengetahui kecemasan komunikasi interpersonal disusun berdasarkan teori dari Burgoon dan Ruffner (1978). Skala kepercayaan diri disusun berdasarkan teori dari Lauster (1978). Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Korelasi product moment dari Spearman menunjukkan korelasi sebesar?0,378 dengan p = 0,001 (p?0,01), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat diterima. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian. Kata kunci : Kepercayaan Diri, Kecemasan Komunikasi Interpersonal, Penyandang cacat tunarungu

Pendahuluan Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi juga menjadi bagian hidup manusia sejak awal kehidupannya namun tetapi ada permasalahan yang timbul berkaitan dengan hal tersebut karena berbagai hambatan baik dari diri sendiri maupun dengan orang lain. Salah satunya adalah problem kecemasan dalam menjalin komunikasi. Seseorang yang mengalami kecemasan ini akan menjadi gemetar, takut, dada berdebar, banyak mengeluarkan keringat, kehilangan kata-kata dll dalam menjalin pembicaraan antara antar pribadi seperti dengan teman, guru, orang penting, atau orang yang baru dikenal. Akibatnya orang tersebut cenderung menghindari situasi komunikasi karena ragu, takut salah, dan tidak berani menyampaikan informasi yang ingin dikemukakan. Kondisi seperti ini disebut dengan istilah hambatan komunikasi (communication apprehension) yang menggambarkan reaksi negatif dalam bentuk kecemasan berbicara di muka umum maupun kecemasan komunikasi interpersonal ( Burgoon dan Ruffner, 1978). Individu membutuhkan kepercayaan diri sendiri untuk dapat menguatkan dirinya dalam melakukan aktivitas dan komunikasi dengan orang lain dalam hubungan sosial. Rakhmat (2004) menyatakan bahwa orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari komunikasi, ia takut orang

akan mengejeknya atau menyalahkannya. Rasa rendah diri yang berlebihan hanya akan mendatangkan kesulitan pada diri sendiri, karena individu akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Akibat dari rusaknya pendengaran pada penyandang cacat tunarungu maka mereka pada umumnya mengalami gangguan perseptual, gangguan bicara dan komunikasi, gangguan kognitif, gangguan sosial, gangguan emosi, masalah kependidikan, gangguan intelektual dan masalah vokasional. Dari akibat rusaknya pendengaran penyandang cacat tunarungu tersebut diatas masih ada masalah yang penting yaitu masalah kurang berinteraksi dengan keluarga dan yang lebih luas adalah dalam masyarakat (Abdurrahman dan Sudjadi, 1994). Tunarungu sebagai kondisi yang khusus atau luar biasa dengan berbagai keterbatasannya mempunyai masalah utama yaitu hambatan berkomunikasi. Bagi mereka komunikasi melalui suara hampir tidak mungkin, maka segala sesuatu ditafsirkan sesuai dengan kesan penglihatannya, sehingga tidak jarang terjadi salah tafsir atau kesalahpahaman karena tidak dapat mengangkap maksud dari lawan komunikasinya. Disamping tidak dimengerti orang lain mereka juga sukar untuk memahami orang lain (Surnanpouw dan Setiasih, 2003). Dalam penelitian Surnanpouw dan Setiasih tersebut juga menggunakan metode wawancara dengan beberapa orang tua tunarungu menyatakan bahwa tunarungu dalam hal komunikasi kadang-kadang masih mengalami kesulitan. Berdasar uraian tersebut, penelitian ini akan mencoba menguji hipotesis bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi

interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Semakin tinggi kepercayaan diri individu maka kecemasan komunikasi interpersonalnya akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonalnya. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka diatas hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarunggu. Semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Metode Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua macam skala. Skala ini juga menggunakan lembar identitas diri seperti nama (inisial), umur dan jenis kelamin sebagai pelengkap data penelitian. Skala yang dipergunakan adalah skala kecemasan komunikasi interpersonal dan skala kepercayaan diri untuk mengungkap kecemasan komunikasi interpersonal dan kepercayaan diri subjek. Skala kecemasan komunikasi interpersonal dan skala kepercayaan diri sebelum dipergunakan diuji preliminary dahulu kepada beberapa subjek untuk mengetahui ketepatan konstruk setiap pernyataan.

Penelitian ini menggunakan skala dengan dua alternatif jawaban, yaitu; Ya dan Tidak. Jawaban Ya apabila sesuai dengan keadaan subjek, jawaban Tidak apabila tidak sesuai dengan jawaban subjek. Kriteria pemberian skor untuk aitem favourabel adalah jawaban Ya diberi nilai satu, jawaban Tidak diberi nilai nol. Sedangkan untuk aitem unfavourabel; jawaban Ya diberi nilai nol, jawaban Tidak diberi nilai satu. Alasan digunakan summated rating dengan dua alternatif jawaban karena subjek penelitian memiliki keterbatasan sebagai penyandang cacat tunarungu. Karena keterbatasannya itu, subjek diberi skala yang responnya sederhana yaitu dua alternatif jawaban saja. Secara rinci alat ukur yang digunakan adalah: 1. Skala Kepercayaan Diri Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori kepercayaan diri dari Lauster (1978)Aspek-aspek yang dipakai dalam variabel kepercayaan diri adalah 1) perasaan aman, 2) ambisi yang normal, 3) yakin pada kemampuan diri, 4) mandiri, 5) toleran, serta 6) optimis. 2. Skala Kecemsan Komunikasi Interpersonal Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori dari Burgoon dan Ruffner (1978). Aspek-aspek yang termuat adalah 1) unwillingness yaitu tidak ada minat untuk berpartisipasi dalam komunikasi, 2) unrewarding yaitu tidak adanya penghargaan dalam berkomunikasi, 3) control yaitu kurangnya kontrol dalam situasi komunikasi.

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil try-out, uji validitas dan reliabilitas alat ukurnya adalah: a. Skala Kecemasan Komunikasi Interpersonal Skala kecemasan komunikasi interpersonal terdiri dari 30 aitem, yang terdiri dari 15 aitem favorabel dan 15 aitem unfavorabel. Hasil analisis statistik pada program SPSS versi 12.0 dari 67 subjek yang mengisi skala kecemasan komunikasi interpersonal yang sahih sebanyak 14 aitem, dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,253 sampai dengan 0,496 dan diperoleh koefisien Alpha sebesar 0,711. b. Skala Kepercayaan Diri Skala kepercayaan diri terdiri dari 32 aitem, yang terdiri dari 19 aitem favorabel dan 13 aitem unfavorabel. Hasil analisis statistik pada program SPSS versi 12.0 dari 67 subjek yang mengisi skala kepercayaan diri yang sahih sebanyak 13 aitem, dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,280 sampai dengan 0,514 dan diperoleh koefisien Alpha sebesar 0,745.

1. Deskripsi Subjek Deskripsi subjek dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Deskripsi Subjek Penelitian No Faktor Kategori N 1. Jenis kelamin a. Laki-laki 32 b. Perempuan 35 2. Kelas a. SMPLB 1 14 b. SMPLB 2 17 c. SMPLB 3 17 d. SMULB 1 4 e. SMULB 2 7 f. SMULB 3 8 3. Usia a. 14 16 th 29 b. 17 19 th 12 c. 20 22 th 14 d. 23 25 th 7 e. 28 th 1 f. tidak diisi 4 2. Deskripsi Statistik Data subjek dalam penelitian ini digolongkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori berdasarkan sebaran hipotetik yaitu nilai maksimal dikurangi nilai minimal, sehingga diperoleh perkiraan besarnya standar hipotetik. Standar hipotetik yang terdapat pada suatu deviasi standar di atas mean dikategorikan tinggi, semantara untuk satu deviasi standar di bawah mean

hipotetik dikategorikan rendah. Pada tabel berikut dapat dilihat kategori subjek penelitian berdasarkan mean hipotetik dan mean empiris. Tabel 2 Deskripsi data penelitian Variabel Skor Hipotetik Skor Empirik Xmin XMax Mean SD XMin XMax Mean SD KKI* 0 14 7 2,333 0 12 4,79 2,921 KD 0 13 6,5 2,166 2 13 9,52 2,803 *)KKI : Kecemasan Komunikasi Interpersonal KD : KepercayaanDiri Sebaran hipotetik dari skor skala kecemasan komunikasi interpersonal dapat diuraikan untuk mengetahui keadaan subjek penelitian yang berdasarkan pada kategorisasi standar deviasi, dapat dilihat pada tabel yaitu: Tabel 3 Kriteria kategorisasi Skala Kecemasan Komunikasi Interpersonal Kategori Rentang skor Jumlah Prosentase Tinggi Sedang Rendah X? 9,333 4,667? X? 9,333 X? 4,667 6 27 34 8,95 % 40,29 % 50,76 % Sebaran hipotetik pada skor kecemasan komunikasi interpersonal diketahui nilai terendah adalah? 4,667, nilai tertinggi adalah? 9,333. Luas jarak sebaran adalah 14 0 = 14, sehingga setiap deviasi standarnya bernilai 2,333, dan mean teoritisnya adalah 7. Hasil pengolahan yang ditunjukkan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan subjek yaitu 67 orang, mayoritas subjek berada pada tingkat kecemasan komunikasi interpersonal rendah, yaitu sebesar 50,76 %.

Tabel 4 Kriteria Kategorisasi Skala Kepercayaan Diri Kategori Rentang skor Jumlah Prosentase Tinggi Sedang Rendah X? 8,666 4,334? X? 8,666 X? 4,334 45 17 5 67,17 % 25,37 % 7,46 % Sebaran hipotetik pada skor kepercayaan diri diketahui nilai terendah adalah? 4,334, nilai tertinggi adalah? 8,666. Luas jarak sebaran adalah 13 0 = 13, sehingga setiap deviasi standarnya bernilai 2,166, dan mean teoritisnya adalah 6,5. Hasil pengolahan yang ditunjukkan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan subjek yaitu 67 orang, mayoritas subjek berada pada tingkat kepercayaan diri tinggi, yaitu sebesar 67,17 %. 3. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum analisis penelitian. Maksud dari pengujian kedua uji normalitas dan linieritas merupakan syarat sebelum dilakukanpengetesan nilai korelasi, agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 dengan teknik statistik One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Variabel kecemasan komunikasi interpersonal menunjukkan K-SZ = 1,172 ; p = 1,28 (p?0,05) sedangkan variabel kepercayaan diri K-SZ = 1,461 ; p = 0,028 (p<0,05).

Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memiliki sebaran yang tidak normal. 2. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linieritas variabel kecemasan komunikasi interpersonal dengan variabel kepercayaan diri. Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12.0 yaitu untuk statistik compare means. Diperoleh bahwa F = 14,032 ; p = 0.000 (p?0,05), dan deviation from linierity f = 1,072 ; p = 0,399 (p?0,05). Hsil uji linieritas tersebut menunjukkan antara kecemasan komunikasi dengan kepercayaan diri bersifat linier dan tidak ada kecenderungan menyimpang dari garis linier. 4. Uji Hipotesis Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat diketahui dengan cara melakukan uji hipotesis. Hasil analisis data menggunakan teknik korelasi produk moment dari Spearman pada program komputer SPSS versi 12.0, diperoleh angka koefisien korelasi sebesar?0,378 dengan p = 0,001 (p?0,01), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat diterima. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian.

Pembahasan Hasil analisi data dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal. Hal ini berarti semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tubuh. Sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonalnya. Kepercayaan diri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap individu, karena kepercayaan diri dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian, sehingga dapat menentukan sikap dan perilaku dalam berinteraksi dengan individu lain. Pikiran negatif merasa dirinya tidak mampu, tidak akan berhasil, rendah diri, dan merasa akan dinilai negatif oleh orang lain adalah ciri-ciri kepercayaan diri rendah yang merupakan merupakan penyebab timbulnya kecemasan komunikasi interpersonal. Sebaliknya, bila seseorang memiliki kepercayaan diri dimana selalu merasa nyaman bersama dengan orang lain dalam situasi komunikasi umumnya, dapat bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, terkendali, tidak gugup atau canggung dapat mengurangi tingkat kecemasan komunikasi interpersonal dan meningkatkan keefektifan komunikasi (DeVito, 1997) Kecemasan komunikasi interpersonal yang dipengaruhi oleh rendahnya kepercayaan diri akan mengakibatkan seseorang tidak mampu membuka pembicaraan, memperluas pembicaraan, mengikuti alur pembicaraan, tidak mampu menyampaikan pesan yang pada akhirnya menghindari situasi

komunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Rakhmat (2004) yang menyatakan bahwa orang yang kurang kepercayaan diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari komunikasi,. Ia takut orang akan mengejeknya atau menyalahkannya. Hal ini tercantum pada aspek unwillingness (Burgoon & Ruffner, 1978) dari kecemasan komunikasi interpersonal, yang menunjukkan tidak adanya minat untuk ikut berpartisipasi dalam komunikasi. Menurut teori reinforcement, anak belajar mengulangi perilaku yang diberi reward, sedang perilaku yang yang tidak diberikan reward atau bahkan diberikan punishment cenderung akan dikurangi atau dihilangkan (Devito, 1984; Purnamaningsih dan Utami, 1998). Misalnya, anak akan diberi pengukuhan atau reward apabila ia diam, dan tidak diberi pengukuhan atau mungkin diberi punishment apabila anak berbicara, maka anak tersebut akan menjadi anak yang pendiam. Dengan demikian ia akan mengalami hambatan dalam memperoleh ketrampilan dalam berkomunikasi dengan sukses. Hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan komunikasinya. Pada aspek control, kurangnya kontrol terhadap situasi berkomunikasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan berhubungan dengan lokasi temapt berlangsungnya pembicaraan, dan kurangnya kontrol yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menyesuaikan perbedaan individu masing-masing partisipan dan adanya reaksi dari individu lain. Sejalan dengan pendapat diatas, McCroskey (DeVito, 1995) mengungkapkan faktor yang menyebabkan meningkatnya kecemasan komunikasi adalah: kurangnya ketrampilan dan pengalaman komunikasi, tingkat evaluasi, status yang lebih rendah, jumlah

kelompok, tingkat kepastian, tingkat kesamaan dan pengalaman kegagalan atau kesuksesan. Adanya hubungan yang negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal dapat dijelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi interpersonal, terutama hal ini pada penyandang cacat tunarungu. Hambatan dalam mendengar dan berbicara sebagai faktor penting dalam berkomunikasi, membuat penyandang cacat tunarungu mengalami permasalahan kecemasan komunikasi interpersonal. Keterbatasan yang dimiliki oleh penyandang cacat tunarungu ini akan mempengaruhi penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan melihat dirinya sebagai individu yang memiliki kekurangan, sehingga dengan demikian mengakibatkan penyandang cacat tunarungu merasa kurang berharga (Soemantri, 1996). Perasaan kurang berharga disebabkan pengaruh dari dalam diri terhadap ketunarunguannya maupun pandangan keluarga dan sikap merandahkan masyarakat terhadap kekurangannya tersebut membuat penyandang cacat merasa inferior dan tidak adekuat. Persepsi yang tidak realistik tentang kemampuan dan keterbatasan tersebut cenderung membentuk persepsi yang negatif tentang diri mereka sendiri sehingga mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Pengaruh kepercayaan diri penyandang cacat tunarungu mengakibatkan mereka tidak dapat mengekspresikan apa yang mereka pikirkan kepada orang lain dan mereka juga tidak dapat mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain, sehingga penyandang cacat tunarungu tidak dapat berpartisipasi maksimal dalam percakapan (Abdurrahman dan Sudjadi,1994). Proses komunikasi interpersonal

dan hambatannya dalam hal ini kecemasan komunikasi akibat dari kepercayaan diri yang dimiliki juga dialami oleh penyandang cacat tunarungu. Apalagi mereka memiliki keterbatasan dalam berbicara maupun mendengar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kecemasan komunikasi interpersonal subjek penelitian mayoritas berada pada tingkat rendah yaitu sebesar 50,76 %, sementara pada variabel kepercayaan diri mayoritas berada pada tingkat tinggi yaitu sebesar 67,17 %. Kontribusi kepercayaan diri sebesar 17,6 %, ini berarti kepercayaan diri memberikan kontribusi sumbangan efektif sebesar 17,6 % terhadap kecemasan komunikasi interpersonal. Sisanya sebesar 82,4 % adalah faktor lain yang juga berpengaruh namun tidak diperhatikan dalam penelitian ini. Penelitian kepada subjek yang normal dalam pendengaran dan berbicara pernah dilakukan oleh Siska (1996) tentang hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa dan penelitian Marwati (2001) mengenai hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa tahun awal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penelitian dengan kelompok subjek penyandang cacat tubuh tetapi normal dalam pendengaran pernah dilakukan oleh Nuryanti (1998). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok subjek normal dalam pendengaran dapat disimpulkan ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara subjek normal dengan subjek penyandang cacat tunarungu dalam hubungannya antar kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal.

Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka akan semakin tinggi kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Saran Berkaitan dengan penelitian ini, saran yang diajukan peneliti berdasarkan hasil yang diperoleh: 1. Saran bagi subjek penelitian Bagi subjek penelitian agar dapat berkomunikasi lancar dengan orang lain tanpa ada kecemasan komunikasi yang berlebihan, disarankan agar memiliki dan memupuk kepercayaan diri, karena kepercayaan diri terbukti memberikan sumbangan dalam pengurangan kecemasan komunikasi interpersonal. Dengan kepercayaan diri ini pula dapat tercipta komunikasi interpersonal yang efektif. 2. Saran bagi orang tua Bagi para orang tua yang memiliki anak penyandang cacat tunarungu sebaiknya mendukung dan mendorong anaknya agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi walaupun mereka memiliki keterbatasan. Salah satunya dengan mendorong, mendukung dan memberikan kesempatan penyandang cacat tunarungu untuk mampu berkomunikasi dengan siapa saja. Dengan

berkomunikasi para penyandang cacat tunarungu ini akan meningkatkan kepercayaan diri. 3. Saran bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan bahasan yang sama, disarankan untuk melengkapi dengan data wawancara dan observasi. Disarankan pula untuk menggunakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang.

DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M dan Sudjadi. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Burgoon, M and Ruffner, M. 1978. Human Communication. New York: Healt Renehard & Wiston. DeVito, J. 1997. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar Edisi Kelima (Terjemahan). Jakarta: Professional Books.. 1995. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper College Publisher Lauster, P. 2003. Tes Kepribadian, terjemahan: D.H Gulo. Jakarta: Bumi Aksara. Marwati, S. 2001. Kepercayaan Diri Dan Kecemasan Dalam Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Tahun Awal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Nuryanti, L. 1998. Hubungan Kepercayaandiri Dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakata: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Rakhmat, J. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remadja Karya. Siska. 1996. Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa, Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Somantri, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Sumampouw, A dan Setiasih. 2003. Profil Kebutuhan Remaja Tunarungu. Anima Indonesian Psychological Journal. Vol 18 No 4. 376 392.