BAB I PENDAHULUAN. guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi terjadi dimana-mana; di rumah, di kampus, di kantor, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak. bisnis baru yang berkembang di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kejiwaan. Istilah komunikasi (bahasa Inggris : Communication) berasal dari communis

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, sekolah untuk mengarahkan remaja melalui bimbingan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok teman sebaya dan hubungan individu atau anggota kelompok yang mencakup

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai DerajatSarjana S-1. Oleh: HAFNI ISTIKHOMAH A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN PEMILIHAN KARIR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

Materi Minggu 1. Komunikasi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna dan bisa mengaktifkan

SIMPOSIUM GURU. Oleh ASEP INDRAYANA, S.Pd., M.Pd.,M.Pd.,Kons NIP Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 5 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar individu mampu mandiri. Proses kemandirian individu tidak lepas dari adanya komunikasi dalam proses sosialisasi di lingkungan dimana individu tersebut berada. Komunikasi ini sangat berperan dalam pembentukan kepribadian individu. Dengan komunikasi individu dapat melangsungkan hidupnya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Di lingkungan sekolah siswa dituntut mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga sekolah yakni guru, staf tata usaha dan teman sebaya, maupun personil sekolah lainnya. Siswa yang memiliki perilaku komunikasi antarpribadi yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman dari guru dan sumber belajar di sekolah. Belajar bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar merupakan proses tak henti-hentinya dalam kehidupan individu. Siswa di Sekolah Menengah Atas memasuki tahap perkembangan remaja. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Remaja biasanya dikatakan bukan anak-anak dan juga belum dewasa tetapi masih dalam posisi ambang dewasa. Perubahan yang terjadi masa remaja akan mempengaruhi perilaku individu tergantung pada kemampuan atau kemauan individu pada masa remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan 1

kecemasannya kepada orang lain, sehingga ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Dengan perkataan lain, melalui kegiatan bimbingan kelompok siswa lebih bersifat efektif dan efisien, dapat memanfaatkan pengaruh pengaruh seseorang atau beberapa orang individu terhadap anggota lainnya, dapat terjadi saling tukar pengalaman diantara para anggotanya yang dapat berpengaruh terhadap tingkah laku individu, dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual,dalam arti sebagai layanan tindak lanjut dari konseling individual, dapat digunakan sebagai subsituasi,yakni dilaksanakan karena kasus tidak dapat ditangani dengan teknik lain dan bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk menyegarkan watak atau pikiran. Dalam menjalani proses belajar siswa memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain. Baik secara disadari maupun didalam kenyataannnya, para guru didalam semua pengajaran yang diberikan secara efektif tersirat beberapa bentuk bimbingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bimo Walgito (2004: 5) bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekelompok individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan hasil observasi dan sumber dokumentasi kelas X, di SMAN 1 Nagreg ini ada siswa yang merupakan siswa-siswa yang masih baru yang memiliki rasa canggung untuk bertanya ketika dikelas terhadap guru dan teman sekelasnya, dan juga dalam masa-masa pengenalan sehingga siswa masih dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah. Oleh karena itu perilaku 2

komunikasi antarpribadi siswa kelas tersebut masih kurang. Dengan demikian, kelas X dipandang paling cocok untuk dijadikan sampel penelitian dibanding kelas lainnya. Sedangkan 12 siswa yang dijadikan sampel karena bimbingan kelompok yang efektif adalah 10-15 orang, peneliti mengambil pertengahan dari rentangan tersebut. Maka dari itu peneliti memilih untuk menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama, Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok. Sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial. Maka dari itu bimbingan kelompok sangat besar kegunaannya. Diantaranya, melalui bimbingan kelompok, murid dilatih menghadapi suatu tugas bersama atau memecahkan suatu masalah bersama. Hal tersebut akan dibutuhkan selama hidupnya. Dan dalam mendiskusikan sesuatu bersama, murid didorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu beberapa murid akan lebih berani membicarakan kesukarannya dengan penyuluh setelah mereka mengerti bahwa teman-temannya juga mengalami kesukaran tersebut. Dari berbagai permasalahan yang ada di Sekolah seperti motivasi belajar, kenakalan remaja dan sebagainya, peneliti mengambil salah satu masalah yang ada disekolah. Permasalahan yang diteliti bagaimana proses bimbingan kelompok dalam komunikasi antar pribadi siswa untuk menjawab masalah dilakukan penelitian dengan judul Proses Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antarpribadi. 3

B.Rumusan Masalah 1. Bagaimana Tahapan-tahapan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi? 2. Bagaimana Pelaksanaan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi? 3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam proses bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi? C.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam proses layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi. D. Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat keefektifan layanan bimbingan kelompok dalam komunikasi antarpribadi siswa kelas X SMAN 1 Nagreg. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat, antara lain: 1. Secara akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai peningkatan komunikasi antarpribadi melalui kegiatan bimbingan kelompok. 4

2. Secara praktis a. Dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi siswa melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok. b. Dapat menambah pengetahuan guru pembimbing dalam melaksanakan bimbingan kelompok di sekolah terkait dengan peningkatkan komunikasi antarpribadi siswa. E.Tinjauan Pustaka Dalam Skripsi Winarno (2009) UIN Yogyakarta membahas tentang Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa di Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasyim Yogyakarta, dan dalam bimbingan kelompok dilaksanakan secara rutin pada jam pelajaran BK setiap 1 jam tatap muka, pada jam kosong dan jam diluar sekolah secara kondisional. Metode yang digunakan adalah teaching group dan group counseling, bentuknya adalah kelompok diskusi, ceramah, pencak silat, seni, shalawat, dan mengembangan bahasa asing. Dalam skripsi Rizal Adicita (2012) UIN Bandung membahas tentang Pengaruh Bimbingan Konseling Islam terhadap Kematangan Emosional Siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Cibiru. Penelitian ini berpijak dari pemikiran bahwa bimbingan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terarah sistematis kepada individu agar ia dapat mengembangkan potensi pitroh yang dimiliki nya secara optimal yang terkadang terdalam al-quran dan hadis, sehingga ia dapat hidup selaras sesuai dengan tuntunan al-quran dan hadis. 5

F.Kerangka Berfikir Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus dan terarah kepada tujuan tertentu. Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu tidak sengaja atau kegiatan yang asal-asalan. Dengan di adakannya bimbingan kelompok, siswa mampu berbicara di depan orang banyak, mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak, belajar menghargai pendapat orang lain,bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya dan mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif), menjadi akrab satu sama lainnya dan membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama. Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam rangka membantu konseli menghadapi masalahnya adalah dengan memberikan pelayanan bimbingan kelompok.menurut Prayitno (1997) layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan kegiatan yang saling keterkaitannya sangat besar.keduanya mempergunakan dinamika kelompok sebagai media kegaitannya. Lebih jauh Sukardi dan Kusmawati (2008) mengungkapkan bahwa masalah yang dapat dibahas meliputi berbagai masalah dalam segenap bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir). 6

Konseling kelompok yang memungkinkan beberapa orang secara bersamasama melangsungkan proses kegiatan menjadikannya lebih efisien dalam hal penggunaan waktu. Hal ini tentu menguntungkan banyak pihak, mulai dari konselor itu sendiri dan konselinya. Manfaat lain dari BK kelompok ini adalah menjadi luasnya perspektif siswa yang mengalami masalah karena mendapatkan banyak masukan dari anggota kelompoknya. Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang. Tidak hanya itu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan bimbingan konseling kelompok pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang oleh konselor, bahkan hingga proses tindak lanjut sekali pun. Dalam konseling, harus tercipta suatu komunikasi dialogis,dimana pihak pemberi dan penerima kedua-duanya berperan sebagai komunikator, yaitu sebagai pemberi pesan sekaligus juga sebagai penerima pesan, dan sebagai penerima sekaligus sebagai pemberi. Dengan demikian kedua partisipan itu yaitu konselor dan konseli, berperan aktif dalam saling memberi dan menerima pesan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman informasi diantara kedua belah pihak. Dengan arus umpan balik yang tepat,maka kekurangan atau kesalahan akan segera terkoreksi dalam komunikasi yang bersifat dialogis ini. Agar proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif, maka sekurang-kurangnya harus mengandung hal-hal dengna berikut: pertama, ada gagasan yang ingin disampaikan oleh pemberi 7

dalam hal ini konselor; kedua,gagasan itu harus dinyatakan dalam suatu bentuk untuk dikirimkan (encode); ketiga, ada alat untuk menyampaikan pesan (media); keempat, gangguan-gangguan pesan harus dihindari; kelima, pesan harus sampai diterima oleh pihak penerima; keenam, adanya penafsiran secara tepat oleh pihak penerima (decode); ketujuh, adanya tindak lanjut dari penerima (penyimpan pesan, melakukan tindakan, atau member umpan-balik kepada pengirim). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses interaksi kegiatan manusia yang terdiri dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi dan membertukar informasi, pengetahuan, pikiran agar dapat menggugah partisipasi satu sama lain, sehingga informasi yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama. Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individuindividu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Sedangkan Supratiknya berpendapat bahwa komunikasi antar pribadi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbalmaupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain (Supratiknya, 2007: 30). Komunikasi dikatakan berhasil jika pihak yang menyampaikan pesan kepada pihak lain diterima dan dimengerti maksudnya. Komunikasi bukanlah semata-mata bagaimana terjadinya suatu informasi atau percakapan antara satu pihak (orang) kepada orang lain, tetapi diperlukan juga suatu sistem rangkaian mulai dari yang menyampaikan pesan (informasi). 8

Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi manusia yang dianggap paling efektif dibandingkan dengan bentuk komunikasi antar manusia lainnya. Keistimewaan komunikasi antar pribadi melalui tatap muka terletak pada efek umpan balik, aksi dan reaksi langsung dapat terlihat antara komunikator dan komunikan baik secara verbal maupun non verbal. Jarak fisik partisipan yang dekat dan dilakukan dengan saling pengertian dapat mengembangkan komunikasi tersebut termasuk dalam kerangka hubungan guru dan siswa. Hubungannya dengan guru dan siswa, Nasution dalam Sofyataningrum (2000) mengatakan bahwa umpan balik digunakan untuk membantu siswa-siswa dalam mengatasi kesulitan, baik klasikal maupun secara individual, sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.keterbukaan dalam penyampaian pesan secara timbal balik antara guru dan siswa dengan bebas (terbuka).sikap dan perilaku yang baik dari guru kepada siswanya yang dapat mendorong siswa tersebut berperan secara aktif dan mau membuka diri atas masalah yang mereka hadapi.hal ini menjadi faktor pendorong pada kegiatan bimbingan kelompok di SMAN 1 Nagreg sehingga terjalinnya saling pengertian antara guru dan siswa menyangkut pentingnya pesan guru dalam memberikan nasehat dan pengarahan kepada siswa dan sebaliknya siswa secara timbal balik mampu menanggapi hal tersebut dengan baik tanpa merasa terpaksa. Kegiatan bimbingan kelompok dilakukan secara kelompok dengan melakukan bermain peran (drama). Dilakukannya dengan cara berdialog antar masing-masing anggota kelompok dengan guru pembimbing. Bentuk dukungan yang diberikan berupa pemberian 9

semangat melalui pesan-pesan yang disampaikan dengan cara memotivasi siswa untuk belajar lebih giat dalam meningkatkan prestasinya, disertai pula empati dimana guru ikut merasakan masalah yang dihadapinya siswanya, mengerti keinginannya dan begitupun sebaliknya siswa. Maka dengan proses bimbingan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Nagreg, dampak positif bagi para pesertanya dengan meningkatkan kemampuan antarpribadi mereka. G.Langkah-langkah Penelitian 1. Lokasi Penelitian dengan judul proses bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi yang akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Nagreg kelas X tahun ajaran 2012/2013. Pemilihan kelas X ini dengan alasan karena peserta didik baru yang masih memiliki rasa canggung untuk berkomunikasi antarpribadi. Dimana peneliti dapat bertemu langsung dengan para siswa dan memahami kebutuhan siswa sekarang ini. Oleh karena itu peneliti menjadikan sekolah SMA Negeri 1 Nagreg sebagai objek tempat penelitian. 2. Metode penelitian Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan alasan metode ini cocok dalam penelitian kali ini untuk mendapatkan gambaran yang sejelas-jelasnya dalam proses peneliti. 10

3. Jenis data Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: a. Tahapan-tahapan bimbingan kelompok dalam meningkatkan kemampuan komunikasi antarpribadi siswa di SMA Negeri 1 Nagreg b. Pelaksanaan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi siswa di SMA Negeri 1 Nagreg. c. Faktor pendukung dan penghambat dalam bimbingan kelompok di SMA Negeri 1 Nagreg 4. Sumber data Adapun yang menjadi sumber data adalah a. Sumber data primer, yaitu: 1) Guru BK SMA Negeri 1 Nagreg. 2) Siwa kelas X SMA Negeri 1 Nagreg. b. Sumber data sekunder, yaitu: Adapun yang menjadi sumber data sekunder adalah dokumen, buku-buku atau referensi yang menunjang atas penelitian ini. 5. Tekhnik Pengumpulan Data a. Observasi, Jenis observasi yang digunakan adalah observasi non partisipant karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Tekhnik ini dilakukan untuk mendapatkan 11

data bagaimana proses bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi siswa. b. Wawancara, Dalam penelitian ini menggunakan model wawancara terbuka dengan alasan agar subjek yang diwawancara dapat mengetahui jelas maksud dan tujuan wawancara yang dikehendaki dari penelitian ini, khususnya mengenai jenis data mengenai proses layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi siswa. Adapun yang menjadi objek wawancara adalah siawa dan guru bk. Untuk kelancaran wawancara ini peneliti menggunakan alat perekam, dan lainnya. c. Catatan Lapangan Catatan lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data hasil dari wawancara dan observasi, hal ini bertujuan agar data dapat tersimpan dengan baik dan tidak berceceran. d. Study dokumentasi dan literatur Studi literatur digunakan peneliti untuk mendaptkan informasi lain yang terdapat dalam buku, skripsi, dan sebagainya untuk menelusuri dan memahami konsep dan teori dasar yang ditemukan para ahli, dan study dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsif, selain bukti terulis juga bukti berupa poto. 12

6. Analisis data Adapun langkah-langkah dalam analisis data menurut Sugiono (2001:246) yang dilakukan adalah: a. Pengumpulan data b. Reduksi data (data reduction) c. Data display (penyajian data) d. Verification/ conclusion drawing (verifikasi /kesimpulan) 13