5 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

BAB III BAHAN DAN METODE

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

C E =... 8 FPI =... 9 P

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB III BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP CANTRANG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) BULU TUBAN JAWA TIMUR

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

4 HASIL. Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar. 1)

3 METODOLOGI PENELITIAN

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP CANTRANG 30 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG REMBANG

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Cantrang Alat tangkap cantrang

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

PENGARUH STRUKTUR BIAYA TERHADAP KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DENGAN CANTRANG DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT INTAN PUSPITA SARI

3 METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

KARAKTERISTIK JARING CANTRANG YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP DOGOL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) UJUNG BATU JEPARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP CANTRANG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN BULU KABUPATEN TUBAN

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE 9 GT DAN 16 GT DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) MORODEMAK, DEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP JARING CUMI DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

IV. METODE PENELITIAN

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PAYANG JABUR (Boat Seine) DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI ASEMDOYONG KABUPATEN PEMALANG

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN PANAH DAN BUBU DASAR DI PERIRAN KARIMUNJAWA

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap cantrang Definisi dan klasifikasi alat tangkap cantrang

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

Pujianto *), Herry Boesono, Dian Wijayanto

Income Level Differences Fisherman and The Financial Feasibility of Fishing Industries Payang and Cantrang in Coastal Fishing Port Tawang Kendal

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

3 KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI LAMPULO

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

ANALISIS ASPEK TEKNIS DAN KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PURSE SEINE DI TPI PELABUHAN, KOTA TEGAL

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

Sensitivity of Gillnet Fisheries in Tegal City, Central Java Province

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN

III. METODOLOGI PENELITIAN

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM PENELITIAN. Kecamatan Labuhan Haji merupakan Kecamatan induk dari pemekaran

EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS ALAT TANGKAP JARING RAMPUS DI PPN KARANGANTU PROVINSI BANTEN YOHAN JIMMY RONALDO

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

Transkripsi:

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Deskripsi unit penangkapan cantrang Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknik dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri atas alat tangkap, kapal, dan nelayan. Unit penangkapan cantrang terdiri atas alat tangkap cantrang, kapal motor, dan nelayan cantrang. 1) Alat tangkap cantrang Alat tangkap cantrang yang berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat termasuk unit penangkapan cantrang berukuran besar karena ukuran kapal yang digunakan berukuran 15-29 GT. Trip penangkapan yang dilakukan oleh nelayan cantrang di PPI Blanakan antara 7-15 hari dengan daerah penangkapan sekitar Laut Jawa, Perairan Sumatera, dan Perairan Kalimantan. Alat tangkap cantrang terdiri atas tiga bagian utama yaitu sayap, badan, dan kantong. Selain itu alat tangkap ini dilengkapi dengan tali ris atas, tali ris bawah, pemberat, dan pelampung. Penjelasan lebih rinci mengenai bagian-bagian cantrang yang terdapat di PPI Blanakan dijelaskan sebagai berikut: (1) Sayap/kaki (wings) Bagian sayap jaring terdiri atas dua bagian yaitu sayap atas dan sayap bawah yang memiliki ukuran dan bahan material yang sama. Bagian sayap terbuat dari bahan polyetilen multifilament dengan diameter benang jaring 18 mm. Ukuran mata jaring (meshsize) pada bagian sayap adalah 7-8 inch dengan panjang 20-50 meter. Bagian sayap berfungsi untuk menghalau ikan dan menggiring ikan menuju badan jaring. (2) Badan jaring (body) Badan jaring merupakan bagian cantrang yang terdapat di antara mulut dan kantong. Bagian badan jaring terbuat dari bahan PE multifilament. Ukuran mata jaring (meshsize) dari bagian depan badan sampai bagian badan sebelum kantong semakin kecil yaitu, dari 6 inch sampai 2 inch. Panjang bagian badan adalah 30-40

35 meter. Bagian badan berfungsi untuk menggiring hasil tangkapan menuju bagian kantong. (3) Kantong (cod end) Bagian kantong merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Bagian kantong jaring terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter benang jaring 21 mm. Ukuran mata jaring (meshsize) kantong adalah 0,5 1 inch dengan panjang kantong 5-8 meter. Pada bagian ujung kantong diikat dengan simpul cod end agar memudahkan nelayan mengeluarkan hasil tangkapan. (4) Tali selambar Tali selambar merupakan bagian yang terpenting dari alat tangkap cantrang. Tali selambar berfungsi untuk menghubungkan alat tangkap cantrang dengan perahu/kapal. Tali ini dikaitkan pada gardan dan ditarik menggunakan gardan. Bahan material tali selambar adalah polyamide multifilament yang berdiameter 28-30 mm. Panjang total tali selambar pada salah satu sisi sayap kurang lebih 1000 meter. Bentuk tali selambar yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Tali selambar. (5) Tali ris atas Tali ris atas terbuat dari bahan plastik dengan diameter 18 mm. bahan ini digunakan karena merupakan bahan yang mudah terapung di air sehingga bagian mulut jaring dapat terbuka secara sempurna Panjang tali ris atas adalah 60 meter. Gambar tali ris atas dapat dilihat pada Gambar 6.

36 Gambar 6 Tali ris atas. (6) Tali ris bawah Tali ris bawah terbuat dari bahan yang sama dengan tali selambar, yaitu polyamide dengan diameter benang 30 mm. Panjang tali ris bawah sama dengan panjang tali ris atas yaitu 60 meter. (7) Pelampung (float) Pelampung pada cantrang terdiri dari tiga jenis, yaitu pelampung tanda, pelampung besar, dan pelampung kecil. Pelampung tanda terbuat dari bahan gabus dan diberi tiang bendera. Untuk pelampung kecil terbuat dari bahan karet berbentuk elips berwarna putih terletak di sepanjang tali ris atas. Pelampung besar terbuat dari bahan plastik berbentuk bulat berjumlah 3 buah yang diletakkan pada bagian tengah tali ris atas. Gambar pelampung besar dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Pelampung besar.

37 (8) Pemberat (sinker) Pemberat pada cantrang terbuat dari timah hitam sebanyak 40 buah dengan masing-masing berat 200 gram yang diletakkan di sepanjang tali ris bawah. Selain itu terdapat batu yang digunakan sebagai pemberat yang terletak di bagian kantong dengan berat 10 kg. Peletakkan pemberat di bagian kantong bertujuan agar kantong tetap berada di dasar perairan untuk memudahkan ikan target masuk ke dalamnya. Selain pemberat yang terletak pada tali ris bawah dan bagian kantong, terdapat juga pemberat pada bagian mulut terbuat dari batu sebanyak 4 buah dengan masing-masing berat 8 kg. (9) Alat bantu Alat bantu operasi penangkapan pada alat tangkap cantrang adalah gardan dengan mesin berkekuatan 20-23 PK yang digunakan untuk menarik tali selambar ke arah kapal pada saat hauling dalam operasi penangkapan ikan. Gambar 8 Jaring cantrang di PPI Blanakan Subang. Bagian-bagian jaring cantrang terdiri atas sayap, badan, kantong, tali ris, tali selambar dan gardan sebagai alat bantu penangkapan pada saat hauling. Spesifikasi alat tangkap cantrang disajikan pada Tabel 7.

38 Tabel 7 Spesifikasi alat tangkap cantrang di PPI Blanakan Komponen Alat Tangkap Keterangan Sayap Bahan : PE multifilament Mesh size : 7-8 inch Diameter benang jaring : 18 mm Panjang : 20-50 meter Badan Bahan : PE multifilament Mesh size : 6 inch mengecil sampai 2 inch ke arah kantong Diameter benang jaring : 18 mm Panjang : 30-40 meter Kantong Bahan : PE multifilament Mesh size : 0,5-1 inch Diameter benang jaring : 21 mm Panjang : 5-8 meter Tali Selambar Bahan : PA (polyamide multifilament) Panjang : 1000 meter Diameter: 28-30 mm Tali Ris Atas Bahan : Plastik Panjang : 60 meter Diameter : 18 mm Tali Ris Bawah Bahan : Polyamide (PA) Panjang : 60 meter Diameter : 30 mm Pemberat Bahan: 1. Timah hitam sebanyak 40 buah dengan masingmasing berat 200 gram yang diletakkan di sepanjang tali ris bawah. 2. Batu (pemberat pada bagian kantong dengan berat 10 kg dan pada bagian mulut sebanyak 4 buah dengan berat 8 kg) Pelampung 1. Pelampung tanda: terbuat dari gabus 2. Pelampung besar: terbuat dari bahan plastik diletakkan pada bagian tengah tali ris atas berjumlah 3 buah 3. Pelampung kecil: terbuat dari karet terletak di sepanjang tali ris atas Alat Bantu Gardan dengan mesin berkekuatan 20-23 PK 2) Kapal cantrang Kapal yang digunakan untuk alat tangkap cantrang yang ada di PPI Blanakan merupakan jenis kapal motor yang berukuran 15-29 GT. Jenis tenaga penggerak yang digunakan menggunakan mesin inboard 80-200 PK bermerk

39 Mitsubishi berbahan bakar solar. Selain mesin utama, cantrang juga dilengkapi dengan mesin bantu untuk menggerakkan gardan berkekuatan 20-23 PK bermerk dongfeng. Untuk menyimpan hasil tangkapan agar tetap segar, kapal dilengkapi dengan palka berinsulasi sebanyak 3-6 lubang berukuran panjang 1,5 meter, lebar 1 meter, dan dalam 1,5 meter. Kapal cantrang terbuat dari kayu jati (Tectona grandis), berukuran panjang 11-16 meter, lebar 4-5 meter, dan dalam 1,6-3 meter. Kapal cantrang yang terdapat di PPI Blanakan sebagian besar didatangkan dari Brebes, Tegal, Indramayu, dan Batang. Gambar salah satu kapal yang terdapat di PPI Blanakan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Kapal cantrang di PPI Blanakan.

40 Gambar 10 Konstruksi kapal cantrang di PPI Blanakan. 3) Nelayan cantrang Nelayan memiliki peranan penting dalam operasi penangkapan ikan. Kemampuan dan keahlian dalam operasi penangkapan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan penangkapan ikan. Jumlah nelayan atau anak buah kapal (ABK) cantrang berjumlah 11-19 orang tergantung dari ukuran kapal cantrang yang digunakan. Semakin besar ukuran kapal dan alat tangkap, semakin banyak pula jumlah ABK dalam kapal tersebut. Setiap ABK memiliki tugas masing-masing, seperti juru mudi atau fishing master, motoris atau juru mesin, juru masak. Juru mudi biasanya bertindak sebagai fishing master yang memiliki tugas memimpin trip penangkapan, mengemudikan kapal, menentukan tempat atau daerah penangkapan ikan. Juru mudi biasanya memiliki kekerabatan yang erat dengan pemilik kapal atau orang kepercayaan pemilik kapal. Pemilik kapal sebagian besar adalah berasal dari Indramayu dan Brebes. Motoris atau juru mesin memiliki tugas merawat mesin selama operasi, baik itu mesin utama maupun

41 mesin tambahan. Juru masak atau koki memiliki tugas menyiapkan makanan untuk ABK lain selama dalam trip. ABK yang lain bertugas langsung dalam pengoperasian cantrang yaitu melakukan setting, hauling, menarik tali selambar, sortir hasil tangkapan, dan memperbaiki alat tangkap. 4) Metode pengoperasian cantrang Operasi penangkapan ikan dengan menggunakan cantrang di PPI Blanakan, Kabupaten Subang dilakukan dengan pola trip mingguan karena ukuran kapal yang digunakan oleh nelayan cantrang merupakan ukuran kapal besar yaitu, 15-29 GT sehingga mampu menampung perbekalan dan hasil tangkapan yang banyak. Kapal trip mingguan biasanya berangkat dari fishing base pada pagi hari yaitu sekitar pukul 08.00-10.00 WIB dan tiba di fishing ground pada malam harinya atau keesokan harinya tergantung dari jarak dari fishing base ke fishing ground. Pada umumnya setiap hari dilakukan setting sebanyak 10-12 kali, sehingga satu kali trip setting dapat dilakukan sebanyak 100-120 kali. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk satu kali hauling adalah 1 jam atau 60 menit. Metode pengoperasian cantrang terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap setting atau pemasangan dan penurunan alat tangkap, dan tahap hauling atau pengangkatan jaring. Pada tahap persiapan, ABK mempersiapkan perbekalan melaut, jaring, tali selambar, dan pelampung tanda. Tahap setting dilakukan setelah sampai di fishing ground dan setelah kapten kapal atau fishing master telah memerintahkan kepada ABK untuk mempersiapkan jaring. Tahap setting dimulai ketika fishing master memerintahkan ABK untuk menurunkan pelampung tanda yang berbendera ke laut dan kapal melingkar searah jarum jam sambil diikuti oleh penurunan tali selambar dan sayap jaring bagian kanan. Gerakan kapal membentuk setengah lingkaran dengan memposisikan kantong jaring tepat berada di tengah perputaran kapal. Setelah itu menurunkan badan jaring, kemudian tali selambar dan sayap jaring sebelah kiri diturunkan, diakhiri dengan bagian kantong. Setelah seluruh bagian jaring diturunkan kapal bergerak menuju pelampung tanda dengan melanjutkan penurunan tali selambar bagian kiri. Setelah kapal berhasil sampai di pelampung tanda, kemudian ABK mengangkat pelampung tanda tersebut dan tali selambar dikaitkan pada gardan.

42 Pada pengoperasian cantrang, penentuan arah arus dan angin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan. Kesalahan dalam memperhitungkan arus dapat menyebabkan jaring terbelit dan tidak terpasang secara sempurna. Ketika tahap hauling, ABK menghidupkan mesin gardan untuk menarik tali selambar dan mesin kapal tetap hidup namun tidak dalam keadaan maksimum. Setelah seluruh tali selambar berhasil ditarik oleh mesin gardan, kemudian dilakukan penarikan jaring ke atas kapal oleh ABK secara manual sambil merapikan jaring untuk memudahkan operasi selanjutnya. Hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong dengan membuka tali pada bagian ujung kantong. Hasil tangkapan kemudian disortir menurut jenis dan ukuran ikan kemudian disimpan ke dalam palka. Untuk hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi, dipisahkan dengan menggunakan kantong plastik terlebih dahulu agar pada saat dijual harga ikan tetap tinggi. 5) Hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan Hasil tangkapan alat tangkap cantrang adalah sumberdaya ikan damersal. Hasil tangkapan alat tangkap cantrang diantaranya ialah pepetek (Leiognathus sp.), biji nangka (Upeneus sulphureus), kapasan (Gerres kapas), kurisi (Upeneus vittatus), swanggi (Priacanthus tayenus), kakap merah (Lutjanus spp.), kerapu (Cephalopholis sp.), ikan sebelah (Psettodes erumei), buntal (Tetradon sp.), kwee (Caranx sp.), pari (Aetobatus spp.), cumi-cumi (Loligo spp.), ikan lidah (Cynoglosus lingua), sotong (Sepiella maindroni), dan beloso (Synodus sp.). Ikan yang dominan tertangkap antara lain pepetek (Leiognathus sp.), biji nangka (Upeneus sulphureus) atau kuniran (bahasa lokal), kurisi (Upeneus vittatus), dan kapasan (Gerres kapas). Ikan pepetek (Leiognathus sp.) merupakan ikan yang paling dominan dan biasanya apabila terlalu banyak dibuang kembali oleh nelayan karena memiliki nilai ekonomis yang rendah. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan cantrang PPI Blanakan cukup jauh sehinnga trip operasi penangkapan dilakukan 7-15 hari. Berdasarkan hasil wawancara, daerah yang biasa dikunjungi oleh nelayan cantrang PPI Blanakan diantaranya adalah Perairan Sumatera dengan jarak tempuh lebih dari

43 100 mil dan waktu tempuh lebih dari 30 jam dari PPI Blanakan, Perairan Kalimantan dengan jarak tempuh lebih dari 150 mil dengan waktu lebih dari 45 jam dari PPI Blanakan, Perairan Jakarta dengan waktu tempuh 12 jam, dan sekitar Laut Utara Jawa seperti, Indramayu, Cirebon, dan Karawang. 5.1.2 Struktur biaya unit penangkapan cantrang 1) Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan. Biaya investasi usaha perikanan cantrang meliputi pembelian kapal, alat tangkap, mesin,serta perlengkapan lain. Persentase terbesar untuk investasi adalah untuk pembelian kapal yaitu sebesar 63,83% - 86,21% dengan nilai Rp 120.000.000 Rp 215.000.000. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nelayan cantrang PPI Blanakan membeli kapal dari daerah Brebes, Tegal, Indramayu, dan Batang karena harga yang murah dengan kualitas yang baik. Nilai investasi mesin utama lebih besar daripada alat tangkap cantrang. Nilai investasi mesin utama sebesar Rp 15.000.000 Rp 37.000.000 dan untuk alat tangkap sebesar Rp 5.000.000 Rp 18.000.000. Total biaya investasi usaha perikanan cantrang adalah sebesar Rp 188.000.000 Rp 275.100.000 (Lampiran 4). Pada Tabel 8 akan disajikan biaya investasi cantrang per kapal dan untuk lebih jelas rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 8 Investasi usaha perikanan cantrang per kapal Nama Kapal Ukuran kapal (GT) Nilai investasi (Rp) KM Alung Jaya 15 206.700.000 KM Ade dan Mas 18 263.500.000 KM Bhakti Jaya 23 217.600.000 KM Malinda 24 232.000.000 KM Fajar Asih 26 275.100.000 KM Selat Mandiri 29 188.000.000 Sumber: Data primer diolah, 2010 2) Biaya operasional Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik kapal, baik kapal itu beroperasi maupun tidak beroperasi. Komponen biaya tetap usaha perikanan

44 cantrang meliputi biaya penyusutan kapal, penyusutan mesin, penyusutan alat tangkap, pemeliharaan kapal, pemeliharaan mesin, pemeliharaan alat tangkap, dan SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan). Rincian biaya tetap usaha perikanan cantrang disajikan pada Lampiran 5. Tabel 9 Total biaya operasional unit usaha cantrang PPI Blanakan per tahun Nama Kapal Biaya tetap (Rp) Biaya variabel (Rp) Biaya total (Rp) KM Alung Jaya 50.483.300 458.397.000 508.880.333 KM Ade dan Mas 57.112.500 595.800.000 652.912.500 KM Bhakti Jaya 61.720.000 796.500.000 858.220.000 KM Malinda 43.066.700 618.660.000 661.726.667 KM Fajar Asih 60.487.500 590.346.000 650.833.500 KM Selat Mandiri 57.900.000 759.313.500 817.213.500 Sumber: Data primer diolah, 2010 Biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap tahun oleh pemilik usaha perikanan cantrang berkisar antara Rp 43.066.700 Rp 61.720.000.00. Biaya pemeliharaan terbesar adalah biaya pemeliharaan mesin dengan nilai Rp 12.000.000 Rp 24.000.000 dengan kontribusi sebesar 27,86% - 42,02% dari total biaya tetap yang harus dikeluarkan. Biaya penyusutan terbesar adalah biaya penyusutan kapal yaitu berkisar antara Rp 6.000.000 Rp 10.750.000 dengan umur teknis 20 tahun. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali akan melakukan trip penangkapan ikan dan besarnya biaya dapat berubah-ubah (tidak tetap). Biaya variabel usaha perikanan cantrang meliputi konsumsi ABK, solar, oli, air tawar, es balok, retribusi, dan bagi hasil. Besarnya biaya variabel rata-rata yang harus dikeluarkan adalah Rp 636.502.750 per tahun dengan kisaran Rp 458.397.000 Rp 796.500.000. Rincian komponen biaya variabel usaha perikanan cantrang dapat dilihat pada Lampiran 6. Solar merupakan komponen biaya variabel yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kegiatan operasional penangkapan ikan karena merupakan biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan oleh pemilik kapal yaitu Rp 129.600.000 Rp 378.000.000 dengan kontribusi rata-rata 42,42% dari total biaya variabel tiap tahun.

45 5.1.3 Penerimaan unit usaha cantrang Penerimaan pemilik usaha cantrang diperoleh dari penjualan hasil tangkapan. Penjualan hasil tangkapan di Blanakan dilakukan melalui lelang murni, tidak melalui tengkulak. Penerimaan pemilik usaha cantrang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim puncak (banyak ikan) dan musim paceklik (sedikit ikan). Musim puncak terjadi pada bulan Agustus-Maret sedangkan musim peceklik terjadi pada bulan April-Juli. Total penerimaan yang diperoleh pemilik usaha cantrang berkisar Rp 605.340.000 Rp 967.200.000. Pada musim puncak jumlah trip sebanyak 16 trip, sedangkan musim paceklik jumlah trip sebanyak 8 trip. Total penerimaan rata-rata usaha yang diperoleh oleh pemilik usaha cantrang sebesar Rp 800.820.000 per tahun sebelum dikurangi total biaya variabel dan biaya tetap. Peneriman yang diperoleh oleh pemilik usaha cantrang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Penerimaan usaha unit perikanan cantrang Nama Kapal Musim Puncak Musim Paceklik Total (Rp) (Rp) Penerimaan KM Alung Jaya 396.960.000 208.380.000 605.340.000 KM Ade dan Mas 471.200.000 268.000.000 739.200.000 KM Bhakti Jaya 615.200.000 352.000.000 967.200.000 KM Malinda 540.000.000 235.200.000 775.200.000 KM Fajar Asih 547.200.000 223.440.000 770.640.000 KM Selat Mandiri 662.400.000 284.940.000 947.340.000 Sumber: Data primer diolah, 2010 Penerimaan pada tabel di atas diperoleh dari penjualan ikan melalui pelelangan. Ikan-ikan yang dominan dan selalu tertangkap di setiap trip, yaitu pepetek (Leiognathus sp.), biji nangka (Upeneus sulphureus) atau kuniran (bahasa lokal), kurisi (Upeneus vittatus), kapasan (Gerres kapas), cumi-cumi (Loligo spp.), dan sotong (Sepiella maindroni). Ikan lain yang dimaksud (pada Lampiran 7) antara lain adalah swanggi (Priacanthus tayenus), kakap merah (Lutjanus spp.), kerapu (Cephalopholis sp.), ikan sebelah (Psettodes erumei), buntal (Tetradon sp.), kwee (Caranx sp.), pari (Aetobatus spp.), ikan lidah (Cynoglosus lingua), sotong (Sepiella maindroni), beloso (Synodus sp.), dan berbagai macam udang.

46 Ikan atau udang tersebut jumlahnya tidak banyak dan belum tentu tertangkap di setiap trip. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan penerimaan tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan atau keuntungan bersih (π) per tahun yang diperoleh oleh pemilik usaha cantrang setelah dikurangi total biaya (Total Cost) berkisar antara Rp 86.287.500 Rp 130.126.500 dengan pendapatan rata-rata Rp 109.322.250 per tahun. Pada Tabel 11 akan disajikan pendapatan bersih usaha perikanan cantrang berdasarkan ukuran kapal. Pendapatan atau keuntungan bersih yang diperoleh setiap kapal berbedabeda. Perbedaan itu dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya ukuran kapal yang berbeda, keahlian fishing master untuk menentukan DPI, keahlian para ABK untuk mengoperasikan alat, teknologi alat yang digunakan. Tabel 11 Pendapatan bersih usaha perikanan cantrang berdasarkan ukuran kapal Nama Kapal Ukuran Kapal (GT) Keuntungan (Rp) KM Alung Jaya 15 96.459.700 KM Ade dan Mas 18 86.287.500 KM Bhakti Jaya 23 109.780.000 KM Malinda 24 113.473.300 KM Fajar Asih 26 119.806.500 KM Selat Mandiri 29 130.126.500 Sumber: Data Primer Diolah, 2010 Gambar 11 Grafik hubungan ukuran kapal cantrang dengan keuntungan.

47 5.1.4 Analisis kriteria investasi Analisis kriteria investasi unit usaha perikanan cantrang meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue cost ratio). Tabel 12 menyajikan tabel kriteria investasi usaha penangkapan ikan dengan cantrang di PPI Blanakan. Tabel 12 Nilai kriteria investasi usaha penangkapan cantrang di PPI Blanakan Nama Kapal Discount Rate (20%) NPV IRR PP R/C KM Alung Jaya (15 GT) 769.249.600 40% 2,14 1,19 KM Ade dan Mas (18 GT) 2.521.800.600 29% 3,05 1,13 KM Bhakti Jaya (23 GT) 1.229.534.900 45% 2,00 1,13 KM Malinda (24 GT) 1.389.241.900 47% 1,99 1,17 KM Fajar Asih (26 GT) 3.457.411.500 42% 2,30 1,18 KM Selat Mandiri (29 GT) 2.219.938.400 73% 1,44 1,16 Sumber: Data primer diolah, 2010 Berdasarkan perhitungan, Net Present Value (Lampiran 8) pada tingkat suku bunga (discount rate) 20% berkisar antara Rp 769.249.600 Rp 3.457.411.500 dan nilai NPV rata- rata sebesar Rp 1.931.196.200. KM Selat Mandiri memiliki nilai IRR terbesar yaitu 73% dan nilai IRR terkecil dimiliki oleh KM Ade dan Mas. Waktu pengembalian investasi atau payback period paling lama terjadi pada KM Ade dan Mas yaitu 3,05 tahun sedangkan KM selat mandiri memiliki payback period paling cepat yaitu 1,44 tahun. Nilai NPV pada discount rate 20% berdasarkan ukuran kapal dapat dilihat pada Gambar 12.

48 Gambar 12 Nilai Net Present Value (NPV) berdasarkan ukuran kapal cantrang. Gambar 12 menunjukkan bahwa ukuran kapal tidak berpengaruh terhadap NPV. Kapal berukuran 26 GT memiliki nilai NPV paling tinggi dibandingkan dengan nilai NPV kapal lain. Nilai NPV terendah terjadi pada kapal yang berukuran 15 GT yang merupakan ukuran kapal terkecil. 5.1.5 Analisis sensitivitas usaha perikanan cantrang Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suayu kelayakan. Keadaan yang berubah tersebut dapat berupa perubahan harga. Kenaikan harga input seperti solar atau pun penurunan harga output seperti hasil tangkapan dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha. Dalam hal ini akan dilihat seberapa besar sensitivitas suatu usaha apabila terjadi kenaikan input, yaitu solar. Solar merupakan input terbesar yang dibutuhkan (42,42%). Pada perhitungan sensitivitas usaha cantrang dengan discount rate 20% (Lampiran 9), nilai sensitivitas usaha perikanan cantrang berkisar 58% - 148,85% dengan sensitivitas rata-rata 88,22%. Hal itu berarti bahwa usaha tersebut masih layak dijalankan apabila kenaikan harga solar maksimal 88,22%. Apabila kenaikan harga solar melebihi nilai sensitivitas maka usaha tersebut tidak dapat lagi mendapatkan keuntungan. Nilai sensitivitas pada tiap-tiap kapal dapat berbeda-beda. Pada Tabel 13 akan disajikan nilai sensitivitas (discount rate 20%) berdasarkan ukuran kapal.

49 Sementara itu nilai sensitivitas berdasarkan ukuran kapal juga dapat dilihat dalam bentuk diagram agar lebih jelas dan dapat dilihat pada Gambar 13. Tabel 13 Nilai sensitivitas berdasarkan ukuran kapal Nama kapal Ukuran kapal (GT) Sensitivitas (%) KM alung Jaya 15 148,85 KM Ade dan Mas 18 66,57 KM Bhakti Jaya 23 58,00 KM Malinda 24 75,04 KM Fajar Asih 26 100,74 KM Selat Mandiri 29 80,09 Sumber: Data Primer Diolah, 2010 Gambar 13 Nilai sensitivitas berdasarkan ukuran kapal cantrang. Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai sensitivitas terkecil terjadi pada kapal cantrang berukuran 23 GT yaitu 58% yang berarti bahwa kapal tersebut lebih sensitif terhadap perubahan harga solar. Ukuran kapal 15 GT memiliki nilai sensitivitas terbesar yaitu 148,85%. Untuk melihat hubungan antara ukuran kapal dengan sensitivitas dapat dilihat pada Gambar 14.

50 Gambar 14 Grafik hubungan ukuran kapal cantrang dengan sensitivitas. Berdasarkan grafik hubungan tersebut, diketahui bahwa derajat hubungan atau R 2 sebesar 0,221 dengan nilai korelasi 0,4701. Hal ini berarti bahwa hubungan ukuran kapal dengan sensitivitas tidak erat. 5.1.6 Pengaruh struktur biaya terhadap trip Biaya penangkapan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan operasional penangkapan ikan. Seringkali biaya menjadi pembatas para nelayan atau pemilik kapal untuk melakukan penangkapan ikan (trip), karena akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diperoleh berupa keuntungan atau dapat juga menimbulkan kerugian. Solar merupakan komponen biaya terbesar yang harus dikeluarkan (42,42%). Solar dapat mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan. Harga solar sering mengalami perubahan, baik itu kenaikan harga ataupun penurunan harga. Untuk lebih jelasnya perubahan harga solar pada tahun 2005 2009 dapat dilihat pada Tabel 14.

51 Tabel 14 Perkembangan harga solar tahun 2005-2009 Tahun Harga Solar (Rp) 2005 Januari Februari 1.650 Maret September 2.100 Oktober Desember 4.300 2006 4.300 2007 4.300 2008 Januari April 4.300 Mei Desember 5.500 2009 4.500 Sumber: Pertamina, 2010 Tahun 2005, harga solar mengalami kenaikan harga sebanyak dua kali, kenaikan harga solar pertama yaitu dari Rp 1.650 menjadi Rp 2.100, sedangkan kenaikan harga solar kedua yaitu dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300. Kenaikan harga solar yang kedua ini mencapai 100%. Pada tahun 2006 dan 2007, harga solar stabil, tidak mengalami kenaikan dan penurunan harga solar. Tahun 2008, harga solar kembali mengalami peningkatan yaitu dari harga Rp 4.300 menjadi Rp 5.500. Tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan sebanyak Rp 1.000. pada tahun 2009, harga solar kembali stabil, artinya tidak ada perubahan. Berikut akan disajikan tabel jumlah trip cantrang di PPI Blanakan pada tahun 2005 dan 2008. Tabel 15 Jumlah trip dan harga solar tahun 2005 Tahun 2005 Harga Solar (Rp) Jumlah Trip Januari 1.650 220 Februari 1.650 217 Maret 2.100 213 April 2.100 184 Mei 2.100 178 Juni 2.100 182 Juli 2.100 187 Agustus 2.100 208 September 2.100 214 Oktober 4.300 146 November 4.300 134 Desember 4.300 141 Jumlah 2224 Sumber: KUD Inti Mina Fajar sidik dan Pertamina,2009

52 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hubungan antara harga solar dengan jumlah trip dengan menggunkan regresi sederhana yang akan disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Grafik Hubungan harga solar dengan trip tahun 2005. Grafik di atas dapat menunjukkan persamaan regresi Y = -0,026X + 254,2 + ε dengan R 2 = 0,831 dan nilai korelasi sebesar 0,9116. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa standar error persamaan tersebut adalah sebesar 13,3363. Hubungan antara harga solar dengan jumlah trip juga dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Diagram harga solar dan jumlah trip tahun 2005.

53 Perubahan harga solar pun terjadi pada tahun 2008, yaitu pada bulan Januari-April harga tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu Rp 4.300. Namun pada bulan Mei-Desember, harga solar naik menjadi Rp 5.500. Pada Tabel 16 akan disajikan perubahan harga solar beserta jumlah trip tahun 2008. Tabel 16 Jumlah trip dan harga solar tahun 2008 Tahun 2008 Harga Solar (Rp) Jumlah Trip Januari 4.300 103 Feb 4.300 129 Mar 4.300 159 Apr 4.300 146 Mei 5.500 134 Jun 5.500 142 Jul 5.500 137 Ags 5.500 171 Sep 5.500 151 Okt 5.500 128 Nov 5.500 165 Des 5.500 174 Jumlah 1739 Sumber: KUD Inti Mina Fajar Sidik dan Pertamina,2009 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hubungan antara harga solar dengan jumlah trip cantrang dengan menggunkan regresi sederhana yang akan disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 Grafik hubungan harga solar dengan trip tahun 2008.

54 Grafik hubungan di atas menunjukkan nilai persamaan regresi Y= 0,013X + 76,91 + ε dengan R 2 sebesar 0,146 dimana variabel X adalah harga solar dan variabel Y adalah jumlah trip cantrang. Standar error dari persamaan tersebut adalah sebesar 19,9255. Nilai korelasi dari persamaan regresi tersebut adalah 0,831. Trip cantrang pada harga solar mengalami peningkatan pada awalnya mengalami penurunan yang tidak signifikan dan dapat kembali stabil. Hubungan antara harga solar dengan jumlah trip pada tahun 2008 juga dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18 Diagram harga solar dan jumlah trip tahun 2008. Diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah trip cantrang sangat berfluktuatif dan tidak tergantung terhadap harga solar, namun hanya pada awalnya saja mengalami penurunan yang tidak signifikan. Jumlah trip cantrang pada tahun tersebut dapat dipengaruhi oleh musim, yaitu musim puncak dan paceklik, trip terbanyak terjadi pada bulan November dan bulan Desember dimana bulan tersebut adalah bulan musim puncak bagi nelayan cantrang. Namun trip terendah terjadi pada bulan Januari, dimana bulan tersebut merupakan musim puncak bagi nelayan cantrang. Hal ini terjadi karena pada bulan tersebut cuaca tidak mendukung aktifitas penangkapan ikan, yaitu merupakan musim barat sehingga angin dan gelombang sedang tinggi. Sementara itu, untuk mengetahui pengaruh harga solar dari tahun 2005 2009, maka dibuat persamaan regresi dengan jumlah trip cantrang per tahun dan harga solar per tahun. Lebih jelasnya akan disajikan pada Tabel 17.

55 Tabel 17 Jumlah trip cantrang dan harga solar tahun 2005 2009 Tahun Harga solar (Rp) Trip cantrang 2005 2.100 2.224 2006 4.300 1.750 2007 4.300 1.742 2008 5.500 1.739 2009 4.500 1.715 Sumber: KUD Inti Mina Fajar Sidik dan Pertamina, 2009 Tahun 2005, jumlah trip cantrang sebanyak 2.224, namun pada saat terjadi kenaikan solar sebesar 100% (dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300) mengalami penurunan kukup drastis sekitar 50%, sehingga jumlah trip cantrang sebanyak 1.750. Hal ini sangat dirasakan oleh nelayan karena penerimaan tidak dapat menutupi biaya total yang meningkat secara drastis dan membuat pemilik usaha mengalami kerugian sehingga tidak melakukan trip. Grafik hubungan dan persamaan regresi serta keeratan hubungan harga solar dengan kegiatan operasional penangkapan ikan (trip) tahun 2005 2009 dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19 Grafik hubungan harga solar dengan jumlah trip cantrang tahun 2005 2009. Grafik di atas menunjukkan persamaan regresi Y = 2499 0,16X + ε dengan R 2 sebesar 0,839 dimana variabel X adalah harga solar merupakan variabel bebas, sedangkan variabel Y adalah trip cantrang yang merupakan variabel tak bebas. Nilai korelasi dari persamaan regresi tersebut adalah sebesar 0,916. Nilai a pada persamaan tersebut adalah 2.499, nilai b adalah -0,16,

56 sedangkan standar error sebesar 101,0957. Hubungan antara harga solar dengan jumlah trip pada tahun 2005 2009 juga dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20 Diagram harga solar dan jumlah trip tahun 2005 2009 Diagram di atas menunjukkan bahwa jumlah trip pada tahun 2005 merupakan jumlah trip terbanyak dibandingkan tahun-tahun berikutnya. Tahun 2006 2009 jumlah trip cukup stabil. Namun, pada saat penurunan harga solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.500 tidak menyebabkan kenaikan jumlah trip, tetapi mengalami penurunan trip. Hal ini disebabkan karena penurunan armada unit usaha cantrang di PPI Blanakan. 5.2 Pembahasan Analisis usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan merupakan suatu perhitungan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu usaha yang sudah berjalan dan untuk mengetahui kelanjutan usaha tersebut di waktu yang akan datang sehingga pemilik usaha dapat membuat suatu perhitungan dan merencanakan langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan usahanya. Biaya penangkapan ikan terdiri dari biaya investasi, biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya investasi merupakan biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan. Menurut Nurmalina et al (2009), biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, missal untuk mengganti komponen atau peralatan investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya masih

57 berjalan. Dalam hal ini, pembelian jaring cantrang lebih banyak dilakukan karena umur teknisnya hanya 3 tahun. Biaya investasi setiap kapal berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa ukuran kapal tidak mempengaruhi nilai investasi usaha penangkapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barani (2005) bahwa biaya investasi sangat bergantung pada jenis alat tangkap dan kapal yang akan digunakan serta umur ekonomis sarana tersebut. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh tahun pembelian barang-barang investasi berbeda dikarenakan adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang (time value of money). Menurut Nurmalina et al (2009), nilai uang berubah dengan berjalannya waktu ada beberapa alasan, yakni inflasi, konsumsi, dan produktivitas. Biaya investasi usaha perikanan cantrang berkisar antara Rp 188.000.000 Rp 275.100.000 dengan kontribusi terbesar dalah untuk pembelian kapal (63,83% - 86,21%). Jumlah investasi tersebut cukup besar sehingga nelayan atau orang yang akan berinvestasi dalam dunia perikanan tangkap harus benar-benar memahami usaha penangkapan cantrang agar tidak menimbulkan kerugian. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa biaya tetap terbesar yang dikeluarkan adalah pemeliharaan mesin sebesar Rp 12.000.000.00 Rp 24.000.000.00 (Lampiran 5), karena pemeliharaan mesin penting agar operasi penangkapan ikan berjalan dengan lancar, selain itu juga setelah melakukan trip biasanya mesin mengalami kerusakan. Biaya penyusutan kapal, mesin, dan alat tangkap merupakan pengeluaran yang tidak nyata karena pengeluaran ini hanya merupakan penilaian yang tidak pasti, yang dilakukan disini hanya merupakan taksiran kasar. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan adalah biaya untuk pembelian solar yang memberikan kontribusi rata-rata sebesar 42,42% dari total biaya variabel (Lampiran 6). Besarnya pemakaian solar tergantung dari daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang dituju serta lama trip yang dilakukan. Selain itu, dalam pengoperasian cantrang, kapal bergerak aktif mengelilingi suatu area perairan sehingga pemakaian solar lebih besar dibandingkan pengoperasian alat tangkap dengan kapal pasif. Solar yang dibutuhkan untuk setipa kali trip dilakukan adalah

58 800 3.500 liter. Bagi hasil dan retribusi termasuk biaya variabel karena besarnya ditentukan oleh hasil tangkapan yang didapatkan berbeda-beda setiap trip sehingga penerimaan yang diperoleh oleh pemilik kapal pun berbeda-beda. Menurut Mulyadi (2005), upah/gaji awak nelayan yang umumnya bersifat bagi hasil merupakan pengeluaran nyata yang tidak kontan karena dibayar sesudah hasil tangkapan dijual. Besarnya bagi hasil nelayan cantrang PPI Blanakan adalah 50% untuk pemilik kapal dan 50% untuk nelayan buruh setelah hasil lelang dikurangi biaya perbekalan melaut. Setiap ABK menerima upah yang berbeda sesuai dengan posisi ABK. Pembagian dengan system ini merupakan kesepakatan antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh atau ABK. Jumlah pendapatan pemilik usaha cukup menguntungkan. Nahkoda atau juru mudi mendapat bagian paling besar diantara ABK yang lain, yaitu dua bagian karena memiliki tugas yang lebih berat daripada ABK yang lain. Besarnya retribusi adalah 5% seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Keuntungan nelayan pemilik kapal cantrang didapatkan dari selisih antara total revenue (TR) dengan total cost (TC). Besarnya keuntungan berkisar antara Rp 86.287.500 Rp 130.126.500. Penelitian yang dilakukan oleh Rodiana (2006) juga menyebutkan bahwa keuntungan yang diperoleh nelayan cantrang rata-rata sebesar Rp 115.317.446 per tahun. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa semakin besar ukuran kapal cantrang, maka akan semakin besar pendapatan yang diperoleh. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan kapal untuk menampung hasil tangkapan lebih besar untuk kapal yang berukuran lebih besar. Namun tidak semua seperti itu, dalam tabel di atas pendapatan kapal cantrang berukuran 15 GT lebih dari 18 GT. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keahlian fishing master dalam menentukan DPI berbeda-beda, kemampuan mengoperasikan alat, dan lain-lain. Suhery (2010) menjelaskan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penangkapan ikan dengan alat tangkap cantrang karena adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kekuatan dan ketahanan jaring dan tali selambar, kemampuan fishing master dalam membaca dan menentukan posisi penangkapan serta kinerja ABK, kemampuan olah gerak kapal dalam proses setting dan ketahanan kapal selama proses penarikan tali selambar. Faktor eksternal meliputi sumberdaya ikan, cuaca

59 dan musim, arus, dan substrat perairan karena cantrang beroperasi di dasar perairan. Ukuran kapal dan keuntungan memiliki hubungan yang erat (Gambar 11). Hal ini ditunjukkan dengan nilai R 2 sebesar 0,854 dan nilai korelasi sebesar 0,9241. Produktivitas kapal ikan ditetapkan dengan mempertimbangkan ukuran tonase kapal, jenis bahan kapal, kekuatan mesin kapal, jenis alat tangkap yang digunakan, jumlah trip operasi penangkapan per tahun, kemampuan tangkap ratarata per trip, dan wilayah penangkapan ikan. Semakin tinggi produktivitas kapal ikan, maka makin tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh oleh kapal tersebut (Anonim, 2008). Berdasarkan perhitungan analisis kriteria investasi yaitu dari nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan R/C, maka usaha penangkapan ikan dengan cantrang memenuhi kriteria kelayakan investasi dan usaha sehingga usaha penangkapan cantrang di PPI Blanakan layak untuk dijalankan dan menguntungkan. Nilai kriteria investasi berhubungan dengan penerimaan, biaya operasional, dan biaya investasi setiap kapal cantrang sehingga nilai kriteria investasi setiap kapal cantrang akan berbeda-beda. Ukuran kapal tidak mempengaruhi nilai kriteria investasi usaha penangkapan cantrang karena penerimaan, biaya operasional, dan biaya investasi setiap kapal pun tidak konsisten terhadap ukuran kapal. Analisis sensitivitas merupakan analisis yang penting dalam usaha perikanan guna mengatasi dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk memprediksi hasil analisis kelayakan usaha apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya (Nurmalina, et al., 2009). Dalam kegiatan penangkapan ikan dengan cantrang, faktor yang sering berubah adalah BBM (solar). Nilai sensitivitas dihitung dengan cara meningkatkan harga input (solar) dari harga yang berlaku tahun 2009 dalam satuan persen. Nilai sensitivitas diperoleh dari nilai NPV positif terkecil dan usaha masih mendapatkan keuntungan setelah dilakukan kenaikan harga solar. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa nilai sensitivitas tertinggi sebesar 148,85%, artinya bahwa armada yang memiliki nilai sensitivitas tersebut tidak sensitif terhadap kenaikan harga solar, yaitu KM Alung

60 Jaya. Hal itu disebabkan karena kebutuhan terhadap solar KM Alung Jaya lebih kecil dibandingkan dengan armada lain. KM Alung Jaya memiliki waktu trip yang lebih pendek dibandingkan dengan armada lain, yaitu 7 hari. Armada tersebut masih bisa menjalankan usahanya dengan baik sampai perubahan harga solar maksimum 148,85%, yaitu Rp 11.198 dari harga yaitu Rp 4.500.00. Nilai sensitivitas terkecil sebesar 58% yang dimiliki oleh KM Bhakti Jaya. Selanjutnya, untuk mengatasi pengaruh perubahan solar terhadap jumlah trip, telah dilakukan analisis regresi antara jumlah trip dan perubahan harga solar. Hasil analisis ini menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini disebabkan apabila harga solar mengalami kenaikan dengan jumlah hasil tangkapan yang sama akan menambah beban biaya operasional sehingga para nelayan mengurangi kegiatan penangkapan ikan (trip). Berdasarkan persamaan regresi sederhana tersebut dapat diketahui nilai R 2 yaitu 0,839 hal ini berarti bahwa 83,9% diantara keragaman dalam nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X. Nilai korelasi (r) diperoleh sebesar 0,916 yang artinya bahwa hubungan antara harga solar dengan jumlah trip cantrang sangat erat. Hal ini disebabkan karena solar merupakan komponen biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh nelayan pemilik usaha cantrang. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) cantrang memiliki jarak yang cukup jauh dari Blanakan, bahkan sampai ke luar Pulau Jawa (Perairan Sumatera dan Perairan Kalimantan) sehingga solar merupakan komponen biaya yang sangat penting untuk mencapai tempat tujuan, selain itu dalam operasi penangkapan pun kapal bergerak aktif sehingga membutuhkan solar lebih banyak. Berdasarkan uji t, keputusan yang diperoleh adalah tolak H 0 yang berarti bahwa harga solar dapat mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan dengan cantrang. Hal ini sesuai dengan kriteria yang dinyatakan oleh Walpole (1995) yaitu jika r 0,7 dan r - 0,6 berarti korelasi erat dan jika -0,6 < r < 0,7 berarti bahwa korelasi tidak erat dan t hitung berada pada wilayah kritis sehingga tolak H 0. Berdasarkan wawancara, banyak kapal cantrang yang berbasis di Blanakan pada saat kenaikan harga solar, tidak mendaratkan ikan di Blanakan dikarenakan jarak yang agak jauh sehinnga para nelayan menghemat bahan bakar. Para nelayan mendaratkan ikannya ke TPI yang lebih dekat dari fishing ground yang mereka datangi atau kembali ke daerah asal mereka seperti, Indramayu.