PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN MENURUT AKSESIBILITAS WILAYAH DI DESA SUKA DAMAI KECAMATAN TUNGKAL JAYA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. samping itu penyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit juga banyak

LAPORAN HASIL SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) LAYANAN KEMAHASISWAAN DI POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan medis. Keberadaan sebuah rumah sakit harus mampu memberikan

jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

[ SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ] Periode Tahun 2014

[ IKM UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ] Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambaran Indeks Kepuasan Masyarakat di Puskesmas Tegal Angus pada Era Jaminan Kesehatan Nasional

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN SEMARANG (Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat)

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

GLOBAL HEALTH SCIENCE ISSN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas Terhadap Pelayanan Rawat Jalan Pusat Kesehatan Masyarakat Ampenan Tahun 2013

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta. 2. Kualitas bangunan puskesmas di Yogyakarta

masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

BAB III METODE PENELITIAN. Terhadap Kualitas Pelayanan Puskesmas Menganti Gresik, peneliti

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI BREBES PERIODE SEPTEMBER 2016 SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2017

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 51-62

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PENGUKURAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN METODE SERVQUAL (STUDI KASUS: PUSKESMAS NGAGEL REJO SURABAYA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Kualitas Pelayanan Rujukan Pasien Pada PUSKESMAS Rowotengah Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember

INDEKS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM TAHUN 2016 (STUDI KASUS: PUSKESMAS PALEMBAYAN)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, harus dilakukan secara

PENGARUH AKSESIBILITAS TERHADAP WILAYAH PELAYANAN PUSKESMAS DI KOTA MAGELANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah

Indeks Kepuasan Masyarakat di Unit Rawat Jalan Puskesmas Kraksaan Kabupaten Probolinggo

1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, Bab VI pasal 46 dan 47 bahwa untuk

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PADA BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN BALAI PENGOBATAN (BP) UMUM PUSKESMAS DI KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PENGARUH PENERAPAN SYSTEM MANAJEMEN MUTU ISO TERHADAP MUTU PELAYANAN INSTALASI RAWAT DARURAT

LAPORAN HASIL PENYUSUNAN SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ( IKM ) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

Penilaian Kualitas Pelayanan Kesehatan Pasien Berdasarkan KEPMENPAN No.25 Tahun 2004 (Studi Kasus Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Cilegon)

I. PENDAHULUAN. adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan yang

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN SIRKULASI DI BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH

1. Nama :... Jenis Kelamin : Pria Perempuan. 3. Pekerjaan : PNS Dosen / Guru. 4. Pendidikan Terakhir : SD SLTP. Doktor (S3)

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Muktiharjo Kidul. memiliki luas wilayah 204,378 ha, dengan batas batas kelurahannya

KARAKTERISTIK PASIEN RUJUKAN MASUK RAWAT INAP PADA TAHUN 2010 DAN 2011 DI RSUD SRAGEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

Kata Kunci : Persepsi Pasien, Mutu Jasa Pelayanan.

dalam memberikan kritik bagi pelayanan publik (Insanarif, 2012). Oleh sebab oleh seluruh lapisan masyarakat (Widodo, 2001).

PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

LAPORAN SURVEY IKM BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN (BPPP) BANYUWANGI 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/25/M.PAN/2/2004

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Berikut deskripsi

Kepada Yth. Pasien RSUD Wirosaban di Yogyakarta

ANALISA SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) TERHADAP PELAYANAN PUBLIK PUSKESMAS DI DINAS KESEHATAN KOTA PAYAKUMBUH 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

KERANGKA ACUAN SURVEY PUSKESMAS PANGKAJENE

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. No.269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 3 adalah tempat. untuk praktik kedokteraan atau kedokteran gigi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

LAPORAN HASIL SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI PENGADILAN NEGERI MUARA ENIM. Berdasarkan Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014

dilaksanakan pada suatu lembaga layanan publik.

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa yang sama secara berulang dan membuat komitmen untuk. merekomendasikannya secara positif kepada orang terdekatnya.

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

I K M LAPORAN SEMESTER I DINAS PERTANIAN PANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN SURVEI KEPUASAN PELANGGAN BALAI BESAR TMC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2015

Transkripsi:

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN MENURUT AKSESIBILITAS WILAYAH DI DESA SUKA DAMAI KECAMATAN TUNGKAL JAYA Mirna Taufik mirnaputridata@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perseps pasien terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Tungkal Jaya berdasarkan aksesibilitas wilayah, penelitian ini menggunakan desain penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Lokasi penelitian di Desa Suka Damai dengan sampel penelitian sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi. Secara umum hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Suka Damai sudah merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan oleh pihak puskesmas. Hal ini terjadi karena berpengaruhnya tingkat pendidikan dan juga tingkat pendapatan terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa semakin rendah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan responden maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan responden tersebut terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini terjadi karena tingginya expektasi responden terhadap sebuah pelayanan dan sebagian masyarakat yang berpendidikan tinggi dan juga berpendapatan tinggi hanya menjadikan puskesmas sebagai bahan rujukan awal. Masyarakat yang berpendidikan tinggi dan berpendapatan tinggi sanggat menjaga pola hidup dan menjaga kesehatan. Kata Kunci: Persepsi, Pelayanan Kesehatan, Aksesibilitas Wilayah I. PENDAHULUAN Seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka pemerintah kabupaten/kota berwenang menyelenggarakan pelayanan publik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap daerah dituntut selalu berupaya melakukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya. Hal ini bertujuan untuk memberi pelayanan secara lebih merata dan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat. Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, puskesmas harus memiliki mutu pelayanan yang baik, terutama kemudahan akses. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah melakukan peningkatan, pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan. Namun upaya tersebut belum sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima. Sampai saat ini masih terus dipertanyakan apakan setiap rumah sakit ataupun puskesmas telah memberikan layanan yang layak atau berkualitas terhadap masyarakat atau 1721

hanya sekadar berkewajiban menjalankan program pemerintah. Sering dijumpai puskesmas yang seharusnya mampu memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat justru tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Selain dari itu, pemerintah sering melupakan ukuran subjektif dalam pelayanan, yaitu faktor persepsi atau konsep masyarakat tentang pelayanan kesehatan pada kenyataannya masyarakat dapat menilai ini menjadi persoalan tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Beragam konsep dan pendapat (persepsi) tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai guna mewujudkan harapan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai dengan harapan mereka. Saat ini masyarakat masih banyak yang mengeluhkan kurang mendapat pelayanan yang memuaskan. Hal ini terjadi karena adanya diskriminasi dari pihak pelayanan kesehatan, baik dari rumah sakit ataupun puskesmas sebagai pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan. Pada akhirnya kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas berkurang. Atas dasar itulah, penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan di lokasi puskesmas Tungkal Jaya Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Penelitian ini mengelaborasi persoalan-persoalan mengenai aksesibilitas yang berhubungan dengan kondisi masyarakat di Desa Suka Damai terhadap akses pelayanan kesehatan, khususnya derajat kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan. Hal ini sangat perlu dipahami karena akses yang kurang mendukung akan berdampak pada kurangnya masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. Fenomena inilah yang menjelaskan pentingnya aksesibilitas dalam persoalan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dirancang dan diselenggarakan untuk mengatasi permasalahan pelayanan publik di Indonesia dan memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pengguna jasa. Namun masih terdapat kesenjangan persepsi antara masyarakat pengguna jasa dan aparat birokrasi mengenai kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi akan menciptakan suatu penilaian dari masyarakat. Dengan penilaiaan tersebut masyarakat akan mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh adanya fakta bahwa kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah ternyata belum dilaksanakan secara optimal. Dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan, Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas masih belum mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi awal dan sedikit wawancara yang tidak terstruktur yang dilakukan kepada masyarakat pengguna layanan di UPTD puskesmas terkait, secara umum masih terdapat banyak kelemahan. Dari segi kemampuan puskesmas memberikan pelayanan yang baik, sering terjadi ketidak pastian layanan dalam hal informasi waktu pelayanan dan tidak ada transparansi biaya pengobatan. Hal inilah yang menyebabkan puskesmas tidak memberikan pelayanan secara jelas dan tepat waktu. Fakta ini tidak akan terjadi jika 1722

transparansi pelayanan mengenai waktu pelayanan dan biaya pengobatan diinformasikan di papan pengumuman atau di depan loket pelayanan. Penginformasian ini memudahkan pengunjung memperoleh informasi. Selain itu, petugas masih terkendala dalam hal keramahan saat memberikan pelayanan dan kemampuan mereka memberi rasa nyaman pada pasien. Penilaian ini memengaruhi proses pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk yang sama. Pengertian produk di sini dapat mencakup barang, jasa atau campuran antara barang dan jasa sementara itu, produk puskesmas adalah jasa pelayanan kesehatan (Surjadi, 2009). II. METODOLOGI PENELITIAN 1. Perolehan data primer Data-data primer diperoleh dengan cara sebagai berikut: a. Kuesioner, adalah sejumlah pertanyaan yang telah dibuat sedemikian rupa oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam upaya memberikan jawaban ilmiah terhadap permasalahan yang telah dirumuskan (Yunus, 2010). Kuesioner dapat ditanyakan langsung kepada responden dan berisi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan fokus penelitian. b. Observasi yaitu pengamatan yang sistematis tentang keadaan, kejadian, dan tingkah laku terhadap objek yang diteliti. c. Survei untuk sampling dan metode kuantitatif untuk analisisnya. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purvosive sampling. Survei kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur yang terdapat dalam kuesioner yang telah dibuat. Kemudian dilakukan wawancara kepada reaponden yang dijadikan sebagai sampel penelitian sebanyak 50 responden yang berstatussebagai pasien sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. 2. Perolehan data sekunder Data sekunder diperoleh dari literatur, studi kepustakaan, studi dokumentasi, dan dinas/instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder juga sangat penting sebagai data pendukung yang berasal dari berbagai sumber. 3. Pengolah data dan analisis data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan berbentuk analisis sederhana mengenai kecenderungan data hasil survei, terutama dalam bentuk angka-angka, tabel frekuensi sederhana, tabel silang dan hasil uji Chi-Square. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Karakteristik pasien yang datang ke Puskesmas Tungkal Jaya dapat dilihat pada Tabel I di bawah ini. Tampak analisis deskriptif yang dapat mendeskripsikan karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan dari setiap responden. Tabel 1 Karakteristik Jenis Kelamin Tabel 1 Karakteristik Umur No JENIS KELAMIN NAMA PUSKESMAS TUNGKAL JAYA No Umur NAMA PUSKESMAS 1723 TUNGKAL JAYA

Pada tabel 1 diperlihatkan bahwa lebih dari 50 persen responden pengguna puskesmas adalah perempuan sedangkan pasien laki-laki hanya berjumlah 42 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak bersentuhan dengan pelayanan puskesmas karena mereka mengakses lebih banyak pelayanan kesehatan, baik kesehatan umum, kesehatan reproduksi, maupun kesehatan ibu dan anak. Lumenta (1989) memperlihatkan sebuah fenomena bahwa perempuan lebih aktif dalam menanggapi masalah kesehatan dibandingkan dengan laki-laki dan lebih tinggi tuntutannya terhadap pelayanan kesehatan. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang berobat di puskesmas Tungkal Jaya berumur lebih dari 50 tahun 40 persen. Untuk responden berusia 30-39 tahun, jumlahnya 36 persen dan yang berusia 40-49 tahun berjumlah 16 persen. Yang paling sedikit, yaitu 8 persen, berasal dari responden berusia 18-29 tahun. Cukup tingginya jumlah warga berusia lanjut yang berkunjung ke puskesmas menuntut kepedulian puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan keadaan-keadaan mereka yang penuh keterbatasan. Mengingat usia dan kondisi mereka yang lemah, selayaknya puskesmas memberikan pelayanan yang lebih ramah, lebih cepat, dan mudah diakses. Semakin tua usia pasien, semakin tinggi harapannya terhadap pelayanan yang diberikan penyedia layanan kesehatan (Quintana, dkk., 2006). Tabel 3. Karakteristi pendidikan terakhir No Pendidikan Terakhir NAMA PUSKESMAS TUNGKAL JAYA n % 1. SD Kebawah 27 54 2. SLTP 9 18 3. SLTA 10 20 4. D1, D2, D3 1 2 5. S1 3 6 Total 50 100 Sumber: Data Olahan Tahun 2015 1724

Berdasarkan data pendidikan terakhir dari hasil wawancara, jumlah responden terbanyak di Puskesma Tungkal Jaya berpendidikan SD Ke bawah yaitu sebanyak 54 persen. Berikutnya responden berpendidikan SLTA sebanyak 20 persen. Urutan ketiga yaitu responden berpendidikan SLTP sebanyak 18 persen. Tabel 4. Karakteristik jenis pekerjaan Tabel 5. Pendapatan No Jenis Pekerjaan NAMA PUSKESMAS TUNGKAL JAYA n % 1 Buruh tani 2 4 2 Petani 33 66 3 Pegawaira 3 6 swasta 4 Wiraswasta 12 24 5 PNS - - 6 ABRI - Total 50 100 Sumber: Data Olahan Tahun 2015 Tabel 4 dapat dilihat responden puskesmas Tungkal Jaya mempunyai pekerjaan sebagai petani sebanyak 66 persen, berikutnya adalah pegawai wiraswasta 24 persen. Untuk urutan ketiga jumlah responden terbanyak menurut jenis pekerjaannya adalah pegawai swasta. Berdasarkan tingkat pendapatan, jumlah responden terbanyak baik di Puskesmas Tungkal Jaya adalah responden dengan jumlah pendapatan per bulan Rp 1,5 juta-rp 2 juta, yaitu66 persen. Urutan kedua terbanyak adalah responden dengan jumlah pendapatan per bulan >Rp2 juta, yaitu 30 persen. Kemudian responden dengan pendapatan Rp 650.00,00 sampai Rp 1 juta per bulan berjumlah 2 persen di Puskesmas Tungkal Jaya. Sementara itu, terdapat responden dengan pendapatan < Rp 650.000,00 per bulan di Puskesmas Tungkal Jaya, yaitu sebesar 2 persen. 2. Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Berikut ini akan disajikan hasil temuan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang ada di Puskesmas Tungkal Jaya. Pasien atau pelanggan memiliki karakteristik yang berbeda yang menyebabkan perbedaan persepsi dan perbedaan penilaian terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, perbedaan itu akan memberikan tingkat kepuasan yang berbeda pula. Menurut Hadiwinarto (1988) menyatakan persepsi adalah proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapatan, serta merasakan dan menginterpretasikan berdasarkan informasi yang ditampilkan supaya dapat dipersepsikan. Meskipun sebagian besar persepsi tergantung dari objek-objek pancaindera sebagai data kasar, proses kognitif dapat memfilter, memodifikasi, atau mengubahnya sama sekali. Pelaku persepsi masih memakai pengalaman yang dirasakan pada waktu lalu sebagai bahan pertimbangan (Muchlas, 1999). No Pendapatan NAMA PUSKESMAS TUNGKAL JAYA n % 1. <650.000 1 2 2. 650.000-1 1 2 Juta 3. 1,5 juta-2 33 66 juta 4. >2 juta 15 30 Total 50 100 Sumber: Data Olahan Tahun 2015 1725

Untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi pasien berdasarkan indikator pelayanan di Puskesmas Tungka Jaya, maka digunakan kuesioner untuk mengukur persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kuesioner terdiri dari empat dimensi pelayanan, yakni produktivitas, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Persepsi pasien berdasarkan indikator pelayanan No Indikator Puskesmas Tungkal Jaya SS S N TS STS % 1 Produktivitas Skor total perseps 100 produktivitas 59 158 145 173 49 Persentase 10,1 27 24,8 29,6 8,32 2 Responsivitas Skor total perseps 100 produktivitas 121 120 66 126 17 Persentase 26,8 26,6 14,6 28 3,78 3 Responsibilitas Skor total perseps 100 produktivitas 72 62 32 71 13 Persentase 28,8 24,8 12,8 28,4 5,20 4 Akuntabilitas Skor total perseps 31 25 17 26 1 100 produktivitas Persentase 31 25 17 26 1 Sumber: Data Olahan Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui persepsi pasien terhadap pelayanan puskesmas berdasarkan indikator pelayanan. 1. Variabel produktivtas Pengukuran terhadap indikator produktivitas perlu dilakukan agar dapat diketahui sejauh mana pelayanan publik dapat memberikan hasil yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan organisasi tersebut. Indikator pertanyaan kebersihan puskesmas persepsi terbanyak sebanyak 32 persen mengatakan biasa saja/netral. Indikator pertanyaan kebersihan ruang tunggu puskesmas, 30 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab kebersihan ruang tunggu biasa saja/netral. Terkait indikator pertanyaan kebersihan ruang periksa puskesmas 58 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab ruang periksa puskesmas bersih. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang merasa setuju dengan kebersihan ruang periksa di Puskesmas Tungkal Jaya. Kemudian 52 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya mengatakan tempat tidur ruang periksa bersih. Responden Puskesmas Tungkal Jaya merasa setuju dengan kebersihan tempat tidur ruang periksa puskesmas. Sebanyak 28 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya mengatakan papan petunjuk ruang jelas. Hal ini terjadi karena di Puskesmas Tungkal Jaya terdapat petunjuk ruang yang jelas sehingga responden di 1726

Puskesmas Tungkal Jaya merasa setuju dengan kejelasan papan petunjuk ruang di puskesmas. Sementara itu, untuk indikator pertanyaan ketersediaan obat di Puskesmas, 48 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab tidak tersedia obat di puskesma. Jarak dan aksesibilitas wilayah yang rendah menyebabkan responden Desa Suka Damai Kecamatan Tungkal Jaya kesulitan mendapatkan obat yang dibutuhkan jika ketersediaan obat di Puskesmas tidak ada. Jumlah apotik yang ada di wilayah kerja puskesmas juga hanya ada dua apotik dengan ketersediaan obat-obatan yang tidak lengkap. Pasien yang tidak mendapatkan obat dari apotik puskesmas maupun apotik yang ada diwilyah kerja puskesmas harus membeli obat di kecamatan lain. Bahkan harus membeli obat di pusat kota dengan cara memesan kepada penjual obat yang ada di pasarpasar. Kemudian sebanyak 46 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya mengatakan pelayanan di Puskesmas mengalami keterlambatan atau penundaan. Dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak setuju terhadap penundaan saat pemberian layanan lebih banyak. Hal ini terjadi karena dokter yang ada Puskesmas Tungkal Jaya masih melanjutkan pendidikan sehingga pasien yang akan berobat tidak jarang harus menunggu sampai ada dokter jaga di puskesmas. Terkait indikator pertanyaan pelayanan kesehatan telah diberikan secara memadai sehingga tidak ada sumber daya yang menganggur, sebanyak 48 persen responden yang menjawab tidak setuju. Indikator pertanyaan standar pelayanan minimum di puskesmas responden di kecamatan Tungkal Jaya mengatakan biasa saja/netral, dengan persentase 40 persen untuk Kecamatan Tungkal Jaya. Kemudian untuk indikator pertanyaan petugas kesehatan bekerja secara optimal dalam menangani pasien sebanyak 40 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab setuju bahwa petugas kesehatan telah bekerja secara optimal. Selanjutnya sebanyak 40 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab biasa saja/netral bahwa petugas kesehatan telah bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing di puskesmas. Indikator pertanyaan diskriminasi di puskesmas, 50 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab ada diskriminasi. Responden Suka Damai dengan aksesibilitas yang rendah sehingga cenderung setuju bahwa ada diskriminasi demi menyembuhkan penyakit mereka. Hal ini mengingat perjalanan panjang yang harus mereka lalui ke puskesmas dengan kondisi jalan tidak beraspal dan penuh lubang. Jika dilihat dari skor total persepsi responden puskesmas Tungkal Jaya berdasarkan aksesibilitas wilayah. Pasien atau responden puskesmas Tungkal Jaya memberikan persepsi tidak setuju terhadap produktivitas pelayanan kesehatan yang diberikan petugas puskesmas. 2. Variabel responsivitas Responsivitas merupakan salah satu indikator pengukuran kinerja pelayanan publik. Responsivitas diartikan sebagai kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan 1727

dan aspirasi masyarakat. Dengan begitu, responsivitas mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan dan aspirasi serta tuntutan masyarakat pengguna jasa. Terkait dengan penyelenggaraan pelayanan, tentunya aspirasi, keinginan, dan tuntutan masyarakat adalah bagaimana mendapatkan pelayanan yang baik, berkualitas, cepat, dan murah. Semua itu, merupakan hak masyarakat yang harus disediakan oleh birokrasi publik sebagai pelayan masyarakat. Keluhan masyarakat pengguna jasa tentunya dapat menjadi ukuran bahwa pelayanan yang diberikan oleh birokrasi tidak sesuai dengan harapan dan tuntutan masyarakat selaku pengguna jasa. Namun untuk dapat memberikan pelayanan, tentunya birokrasi harus tanggap dan merespons keluhan yang dirasakan masyarakat pengguna jasa dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat memberikan kepuasan terhadap para pengguna jasa atas pelayanan yang diberikan. Berdasarkan penjelasan mengenai responsivitas di atas berikut adalah beberapa indikator pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur responsivitas tersebut. Pertama adalah indikator pertanyaan waktu yang dibutuhkan untuk mendaftar. Sebagian besar masyarakat atau responden 44 persen di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab waktu menunggu tidak lama. Kedua adalah untuk indikator pertanyaan prosedur penerimaan. Sebanyak 32 persen responden di Tungkal Jaya menjawab tidak rumit. Diketahui bahwa responden yang akan mendaftar di Puskesmas Tungkal Jaya dengan kartu BPJS cukup menyertakan kartu BPJS dan KTP. Begitu pun saat akan melakukan rujukan, syarat yang dibutuhkan tidak terlalu banyak dan berlebihan yang dpaat menyusahkan pasien atau responden. Ketiga adalah untuk indikator pertanyaan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan pelayanan dokter. Responden menjawab tidak setuju terkait waktu tunggu ini, yaitu 40 persen. Keempat adalah indikator pertanyaan dokter atau bidan yang menanyakan keluhan pasien. Sebanyak 52 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya mengatakan dokter atau bidan menanyakan keluhan mereka. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa beberapa warga pengguna puskesmas menilai beberapa dokter hanya menanyakan keluhan dan langsung memberikan resep obat. Dokter tidak tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai jenis penyakit, riwayat penyakit, dan prosedur pengobatan. Penelitian Anderson, dkk. (2001) menunjukkan bahwa hampir separuh dari keluhan masyarakat pengguna sarana kesehatan berkaitan dengan komunikasi yang buruk dari petugas kesehatan. Untuk itu, perlu upaya peningkatan kemampuan komunikasi dari petugas kesehatan yang terlibat langsung dalam pelayanan kesehatan. Banaszak dan Matkovic (2001) juga menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dan pasien. Pasien menilai sangat penting adanya penjelasan yang sederhana dan perhatian khusus dari petugas kesehatan. Kelima adalah indikator pertanyaan waktu pengambilan obat. Sebagian 36 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menjawab waktu pengambilan obat tidak lama. Indikator pertanyaan keenam adalah keramahan petugas loket. Sebanyak 26 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya setuju bahwa petugas loket ramah. Indikator pertanyaan ketuju adalah kemudahan menghubungi petugas pelayanan kesehatan. Sebagian besar 1728

responden 38 persen di Kecamatan Tungkal Jaya mengatakan mudah menghubungi petugas. Responden di Puskesmas Tungkal Jaya mengatakan pelayanan aktif dilakukan pada hari-hari tertentu ketika semua dokter, bidan ataupun pegawai-pegawai puskesmas ada di tempat. Indikator pertanyaan pencatatan pasien di puskesmas menjadi indikator kedelapan. Menurut 40 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya menyatakan pencatatan pasien telah baik. Hal ini terjadi karena responden Suka Damai hanya menuntut kesembuhan atas penyakit yang diderita karena saat berobat ke pengobatan alternatif tidak ada pencatatan pasien. Indikator pertanyaan kesembilan adalah petugas kesehatan melayani dengan ramah. Petugas melayani dengan ramah menurut 36 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya. Berdasarkan hasil dari skor total variaber responsivitas dapat disimpulkan bahwa masyarakat atau pasien merasa tidak setuju dengan responsivitas pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggara kesehatan.oleh karena itu, diharapkan pihak penyelenggara dapat memperbaiki responsivitas pelayanan yang ada di puskesmas. Guna terciptanya pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat atau pasien. 3. Variabel Responsibilitas Telah disebutkan sebelumnya bahwa definisi variabel responsibilitas adalah kesesuaian pelayanan dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar. Indikator pertanyaan pertama adalah pasien yang datang dilayani dengan baik. Sebesar 36 persen responden di Kecamatan Tungka Jaya Desa Suka Damai setuju bahwa pasien yang datang dilayani dengan baik. Ketika ditanya indikator kedua, yaitu apakah saat melakukan pemeriksaan petugas berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya, maka berikut adalah persentase jawabannya. Responden di Kecamatan Tungkal Jaya (36 persen) setuju mengatakan petugas berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya. Ketiga adalah indikator pertanyaan dokter/bidan melakukan pemeriksaan dengan ramah. Sebanyak 36 persen respondennya mengatakan dokter/bidan ramah saat pemeriksaan. Indikator pertanyaan keempat adalah pengobatan yang diberikan dapat menyembuhkan pasien. Sebanyak 36 persen responden Kecamatan Tungkal Jaya menjawab biasa saja/netral terhadap inikator pertanyaan ini. Kemudian indikator kelima adalah pertanyaan petugas memberikan pengobatan dengan sopan dan higienis. Sekitar 40 persen responden di Kecamatan Tungkal Jaya mengatakan petugas sopan dan higienis dalam memberikan pengobatan. Berdasarkan skor total persepsi responsibilitas pelayanan, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat atau responden puskesmas Tungkal Jaya cenderung merasa sangat setuju terhadap responsibilitas pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, diharapkan puskesmas Tungkal Jaya dapat terus meningkatkan pelayanannya agar masyarakat atau responden selalu merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. 1729

4. Variabel Akuntabilitas Definisi variabel akuntabilitas berdasarkan penjelasan sebelumnya adalah keselarasan pelayanan dengan birokrasi yang merepresentasikan kepentingan rakyat. Indikator pertanyaan pasien merasa aman berkonsultasi dengan dokter, berikut persentase jawaban responden. Sebanyak 44 persen responden Kecamatan Tungka Jaya setuju bahwa pasien merasa aman berkonsultasi dengan dokter. Indikator pertanyaan berikutnya adalah dokter/bidan selalu memberikan penjelasan mengenai penyakit pasien, sebanyak 40 persen responden menjawab setuju. Berdasarkan hasil skor total dari persepsi akuntabilitas, maka responden Tungkal Jaya yang memiliki aksesibilitas wilayah yang rendah merasa sangat puas dengan akuntabilitas pelayanan yang diberikan oleh petugas puskesmas. Meskipun aksesibilitasnya rendah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, tidak menutup kemungkinan responden akan merasakan puas terhadap pelayanan pihak puskesmas. IV. KESIMPULAN Secara umum dapat disimpulkan bahwa responden Desa Suka Dama memberikan persepsi yang cukup baik terhadap pelayanan kesehatan. Pengguna jasa puskesmas merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Tungkal Jaya. Berdasarkan latar belakang pendidikannya pasien dengan pendidikan dasar adalah yang paling banyak menggunakan jasa puskesmas sebagai tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebaliknya, hanya sedikit pasien dengan pendidikan tinggi yang melakukan pengobatan di puskesmas di Puskesmas Tungkal Jaya. Penyebabnya adalah pasien dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mengerti cara menjaga kesehatan dibandingkan dengan pasien yang memiliki tingkat pendidikan di bawahnya. Sementara itu, berdasarkan latar belakang pendapatannya, pasien dengan pendapatan sedang adalah yang paling banyak menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas dibandingkan dengan pasien yang berpendapatan tinggi. Hal ini terjadi karena responden yang berpendapatan tinggi memilih melakukan pengobatan di RSUD atau bahkan di rumah sakitrumah sakit yang memiliki fasilitas medis yang baik. Puskesmas hanya merupakan tempat untuk melakukan rujukan awal agar dapat melakukan pengobatan di rumah sakit yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA Al-Assaf, A.F.(ed).2009a. Mutu layanan kesehatan: Duluh sekarang. Dalam Al- Assaf, A.F.(ed). Mutu Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Aldana, J.M., Piechulek, H. & Al-Shibir, A. 2001. Client Satisfaction and Quality of Health Care in Rural Bangladesh. Bulletin of the World Health Organization. 1730

Anderson, K., Allan, D., Finucane, P. 2001. A 30-Month Study of Patient Compient at a Major Australian Hospital. Journal Quality Clinic University Press. Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan: Teori, Konsep dan Isu. Bandung: Alfabeta. Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta. Binarupa Aksara. Bajari, A., H. 2008. Analisis Kualitas Pelayanan Bagi Pererta Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN) di Puskesmas Candilima Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. Banaszak, A. and Matkovic, V. 2001. Patient s Views on the Professional Behaviour of Family Physican, Family Prantice. P 42-47. Oxford University Press. Blank, G. 1999. Measuring and Enhancing Patient Satisfaction in Ophtometri Practice. Bowers, M.S., Swan, J.E., & Koehlor, W.F 1994. What Attribute Determine Quality and Satisfaction with Health Care Delivery. Health Care Management Review. Aspen Publisher, Inc. Maryland. Brown. L. D,. Franco. L. M,. Rafeh. N,. and Hatzell. T,. 2000. Quality assurance of Health Care in Dwveloping Countries. Quality Assurance Methodology Refinement Series. QA Project, Bethesda USA. Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta. Calnan, Almond, Smith. 2003. Ageing and public satisfaction with the health service: an analysis of recent trends. Social Science and Medicine, Vol. 57, 757-762. Creswell, J..H. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/ Menkes / SK / II / 2004. Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Echols, John M dan Shadily, Hassan. 1995. Kamus Inggris Indonesia. Engel, J.F., Blackwel, R.D., Miniard, P.W. 1004. Prilaku Konsumen. Jakarta. Binarupa Aksara. 1731

Ford, R.C., Bach, S.A., and Fottler, M.D. 1997. Methods of measuring patient satisfaction in health care orgazation. Health care management review, volume 22 No.2. Hadiwinarto, 1988. Hubungan antara Persepsi Timbal Balik Siswa dan Guru dengan Persepsi Belajar Mata Pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Program SMPN di Kota Bengkulu. Tesis. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta.Universitas Gadjah Mada. Kainakaimu, F. 2008. Akses Masyarakat Miskin Terhadap Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bolang Magondau. Tesis, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Koenig J. G. 1980. Indication of urban accessibility: Theory and application, Transportation Journal Volume 9 No 2, Doi: 10.1007/BF00167128. Lumenta, B. 1989. Pasien, citra, Peran, dan Perilaku. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Mantra, Ida Bagoes. 2004. Filsafah Penelitian dan Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta. Pustaka belajar. Mawardi. 2010. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Puskesmas di Kota Banjarmasin. Universitas Gaja Mada. Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 2003. Surat Keputusan Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Tata Laksana Penyelenggaraan Umum. Jakarta. Muchlas. 1999. Prilaku Organisasi 1. Yogyakarta. Aditya Media. Morisan, dkk. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta. Kencana. Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rinneka c. Notoadmojo, S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Rinneka c. Ortiz-Posadas, Martha, R., and Rosales-Lopez, Alfonso. 2013. An Indicator to Estimate the Access to Imaging Services in the Costa Rican Public Health System. Journal Doi 10. 1007/s10278-013-9627-2. Quintana, J.M., Gonzales, N., Bilboa, A., Aizpuru, F., Escobar, A., Esteban, C., San-Sebastian, J.A., de la Sierra, E., and Thomson, BMC Health Service Research, UK. Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menpan Nomor 25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Jakarta. 1732

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta. Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Jakarta. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta. Sajid, M. S., and Baig, M. K. 2007. International Journal of Health Care Quality Assurance, Quality of health care: an absolute nacessity for public satisfaction. Vol. 20 Iss 6 pp. 545-548. Sarwono, Jonathan. 2006. Metide Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu. Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Supardi, S,. Handayani, R. S., dan Notosiswanto, N. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pasien Berobat ke Puskesmas. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Volume 11 No. 1 Januari 2008. Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung. Rafika Aditama. Yunus, H.S 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 1733