dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

RPJMN dan RENSTRA BPOM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lokal dan proses produksi sederhana yang produknya dijual secara lokal telah

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

Strategi UKM Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

yang diperingkat 500 orang

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAPPEDA Planning for a better Babel

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PROGRAM REFORMASI KOPERASI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

A. SASARAN PEMBANGUNAN EKONOMI KABINET INDONESIA BERSATU

Jakarta, 10 Maret 2011

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

BIRO HUKUM DAN HUMAS

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

RENCANA KERJA (RENJA)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TARGET PEMBANGUNAN 6,18 % 5,2 % 4,0-5,0 % 12,22% 10,0 % 7-8 %

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

Transkripsi:

Rencana Strategis Koperasi dan UKM KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa /Lembaga menyiapkan Rancangan Rencana Strategis (Renstra K/L) sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Selaras dengan hal tersebut, penyusunan Renstra Koperasi dan UKM juga mengacu pada: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM; 3. Masterplan Pengembangan Koperasi Tahun 2015-2024; 4. Masterplan Pengembangan UMKM Tahun 2015-2024; 5. Rencana Strategis (Renstra) Koperasi dan UKM Tahun 2010-2014; 6. Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2010-2014. Tujuan penyusunan Buku Rencana Strategis Koperasi dan UKM Tahun adalah untuk menjadi pedoman dalam upaya meningkatkan Kinerja Koperasi dan UKM secara lebih baik, transparan dan akuntabel. Lebih lanjut, untuk melaksanakan kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan Koperasi dan UMKM sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, khususnya amanat Nawa Cita Presiden dan Wakil Presiden serta RPJMN sebagai salah satu komitmen pemerintah guna mewujudkan Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Rencana Strategis Koperasi dan UKM ini, juga dapat menjadi panduan bagi seluruh pihak yang brekepentingan terhadap upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM secara nasional. Dengan perencanaan yang tersistem, terstruktur dan terukur, diharapkan Renstra ini dapat lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan nasional melalui upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Jakarta, 2 Juli 2015 Sekretaris, Ir. Agus Muharram, MSP i

Rencana Strategis Koperasi dan UKM DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... i ii iv v vi BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Kondisi Umum... 1 I.1.1 Pencapaian Pelaksanaan Renstra Koperasi dan UKM 2010-2014... 3 A. Perkembangan Koperasi... 4 B. Perkembangan UMKM... 6 C. Pencapaian Target Kinerja Koperasi dan UKM... 8 I.2 Potensi dan Permasalahan... 13 I.2.1 Potensi... 13 A. Potensi Koperasi... 13 B. Potensi UMKM... 14 I.2.2 Permasalahan dan Tantangan... 15 A. Permasalahan dan Tantangan dalam Pengembangan Koperasi... 15 B. Permasalahan dan Tantangan dalam Pengembangan UMKM... 17 C. Tantangan dalam Tata Kelola Organisasi... 18 BAB II VISI, MISI KABINET KERJA DAN TUJUAN, SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM... 20 II.1 Visi dan Misi Kabinet Kerja... 20 II.2 Tujuan Koperasi dan UKM... 24 II.3 Sasaran Strategis Koperasi dan UKM... 26 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN... 36 III.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional... 36 III.2 Arah Kebijakan dan Strategi Koperasi dan UKM 39 ii

Rencana Strategis Koperasi dan UKM 1. Dimensi Pembangunan Manusia: Revolusi Mental... 40 2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kedaulatan Pangan 40 3. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kedaulatan Energi. 40 4. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Kemaritiman dan Kelautan... 40 5. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan: Pariwisata dan Industri... 40 6. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan: Kawasan Perbatasan dan Daerah Tertinggal... 41 III.3 Kerangka Regulasi... 43 III.4 Kerangka Kelembagaan... 44 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN... 46 IV.1 Target Kinerja... 46 IV.2 Kerangka Pendanaan... 53 BAB V PENUTUP... 55 iii

Rencana Strategis Koperasi dan UKM DAFTAR TABEL Tabel I.1 Perkembangan Kelembagaan dan Usaha Koperasi... 3 Tabel I.2 Perkembangan UMKM Tahun 2010-2012... 6 Tabel I.3 Produktivitas Pelaku Usaha Berdasarkan Unit dan Tenaga Kerja (Rp. Juta)... 7 Tabel I.4 Capaian Target Kinerja Koperasi dan UKM... 9 Tabel I.5 Permasalahan dalam Pengembangan Koperasi Indonesia... 15 Tabel II.1 Keterkaitan Sasaran Bidang Nasional dengan Sasaran Strategis Koperasi dan UKM Tahun... 28 Tabel IV.1 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Koperasi dan UKM Tahun... 46 Tabel IV.2 Program, Indikator dan Target Koperasi dan UKM Tahun... 50 iv

Rencana Strategis Koperasi dan UKM DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Perkembangan Kinerja Usaha Koperasi dalam 10 Tahun Terakhir... 4 Gambar I.2 Struktur Koperasi Aktif Berdasarkan Jenis Koperasi... 5 Gambar II.1 Dimensi dan Norma Pembangunan... 21 Gambar II.2 Penjabaran Visi dan Misi Kabinet Kerja dalam Tujuan Koperasi dan UKM... 25 Gambar III.1 Penjabaran Strategi "Naik Kelas" Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM... 41 v

Rencana Strategis Koperasi dan UKM DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Matriks Kinerja dan Pendanaan Koperasi dan UKM Tahun... 56 Lampiran II Matriks Kerangka Regulasi... 68 vi

Rencana Strategis Koperasi dan UKM BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu upaya pencapaian tujuan negara dan bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Tahun 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Pelaksanaannya menggunakan landasan azas kekeluargaan (pasal 33 ayat 1) dan penyelenggaraan perekonomian nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi (pasal 33 ayat 4). Pemberdayaan koperasi dan UMKM juga dilakukan dalam rangka pelaksanaan amanat beberapa Undang-Undang (UU) yaitu: 1. UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu pembangunan koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia yang diarahkan untuk membangun koperasi yang kuat dan mandiri berdasarkan prinsip koperasi sehingga mampu berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. 2. UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yaitu pemberdayaan UMKM merupakan bagian yang integral dalam pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. 3. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 yaitu: a. peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai wilayah di Indonesia sehingga menjadi bagian integral dari kegiatan ekonomi dan memperkuat basis ekonomi dalam negeri; b. pengembangan UKM diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk impor, khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam perubahan struktural dan memperkuat perekonomian domestik; c. koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana yang efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang 1

Rencana Strategis Koperasi dan UKM berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat; dan d. pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha. Amanat UUD 1945 dan tiga UU tersebut mengarahkan pemberdayaan koperasi dan UMKM untuk dilaksanakan melalui pendekatan keberpihakan (affirmative) dan pendekatan pengembangan kemandirian. Pendekatan keberpihakan diwujudkan dalam bentuk pemberian kesempatan berusaha, dukungan peningkatan kapasitas usaha dan keterampian, serta perlindungan usaha terutama bagi koperasi dan UMKM yang berkembang di antara masyarakat berpendapatan rendah. Pada saat yang sama, pemberdayaan koperasi dan UMKM diarahkan untuk membangun kemandirian dan daya saing melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penerapan iptek, dan penguatan skala ekonomi sehingga memiliki posisi tawar yang tinggi dalam menghadapi kondisi pasar yang dinamis. Pemberdayaan koperasi dan UMKM juga diarahkan untuk memperkuat meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian, baik dalam penganggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, maupun dalam peningkatan nilai tambah perekonomian yang menyokong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan. Dalam lima tahun ke depan yaitu, pemberdayaan koperasi dan UMKM akan dilaksanakan melalui berbagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing koperasi dan UMKM. Kebijakan-kebijakan tersebut mencakup upaya-upaya peningkatan kapasitas dan kinerja usaha koperasi dan UMKM, penguatan dan perluasan peran sistem pendukung usaha, dan peningkatan dukungan iklim usaha. Hal ini sejalan dengan tiga tataran pemberdayaan koperasi dan UMKM dimana pada tataran makro, kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM mencakup perbaikan lingkungan usaha yang diperlukan untuk mendukung perkembangan koperasi dan UMKM. Beberapa isu lingkungan usaha di antaranya berkaitan dengan peraturan, persaingan usaha, biaya transaksi, formalisasi usaha, serta peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tataran meso mencakup peningkatan sistem pendukung usaha yang mencakup lembaga atau sistem yang menyediakan dukungan bagi peningkatan akses koperasi dan UMKM ke sumber daya produktif dalam rangka perluasan usaha dan perbaikan kinerja. Sumber daya produktif mencakup bahan baku, modal, tenaga kerja terampil, informasidan teknologi. Perluasan usaha mencakup peningkatan tata laksana kelembagaan, peningkatan kapasitas dan perluasan jangkauan pasar. Sementara 2

Rencana Strategis Koperasi dan UKM itu kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tataran mikro mencakup peningkatan kualitas kelembagaan koperasi dan UMKM serta perbaikan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik dari aspek kewirausahaan, maupun kemampuan teknis, manajeman dan pemasaran. Ketiga tataran kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM tersebut telah menjadi acuan rencana kerja Koperasi dan UKM dalam periode 2000-2004, 2004-2009 dan 2010-2014. Hasilnya menunjukkan masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan koperasi dan UMKM yang memiki usaha yang berkelanjutan, mandiri dan berdaya saing. Perkembangan koperasi dan UMKM juga masih membutuhkan dukungan kebijakan yang membantu koperasi dan UMKM dalam merespon perubahan pasar dan perekonomian yang dinamis. Koperasi dan UMKM juga perlu diperkuat sehingga mampu berkontribusi pada perbaikan struktur pelaku usaha nasional menjadi lebih kokoh dan seimbang, baik dalam skala usaha, strata maupun sektoral. I.1.1. Pencapaian Pelaksanaan Renstra Koperasi dan UKM 2010-2014 Hasil-hasil pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) Koperasi dan UKM tahun 2010-2014 yang diperbaharui melalui Renstra Tahun 2012-2014 diuraikan dalam bagian perkembangan makro koperasi dan UMKM di Indonesia, serta pencapaian target-target indikator kinerja utama Koperasi dan UKM. Pencapaian ini memberikan landasan bagi perbaikan kebijakan yang sudah ada dan penyusunan kebijakan baru dalam rangka memfasilitasi koperasi dan UMKM untuk semakin mandiri dan berdaya saing. Tabel I.1. Perkembangan Kelembagaan dan Usaha Koperasi NO INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013* 2014** 1 Jumlah Koperasi 170.411 177.482 188.181 194.295 203.701 209.488 2 Persentase 70,70% 70,35% 71,03% 71,71% 70,26% 70,29% Koperasi Aktif 3 Persentase 48,59% 44,71% 43,39% 47,36% 47,28% 54,34% Koperasi yang Melaksanakan RAT 4 Jumlah Anggota 29.240,272 30.461,121 30.849,913 33.869,439 35.258,176 36.443,953 5 Modal 59.852,61 64.788,73 75.484,24 102.826,16 170.376,86 200.662,82 (Rp. Miliar) 6 Rasio Modal 0,900 0,868 0,902 1,000 1,108 1,115 Sendiri: Modal Luar 7 Volume Usaha 82.098,59 76.822,08 95.062,40 119.182,69 125.584,98 200.662,82 (Rp. Miliar) 8 Sisa Hasil Usaha 5.303,81 5.622,16 6.336,48 6.661,93 8.110,18 14.898,65 (Rp. Miliar) 9 Jumlah Manager 32.169 31.566 34.342 36.176 35.063 36.615 (Orang) 10 Jumlah Karyawan (Orang) 325.161 319.938 342.896 393.502 438.541 503.830 Sumber : Koperasi dan UKM (2014) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara 3

Rencana Strategis Koperasi dan UKM A. Perkembangan Koperasi Perkembangan koperasi di Indonesia saat ini menunjukkan kinerja yang secara umum positif (Tabel I.1). Pada periode 2009 sampai 2013, jumlah unit dan anggota koperasi terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan unit sekitar 4,2 persen, dan anggota sebesar 4,1 persen. Rata-rata jumlah anggota pada tahun 2014 adalah sekitar 174 orang per koperasi. Di sisi lain, perkembangan tersebut menunjukkan kebutuhan yang tinggi terhadap pendampingan dalam penerapan prinsip-prinsip koperasi. Hal ini mengingat baru sekitar 54,3 persen dari koperasi aktif yang sudah melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT) pada tahun 201 4. Profesionalisme pengelolaan koperasi juga perlu ditingkatkan. Gambar I.1. Perkembangan Kinerja Usaha Koperasi dalam 10 Tahun Terakhir 200.000 189.859 150.000 Rp Miliar 100.000 105.801 94.862 50.000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 14.899 Modal Sendiri (Rp Juta) Volume Usaha (Rp Juta) Modal Luar (Rp Juta) Sisa Hasil Usaha (Rp Juta) Sumber: Koperasi dan UKM (2014) Perkembangan usaha koperasi yang ditunjukkan dari aspek-aspek modal, volume usaha dan sisa hasil usaha ( SHU) juga menunjukkan kinerja yang terus meningkat (Gambar I.1). Jumlah modal koperasi meningkat rata-rata sekitar 28,9 persen, yang utamanya didorong oleh peningkatan partisipasi anggota dalam memupuk modal koperasi secara mandiri. Kondisi ini mendorong perbaikan rasio modal sendiri dan modal luar koperasi (Tabel I.1), dan menjadi indikasi peningkatan kemandirian koperasi. Peningkatan SHU yang lebih tinggi dibandingkan dengan volume usaha menunjukkan perbaikan nilai kemanfaatan ekonomi koperasi, selain kemanfaatan dari layanan dan produk yang disediakan koperasi bagi anggotanya. 4

Rencana Strategis Koperasi dan UKM Gambar I.2. Struktur Koperasi Aktif Berdasarkan Jenis Koperasi 0,01% 0,56% 5,85% 13,81% 1,67% 78,11% Produsen Pemasaran Konsumen Jasa Simpan Pinjam Belum teridentifikasi Sumber: Koperasi dan UKM (2013, diolah) Berdasarkan kegiatan ekonomi, populasi koperasi terbesar terdapat di sektor tersier (78,0 persen), sedangkan proporsi koperasi di sektor primer dan sekunder masing-masing adalah sebesar 21,0 persen dan 1,0 persen. Sementara berdasarkan jenis, proporsi koperasi konsumen merupakan yang terbesar (Gambar I.2). Khusus untuk Koperasi Simpan Pinjam ( KSP), perkembangannya menunjukkan peran yang semakin penting dalam mendukung keuangan inklusif di Indonesia. Jumlah KSP sampai dengan Oktober 2012 adalah sebanyak 8.761 unit dengan jumlah anggota lebih dari 2,9 juta orang. Di luar populasi KSP, terdapat 86.203 koperasi non KSP yang memiliki unit simpan pinjam (USP) yang melayani lebih dari 14,8 juta anggotanya. Layanan pembiayaan yang disediakan oleh USP pada koperasi serba usaha bahkan berperan sentral dalam mendukung keberlanjutan usaha-usaha produktif skala mikro dan kecil terutama di sektor pertanian, perikanan dan industri kecil di perdesaan. Sementara secara kewilayahan, perbandingan jumlah koperasi aktif antara Jawa dan Luar Jawa menunjukkan proporsi sebesar 52,2 persen koperasi aktif berada di Jawa dan 47,6 persen koperasi aktif berada di luar Jawa. Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki jumlah koperasi aktif terbesar di wilayah Jawa dan Indonesia, sedangkan Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Bali memiliki jumlah koperasi aktif terbesar di Luar Jawa. Gambaran mengenai perkembangan koperasi tersebut menunjukkan kebutuhan terhadap kebijakan pemberdayaan koperasi yang difokuskan pada 5

Rencana Strategis Koperasi dan UKM perbaikan penerapan prinsip-prinsip koperasi dan penguatan pengelolaan usaha koperasi. Peran aktif anggota koperasi juga perlu diperkuat dalam rangka mempercepat kemandirian koperasi. Koperasi juga dapat ditingkatkan kemampuannya untuk berkembang besar dan sejajar dengan bentuk bangun ekonomi lain tanpa harus meninggalkan jatidirinya. Peran koperasi sebagai kekuatan penyeimbang (countervailing power) perlu diperkuat dalam peningkatan kesejahteraan rakyat yang tidak hanya berorientasi pada aspek pertumbuhan saja namun juga pada aspek pemerataan. Upaya tersebut perlu dilengkapi dengan perbaikan kinerja koperasi berdasarkan bidang dan lokasi usahanya. Hal ini sangat penting dilakukan dalam rangka mendorong pertumbuhan koperasi untuk menjadi penggerak perekonomian khususnya di sentra-sentra produksi di luar Jawa. B. Perkembangan UMKM Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia ditunjukkan oleh populasinya sebagai pelaku usaha terbesar, serta kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan produk domestik bruto (PDB), ekspor dan penciptaan modal tetap/investasi (Tabel I.2). Ditinjau secara sektoral, sebagian besar UMKM bergerak di sektor primer (50,1 per sen), dan sektor tersier (42,5 persen), dan sebagian kecil di sektor sekunder. INDIKATOR Jumlah Unit Usaha 53,82 Juta Tenaga Kerja 99,40 Juta PDH (Harga 1.282,57 Konstan Th. Triliun 2000) PDB (Harga 3.466,39 Berlaku) Triliun Ekspor Non 157,89 Migas Investasi (Harga Konstan 200) Produktivitas - Per Unit Usaha - Per Tenaga Kerja Tabel I.2. Perkembangan UMKM Tahun 2010-2012 DATA PERKEMBANGAN PROPORSI 2010 2011 2012 Triliun 247,12 Triliun 23,83 Juta 12,90 Juta 55,21 Juta 101,72 Juta 1.369,33 Triliun 4.303,57 Triliun 187,44 Triliun 260,93 Triliun 24,80 Juta 13,46 Juta 56,53 Juta 107,65 Juta 1.504,93 Triliun 4.869,57 Triliun 208,07 Triliun 300,18 Triliun 26,62 Juta 13,98 Juta 2010 S/D 2011 2011 S/D 2012 2010 2011 2012 2,57 % 2,41 % 99,99 % 99,99 % 99,99 % 2,33 % 5,83 % 97,22 % 97,24 % 97,16 % 6,76 % 9,90 % 57,83 % 57,60 % 57,49 % 24,15 % 13,15 % 57,12 % 57,94 % 59,08 % 6,56 % 11,00 % 15,81 % 16,44 % 14,06 % 5,58 % 15,04 % 48,34 % 49,11 % 51,45 % 4,09 % 4,33 % Sumber: BPS dan Koperasi dan UKM (2011-2013) 7,32 % 3,84 % Kinerja UMKM secara umum cukup bervariasi dari tahun ke tahun. Kontribusi PDB UMKM mengalami tren penurunan dari 58,6 persen pada tahun 2008 menjadi 57,5 pada tahun 2012. Kondisi ini diakibatkan tingkat pertumbuhan 6

Rencana Strategis Koperasi dan UKM output UMKM yang cenderung berfluktuasi dan masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan output usaha besar. Variasi pertumbuhan PDB UMKM juga terjadi antar sektor. Dampak dari kondisi ini yaitu adanya kesenjangan tingkat produktivitas antara UMKM dengan usaha besar (Tabel I.3). Kondisi yang sama juga terjadi di sektor-sektor dimana UMKM merupakan pelaku usaha yang dominan seperti sektor pertanian dan perdagangan. Rendahnya produktivitas menjadi kendala bagi UMKM untuk berkembang dan mencapai skala ekonomi yang semakin besar. Kondisi ini menyebabkan fenomena missing middle, dimana perekonomian mengalami kekurangan jumlah usaha kecil dan menengah yang sebenarnya dibutuhkan untuk menopang industrialisasi dan ekspor. Kondisi ini juga mempengaruhi sejauh mana UMKM dapat berpartisipasi dalam jaringan produksi dan pemasaran global. Tabel I.3. Produktivitas Pelaku Usaha Berdasarkan Unit dan Tenaga Kerja (Rp juta) 2009 2010 2011 2012 Skala Per Per Per Per Per Unit Tenaga Per Unit Tenaga Per Unit Tenaga Per Unit Tenaga Kerja Kerja Kerja Kerja Usaha Mikro 13,08 7,58 13,51 7,73 13,95 8,02 14,68 8,21 Usaha Kecil 410,32 63,71 416,86 65,92 433,94 66,66 484,73 67,26 Usaha 7.439,98 114,29 7.609,08 117,54 7.831,56 121,91 7.752,77 116,45 Menengah UMKM 22,98 12,60 23,83 12,90 24,80 13,46 26,62 13,98 Usaha Besar 187.397,73 327,69 193.339,22 329,39 203.503,23 348,55 223.975,28 353,17 Total 39,59 21,13 41,20 21,69 43,05 22,72 46,30 23,62 Sumber: BPS dan Koperasi dan UKM (2010-2013 diolah) Namun terlepas dari produktivitas yang rendah, UMKM memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap krisis, yang terbentuk karena struktur organisasi dan tenaga kerja UMKM yang lebih fleksibel dalam menyesuaikan dengan perubahan pasar. Daya tahan dan fleksibilitas ini menjadikan UMKM digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber utama penghidupan. Berdasarkan tingkat produktivitas dan kebutuhan untuk meningkatkan populasi usaha kecil dan menengah, maka peningkatan produktivitas usaha mikro dijadikan sebagai target pemberdayaan UMKM ke depan. Perbaikan kapasitas dan produktivitas usaha mikro dapat dilakukan melalui penguatan aset, keterampilan dan keterhubungannya dengan jaringan usaha dan pemasaran dalam satu sistem bisnis yang mapan. Peningkatan kapasitas usaha mikro juga diharapkan dapat meningkatan pendapatan masyarakat secara umum yang selanjutnya akan berkontribusi pada pengurangan angka kemiskinan. Peran usaha kecil dan menengah juga perlu ditingkatkan dalam memperkuat basis produksi di dalam negeri, dan partisipasi di pasar ekspor dan investasi. 7

Rencana Strategis Koperasi dan UKM Kebijakan pemberdayaan UMKM ke depan juga diharapkan untuk semakin inklusif. Kebijakan UMKM perlu diarahkan untuk mendukung peningkatan nilai tambah dan produktivitas di sektor-sektor dengan populasi UMKM terbesar seperti sektor pertanian, perikanan, dan industri pengolahan. Pada saat yang sama, upaya pengembangan UMKM ke depan juga perlu mempertimbangkan kebutuhan akselerasi perkembangan ekonomi di wilayah luar Jawa, serta penangangan isu keterhubungan ekonomi antara kota dan desa. Pengembangan UMKM ke depan juga perlu menyediakan kesempatan yang sama bagi masyarakat, terlepas dari keragaman latar belakang termasuk gender dan keterbatasan kemampuan fisik, untuk mengembangkan usaha produktif dan meningkatkan kesejahteraannya. Kebijakan, program dan kegiatan peningkatan daya saing UMKM ke depan juga perlu mencakup pelaksanaan amanat UU No. 20/2008 secara paripurna, yang didukung sinergi berbagai pemangku kepentingan dan sumber daya yang tersedia. Pelaksanaan kebijakan tersebut juga perlu didukung pola pemberdayaan UMKM yang terstruktur dan tersistem, sehingga isu-isu strategis yang dihadapi UMKM dapat ditangani secara efektif. C. Pencapaian Target Kinerja Koperasi dan UKM Rencana Strategis Koperasi dan UKM Tahun 2012-2014 telah menetapkan tujuh Sasaran Strategis terkait substansi Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, dan satu Sasaran Strategis terkait tata laksana organisasi. Pencapaian Sasaran Strategis secara lengkap ditampilkan pada Tabel I.4. Secara umum, pencapaian target-target pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tahun 2012-2014 cukup bervariasi. Sebagian capaian telah melampaui target yang ditetapkan seperti target-target pelayanan badan hukum koperasi, dukungan sarana produksi bagi koperasi, revitalisasi pasar tradisional, Tempat Praktik Keterampilan Usaha (TPKU), penataan pedagang kaki lima, penyaluran start-up capital, dan diklat kewirausahaan. Keberhasilan pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh komitmen yang tinggi untuk mempercepat penguatan UMKM yang tercermin dari dukungan anggaran dan perluasan jangkauan kegiatan. Keberhasilan tersebut juga ditentukan dari kerjasama dan dukungan Pemda dalam seleksi, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan di daerah. 8

Rencana Strategis Koperasi dan UKM No Tabel I.4. Capaian Target Kinerja Koperasi dan UKM Sasaran Strategis 1. Peningkatan jumlah dan peran Koperasi dan UMKM dalam perekonomian nasional 2. Peningkatan pemberdayaan Koperasi dan UMKM Target Kinerja Substansi Pemberdayaan Koperasi dan UMKM a. Terwujudnya 4.000 koperasi berkualitas b. Terwujudnya 1.500 peserta bimbingan teknis perkoperasian dan tata kelola perusahaan kepada pembina/umkm/koperasi di sektor riil; c. Terwujudnya 18.000 Badan Hukum Koperasi yang diumumkan dalam Berita Negara RI; d. Terwujudnya tenaga penyuluh yang terekrut dan terlatih sebanyak 1.425 orang: e. Terwujudnya 1 kebijakan dan 600 Koperasi yang direvitalisasi. a. Terlaksananya kajian/rintisan/ replikasi/publikasi, pengembangan teknologi informasi pengkajian dan partisipasi pada forum kerjasama internasional dalam pemberdayaan Koperasi dan UMKM Capaian a. 4.666 koperasi b. 2.150 orang c. 25.186 koperasi d. 735 orang e. 1 kebijakan dan 600 koperasi a. 12 koperasi, 24 kajian, 9 laporan, 3 model, 18 terbitan, dan 21 laporan kerjasama internasional 3. Peningkatan Daya Saing b. Terfasilitasinya KUMKM mendapatkan kegiatan restrukturisasi usaha, dukungan sistem bisnis, dan kerjasama investasi 1.372 KUMKM a. Peningkatan pemahaman dan penerapan standardisasi manajemen mutu, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan kehalalan produk 3.085 KUMKM; b. Bimbingan dan konsultasi pemanfaatan e-commerce dan aplikasi sistem bisnis 785 KUMKM; c. Diklat vocational 1.500 orang; d. Diklat LKM/KSP 650 orang; e. Diklat perkoperasian 1800 0rang; f. Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU) sebanyak 300 unit; b. 1.372 KUMKM a. 2.600 UMKM b. 795 KUMKM c. 1.500 orang d. 650 orang e. 1.800 orang f. 525 unit 9

Rencana Strategis Koperasi dan UKM No Sasaran Strategis 4. Peningkatan produksi dan pemasaran produk Usaha Kecil dan Menengah Nasional. 5. Penyediaan akses pembiayaan KUMKM. Target Kinerja g. Terfasilitasinya UMKM dan wirausaha baru melalui pendampingan 1.050 orang; h. Peningkatan kapasitas lembaga pendamping LPB/BDS-P 1.140 orang; i. Pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM 45 unit. a. Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana produksi KUKM sebanyak 488 Koperasi; b. Meningkatnya jumlah koperasi dalam pengembangan energi terbarukan sebanyak 80 Koperasi; c. Tersusunnya konsep model pemberian insentif dalam rangka peningkatan kualitas produksi KUMKM sebanyak 15 konsep model; d. Jumlah KUMKM yang difasilitasi pameran dalam dan luar negeri 5.230 KUMKM; e. Jumlah KUMKM yang difasilitasi melalui temu mitra 5.105 KUMKM; f. Jumlah dukungan revitalisasi sarana dan prasarana pemasaran melalui koperasi 241 unit; g. Jumlah PKL yang difasilitasi kepastian tempat usaha 13.891 UMi; h. Meningkatnya jumlah KUKM yang terlayani Usaha Kecil dan Menengah Nasional. a. Peningkatan akses pendanaan bagi usaha mikro dan kecil melalui 300 Koperasi; b. Penilaian kesehatan bagi 126 KSP/KJKS/UJKS primer nasional; c. Transformasi 300 LKM menjadi badan hukum Koperasi; d. Peningkatan permodalan bagi 3.395 Koperasi perdesaan dan perkotaan; Capaian g. 1.050 UMKM h. 1.218 orang i. 42 unit a. 507 koperasi b. 27 koperasi c. 15 konsep/ model d. Dalam Negeri : 4.770 KUKM Luar Negeri : 799 KUKM e. 5.090 KUMKM f. 356 unit g. 17.045 usaha mikro h. 5.865 KUKM a. 300 koperasi b. 209 KSP/ KJKS/UJKS c. 623 KM d. 3.570 koperasi 10

Rencana Strategis Koperasi dan UKM No Sasaran Strategis 6. Pengembangan wirausaha Koperasi dan UKM. 7. Perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada KUMKM 1. a. Penyusunan perencanaan program/ kegiatan Koperasi dan UKM; Target Kinerja e. Bantuan start-up capital bagi 4.328 wirausaha pemula; f. Pelaksanaan kegiatan edukasi, sosialisasi dan fasilitasi pengembangan asuransi, jasa keuangan dan perpajakan bagi 1.000 KUMKM; g. Fasilitasi terbentuknya 6 (enam) Lembaga Penjamin Kredit Daerah bagi KUMK;. h. Jumlah 82.560 KUMKM yang didampingi untuk mengakses KUR; i. Tersalurkannya pinjaman/ pembiayaan dana bergulir kepada 105.516 KUMKM. a. Jumlah peserta diklat kewirausahaan sebanyak 4.700 orang. b. Terwujudnya penguatan inkubator bisnis KUMKM 45 unit a. Tersusunnya 1 Undang-Undang tentang Perkoperasian dan 2 Rancangan Peraturan Pelaksanaan UU tentang Perkoperasian. b. Sistem informasi Usaha Kecil dan Menengah secara on-line. Tata Laksana Organisasi b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengawasan pelaksanaan anggaran Pusat dan Daerah; c. Penyelenggaraan sosialia. Terciptanya keselarasan program dan kegiatan dalam pemberdayaan Koperasi dan UKM melalui koordinasi lintas sektoral di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten dan Kota; b. Terselenggaranya evaluasi dan pelaporan program pemberdayaan Koperasi dan UKM serta sistem informasi on-line KUKM; c. Terselenggaranya pelaksanaan anggaran yang akuntabel dan tepat waktu serta tertatanya BMN; d. Tersedianya SDM aparatur yang memiliki kompetensi dan terselenggaranya publikasi Capaian e. 8.413 WP f. 1.000 UMKM g. 6 LPKD h. 82.560 KUMKM i. 429.656 KUMKM a. 22.655 orang b. 45 unit a. 1 UU dibatalkan, 5 RPP b. 2 sistem a. 1 Masterplan Pengembangan Koperasi, 1 Masterplan Pengembangan UMKM b. 4 laporan dan 1 sistem c. 12 laporan d. 800 orang dan 2 laporan 11

Rencana Strategis Koperasi dan UKM No Sasaran Strategis sasi/ publikasi/ visualisasi dan pelayanan informasi Koperasi dan UMKM; d. Peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran; e. Peningkatan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana dilingkungan Koperasi dan UKM Target Kinerja pemberdayaan Koperasi dan UKM; e. Terlaksananya pemeriksaan dan pengawasan pelaksanaan anggaran Pusat dan Daerah; f. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana aparatur di Koperasi dan UKM. Capaian e. 44 laporan f. 12 bulan Beberapa target lainnya memiliki capaian yang sama atau lebih rendah dari target yang ditetapkan. Revitalisasi koperasi, diklat, fasilitasi sistem bisnis dan pendampingan KUR merupakan contoh kegiatan dengan capaian sesuai target. Sementara itu, penyediaan penyuluh perkoperasian, pengembangan koperasi pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), peningkatan pemahaman tentang standardisasi mutu, HKI dan kehalalan, temu mitra dan pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT), menjadi contoh kegiatan dengan capaian di bawah target. Faktor utama yang menjadi kendala yaitu penurunan alokasi pendanaan tahunan sehingga target-target yang ditetapkan tidak dapat dicapai. Satu target terkait dengan peraturan perundang-undangan mengalami perubahan karena UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian telah dibatalkan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi pada bulan Mei 2014. Hal ini menyebabkan Pemerintah menunda pembahasan lima Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perkoperasian, dan sekaligus mempersiapkan RUU pengganti. Hasil evaluasi terhadap pencapaian sasaran-sasaran strategis tersebut juga menunjukkan kebutuhan untuk perbaikan dalam penentuan sasaran, indikator dan targetnya. Salah satunya berkaitan dengan pentingnya setiap sasaran memiliki target kualitatif sehingga capaiannya dapat distandarisasikan dan dievaluasi. Perbaikan sistem monev juga perlu dilakukan dalam satu kerangka yang terintegrasi dengan sistem perencanaan, sehingga sasaran, target dan indikator yang diukur dalam setiap tahapan konsisten. 12

Rencana Strategis Koperasi dan UKM I.2. Potensi dan Permasalahan I.2.1. Potensi A. Potensi Koperasi Identitas Koperasi ( Co-operative Identity) yang ditetapkan ICA mencakup definisi koperasi yang merupakan perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis. Koperasi memiliki nilai-nilai menolong diri sendiri, bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan dan solidaritas. Pelaksanaan nilai-nilai koperasi tersebut berpedoman pada tujuh prinsip koperasi, yaitu (i) keanggotaan yang bersifat terbuka; (ii) pengelolaan yang bersifat demokratis;(iii) partisipasi anggota dalam ekonomi; (iv) kebebasan dan otonomi; (v) pendidikan, pelatihan dan informasi; (vi) kerjasama antar koperasi;dan (vii) kepedulian terhadap masyarakat. Definisi, nilai dan prinsip-prinsip koperasi tersebut merupakan potensi koperasi untuk maju dan mampu membantu anggotanya dalam meningkatkan kesejahteraan melalui upaya kolektif yang produktif, efektif dan efisien serta berkelanjutan. Sebagai organisasi sosial-ekonomi, koperasi memiliki karakteristik yang sesuai untuk dapat mengelola berbagai potensi yang dimiliki Indonesia secara lebih optimal, baik keragaman sumber daya alam hayati maupun keragaman sosial-budaya. Peran koperasi tersebut diwujudkan melalui kegiatan usaha kolektif yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat (anggota) dalam kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran. Koperasi juga berperan untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif anggotanya, baik yang berstatus sebagai produsen maupun konsumen. Efisiensi dan efektivitas usaha anggota koperasi dapat dicapai karena pemasaran, pembelian input produksi, pemanfaatan modal (simpan - pinjam), dan pengadaan serta penggunaan fasilitas usaha dilakukan secara bersama. Kebersamaan ini akan mengurangi resiko persaingan di antara anggota (zero sum game), meningkatkan posisi tawar terhadap pihak eksternal,dan menghasilkan manfaat yang adil (positive sum game). Ke depan, koperasi perlu difasilitasi untuk terlibat aktif dalam rantai pasok (supply chain) dengan melibatkan sebanyak-banyaknya anggota. Koperasi tidak saja berperan sebagai faktor pencipta produktivitas dan nilai tambah bagi produk anggotanya, namun juga menjalankan fungsi konektivitas antara sektor primer dan sektor sekunder. Fungsi konektivitas tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut oleh koperasi melalui penyediaan jasa-jasa usaha (penyimp anan, pengendalian mutu, pengemasan, pengangkutan, sarana pemasaran, dll.). Pada saat yang sama, kapasitas koperasi untuk meningkatkan kualitas penghidupan anggota koperasi, sekaligus memperkuat modal sosial di masyarakat, perlu diperkuat. Hal ini dapat 13

Rencana Strategis Koperasi dan UKM diwujudkan melalui layanan koperasi di bidang pendidikan, pelatihan, kesehatan, pengadaaan perumahan dan fasilitas lainnya. Seiring dengan globalisasi, peran koperasi juga dibutuhkan sebagai platform usaha bersama bagi UMKM di Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin intensif. Melalui koperasi, UMKM dapat mengembangkan berbagai produk unggulan dengan skala volume dan kualitas yang memadai. Kelembagaan dan usaha koperasi juga diperkuat dengan rencana perbaikan peraturan perundangan. B. Potensi UMKM Potensi UMKM ditunjukkan oleh perannya sebagai sumber pendapatan masyarakat, pemenuhan kebutuhan barang dan jasa domestik, penciptaan lapangan pekerjaan, serta peningkatan nilai tambah yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Secara ringkas potensi UMKM ke depan dapat dipengaruhi oleh sisi internal dari UMKM dan eksternal (lingkungan) sebagai berikut. Potensi internal: 1. Jumlah UMKM yang besar merupakan modal dasar untuk berkontribusi lebih besar dalam perekonomian; 2. Struktur dan karakteristik organisasi, usaha dan pengelolaan UMKM yang cukup fleksibel memberi kemudahan untuk menyesuaikan dengan perubahan kapasitasnya, serta perubahan pasar dan perekonomian; 3. UMKM menghasilkan produk dan jasa dengan harga yang terjangkau masyarakat, sehingga berkontribusi dalam penguatan pasar domestik, khususnya dalam penyediaan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan utama masyarakat; 4. Produk-produk UMKM sebagian besar memiliki kaitan yang kuat dengan sumber daya dan budaya lokal, serta pengetahuan, keterampilan tangan dan pola kerja yang diwariskan secara turun-temurun. Penggunaan sumber daya lokal mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor; dan 5. Jumlah UMKM yang besar merupakan potensi untuk pengembangan keterkaitan usaha dalam skema rantai nilai dan rantai pasok sehingga efisiensi sistem produksi dan pemasaran dapat ditingkatkan. Potensi eksternal: 1. UU No. 20/2008 tentang UMKM dan PP No. 17/2013 tentang Pelaksanaan UU No. 20/2008 memberi kepastian hukum bagi pengembangan UMKM; 2. Kemudahan mendirikan usaha secara informal di Indonesia, khususnya pada skala mikro, menjadikan potensi penumbuhan wirausaha baru dan UMKM sangat besar. Indonesia juga digolongkan sebagai negara yang paling kondusif untuk memulai usaha (lebih tinggi dari Amerika, Kanad a, India, dan Australia serta 19 negara lain) berdasarkan survei Globescan & 14

Rencana Strategis Koperasi dan UKM Program on International Policy Attitudes, University of Maryland pada tahun 2011, tentang (i) tingkat kreativitas/inovasi; (ii) tingkat kesulitan memulai usaha; (iii) latar belak ang orang yang memulai usaha; dan (iv) kemudahan untuk menerapkan ide menjadi bisnis; 3. Kemudahan untuk mendirikan usaha juga didukung dengan ketersediaan sumber daya alam dan skala permintaan yang besar (populasi penduduk yang besar), meskipun tingkat kreativitas dalam pemanfaatan sumber daya alam dan potensi permintaan pasar tersebut berbeda antar wilayah; 4. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan pemangku kepentingan lainnya memungkinkan UMKM terus berkembang; dan 5. Peningkatan proporsi penduduk usia produktif, yang disertai pendidikan dan keterampilan yang lebih tinggi, menjadi sumber tenaga kerja terampil dan penumbuhan pengusaha dengan kapasitas yang lebih baik. Potensi pengembangan UMKM ke depan juga semakin besar dengan adanya transformasi perekonomian yang semula bergantung pada sumber daya alam (resource-based economy) dan kemudian bergerak ke perekonomian yang berbasis ilmu pengetahuan ( knowledge-based economy). Transformasi ini membuka peluang keterlibatan yang lebih besar dari UMKM yang mengandalkan produk berbasis keterampilan dan budaya lokal, serta generasi muda terdidik untuk mendirikan usaha-usaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan inovasi. Transformasi ini berwujud dalam pengembangan ekonomi kreatif, yang didefinisikan sebagai industri berdasarkan penggunaan kreativitas dan modal intelektual sebagai input utama (UNCTAD, 2010). Ke depan, industri kreatif dianggap sangat potensial untuk diperkuat dan mempunyai prospek yang cerah untuk berkontribusi pada penyediaan lapangan kerja yang berkualitas dan ekspor. I.2.2. Permasalahan dan Tantangan A. Permasalahan dan Tantangan dalam Pengembangan Koperasi Permasalahan utama yang dihadapi koperasi secara ringkas ditampilkan pada Tabel I.5. Permasalahan tersebut berkaitan dengan organisasi, usaha, sumber daya manusia (SDM), sistem pendukung dan iklim usaha. Tabel I.5. Permasalahan dalam Pengembangan Koperasi Indonesia Aspek Permasalahan Organisasi 1. Masih banyak koperasi yang belum menerapkan nilai dan prinsip koperasi secara benar 2. Koperasi belum memiliki visi untuk menjadi modern (SDM, organisasi, usaha dan inovasi) 3. Rendahnya profesionalisme dan akuntabilitas dalam pengelolaan koperasi 15

Rencana Strategis Koperasi dan UKM Aspek Permasalahan 4. Masih banyaknya koperasi yang berorientasi atau bergantung pada bantuan pemerintah 5. Masih banyak koperasi yang tidak aktif Usaha 1. Kurangnya kesadaran anggota koperasi untuk berpartisipasi dalam meningkatkan modal dan memajukan usaha koperasi 2. Kurangnya kapasitas koperasi untuk berinovasi dalam pengembangan produk dan layanan bagi anggota 3. Kurangnya kemampuan koperasi untuk memenuhi target produksi (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) sesuai permintaan pasar 4. Terbatasnya kemampuan koperasi untuk menjangkau pasar terutama dalam promosi produk, akses informasi pasar dan saluran pemasaran 5. Terbatasnya jaringan usaha dan pemasaran antar koperasi dan antara koperasi dan usaha besar SDM 1. Banyak anggota yang tidak mengerti tentang koperasi 2. Kurangnya keteladanan koperasi 3. Mentalitas dan orientasi bisnis SDM koperasi masih rendah 4. Rendahnya kapasitas SDM koperasi dalam mengakses teknologi informasi, jaringan produksi dan pemasaran 5. Kurangnya jangkauan penyuluhan dan diklat perkoperasian Sistem Pendukung dan Iklim Usaha 1. Regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah yang belum mendukung perkembangan koperasi 2. Fungsi kelembagaan pemberdayaan dan infrastruktur koperasi belum optimal, terutama di bidang pendidikan, pembiayaan, dan pemasaran 3. Kurangnya koordinasi dan keterpaduan antar stakeholders 4. Belum tersedianya data yang lengkap dan valid mengenai perkembangan koperasi sehingga menyulitkan pemetaan dan pembinaan 5. Kurangnya kesiapan pemerintah dan dunia usaha untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Sementara itu tantangan pengembangan koperasi ke depan yaitu (i) menjadikan koperasi sebagai wadah usaha bersama yang menjadi pilihan untuk meningkatkan efisiensi usaha dan kualitas penghidupan masyarakat; (ii) meningkatkan kontribusi koperasi dalam perekonomian; dan (iii) meningkatkan posisi tawar koperasi dalam kondisi pasar yang semakin dinamis. Tantangan ini sejalan cita-cita pengembangan koperasi di dunia (ICA) yang ingin menjadikan koperasi sebagai (i) pemimpin dalam pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan yang berkelanjutan; (ii) model usaha yang pali ng disukai masyarakat; dan (iii) bentuk usaha yang paling cepat berkembang. 16

Rencana Strategis Koperasi dan UKM Penanganan terhadap permasalahan dan tantangan pengembangan koperasi membutuhkan perbaikan paripurna dari sistem perkoperasian di Indonesia. Hal ini mengingat kondisi koperasi saat ini masih dipengaruhi oleh krisis idiologi, krisis jatidiri dan krisis kaderisasi. Krisis idiologi merupakan dampak dari proses Amandemen UUD 1945 yang menjadikan posisi koperasi tidak lagi menjadi salah satu pilar dalam struktur perekonomian nasional. Krisis jatidiri merupakan dampak dari citra koperasi yang menurun karena berbagai masalah akuntabilitas. Sementara itu krisis kaderisasi merupakan dampak dari krisis ideologi dan jatidiri yang muncul dalam bentuk rendahnya pemahaman dan motivasi generasi muda untuk berkoperasi. Penanganan berbagai tantangan dan permasalahan tersebut di atas juga membutuhkan dukungan kebijakan yang seimbang antara keberpihakan dan pembangunan kemandirian. Hal ini mengingat sebagian besar koperasi masih berada pada skala kecil, sehingga keberpihakan dibutuhkan untuk membangun semangat dan keyakinan berkoperasi di kelompok akar rumput. Di sisi lain, pembangunan kemandirian koperasi perlu dikedepankan mengingat koperasi merupakan organisasi yang berbasis anggota serta memiliki nilai dan prinsipprinsip partisipasi, kebersamaan dan kemandirian. Pelaksanaan dua kebijakan tersebut membutuhkan koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dan gerakan koperasi, serta pemangku kepentingan lainnya. B. Permasalahan dan Tantangan dalam Pengembangan UMKM Permasalahan yang dihadapi oleh UMKM saat ini berkaitan dengan kualitas SDM yang rendah, peran sistem pendukung yang kurang optimal, dan kebijakan dan peraturan yang kurang efektif. Permasalahan SDM UMKM pada umumnya disebabkan oleh rendahnya pendidikan, keterampilan dan pengalaman, serta akses ke informasi. Sebagian besar UMKM juga belum memiliki kapasitas kewirausahaan yang memadai. Hal ini tampak dari pola bisnis UMKM yang masih banyak difokuskan pada produksi bukan permintaan pasar. Sementara itu kurang optimalnya peran sistem pendukung telah meningkatkan kompleksitas dalam akses UMKM terhadap sumber daya (bahan baku dan pembiayaan), teknologi dan pasar. Sistem pendukung usaha tersebut dapat mencakup lembaga penyedia/pemasok bahan baku, lembaga pembiayaan, lembaga litbang, mediator pemasaran, lembaga layanan bisnis/lpb, dll. Peran sistem pendukung UMKM juga tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur serta insentif. Kapasitas UMKM untuk dapat berperan secara maksimal di pasar juga dipengaruhi oleh iklim usaha yang menjamin kesetaraan dan kepastian usaha, dan perlindungan usaha, serta ketersediaan insentif untuk pengembangan usaha. Harmonisasi berbagai peraturan antara pusat-daerah, antar sektor dan antarwilayah juga masih dibutuhkan untuk mendukung pengembangan UMKM. 17

Rencana Strategis Koperasi dan UKM Sementara itu tantangan yang perlu ditangani dalam pengembangan UMKM ke depan umumnya berkaitan dengan perbaikan kondisi UMKM, di antaranya: 1. Peningkatan formalisasi usaha dengan tata kelola usaha yang lebih baik; 2. Peningkatan produktivitas yang didukung tenaga kerja terampil dan penerapan teknologi; 3. Peningkatan kapasitas untuk membangun kemitraan dan bergabung dalam jaringan produksi dan pemasaran global; 4. Pemanfaatan peluang yang semakin terbuka dari penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan perjanjian kerjasama ekonomi bilateral dan kawasan lainnya; dan 5. Perbaikan kebijakan dan peraturan yang responsif terhadap perbaikan kinerja dan daya saing UMKM. Berbagai masalah dan tantangan khususnya bagi pelaku usaha mikro dan kecil tersebut di atas mengarahkan upaya-upaya pemberdayaan UMKM ke depan perlu difokuskan pada penanganan dua isu strategis yaitu pertumbuhan usaha dan daya saing. Kedua isu digambarkan oleh kondisi sulitnya usaha mikro untuk tumbuh menjadi usaha dengan skala yang lebih besar ( na ik kelas ), dan tren penurunan kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB dan ekspor. Penanganan kedua isu tersebut juga membutuhkan pendekatan yang paripurna melalui pengintegrasian berbagai sumber daya dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. Penerapan desentralisasi juga perlu menjadi pertimbangan dalam rangka meningkatkan efisiensi dukungan pengembangan UMKM di berbagai wilayah. Pengembangan UMKM juga perlu mengantisipasi dampak dari perkembangan indikator-indikator ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, konsumsi masyarakat, perubahan nilai tukar Rupiah, serta perubahan tingkat suku bunga acuan. Pada saat yang sama, UMKM juga perlu mencermati perkembangan perubahan pasar global, terutama dengan perubahan pasar di tujuan ekspor dan perkembangan selera pasar global. C. Tantangan dalam Tata Kelola Organisasi Pelaksanaan program dan kegiatan di bidang koperasi dan UMKM juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan organisasi Koperasi dan UKM sebagai berikut. 1. Peningkatan kapasitas SDM. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan teknis SDM tentang aspek-aspek pemberdayaan koperasi dan UMKM perlu dilakukan secara terus-menerus dan berjenjang. Hal ini penting mengingat perkembangan perekonomian dan pasar mempengaruhi jenis kebutuhan pembinaan yang semakin beragam, dan menuntut adanya respon dan inovasi dari para pembina dan pengambil kebijakan. 18

Rencana Strategis Koperasi dan UKM 2. Peningkatan tata kelola organisasi, sarana dan prasarana. Di sisi organisasi, pembagian tugas dan fungsi antar unit-unit pelaksana kegiatan perlu dilakukan secara tegas dan jelas agar sumber daya dapat digunakan secara lebih efisien. Upaya ini perlu didukung penguatan kerjasama antar unit karena adanya kebutuhan untuk saling melengkapi. Sarana dan prasarana pendukung kerja dan pelayanan bagi masyarakat juga perlu diperbaiki dalam rangka meningkatkan kualitas hasil kerja. 3. Perbaikan prosedur dan tata kelola. Tantangan ini perlu ditangani seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi dimana Koperasi dan UKM dituntut untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara tersistem dan terukur berdasarkan pedoman yang baku (standar kerja dan Standar Pelayanan Minimal/SPM). 4. Perbaikan pelaksanaan program dan kegiatan melalui perbaikan prosedur perencanaan kegiatan, kriteria dan proses seleksi penerima bantuan, serta monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan. Upaya perbaikan tersebut perlu didukung dengan keterbukaan informasi tentang program dan kegiatan yang dapat diakses koperasi dan UMKM, serta masyarakat. 5. Penguatan basis data dan sistem informasi perlu didasarkan pada data dan informasi riil tentang koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan ketepatan sasaran kebijakan dan program, serta efisiensi penggunaan sumber daya. Penguatan basis data dan sistem informasi juga perlu melibatkan Pemda dan pemangku kepentingan lainnya. 6. Peningkatan koordinasi, sinergi dan kerjasama di internal Koperasi dan UKM, antar K/L, antara pusat dan daerah, serta antara Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Hasilnya diharapkan dapat meningkatkan lingkup dan jangkauan fasilitasi pengembangan koperasi dan UMKM yang paripurna, serta mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk perbaikan kinerja koperasi dan UMKM. 19

Rencana Strategis Koperasi dan UKM BAB II VISI, MISI KABINET KERJA DAN TUJUAN, SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM II.1. Visi dan Misi Kabinet Kerja Visi dan Misi Koperasi dan UKM pada tahun diarahkan untuk mendukung pencapaian Visi Presiden terpilih periode 2014-2019, sebagaimana tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebagai berikut: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG Visi tersebut diwujudkan melalui tujuh Misi Pembangunan yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Pelaksanaan ketujuh misi pembangunan nasional tersebut memperhatikan Strategi Pembangunan Nasional yang menggariskan hal-hal sebagai berikut: 1. Norma Pembangunan dalam periode adalah sebagai berikut: a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat. b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan 20

Rencana Strategis Koperasi dan UKM pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Gambar II.1 Dimensi dan Norma Pembangunan NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat; 2) Upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan megurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan; 3) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan eksosistem. 3 DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Pendidikan Kesehatan Perumahan Mental/Karekter DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN Antar Kelompok Antar Wilyah 1) Desa; 2) Pinggiran; 3) Luar Jawa; dan 4) Kawasan Timur. KONDISI PERLU Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik dan Demokrasi Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi QWICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA Sumber: Lampiran Buku I, Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2. Tiga Dimensi Pembangunan: a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi. Manusia Indonesia unggul tersebut diharapkan juga mempunyai mental dan karakter yang tangguh dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu pembangunan 21