PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 2014 T e n t a n g :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB VII P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN... I-1

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Bali

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

8.1. Keuangan Daerah APBD

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

DAFTAR ISI Latar Belakang... I Maksud dan Tujuan... I Dasar Hukum Penyusunan... I-2

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

Katalog BPS :

Penutup Sekapur Sirih Mukhlis SE,MM

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 204 T e n t a n g : PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204 PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 204 T e n t a n g : PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN AGAM Jl. Piliang, No. Lubuk Basung Telp. O752-7630, 76308 E-mail : bappeda.agam@gmail.com BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 204

PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 204 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204 LUBUK BASUNG 204

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 204 TANGGAL 24 JULI 204 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204

PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR TAHUN 204 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204 LUBUK BASUNG 204

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR TAHUN 204 TANGGAL JULI 204 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH ( R K P D ) KABUPATEN AGAM TAHUN 204

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 22 TAHUN 204 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 204 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka menjaga keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggran, pelaksanaan dan pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggran 203 serta mengimplementasikan ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 33 ayat (3), Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Pasal 29 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, telah ditetapkan Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 203 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 204; b. bahwa sehubungan dengan perubahan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan serta rencana program dan kegiatan prioritas daerah, maka Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 203 sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 203 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 204.. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 956 Nomor 25); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 3. Undang-Undang Nomor Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 04, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 442); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 20 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 0. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594);. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487); 3. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 200 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 200-204; 4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 202 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 203; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 20; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

Menetapkan 7. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2006-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Tahun 2005 Nomor ); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 8 Tahun 20 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tahun 200-205 ( Lembaran Daerah Kabupaten Tahun 20 Nomor 8); 9. Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 203 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 204 (Berita Daerah Kabupaten Tahun 203 Nomor 0). MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 5 TAHUN 203 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 204 Pasal I Ketentuan dalam Lampiran Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 203 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 204 (Berita Daerah Kabupaten Tahun 203 Nomor 0) diubah, sehingga selengkapnya sebagaimana tercantum pada Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal II Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten. Ditetapkan di Lubuk Basung pada tanggal 24 Juli 204 BUPATI AGAM, Diundangkan di Lubuk Basung pada tanggal 24 Juli 204 INDRA CATRI BERITA DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 204 NOMOR 08

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN..... Latar Belakang....2. Landasan Hukum... 2.3. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Dearah... 3.4. Gambaran Perubahan Kerangka Ekonomi Makro... 4 BAB II. EVALUASI HASIL RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 204... 8 2.. Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Sampai Tahun 203... 8 2.. Aspek Kesejahteraan Masyarakat... 8 2... Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... 8 2...2 Fokus Kesejahteraan Sosial... 4 2..2 Aspek Pelayanan Umum... 8 2..2. Fokus Layanan Urusan Wajib... 8 2..2.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan... 23 2..3 Aspek Daya Saing Daerah... 26 2..3. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... 27 2..3.2 Fokus Fasilitas Wilayah Infrastruktur... 29 2..3.3 Fokus Iklim Berinvestasi... 32 2..3.4 Fokus Sumber Daya Manusia... 33 2.2. Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 204 Sampai Triwulan II... 34 BAB III. RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DALAM PERUBAHAN RKPD TAHUN 204... 0 3.. Perubahan Pendapatan... 0 3.2. Perubahan Belanja... 3.3. Program dan Kegiatan Prioritas Dalam Perubahan... 2 3.4 Perubahan Kebijakan Pembiayaan Daerah... 5 3.4. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan... 5 3.4.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan... 5 3.5 Perubahan Program Kegiatan RKPD Tahun 204... 5 BAB IV. PENUTUP.... 237 Perubahan RKPD Tahun 204 i

BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. RKPD merupakan pelaksanaan amanat dari Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menjadi salah satu rangkaian dari dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dokumen RKPD merupakan dokumen perencanaan yang penyusunannya mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Proses penyusunan RKPD dimulai dengan penyaringan aspirasi masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholders) secara formal diformulasikan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Pelaksanaan Musrenbang dilakukan secara berjenjang dimulai dari tingkat Nagari, tingkat Kecamatan, dan tingkat Kabupaten. Maka secara konstektual dan substantif RKPD mengintegrasikan programprogram pemerintah pusat, program-program Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan program hasil penyaringan aspirasi yang diformulasikan melalui Musrenbang RKPD Kabupaten. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Tahun 204 merupakan penjabaran tahun keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 200-205. Penyusunan RKPD Tahun 204 menyelaraskan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan daerah dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan Provinsi Sumatera Barat Tahun 204 serta memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Republik Indonesia pada Tahun 204. Dalam Permendagri Nomor 23 Tahun 203 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 204 dijelaskan tentang Perubahan RKPD Tahun 204 dapat dilakukan apabila berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya pada tahun berjalan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan keadaan, yang meliputi:. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah; 2. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau 3. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; 4. Pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan baru/kegiatan alternatif, penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan. Pemerintah Kabupaten dalam pelaksanaan sampai dengan satu semester pada tahun perencanaan atau tahun berjalan telah ditemukan berbagai kondisi yang layak dijadikan dasar pertimbangan untuk melakukan perubahan atas dokumen RKPD Tahun 204 Kabupaten. Kondisi ini diperoleh dari hasil evaluasi atas kinerja pelaksanaan program dan kegiatan sampai dengan triwulan ke dua tahun 204, dimana beberapa poin yang ditemukan, antara lain sebagai berikut: RKPD Perubahan Tahun 204

. Perkembangan keadaan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah yang berdampak terhadap pagu yang mengakibatkan terjadinya penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, penambahan atau penghapusan kegiatan; 2. Faktor lain yang mengakibatkan perlunya dilakukan pergeseran kegiatan antar SKPD, perubahan lokasi dan/atau kelompok sasaran, dan penghapusan kegiatan; 3. Adanya kegiatan pada tahun 203 yang belum dapat diselesaikan, sehingga harus dilanjutkan pada tahun 204 tapi belum dimasukkan dalam dokumen RKPD atau APBD tahun 204; 4. Kegiatan baru yang harus ditampung dalam Perubahan RKPD Tahun 204 sebagai upaya untuk mempercepat pencapaian visi dan misi daerah. Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu dilakukan penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (P-RKPD) Tahun 204 Kabupaten. Perubahan RKPD Tahun 204 ini dirasakan sangat penting untuk konsistensi dan keselarasan serta kesinambungan upaya pencapaian visi dan misi Kabupaten dengan lebih efisien dan efektif. Pada sisi lain, penyusunan dokumen Perubahan RKPD Tahun 204 ini merupakan pedoman bagi penyusunan dokumen perencanaan pembangunan selanjutnya, yang meliputi Kebijakan Umum Perubahan APBD Tahun 204, Perubahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Tahun 204, serta Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 204, sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional..2. Landasan Hukum Landasan hukum penyusunan Perubahan RKPD Tahun 204 ini adalah sebagai berikut;. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Tahun 999 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 04, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 442); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594); RKPD Perubahan Tahun 204 2

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487); 0. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor );. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 20; 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 203 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 204; 4. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2006-2025 ( Lembaran Daerah Kabupaten Tahun 2005 Nomor ). 5. Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 20 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tahun 20-205 (Berita Daerah Tahun 20 Nomor 8). 6. Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 203 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Tahun 204 (Berita Daerah Tahun 203 Nomor 0)..3. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Perubahan RKPD Tahun 204 Kabupaten dimaksudkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan daerah terhadap suatu perubahan atas dokumen perencanaan pembangunan daerah yang bersifat tahunan, yaitu Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (P-RKPD) Tahun 204 Kabupaten. Perubahan RKPD Tahun 204 Kabupaten sangat penting peranannya sebagai arah dan pedoman bagi segenap pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan Kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan daerah dalam tahapan perubahan di tahun 204. Perubahan RKPD Tahun 204 Kabupaten tetap menjadi bagian utuh dari upaya pelaksanaan RPJMD Kabupaten Tahun 200-205. Perubahan RKPD Tahun 204 memuat dasar pertimbangan perlunya perubahan, hasil evaluasi pembangunan sampai triwulan kedua, dan perubahan atas program dan kegiatan yang harus dilakukan pada tahapan pembangunan tahun 203. Perubahan RKPD Tahun 204 Kabupaten ditujukan untuk memberikan kerangka sistematis sebagai pedoman terhadap arah penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk kebijakan Perubahan APBD Tahun 204. Penyusunan ini juga bertujuan untuk merangsang partisipasi publik dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi proses pembangunan. Secara lebih sistematis, tujuan penyusunan Perubahan RKPD Tahun 204 Kabupaten adalah sebagai berikut:. Diperolehnya suatu perubahan rencana pembangunan tahunan yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan perkembangan yang terjadi di daerah, dengan melihat sumber daya yang ada. RKPD Perubahan Tahun 204 3

2. Diperolehnya perubahan atas program dan kegiatan yang menjadi upaya konkrit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten tahun 204. 3. Tersedianya acuan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Kabupaten Tahun 204 dan Perubahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kabupaten Tahun 204, sebagai dasar dari penyusunan Perubahan APBD Tahun 204 Kabupaten..4. Gambaran Perubahan Kerangka Ekonomi Makro Perkembangan pada aspek ekonomi, dapat menimbulkan rangkaian permasalahan dan tantangan selama pembangunan tahun berjalan (204), yang turut menyebabkan perlu dilakukannya perubahan terhadap RKPD Kabupaten Tahun 204. Terjadinya Krisis ekonomi global yang dampaknya diperkirakan makin meluas di wilayah Eropa dan Amerika, masih akan berpotensi terhadap melemahnya perekonomian dunia pada tahun 204. Kondisi tersebut semakin menjadi perhatian terkait dengan adanya kebijakan mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL), serta pelaksanaan pemilihan umum legislatif, presiden dan wakil presiden tahun 204 yang diperkirakan dapat meningkatkan tekanan terhadap kondisi perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia pada Tahun 204 memperkirakan mencapai 6,3% dengan asumsi konsumsi domestik dan investasi masih bertahan kuat. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan pemerintah pada APBN Tahun 204 sebesar 6,8%. Perkuatan infrastuktur ekonomi nasional terus diupayakan agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan pemerataan kekuatan ekonomi pada semua wilayah dan sektor usaha. Impor barang di Sumatera Barat pada Tahun 204 diperkirakan masih akan kembali meningkat sejalan dengan semakin tingginya permintaan barang produksi dan konsumsi. Di sisi lain, kebijakan impor hortikultura yang mulai berlaku pada Tahun 203 diharapkan dapat mengendaalikan kenaikan harga komoditas hortikultura. Kondisi perekonomian di Sumatera Barat pada umumnya, dan Kabupaten pada khususnya pada akhir tahun 203 sampai dengan Tahun 204 akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia dan kondisi perekonomian nasional. Sejalan dengan kondisi tersebut, hal-hal yang masih menjadi tantangan perekonomian daerah di Sumatera Barat dan Kabupaten pada khususnya, adalah:. Berlakunya perdagangan bebas antara Asia Tenggara, Asean Economic Community (AEC) 205; 2. Masih tingginya permintaan impor produk bahan baku industri; 3. Pengaruh fluktuasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi regional; 4. Keterlambatan pembangunan infrastruktur; 5. Alih fungsi lahan yang tidak sesuai peruntukan; 6. Kerentanan wilayah terhadap bencana; 7. Kebijakan sektoral yang kurang sinkron. Sejalan dengan berbagai tantangan tersebut, beberapa kondisi yang dapat menjadi peluang adalah:. Semakin meningkatnya peluang pasar ekspor; 2. Meningkatnya dukungan program CSR (Corporate Social Responsibility) dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan); 3. Meningkatnya peluang investasi; 4. Meningkatnya daya saing produk industri dan pemantapan struktur pengembangan industri; 5. Mulai terbukanya kerjasama pemerintah dengan swasta; Perkembangan kondisi perekonomian Kapupaten Tahun 20 203 dan Tahun 204, dapat dilihat pada Tabel I. sebagai berikut: RKPD Perubahan Tahun 204 4

Tabel I. Perkembangan kondisi perekonomian Kapupaten Tahun 20 203 dan Tahun 204 No Indikator Makro Satuan Realisasi 20 202 203 2 3 4 5 6 7. PDRB (Harga Berlaku) Tahun 204 Milyar (Rp.) 7,42,06 8,380.84 9,772.08 9.520,30 2. PDRB (Harga Konstan) 3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Milyar (Rp.) 3,280,04 3,502.84 3,725.54 3.78,83 % 5.94 6.79 6.36 6.60 6.80 4. Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral a. Pertanian % 40.59 39.72 38.66 39.02 b. Pertambangan dan Penggalian % 4.2 4.04 5.63 4.00 c. Industri Pengolahan %. 0.20 0.4 0. d. Listrik, Gas dan air Minum % 0.82 0.75 0.7 0.7 e. Bangunan % 5,9 6.63 6.5 7.20 f. Perdagangan, Hotel, restoran % 5,3 5.39 5.36 5.47 g. Pengakutan dan komunikasi % 5,46 5.56 5.38 5.80 h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan % 3,64 3.66 3.56 3.65 j. Jasa-jasa % 3,05 4.05 4.03 4.05 5. Penduduk Miskin % 9,39 8.40 7.60 7.00 6. Tingkat Pengangguran 6,6 3,7 5.46 4.70 7. IPM 73.74 74. 75.05 75.70 8. 9. Besaran ICOR (Incremental Capital Output Ratio) Pendapatan Regional Perkapita (Harga Berlaku) 0. Rasio dan perbandingan-perbandingan 3,5 Juta (Rp) 6.0 8.07 9.49 2.0 - Pajak Daerah terhadap PDRB ( % ) ( % ) 0,29 0,29 0,32 0.39 - Biaya pendidikan terhadap PDRB ( %) ( % ) 5, 5,59 6 - Biaya kesehatan terhadap PDRB ( % ) ( % ),89 2,26 3 - Penerimaan Daerah (PAD dan dana Perimbangan) terhadap PDRB ( % ) ( % ) 23,3 23,88 26 24.0 Kondisi ekonomi makro Kabupaten secara umum cukup baik dengan ditandai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 203 mencapai 6,36% dan tahun 204 ditargetkan mencapai 6.60% 6.80%. Kondisi ekonomi makro Kabupaten tidak lepas dari pengaruh kondisi global, Nasional dan Provinsi Sumatera Barat. Dimana pada pada tahun 203 perekonomian dirasakan kondusif waulaupun mengalami lonjakan harga produk pertanian dan rencana membatasi subsidi BBM berdampak pada peningkatan inflasi. Nilai Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten atas dasar harga konstan Tahun 203 mencapai Rp. 3.725,54 Milyar dibandingkan dengan tahun 202 hanya sebesar Rp. 3.502.84 Milyar terdapat peningkatan sebesar Rp. 222.7 Milyar. Konstribusi PDRB tahun 203 tersebut berasal dari sektor pertanian sebesar 36,54%, sektor Pertambangan dan pengalian sebesar 3,75%, sektor industri pengolahan 2.6%, sektor listrik gas dan air bersih 0,87%, sektor konstruksi 5,07%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,29%, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,76% sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan 3,36% dan sektor jasa-jasa 5,96%. RKPD Perubahan Tahun 204 5

Sedangkan nilai PDRB Kabupaten tahun 203 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai 9.772,08 milyar rupiah, dibandingkan tahun 202 hanya sebesar 8.380,84 milyar rupiah atau naik sebesar Rp..39,6 Milyar. Dilihat realisasi struktur perekonomian Kabupaten, selama periode 200 sampai 203, serta target tahun 204 didominasi oleh 4 (empat) sektor, yaitu Pertanian, perdagangan hotel dan restoran, jasa-jasa dan industri pengolahan Berdasarkan perkembangan kondisi ekonomi makro yang disajikan di atas, maka pada tahun 203 dan 204 Kabupaten akan menghadapi berbagai tantangan yang meliputi:. Peningkatan investasi dan pertumbuhan sektor industri pengolahan masih kurang, kondisi ini perlu diimbangi dengan upaya lain yang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat. Terhadap peningkatan investasi perlu dilakukan penyempurnaan sistem, sehingga dapat mengurangi ekonomi biaya tinggi yang dapat menarik investor. Kemudian dalam menggerakkan ekonomi masyarakat diperlukan program dan kegiatan yang lebih memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat serta dilakukan evaluasi dan perbaikan sistem yang telah dilaksanakan. 2. Pembangunan bidang pertanian masih dihadapkan kepada permasalahan dan tantangan pokok diantaranya masih kurang memadainya infrastruktur pertanian, terutama jaringan irigasi dan jalan usaha tani sehingga menurunkan produktivitas pertanian; masih lemahnya diseminasi teknologi pertanian dan pemanfaatan teknologi tersebut kepada petani secara luas; masih lemahnya akses petani terhadap sumber informasi dan permodalan yang ada; dan belum optimalnya kelembagaan pertanian, khususnya kelembagaan pemerintah, di dalam mendukung sektor pertanian. 3. Pembangunan bidang perikanan masih dihadapkan kepada permasalahan dan tantangan pokok diantaranya; masih rendahnya tingkat pendidikan nelayan dan pembudidaya ikan serta kurangnya tenaga penyuluh di daerah; rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan dan tingginya tingkat kemiskinan di wilayah pesisir; masih rendahnya akses nelayan dan pembudidaya ikan terhadap permodalan, layanan usaha, dan diseminasi teknologi pengolahan produk perikanan; usaha perikanan masih sektoral dan belum dilaksanakan secara terintegrasi sebagai satu kesatuan sistem agribisnis pada wilayah tertentu; masih rendahnya sarana dan prasarana perikanan yang ada; dan menurunnya kualitas lingkungan pesisir, serta menurunnya kualitas air baku dan lingkungan budidaya perikanan. 4. Masih rendahnya produktivitas UMKM dapat mengakibatkan produk yang dihasilkan kurang memiliki daya saing dan kualitas yang baik dalam memenuhi permintaan pasar domestik dan pasar internasional. Masalah daya saing dan produktivitas ini disebabkan antara lain oleh rendahnya kualitas dan kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia. Dengan demikian, tantangan ke depan adalah bagaimana menumbuhkan wirausaha yang berbasis Iptek, industri kreatif, dan inovasi. 5. Skala usaha mikro dan kecil dengan keterbatasan modal dan penguasaan teknologi sangat sulit untuk meningkatkan nilai tambah usahanya. Hal ini menyebabkan pendapatan yang diperoleh masih rendah. Oleh karena itu, tantangan usaha mikro dan kecil dalam meningkatkan nilai tambahnya adalah melalui penyediaan fasilitas pembiayaan dan penyediaan teknologi, serta perbaikan kinerja wadah kelembagaan usahanya melalui koperasi. Kinerja lembaga seperti koperasi diharapkan dapat berperan sebagai wadah gerakan ekonomi rakyat dan menunjukkan perbaikan kualitas berkoperasi yang signifikan 6. Disamping itu berdasarkan pengalaman yang ada selama ini sering terjadi keterlambatan realisasi program kegiatan yang ada dalam APBD, meskipun penetapan APBD pada tahun yang bersangkutan disahkan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (akhir bulan Nopember tahun sebelumnya). Kondisi ini disebabkan keterlambatan proses perangkat pendukung dalam merealisasikan APBD dimaksud. Keterlambatan realisasi tersebut secara langsung juga mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat, dan untuk tahun 204 kondisi seperti tersebut RKPD Perubahan Tahun 204 6

diharapkan tidak terjadi lagi, Artinya, mulai memasuki tahun 204 semua program kegiatan bisa dilaksanakan segera sesuai aturan yang berlaku, sehingga memberikan pengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat. 7. Mempercepat Pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan. Angka pengangguran terbuka dan angka kemiskinan jumlah yang tersisa masih cukup besar, walaupun upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin telah dilakukan secara cermat dan sungguh-sungguh, namun memasuki tahun 204 masih banyak permasalah tantangan dan kendala yang harus dihadapi. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam upaya percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin antara lain adalah sebagai berikut: a. Jumlah penduduk miskin pada akhir tahun 203 masih cukup besar, yaitu 7,6 persen. Kesenjangan tingkat kemiskinan antar kecamatan juga masih besar, dimana 5 kecamatan memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari rata-rata Kabupaten. Jumlah penduduk miskin masih terkonsentrasi di daerah perdesaan serta masih lemahnya kelembagaan ekonomi perdesaan dalam mendukung pengembangan sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian perdesaan. b. Permasalahan yang juga masih harus dihadapi adalah kapasitas produksi dan akses terhadap berbagai sumberdaya produktif bagi masyarakat miskin masih jauh di bawah tingkat yang memungkinkan untuk berusaha dalam upaya meningkatkan pendapatan serta memenuhi kebutuhan dasarnya. Di lain pihak, kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang diharapkan menjadi sandaran bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka, masih menghadapi kendala seperti iklim usaha yang kurang kondusif, produktivitas yang rendah yang tidak terlepas dari rendahnya kualitas produk sehingga melemahkan daya saing, keterbatasan terhadap sumberdaya produktif serta akses terhadap pasar serta keterbatasan teknologi. c. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, pangan, dan sanitasi masih rendah. Hal ini disebabkan terbatasnya akses jangkauan layanan, baik karena lokasi yang jauh terutama di wilayah tertinggal, ketidaktersediaan sarana dan prasarana, maupun karena ketidakmampuan secara ekonomi. Hal ini telah mengakibatkan besarnya jumlah penduduk hampir miskin yang rentan terhadap berbagai gejolak akibat dari krisis ekonomi maupun bencana. d. Meskipun berbagai program penanggulangan kemiskinan telah diterapkan, namun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan secara luas belum efektif. Ketidakefektifan berbagai kebijakan dan program tersebut antara lain karena: (i) masih rendahnya keterkaitan antara pertumbuhan penyerapan tenaga kerja peningkatan pendapatan; (ii) masih rendahnya keterkaitan antara pemenuhan kebutuhan dasar dengan program sektoral terkait; serta (iii) fokus dan efektivitas program-program masih rendah karena belum menggunakan data yang seragam serta koordinasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi di kabupaten maupun di tingkat kecamatan dan nagari masih lemah. e. Di samping itu. kapasitas pemerintahan daerah (Pemda dan DPRD) dalam mengarahkan program penanggulangan kemiskinan ke sasaran belum optimal. Selain itu, pembangunan berbagai bidang/sektor di daerah masih perlu ditingkatkan fokus dan keterpaduannya pada pembangunan wilayah dan manusianya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka, dan bukan membangun sektor-sektor di daerah. RKPD Perubahan Tahun 204 7

BAB II EVALUASI HASIL RKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 204 2. Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Sampai Tahun 203 2.. Aspek Kesejahteraaan Masyarakat 2... Fokus Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi Capaian kinerja pemerintah daerah untuk aspek kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi dapat dilihat pada beberapa indikator, diantaranya adalah pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, indek gini, jumlah penduduk diatas garis kemiskinan. Karena keterbatasan ketersediaan data disini hanya membahas pertumbuhan PDRB, PDRB per kapita, indek gini, jumlah penduduk diatas garis kemiskinan. A. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 NO Nilai Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten atas dasar harga konstan Tahun 203 mencapai Rp. 3,725,54 Milyar dibandingkan dengan tahun 202 sebesar Rp. 3,502,84 Milyar terdapat peningkatan sebesar Rp. 222,7 Milyar. Konstribusi PDRB tahun 202 tersebut berasal dari sektor pertanian sebesar 36,33%, sektor Pertambangan dan pengalian sebesar 3,75%, sektor industri pengolahan 2,6%, sektor listrik gas dan air bersih 0,87%, sektor konstruksi 5,07%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,29%, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,76% sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan 3,36% dan sektor jasa-jasa 5,96%. Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Atas Dasar Harga Konstan serta pertumbuhannya pada Tahun 200 s/d 203, secara berurutan tergambar pada tabel dibawah ini Tabel II. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 200 s/d 203 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Sektor (dalam jutaan rupiah) 200 20 202**) 203***) (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian.4.87,37 36.88,96,986.00 36.49,279,83.88 36.54,353,62.20 36.33 2 Pertambangan & Penggalian 7,879, 3.8 25,990.00 3.84 33,033.00 3.80 39,87.68 3.75 3 Industri Pengolahan 405485,3 3.0 424,37.00 2.93 443,223.63 2.65 469,905.69 2.6 4 Listrik,Gas & Air bersih 27.008,33 0.87 29,62.00 0.89 30,447.52 0.87 32,28.20 0.87 5 Konstruksi 53.686,79 4.96 62,87.00 4.96 76,008.28 5.02 88,786.48 5.07 6 7 8 Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 533.340,53 7.23 566,047.00 7.26 604,33.55 7.25 644,45.29 7.29 39.707,40 4.5 50,469.00 4.59 63,937.74 4.68 77,5.65 4.76 04.60,56 3.38 0,64.00 3.37 6,092.99 3.3 25,53.38 3.36 9 Jasa-jasa 472.586,50 5.26 53,795.00 5.66 555,975.82 5.87 594,687.43 5.96 PDRB 3.096.74,72 00 3,280,044.00 00 3,503,975.82 00 3,697,748. 00 Sumber : PDRB Kabupaten dan BPS Kabupaten Tahun 203 Catatan : ***) Angka sangat sangat sementara RKPD Perubahan Tahun 204 8

NO PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Nilai PDRB Kabupaten tahun 203 ADHB mencapai 9,772,08 milyar rupiah naik dari tahun 202 yang sebesar 8.380,84 milyar rupiah. Selama periode 2009 sampai 203 struktur perekonomian Kabupaten didominasi oleh 4 (empat) sektor, yaitu Pertanian, perdagangan hotel dan restoran, jasa-jasa dan industri pengolahan. Perkembangan Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten ADHB serta pertumbuhannya pada Tahun 200 s/d 203, secara berurutan tergambar pada tabel dibawah ini Sektor Tabel II.2 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 200 s/d 203 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten (dalam jutaan rupiah) 200 20 202**) 203***) (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian 2.684.9,77 40,7 2,98,350.38 40.59 3.328.798,78 39.72 3,777,862.3 38.66 2 Pertambangan & Penggalian 268.485,58 4,07 300,37.63 4.2 338.480,89 4.04 550,42.02 5.63 3 Industri Pengolahan 682.347,62 0,35 755,6.00.0 855.07,87 0.20 99,283.65 0.4 4 Listrik,Gas, & Air bersih 54.330,25 0,82 58,986.7 0.82 63.085,38 0.75 69,852.24 0.7 5 Konstruksi 404.662,56 6,4 463,330.55 5.9 555.32,32 6.63 636,545.88 6.5 6 7 8 Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan & Komunikasi angangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan.00.09,44 5,8,35,954.8 5.30.289.686,75 5.39,50,294.0 5.36 348.429,2 5,28 398,7.23 5.46 465.785,83 5.56 525,833.28 5.36 250.08,53 3,79 277,77.26 3.64 306.872,27 3.66 348,297.83 3.56 9 Jasa-jasa 899.39,07 3,64,040,469.30 3.05.77.805,43 4.05,370,627.33 4.03 PDRB 6.592.885,02 00 7,42,06.87 00 8.380.845,52 00.00 9,772,008.38 00 Sumber : PDRB Kabupaten dan BPS Kabupaten Tahun 203 Catatan : ***) Angka sangat sangat sementara Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Regional Per-Kapita Berdasarkan Harga Berlaku. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten pada tahun 2009 sampai dengan 202 cenderung meningkat. Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten hanya sebesar 4,92%, hal ini disebabkan pada tanggal 30 Sepember 2009 terjadinya musibah gempa bumi yang mengakibatkan infrastuktur perekonomian mengalami kerusakan cukup parah. Namun pasca musibah gempa dari tahun 200 sampai 202 perekonomi Kabupaten terus membaik hal ini ditandainya meningkatnya pertumbuhan ekonomi mencapai 6,79%. Namun tahun 203 dengan terjadinya krisis ekonomi global dan tertekannya nilai rupiah terhadap mana uang asing berdampak juga dengan sedikit melemahnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten hanya mencapai 6,36%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten dari tahun 2009 203 terlihat dalam grafik berikut. RKPD Perubahan Tahun 204 9

Tingkat Pertumbuhan Grafik. II. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten dari tahun 200 203 8 7 6 5 4 3 2 0 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 200-203 200 20 202 203 5.2 6.3 6.5 6.6 Realisasi 5.66 5.94 6.79 6.36 Apabila dilihat pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha Tahun 203, sektor yang mengami peningkatan pertumbuhannya dari tahun 202 adalah sektor Indusri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor sektor Keuangan, sewa, dan Jasa Perusahaan. Selanjutnya sektor yang tumbuhannya melambat yaitu sektor pertanian; sektor konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang relatif tetap pertumbuhannya yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Perkembangan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten pada Tahun 2008 s/d 202, menurut lapangan usaha secara berurutan terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel II.3 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tahun 200 s/d 203 Menurut Lapangan Usaha (%) NO Sektor Pertumbuhan Tahun 200 20 202 **) 203 ***) Pertanian 4,0 4,88 6.92 5.77 2 Pertambangan & Penggalian 7,6 6,88 5.59 5.0 3 Industri Pengolahan 4,55 3,58 4.50 6.02 4 Listrik,Gas & Air bersih 2,20 0,0 4.4 6.02 5 Konstruksi 7,64 3,33 8.0 7.26 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 5,06 6,09 6.76 6.59 7 Pengangkutan & Komunikasi 9,06 7,70 8.95 8.06 8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 4,3 5,55 4.93 7.80 9 Jasa-jasa 6,83 5,7 8,2 6.90 PDRB 5,66 5,94 6.79 6.36 Sumber : PDRB Kabupaten dan BPS Kabupaten Tahun 203 Catatan: ***) Angka sangat sangat sementara Salah satu indikator mengetahui tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah/wilayah dapat digunakan dengan mengetahui Pendapatan Regional per Kapita. Pendapatan Regional per kapita diperoleh setelah PDRB dikurangi dengan penyusutan dan pajak tak langsung Netto serta transfer Netto kemudian dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. RKPD Perubahan Tahun 204 0

Rupiah Secara umum PDRB per Kapita maupun Pendaatan Regional per Kapita selalu mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan PDRB Atas Harga berlaku dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Pendaatan Regional per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sejak tahun 200 sampai 203 mengalami peningkatan. Pada tahun 200 Pendaatan Regional per Kapita sebesar 4,50 juta rupiah mengalami kenaikan secara nominal hingga tahun 203 mencapai 9,50 juta rupiah. Grafik. II.2 Pendapatan Regional Per-Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 25,000,000.00 20,000,000.00 5,000,000.00 0,000,000.00 5,000,000.00-200 20 202 203 TARGET 3,90,670.0 3,700,000.0 4,200,000.0 5,200,000.0 REALISASI 4,494,540.0 6,04,285.6 8,073,73.4 9,496,479.8 B. Ketimpangan Wilayah Untuk mengetehui ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi pada di pada suatu wilayah, dapat dianalisis dengan mengunakan indeks ketimpangan regional (regional in equality) yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Rumus indeks Williamson adalah: Dimana: I W = nilai indeks Williamson Y i = PDRB per kapita Kecamatan-i Y= PDRB per kapita Kabupaten f i = Jumlah Penduduk Kecamatan-i n= Jumlah Penduduk Kabupaten i =,2,3,,x Untuk mengetahui besarnya ketimpangan yang terjadi maka diperlukan tingkat ketimpangan antar wilayah dengan kriteria sebagai berikut: RKPD Perubahan Tahun 204

Indeks Ketimpangan > Sangat Tinggi 0,7- Tinggi 0,4-0,69 Menengah 0,39 Rendah Tabel.II.4 Ketimpangan Antar Kecamatan Di Kabupaten Mengunakan Indeks Williamson Tahun 203 Kecamatan Jumlah Penduduk PDRB Perkaita Indeks Ketimpangan Williamson. Tanjung Mutiara 29059 6,23,749.8 0.020 Lubuk Basung 70089 2,697,280.62 0.092 Ampek Nagari 23596 9,049,048.94 0.09 Tanjung Raya 33550 22,596,4.22 0.077 Matur 6705 7,593,328.8 0.00 IV Koto 23043 6,038,689.28 0.09 Malalak 9065 5,850,366.08 0.03 Banuhampu 37697 6,209,094.79 0.022 Sungai Pua 23495 5,753,669.90 0.023 Ampek Angkek 45255 5,96,322.4 0.028 Canduang 22073 3,630,758.04 0.049 Baso 334 4,947,680.37 0.040 Tilatang Kamang 3492 5,578,68.92 0.03 Kamang Magek 9933 8,333,836.38 0.009 Palembayan 28995 24,948,659.2 0.06 Palupuh 329 6,364,73.79 0.0 TOTAL 46379 7,542,28.4 0.560 Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat disparitas regional atau tingkat ketimpangan pembangunan yang terjadi antar kecamatan di Kabupaten pada tingkat ketimpangan tingkat menengah yaitu 0,560 yang artinya ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan cendrung merata. C. Jumlah Penduduk Miskin Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, stabilitas ekonomi yang terjaga, serta berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, sampai akhir tahun 20 jumlah penduduk miskin berjumlah 42.700 atau turun menjadi 9.75% dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 44.900 orang (9,85%). RKPD Perubahan Tahun 204 2

Tabel II.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 203 Tahun Jumlah Presentase 2005 56.000 3.36 2006 59.400 3,93 2007 5.00 2,59 2008 45.300,20 2009 39.680 9,86 200 44.900 9,85 20 43.280 9.39 202 38.443 8.4 203 35.488 7.6 Sumber : Dalam Angka dan BPS Kabupaten Tahun 203 Grafik. II.3 Perkembangan Angka Kemiskinan Kabupaten Tahun 200 s.d 203 PERSENTASE KEMISKINAN 4.0 2.0 0.0 8.0 6.0 4.0 3.33 9.9 9.5 2.36 9.4 8.99.66.47 8.4 7.6 8 7.56 AGAM SUMBAR INDONESIA 2.0 0.0 200 20 202 203 Sumber : Data Olahan Tahun 203 Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar basic needs approach dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menetapkan Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.00 kalori per kapita per hari. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. RKPD Perubahan Tahun 204 3

Garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin tahun 203 adalah Rp. 24.355 /kapita/bulan). Terbatasnya ketersediaan data yang ada garis kemiskinan yang dihitung saat ini di sumbangkan oleh makanan dan belum memperhitungkan faktor non makanan. Perkembangan Garis kemiskinan dan jumlah penduduk miskin Tahun 2008 203 terlihat dalam Tabel II.3. Tahun Tabel II.6 Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2008-203. Jumlah penduduk Jumlah penduduk miskin (ribu) Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) 2008 445.387 45.300 93.85 2009 45.264 39.680 20.074 200 455.484 44.900 226.05 20 459.55 43.280 24.355 202 463.79 38.443 257.736 203 467.564 35.488 270.035 Sumber BPS Kabupaten. 2...2 Fokus Kesejahteraan Sosial Capaian kinerja pada Fokus Kesejahteraan Sosial berhubungan dengan capaian Indek Pembangunan Manusia (IPM). Indikator penentuan IPM meliputi indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup. IPM Kabupaten dari tahun 2007 sampai tahun 203 terus meningkat berada diatas rata-rata Nasional, dibandingkan dengan Tingkat Provinsi Sumatera Barat Kabupaten/kota berada pada posisi ke 9, namun pada tingkat kabupaten se Sumatera Barat Kabupaten berada pada posisi ke 2. Hal ini dapat terlihat pada diagram berikut : 75.50 75.00 74.50 74.00 73.50 73.00 72.50 72.00 7.50 7.00 70.50 Grafik II.4 Indek Pembangunan Manusia (IPM) 200 20 202 203 AGAM 73.28 73.57 74. 75.02 SUMBAR 73.78 74.28 74.70 74.7 INDONESIA 72.27 72.77 73.29 73.3 RKPD Perubahan Tahun 204 4

a. Angka melek huruf Angka melek huruf selama 4 tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 200 sebesar 99.35% sampai Tahun 203 telah mencapai 99,79%. Dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Nasional angka melek huruf Kabupaten cukup baik dimana tingkat Provinsi Sumatera Barat mencapai 96,67 dan angka nasional sebesar 93,25 pada tahun 202. Perkembangan angka melek huruf Tahun 200 sampai dengan Tahun 203 disajikan pada tabel, sebagai berikut Tabel II.7 Angka Melek Huruf Tahun 200 s/d 203 No Uraian 200 20 202 203 Jumlah penduduk usia diatas 5 tahun yang bisa membaca dan menulis 2 Jumlah penduduk usia 5 tahun keatas 298,920 307.588 30.800 324.949 300,873 308.328 3.472 325.372 3 Angka Melek Huruf 99.35 99.76 99.79 99.85 Dari Tabel terlihat pada tahun 203 masih terdapat 488 orang atau 0,5 persen penduduk berusia di atas 5 tahun yang belum dapat membaca dan menulis, dibanding Tahun 202 terjadi penurunan dimana penduduk yang belum bisa membaca dan menulis sebanyak 634 orang atau 0,2 persen penduduk berusia di atas 5 tahun yang belum dapat membaca dan menulis. Berdasarkan data perkecamatan, angka melek huruf yang sudah mencapai 00% yaitu Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Tilatang Kamang. Sedangkan kecamatan masih tinggi penduduk yang berusia di atas 5 tahun yang belum dapat membaca dan menulis adalah : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak dan Kecamatan Palupuh. b. Angka rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 5 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Perkembangan Angka Rata- Rata Lama Sekolah Kabupaten Tahun 200 s/d 203 terlihat pada grafik berikut: RKPD Perubahan Tahun 204 5

TAHUN Grafik II.5 Perkembangan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Tahun 200 s/d 203 8.8 8.6 8.4 8.2 8 200 20 202 203 Berdasarkan tabel diatas terlihat Angka Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 200 adalah sebesar 8,3 tahun, Pada tahun 20, menunjukkan peningkatan menjadi 8,44 tahun, dan pada tahun 202 telah mencapai 8.60 tahun, hal ini melebihi target yang ditetapkan sebesar 8,58 tahun. Sedangkan tahun 203 mencapai 8,72 tahun. Dari 6 kecamatan yang ada, belum satupun kecamatan yang sudah mencapai Angka Rata-Rata-Rata Lama Sekolah 9 Tahun. Beberapa kecamatan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Malalak, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuah. Untuk target Tahun 205 Rata-Rata Lama Sekolah diharapkan sudah mencapai 2 tahun. c. Angka Usia Harapan Hidup Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan setiap 0 tahun yang dimulai pada Tahun 970, angka usia harapan hidup masyarakat Kabupaten cenderung meningkat. Sensus Tahun 970 angka harapan hidup sekitar 47,7 tahun, maka hasil Sensus Tahun 980 meningkat menjadi 52,2 tahun dan Sensus Tahun 990 meningkat menjadi 59,8 tahun dan Sensus Tahun 2000 menjadi 65,5 tahun. Pada Tahun 202 sudah mencapai angka 69,99 tahun. Perkembangan angka usia harapan hidup Kabupaten pada tahun 200 sampai 202 terlihat pada Grafik berikut. RKPD Perubahan Tahun 204 6

Grafik II.6 Angka Usia Harapan Hidup 70.20 70.00 69.80 69.60 69.40 69.20 69.00 68.80 68.60 68.40 68.20 69.99 69.23 68.90 200 20 202 No d. Angka Kematian Bayi (AKB) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah kematian bayi perempuan lebih banyak dari bayi laki-laki (60%). Tetapi pada balita perbandingan kematian balita lakilaki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, yaitu 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat Tabel berikut ini: Kecamatan Tabel II.8 Jumlah Kematian Bayi Dan Balita Di Kab., 203 AKB AKABA Laki-laki Pr Jml Laki-laki Pr Jml Baso 0 2 2 Ampek Angkek 0 0 0 2 3 Candung 0 0 0 0 4 Tilatang Kamang 0 0 0 0 0 0 5 Kamang Magek 2 0 2 0 0 0 6 Palupuah 2 0 2 0 0 0 7 Banuhampu 0 3 3 0 0 0 8 Sungai Pua 2 0 0 0 9 IV koto 0 0 0 0 0 0 0 Malalak 0 0 0 0 0 0 Matur 0 4 4 0 0 0 2 Palembayan 2 3 0 3 Tanjung raya 3 4 0 0 0 4 Lubuk basung 3 4 0 0 0 5 Ampek Nagari 3 4 0 0 0 6 Tanjung mutiara 2 0 2 0 0 0 Kab. 20 3 3 2 5 Sumber : Data Olahan Dari Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 203 RKPD Perubahan Tahun 204 7

Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. e. Persentase Balita Gizi Kurang. Prevelensi Gizi Buruk di Kabupaten menurun, yaitu dari 3,3 persen pada tahun 202 menjadi 0,39 persen pada tahun 203. Hal ini disebabkan diantaranya karena adanya perubahan perilaku masyarakat tentang konsumsi gizi akibat dari penyuluhan tentang gizi yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan. Ada beberapa kecamatan yang perlu diwaspadai terkait dengan tingginya prosentase balita dengan gizi kurang ini, yaitu : Kecamatan Palembayan, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Palupuh, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Mutiara dan Kecamatan Malalak. 2..2 Aspek Pelayanan Umum 2..2. Fokus Layanan Urusan Wajib A. Urusan Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap, pemerataan dan akses terhadap pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan, sedangkan APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APK dan APM pada jenjang pendidikan SD/MI, SLTP/MTSN, dan SLTA pada tahun 200 203 cenderung meningkat sebagaimana terlihat pada berikut: NO Tabel II.9 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Tahun Tingkat SD Tingkat SLTP Tingkat SLTA APK APM APK APM APK APM 200 03,87 9,54 95,00 76,4 83,07 64,24 2 20 03,92 9,37 96.30 78,52 84,20 7,98 3 202 05,07 9,47 97,03 80,78 85,60 72,67 4 203 05,87 92,7 98,04 8,05 87,43 73,03 Sumber : Data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Tahun 203. RKPD Perubahan Tahun 204 8

Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Pembangunan pendidikan ditinjau dari ketersedian sekolah terlihat bahwa pada tingkat Sekolah Dasar/MI dari jumlah penduduk kelompok usia 7-2 tahun pada Tahun 203 sebanyak 58,004 orang dengan jumlah sekolah 454 unit, hal ini menunjukan rata-rata satu SD menampung 28 murid. Rasio murid per kelas diketahui perbanding jumlah kelas dengan jumlah murid yaitu jumlah kelas sebanyak 3,32 sedang jumlah murid sebanyak 62,48 orang berarti satu kelas menampung rata-rata 20 murid, merupakan kondisi yang ideal, menunjukkan bahwa untuk tingkat SD tidak diperlukan lagi penambahan sarana pendidikan Sementara untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama pada Tahun 203 dari jumlah penduduk kelompok usia 3-5 tahun sebanyak 27,224 orang dengan jumlah sekolah 20 unit, hal ini menunjukan satu sekolah menampung 227 siswa dengan rasio murid per kelas mencapai 24 orang. Selanjutnya untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas tidak jauh beda dengan kondisi Sekolah Menengah Pertama, dimana Rasio murid per kelas merupakan indikator yang menunjukkan banyaknya murid yang mengikuti pendidikan untuk setiap kelas mencapai 25 orang. Lebih jelasnya perkembangan rasio ketersedian sekolah dengan penduduk usia sekolah dan rasio murid dengan ketersedian jumlah kelas per jenjang pendidikan tahun 200-203 tergambar pada tabel berikut: Tabel II.0 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 200-203 No Jenjang Pendidikan 200 20 202 203 SD/MI.. Jumlah gedung sekolah 455 453 454 454.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-2 tahun 60,767 59,74 59,400 58,004.3. Rasio 33.55 30.63 30.84 27.76 2 SMP/MTs 2.. Jumlah gedung sekolah 20 8 9 20 2.2. jumlah penduduk kelompok usia 3-5 tahun 27,052 26,220 26,63 27,224 2.3. Rasio 225.43 222.20 223.79 226.87 3 SLTA 3. Jumlah gedung sekolah 6 64 65 67 3.2 jumlah penduduk kelompok usia 6-8 tahun 8,979 9,356 9,832 20,445 3.3 Rasio 3.3 302.44 305. 305.5 Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Tahun 203 RKPD Perubahan Tahun 204 9

Tabel II. Rasio Murid Terhadap Jumlah Kelas per Jenjang Pendidikan Tahun 200-203 No Jenjang Pendidikan 200 20 202 203 SD/MI.. Kelas/Rombel 3,052 3,085 3,80 3,32.2. Jumlah Murid 62,932 62,76 62,48 6,40.3. Rasio 20.62 20.5 9.63 9.6 2 SMP/MTs 2.. Kelas/Rombel 88,2 990,099 2.2. Jumlah Murid 25,32 25,00 25,805 26,57 2.3. Rasio 28.53 22.57 26.07 24.8 No Jenjang Pendidikan 200 20 202 203 3 SLTA 3. Kelas/Rombel 566 594 670 700 3.2 Jumlah Murid 5,535 6,345 7,035 7,748 3.3 Rasio 27.45 27.52 25.43 25.35 Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Tahun 203 Rasio Guru/Murid Disamping faktor ketersediaan sarana gedung sekolah, faktor lain yang sangat menentukan dalam pembangunan bidang pendidikan adalah ketersediaan guru untuk masing-masing jenjang pendidikan. Rasio guru dengan murid untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Pada Tahun 203 rasionya 4,72. Sementara itu rasio guru terhadap murid untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tahun 203 rasionya mencapai 8.89, selanjutnya untuk Jenjang pendidikan SLTA/MA rasionya 8.89. Secara keseluruhan kebutuhan guru dibandingkan dengan jumlah murid masih ideal namun demikian kebutuhan guru untuk bidang tertentu dirasakan masih kurang seperti guru bidang IPA, Bahasa Ingris, dan matematika. Untuk lebih mengetahui rasio guru dan murid untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel II.2 Rasio Jumlah Murid terhadap Jumlah Guru per Jenjang Pendidikan Tahun 200-203 No Jenjang Pendidikan 200 20 202 203 SD/MI.. Jumlah Guru 4,320 4,238 4,690 4,73.2. Jumlah Murid 62,932 62,76 62,48 6,40.3. Rasio 4.57 4.67 3.3 4.72 2 SMP/MTs 2.. Jumlah Guru 2,973 2,933 3,084 2,988 2.2. Jumlah Murid 25,32 25,00 25,805 26,57 2.3. Rasio 8.45 8.56 8.37 8.89 3 SLTA/MA 3. Jumlah Guru 2,02 2,8 2,283 2,270 3.2 Jumlah Murid 5,535 6,345 7,035 7,748 3.3 Rasio 7.69 7.49 7.46 7.82 Sumber : Profil pendidikan Kabupaten Tahun 203 RKPD Perubahan Tahun 204 20

Angka Putus Sekolah. Angka Putus Sekolah ( APS) SD/MI Dari jumlah siswa SD/MI Tahun 203 sebanyak 6.40 orang diantaranya 64 orang putus sekolah atau 0,%. Angka ini dibandingkan Angka putus sekolah SD/MI pada Tahun 202 terdapat penurunan dimana tahun 202 jumlah siswa sebesar 62.76 orang diantaranya 4 orang mengalami putus sekolah atau sekitar 0.8% dari total siswa SD/MI. 2. Angka Putus Sekolah ( APS) SMP/MTs Pada tingkat SLTP jumlah siswa tahun sebesar 2.988 orang sebanyak 22 oarang putus sekolah atau 0,09%. Dibandingkan Tahun 202 terdapat penurunan dimana jumlah siswa sebesar 25.00 orang, sebanyak 05 orang mengalami putus sekolah atau sekitar 0.42%. 3. Angka Putus Sekolah ( APS) SMA/SMK/MA Angka Putus Sekolah tingkat SLTA pada Tahun 203 juga mengalami menurun dibandingkan tahun 202. Dimana Jumlah siswa SMA/SMK/MA pada Tahun 203 sebanyak 7.748 orang yang putus sekolah sebanyak 00 orang atau 0,57% sedangkan pada tahun 202 sebesar 6.345 orang. sebanyak 32 orang mengalami putus sekolah atau sekitar 0.8%. Angka Kelulusan. Angka Kelulusan SD/MI Jumlah siswa SD/MI yang lulus adalah sebanyak 8.999 orang siswa dari sebanyak 9.009 orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari siswa SD/MI atau sekitar 99.89%. 2. Angka Kelulusan SMP/MTs Jumlah siswa SMP/MTs yang lulus adalah sebanyak 7.5 orang siswa dari sebanyak 7.545 orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari siswa SMP/MTs atau sekitar 99,55%. 3. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA Jumlah siswa SMA/SMK/MA yang lulus adalah sebanyak 4.80 orang siswa dari sebanyak 4.852 orang siswa yang berada pada tingkat tertinggi dari siswa SMA/SMK/MA atau sekitar 99.3%. 4. Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs Dari sebanyak 8.999 orang siswa yang menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD/MI, maka sebanyak 9.254 orang atau sekitar 02.83% melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMP/MTs 5. Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Dari sebanyak 7.5 orang siswa yang menyelesaikan pendidikan pada tingkat SMP/MTs, maka sebanyak 6.580 orang atau sekitar 87,60% melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMA/SMK/MA. B. Kesehatan Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per satuan Penduduk Berdasarkan rasio Puskesmas terhadap penduduk, jumlah Puskesmas di Kabupaten sudah mencukupi. Artinya dengan jumlah penduduk sebanyak 467.564 jiwa dengan jumlah Puskesmas sebanyak 22 unit, maka Puskesmas akan melayani sebanyak 2.253 jiwa penduduk, sedangkan standar nasional Puskesmas idealnya melayani sebanyak 25.000 jiwa penduduk. Namun demikian masih perlu dipertimbangkan untuk membangun Puskesmas pada daerah-daerah tertentu RKPD Perubahan Tahun 204 2

dengan pertimbangan di Kabupaten seperti : daerah yang terisolir sehingga sulit diakses dengan transportasi umum, dan daerah perkebunan. Selanjutnya berdasarkan rasio jumlah Puskesmas Pembantu terhadap jumlah penduduk dapat disimpulkan bahwa jumlah Puskesmas Pembantu sudah mencukupi. Dengan jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 20 unit dan jumlah penduduk sebanyak 467.564 jiwa, maka Puskesmas Pembantu melayani sebanyak 3.896 jiwa, sedangkan standar nasional unit Puskesmas Pembantu idealnya melayani 5.000 jiwa. Sama halnya dengan Puskesmas, maka penambahan Puskesmas Pembantu dapat dilakukan untuk daerah yang sulit dan daerah pemukiman baru. Rasio Dokter per Satuan Penduduk Perkembangan jumlah dokter selama 4 tahun terakhir cenderung menurun, pada Tahun 200 jumlah dokter hanya sebanyak 66 orang, pada Tahun 20 menjadi 59 orang, kemudian Tahun 202 berkurang menjadi 47 orang. Kekurangan tersebut disebabkan 6 orang dokter melanjutkan pendidikan spesialisasi dan mengambil program S2. Pada tahun 203 jumlah dokter meningkat Lagi menjadi 66 orang. Berdasarkan Standar Pelayanan Kesehatan Terpadu, idealnya (satu) orang dokter melayani 2.500 jiwa penduduk. Berdasarkan kondisi tersebut maka dengan jumlah penduduk pada Tahun 203 sebesar 467.564 jiwa seharusnya memiliki dokter sebanyak 87 orang. Tabel II.9 menunjukkan data Jumlah Dokter Tahun 200-203 di Kabupaten. Tabel II.3 Jumlah Dokter Puskesmas di Kabupaten Tahun 2006-203 No. Uraian 200 20 202 203. Dokter Spesialis 4 4 7 9 2. Dokter Umum 62 55 40 4 Jumlah 66 59 47 60 Jumlah Penduduk 455.484 459.55 463.79 467.564 Rasio/00.000 pddk 4.49 2.85 0.4 2.83 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 203 Cakupan Petolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Pada Tahun 203 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sudah mencapai 82.48%, hal ini menunjukan peningkatan dibandingkan pada tahun 202 baru mencapai 8.%. Tenaga medis yang memiliki kompetensi kebidanan tersebar di seluruh Pustu, Poskesri dan Polindes. Cakupan Nagari/ Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Nagari dengan Universal Child Immunization (UCI) Tahun 203 sangat mengembirakan dimana telah mencapai 77,52%, sedangkan pada tahun 200 baru mencapai 75%. RKPD Perubahan Tahun 204 22

Cakupan Gizi Buruk Mendapat Perawatan Terkait dengan penanganan dan perawatan balita yang menderita gizi buruk dapat ditangani dengan baik. Hal ini terlihat dari cakupan penanganan dan perawatan balita penderita gizi buruk selama 5 tahun adalah semua balita yang menderita gizi buruk mendapat perawatan yang intensif (00% Balita Gizi Buruk mendapat perawatan setiap tahunnya). Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC/BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC tahun tahun 203 sebanyak 387 kasus penderita penyakit TBC/BTA (+). Dari kasus tersebut 90,36% angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+. Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Sama halnya dengan hasil cakupan perawatan balita gizi buruk, maka penemuan dan penanganan penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga cukup menggembirakan. Artinya semua penderita penyakit DBD dapat ditangani setiap tahunnya. Cakupan Kunjungan Bayi Jumlah kunjungan bayi minimal 8 kali selama tahun 203, adalah 23.674 orang atau 77,7%, dengan rincian.780 (73,9%) bayi laki-laki dan.894 (8.9%) bayi perempuan. Cakupan ini mengalami peningkatan yang signifikan dibanding tahun 202 yang hanya sebesar 69,%. Bila dibandingkan dengan target SPM Kabupaten tahun 202, maka cakupan kunjungan bayi tahun 203 masih dibawah target yaitu 87%. 2..2.2 Pelayanan Penunjang Urusan Pilihan A. Pertanian Pembangunan di sektor Pertanian dan Peternakan di Kabupaten memegang peranan yang strategis dalam menentukan tingkat kesejahteraan dan kemajuan perekonomian masyarakat. Sektor ini memegang peranan penting di Kabupaten karena merupakan penyedia kebutuhan pokok dan sumber mata pencarian mayoritas penduduk yaitu sebagai petani dan peternak. Dimana sektor ini memberikan konstribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar 39.7% dengan menyerap tenaga kerja sebesar 42.07% dari jumlah Angkatan Kerja. Sektor Pertanian Tanaman Pangan khusus padi sangat ditentukan oleh perkembangan produksi, produktivitas dan luas lahan. Pada tahun 203 luas lahan sawah adalah 27.48 ha dengan luas pertanaman padi selama satu tahun seluas 58.649 ha, sedangkan luas panen adalah 58.44 ha dengan produksi 320.642 ton atau produktivitas 5,5 ton/ha. Sementara untuk tahun 202 luas lahan sawah adalah 28.642 ha, dengan luas pertanaman satu tahun seluas 57.32 ha, dengan total luas panen 56.989 Ha dengan jumlah produksi 30.022 ton GKG dengan tingkat produktifitas 5.44 ton/ha. Jika dibandingkan dengan tahun 203 terjadi pengurangan luas lahan sawah seluas.494 Ha dari tahun 202. Angka ini merupakan hasil pemetaan citra satelit tahun 202 oleh Kementerian Pertanian dan telah disepakati oleh Tim Koordinasi Pemantapan Luas Baku Sawah yang terdiri dari Kementerian Pertanian, Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Badan Pusat Statistik dan Badan Informasi Geospasial. Meskipun terjadi pengurangan luas baku lahan sawah namun dari segi angka produksi padi pada tahun 203 terjadi peningkatan produksi sebesar 3,43 persen dari tahun 202. Adapun komoditi palawija unggulan di Kabupaten adalah jagung dengan luas tanam pada tahun 203 seluas 8.08 ha dan luas panen 7.52 ha dengan angka RKPD Perubahan Tahun 204 23

produktivitas 7,50 ton/ha serta angka produksi mencapai 56.408 ton jagung pipilan kering. Untuk Tahun 202 luas tanam jagung 7.544 ha dan luas panen 7.53 Ha dengan produktifitas 7,04 ton/ha dan mencapai angka produksi 52.856 ton jagung pipilan kering. Dibandingkan dengan Tahun 202 angka produksi jagung meningkat sekitar 6,72persen pada tahun 203. Demikian juga untuk komoditi hortikultura unggulan Kabupaten seperti jeruk juga mengalami peningkatan pada tahun 203. Luas panen komoditi jeruk tahun 203 sebanyak 23.626 batang dengan produktivitas 0,5 ton/pohon/tahun dan jumlah produksi mencapai 8.97 ton. Sedangkan pada tahun 202 luas panen jeruk 22.365 batang dengan angka produktivitas 0,4 ton/batang/tahun dengan jumlah produksi sebesar 6.989 ton. Jadi komoditi jeruk mengalami peningkatan jumlah produksi sebesar,67persen selama tahun 203. Sementara pada sektor peternakan pada tahun 203 juga cukup menggembirakan dimana sapi potong berjumlah 30.836 ekor, kenaikan populasi 8.5 persen, sementara kebutuhan akan daging sapi meningkat diatas 5persen setiap tahunnya, disamping itu populasi kerbau 9.29 ekor, populasi kambing 3.059 dan populasi ayam buras 348.686 ekor. Upaya peningkatan Produksi juga dibarengi dengan usaha pembinaan Kesehatan Masyarakat Veterinar untuk penyediaan BPAH yang, untuk mengantisipati kematian hewan dan pengaruh hewan ternak/peliharaan terhadap kesehatan manusia. Perkebunan Kelapa Sawit dan Kakao diproduksi juga oleh perusahaan Perkebunan dengan tingkat produksi di tahun 20 masing-masing sebesar 27.654,48 ton dan.425,00 ton. B. Kelautan dan Perikanan Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi penting yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memanfaatkan segala potensi sumberdaya yang ada dengan prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Potensi pembangunan kelautan dan perikanan Kabupaten begitu besar yang terdiri dari perikanan budidaya, perikanan tangkap, industri pengolahan dan wisata bahari. Khususnya perikanan laut dengan panjang garis pantai 43 km dan luas laut 275,2 Km2, dimana terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) satu unit dengan jumlah armada kapal perikanan 479 unit dan nelayan 2.250 orang namun belum memiliki dermaga sandar kapal perikanan yang layak. Sementara itu, potensi perikanan budidaya 5.030 ha dan baru termanfaatkan seluas 98,5 ha. Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja sektor kelautan dan perikanan 7.467 orang yang bekerja sebagai nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. Dalam rangka percepatan pembangunan kelautan dan perikanan Kabupaten dikembangkan kawasan unggulan berbasis wilayah dengan konsep Kawasan Minapolitan yang terdiri dari Kecamatan Tanjung Raya sebagai kawasan inti dengan core usaha perikanan budidaya. Sedangkan kawasan hinterland terdiri dari Kecamatan Lubuk Basung, Ampek Nagari, Palembayan, Tanjung Mutiara sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.4/MEN/2009 tentang Penetapan Lokasi Minapolitan yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati Nomor 54 Tahun 200 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dan Kawasan Hinterland Kabupaten. Dengan adanya konsep pembangunan Kawasan Minapolitan ini diharapkan adanya peningkatan produksi dan produktivitas perikanan, meningkatkan pendapatan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan serta kawasan minappolitan sebagai penggerak ekonomi rakyat. RKPD Perubahan Tahun 204 24

Berdasarkan capaian makro indikator kinerja tahun 203, pembangunan kelautan dan perikanan kabupaten telah mencapai produksi perikanan sebesar 6.479,4 ton dengan tingkat pencapaian target produksi budidaya sebesar 86,89 persen dan produksi tangkap sebesar 23 persen. Dalam proses pembangunan kelautan dan perikanan terdapat berbagai permasalahan diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana baik perikanan budidaya, perikanan tangkap maupun pengolahan dan pemasarannya, kurangnya sumberdaya manusia pelaku usaha kelautan dan perikanan serta tingginya tingkat kerusakan lingkungan terutama kawasan mangrove dan terumbu karang. C. Kehutanan Sektor Kehutanan adalah kegiatan yang memiliki proporsi yang besar dalam pemanfaatan ruang, oleh karena itu Wilayah Kehutanan sangat rentan dengan presure terhadap penggunaan lahan dari berbagai sektor termasuk oleh kegiatan kehutanan itu sendiri. Kebijakan pembangunan pemanfaatan potensi sumberdaya alam secara berkelanjutan pada sektor Kehutanan tahun 20-205 yang dapat dilaksanakan di Kabupaten adalah () Pengembangan perencanaan dalam pemantapan kawasan hutan. (2) Rehabilitasi dan konservasi untuk menekan laju degradasi hutan dan lahan. (3) Pengembangan pembibitan tanaman hutan. (4) Konservasi Sumberdaya hutan. Pengembangan perencanaan dalam pemantapan kawasan hutan sudah dimulai pada tahun 20, adapun kegiatan telah dilaksanakan yaitu Pembuatan Rencana pengelolaan Rehabilitasi hutan dan Lahan (RPRHL) sebagai dasar pembuatan Rancangan RHL di Kabupaten selama 5-5 tahun. Rehabilitasi dan konservasi untuk menekan laju degradasi hutan dan lahan telah dilaksanakan penanaman hutan rakyat, reboisasi, turus jalan, penanaman bibit KBR dan penghijauan lingkungan seluas ± 5.3 Ha. sehingga luas lahan kritis diperkirakan adalah 48.838 Ha, rencana pengelolaan rehabilitasi hutan dan Lahan untuk tahun 20-205 adalah seluas 4.77,70 ha.konservasi Sumberdaya hutan dilaksanakan pembuatan bangunan konservasi seperti Dam Penahan dan Dam Pengendali sebanyak unit, dan bangunan konservasi sebanyak 7 unit. Disamping itu untuk peningkatan operasi pengamanan hutan dan peningkatan pelayanan administrasi peredaran kayu, penyediaan sarana dan prasarana pengamanan hutan berupa pengadaan kendaraan roda dua untuk pengamanan hutan sebanyak 6 unit, peningkatan jumlah patroli sebanyak 50 persen dan dari operasi yang dilaksanakantertanganinya 8 kasus tangkapan kayu umlah barang bukti tahun 203 ; 39.4200 m3 kayu, 4 unit chainsaw, unit becak (setelah dilakukan pembinaan, becak dikembalikan kepada pemiliknya), D. Pariwisata Kabupaten terkenal dengan keindahan alam dan budaya masyarakatnya yang ramah tamah, menjadikan salah satu Kabupaten tujuan wisata di Sumatera Barat. Dimana sector pariwisata memberi dampak multiplier terhadap nilai tambah Industri kerajinan, pertanian perdagangan angkutan dan komunikasi, serta pendapatan masyarakat sekitar. Sehingga sector pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten, yang diharapkan dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitarnya dan dapat memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha sekaligus memperkenalkan identitas dan kebudayaan bangsa. Perkembangan kepariwisataan di Kabupaten dapat dilihat jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 202 RKPD Perubahan Tahun 204 25

jumlah kunjungan wisata ke Kabupaten sebanyak 27.56 wisatawan, sedangkan pada tahun 203 meningkat menjadi 308.748 wisatawan, peningkatan angka kunjungan wisatawan ini disebabkan adanya promosi kepariwisataan melalui media cetak dan media elektronik, penampilan kesenian daerah, Event Nasional dan Internasional seperti Event paralayang, Tour De Singkarak. Tour De Matur yang dipromosikan oleh anak Nagari Matur bekerjasama dengan PT Semen Padang dan Tour De Maninjau yang di promosikan oleh Garuda Indonesia Air Ways. Disamping itu Kabupaten merupakan salah satu destinasi Pengembangan pariwisata Provinsi Sumatera Barat, merupakan satu koridor dengan Kota Bukitinggi, Kabupaten Limapuluh, dan Kota Payakumbuh, hal ini Kabupaten memiliki banyak peluang untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif, memiliki beragam industri kerajinan, dan kekayaan alam dan budaya : wisata alam, seni budaya kerajinanan, agrowisata, dan lain-lain. Perkembangan kepariwisataan pada tahun 200 sampai tahun 203 terlihat pada grafik berikut; Grafik II.7 Perkembangan kepariwisataan Kabupaten Tahun 200 s/d tahun 203 350000 300000 2756 308748 250000 200000 50000 00000 50000 7464 87204 0 200 20 202 203 2..3 Aspek daya saing daerah Daya saing daerah pada dasarnya adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Indikator utama yang dapat digunakan untuk menentukan peringkat daya saing daerah tersebut antara lain adalah: () Kemampuan Ekonomi Daerah, (2) Ketersediaan Infrastruktur, (3) Iklim Investasi dan (4) Kualitas Sumberdaya Manusia. Uraian tentang perkembangan daya saing daerah menurut masing-masing. Indikator tersebut diuraikan pada bagian-bagian berikutnya. RKPD Perubahan Tahun 204 26

2..3. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Berdasarkan Makanan dan Non Makanan. Pola konsumsi merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumahtangga/keluarga. Pengeluaran Penduduk dikelompokan menjadi pengeluaran makanan dan non makanan. Secara umum pengeluaran penduduk Kabupaten masih didominasi oleh pengeluaran makanan. Tabel II.4 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga berdasarkan Makanan Kabupaten Tahun 202 Kelompok Barang Perkotaan (%) Perdesaan (%) Pengeluaran per kapita (Rp.) (%) () (2) (2) (2) (2) (2) (2) Padi-Padian 56,6 8.08 67,755.49 63,94 0.23 2 Umbi-Umbian 4,430 0.64 4,744 0.80 4,640 0.74 3 Ikan 40,60 5.78 33,276 5.64 35,557 5.69 4 Daging 8,48 2.66 2,863 2.8 4,724 2.36 5 Telur dan Susu 20,630 2.97 20,822 3.53 20,758 3.32 6 Sayur-sayuran 30,898 4.45 33,922 5.75 32,920 5.27 7 Kacang-kacangan 5,592 0.80 5,260 0.89 5,370 0.86 8 Buah-buahan 25,666 3.69 7,574 2.98 20,255 3.24 9 Minyak dan Lemak 7,273 2.49 7,545 2.97 7,455 2.79 0 Bahan Minuman 2,587.8 3,885 2.35 3,455 2.5 Bumbu-bumbuan 4,293 0.62 3,209 0.54 3,568 0.57 2 Konsumsi Lainnya 6,467 0.93 4,545 0.77 5,82 0.83 Makanan dan 3 Minuman Jadi 99,803 4.36 68,039.53 78,563 2.58 4 Tembakau dan Sirih 42,826 6.6 5,04 8.65 48,39 7.74 Jumlah Makanan 385,267 55.44 354,478 60.0 364,679 58.38 Terlihat dari Tabel diatas bahwa Konsumsi beras penduduk di perdesaan lebih besar dibanding penduduk di wilayah perkotaan 2,25 kg berbanding,67 kg seminggu. Secara rata-rata penduduk di Kabupaten mengkonsumsi beras sebesar 2,06 kg seminggu, atau sekitar 07 kg/kapita/tahun. Konsumsi umbi-umbian penduduk masih relatif sedikit yaitu sebesar 0,6 kg per kapita seminggu, atau sekitar 8,58 kg/kapita/tahun. RKPD Perubahan Tahun 204 27

Tabel II.5 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga berdasarkan Non Makanan Kabupaten Tahun 202 Kelompok Barang Perkotaan (%) Perdesaan (%) Pengeluaran per kapita (Rp.) () (2) (2) (2) (2) (2) (2) Perumahan dan Fasilitas 9,748 7.23 93,557 5.86 02,235 6.37 rumah tangga a. Perumahan 58,5 8.36 48,393 8.20 5,64 8.26 b. Fasilitas rumah tangga 6,632 8.87 45,65 7.66 50,62 8.0 2 Barang dan Jasa 32,52 9.07 93,479 5.85 06,4 7.03 a. Aneka barang dan jasa 20,368 2.93 7,277 2.93 8,30 2.93 b. Kesehatan 23,095 3.32 4,64 2.48 7,442 2.79 c. Pendidikan 36,92 5.3 2,59 3.66 26,670 4.27 d. Transportasi dan Jasa 52,29 7.50 39,969 6.78 Lainnya 43,998 7.04 3 Pakaian, alas kaki dan tutup 37,48 5.39 8,343 3. 24,684 kepala 3.95 4 Barang-barang tahan lama 9,286.34 4,404 0.75 6,022 0.96 5 Pajak dan Asuransi 7,822.3 4,068 0.69 5,32 0.85 6 Keperluan pesta dan upacara 2,823 0.4 2,529 3.65 5,33 Jumlah Bukan Makanan 309,672 44.56 235,380 39.90 259,994 4.62 Dari Tabel di atas Biaya Kesehatan penduduk Kabupaten sebesar Rp.7.442 per kapita per bulan (Rp.94.340 per tahun). Angka ini lebih rendah dari standar biaya kesehatan WHO sebesar $34 (sekitar Rp.326.400 per kapita setahun). Pengeluaran Kesehatan ini jauh di bawah pengeluaran untuk Tembakau dan Sirih yaitu Rp.48.39. Dilihat Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan untuk biaya Pendidikan sebesar Rp.26.670,- angka ini juga jauh di bawah pengeluaran untuk Tembakau. Grafik II.8 Pola Konsumsi Masyarakat Kabupaten Tahun 202 Makanan (%) Non makanan (%) Perkotaan + Perdesaan 58.38 4.62 Perdesaan 60.0 39.90 Perkotaan 55.44 44.56 (%) 2.45 RKPD Perubahan Tahun 204 28

Dari grafik diatas terlihat penduduk perdesaan menggunakan 60,0 % pendapatan utk konsumsi makanan dan 39,90% non makanan sedangakan di perkotaan lebih baik,yaitu untuk makanan 55,44% dan sebesar 44,56% untuk non makanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keluarga di Kabupaten masih bergelut untuk memenuhi kebutuhan makan, yang mengindikasikan rumah tangga berpenghasilan rendah. Pola konsumsi merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumahtangga/keluarga. 2..3.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur Kabupaten merupakan wilayah rawan bencana sehingga perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak. Bencana ini membawa dampak yang besar karena mengakibatkan kerusakan berbagai prasarana fisik Jalan, Jembatan dan Sumber Daya Air. Seperti akibat bencana gempa tahun 2007, dan gempa 30 September 2009 yang berdampak terhadap rusaknya infrastruktur jaringan jalan, jaringan irigasi dan infrastruktur lainnya. Sesuai dengan Keputusan Bupati Nomor : 473 Tahun 202 tentang Ruas Jalan Dan Jembatan Di Kabupaten, Jumlah ruas jalan adalah 595 Ruas dengan total panjang keseluruhan adalah.560, 88 Km. Dari panjang tersebut 68,08 % sudah pernah ditangani dengan jenis permukan berupa hotmix, lapen maupun cor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini. Grafik II.9 Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Tahun 202 Kerikil 9.77% Tanah 0.65% JENIS PERMUKAAN JALAN Hotmix 38.04% Belum Tembus.50% Cor Beton 4.5% Lapen 5.53% Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 202. Dari 68,08 % jalan yang telah ditangani tersebut sebesar 77,53 % mengalami kerusakan, mulai dari rusak ringan, sedang dan berat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik berikut: RKPD Perubahan Tahun 204 29

Grafik II.0 Kondisi Jalan Kabupaten Tahun 202 600 500 400 300 200 00 0 500.9 454.2 350.8 255.68 Kondisi Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 202. Sesuai dengan Keputusan Bupati Nomor : 473 Tahun 202 tentang ruas jalan dan jembatan di Kabupaten, Jumlah Jembatan adalah 39 Jembatan dengan total panjang keseluruhan adalah 2.843 Meter. Sebagian besar jembatan tersebut adalah jembatan bentang pendek. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel II.6 Jumlah Jembatan Berdasarkan Panjang Jembatan No Panjang Bentang Jumlah Persentase Bentang 0 0 Meter 262 82.3 2 Bentang 20 Meter 33 0.34 3 Bentang 2 30 Meter 8 5.64 4 Bentang 3 40 Meter 2 0.63 5 Bentang > 40 Meter 4.25 Total 39 00.00 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 202. Berdasarkan kondisi jembatan masih banyak jembatan yang perlu ditangani karena 73,35 % jembatan dalam kondisi rusak mulai rusak ringan, sedang sampai berat. Hal ini disebabkan oleh fakktor umur jembatan dan struktur jembatan yang sudah tua dan banyak dibangun dengan menggunakan lantai kayu dan rusak akibat bencana alam. Dari jumlah tersebut sudah banyak yang perlu dibenahi atau direhabilitasi dan sebagian perlu dibangun baru. Sampai Tahun 205 ditargetkan pembangunan jembatan baru sebanyak 5 unit. RKPD Perubahan Tahun 204 30

Gafik II. Kondisi Jembatan di Kabupaten Tahun 202 Rusak Berat 9.75% Kondisi Jembatan Kondisi Baik 26.65% Rusak Sedang 5.05% Rusak Ringan 38.56% NO Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tahun 202. a. Rasio Jaringan Irigasi Untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman padi dimana pembangunan atau Rehabilitasi Jaringan irigasi sangat berperan sekali. Rasio Jaringan Irigasi Menurut Kecamatan tergambar pada table berikut : Kecamatan Tabel II.7 Rasio Jaringan Irigasi Menurut Kecamatan Panjang Jaringan Irigasi Primer Sekunder Tersier Total Panjang Jaringan Irigasi Km Luas lahan budidaya (Ha) Rasio () (2) (3) (4) (5) (6=3+4+5) (7) (8=6/7) Tanjung Mutiara 7.034 6.647 8.86 23,699.86 3,94.05 7.6 2 Lubuk Basung 63.43 58.756.500 23.687 5,955.0 6.67 3 Ampek Nagari 29.423 36.62 3.700 69.744 3,789.55 7.78 4 Tanjung Raya. 6.934 33.406 95.340 3,383.53 6.59 5 Matur. 62.494 33.008 95.502 2,598.55 5.47 6 IV.Koto 5.85 33.936 4.200 53.95 2,29.60 5.23 7 Malalak 4.00 57.298 4.200 02.499 2,65.46 4.72 8 Banuhampu 6.962 2.26 38.088 3,302.33 7.0 9 Sungai Pua 22.240 9.40 4.380 3,58.87 6.3 0 IV.Angkek 27.860 32.074 59.934 3,248.9 7.63 Candung 40.442 50.523 90.965 3,39.92 6.96 2 Baso 30.089 26.830 56.99 2,869.23 6.89 3 Tilatang Kamang 6.289 29.507 45.796 4,357.99 7.69 4 Kamang Magek 26.302 28.7 55.03 3,897.83 7.66 5 Palembayan 07.582 72.408 34.778 24.768 4,872.28 7.3 6 Palupuh 6.088 43.500 04.588,624.09.86 Jumlah 379,97.70 54,36.48 4,28 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tahun 20 Rasio Jaringan Irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer, sekunder, tersier. Hal ini mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian. Jumlah irigasi di Kabupaten yaitu 885 buah. Luas areal irigasi yang merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten adalah 00 Ha sebanyak RKPD Perubahan Tahun 204 3