KAJIAN KERJA SAMA BILATERAL INDONESIA UNI EROPA DI BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN



dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

Perekonomian Suatu Negara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Analisis Perkembangan Industri

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

IMPLEMENTASI PROGRAM TRADE SUPPORT PROGRAM (TSP) DALAM HUBUNGAN KERJASAMA PERDAGANGAN INDONESIA DAN UNI EROPA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

Kerja sama ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN INDOENSIA DENGAN UNI EROPA. Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Dinamika hubungan

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PERDAGANGAN INTERNASIONAL ANTARA INDONESIA DAN UNI EROPA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Transkripsi:

KAJIAN KERJA SAMA BILATERAL INDONESIA UNI EROPA DI BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN Kerjasama Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral Kementerian Keuangan RI dan Program Studi Kajian Wilayah Eropa Program Pascasarjana Universitas Indonesia 2012

DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI... ii DAFTAR GRAFIK... iii KATA PENGANTAR... iv EXECUTIVE SUMMARY... v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2. Metodologi Penelitian... 2 1.3. Tujuan Penelitian... 2 1.4. Struktur Laporan Hasil Penelitian... 3 BAB II HUBUNGAN EKONOMI INDONESIA-UNI EROPA... 4 2.1. Hubungan Perdagangan Indonesia dan Uni Eropa... 4 2.2. Hubungan Investasi Indonesia dan Uni Eropa... 7 2.3. Bantuan Ekonomi dan Keuangan Uni Eropa kepada Indonesia... 9 BAB III ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, HAMBATAN DAN PELUANG KERJA SAMA INDONESIA- UNI EROPA... 12 3.1. Kekuatan dan Kelemahan Indonesia... 12 3.1.1. Kekuatan Indonesia... 12 3.1.2. Kelemahan Indonesia... 13 3.2. Kekuatan dan Kelemahan Uni Eropa... 16 3.2.1. Kekuatan Uni Eropa... 16 3.2.2. Kelemahan Uni Eropa... 17 3.3. Hambatan Kerjasama Ekonomi Indonesia- Uni Eropa... 18 3.3.1. Hambatan Kerjasama Ekonomi dari Sisi Indonesia... 18 3.3.2. Hambatan Kerjasama Ekonomi dari Sisi Uni Eropa... 21 3.4. Peluang Kerjasama Ekonomi antara Indonesia dan EU... 22 BAB IV REKOMENDASI KEBIJAKAN KERJA SAMA BILATERAL INDONESIA EU... 24 REFERENSI... 30 ii

DAFTAR GRAFIK halaman Grafik 1. Ekspor Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan... 5 Grafik 2. Perkembangan Ekspor Indonesia ke Uni Eropa... 5 Grafik 3. Ekspor Indonesia Ke Uni Eropa berdasarkan Jenis Barang... 6 Grafik 4. Impor Indonesia Berdasarkan Negara Asal... 6 Grafik 5. Perkembangan Impor Indonesia dari Uni Eropa... 7 Grafik 6. Impor Indonesia dari Uni Eropa berdasarkan Jenis Barang... 7 Grafik 7. Komposisi FDI di Indonesia berdasarkan negara asal... 8 Grafik 8. Posisi FDI per Negara di Indonesia... 9 Grafik 9. Perkembangan Posisi FDI Uni Eropa di Indonesia... 9 Grafik 10. Nilai Pinjaman Bilateral Indonesia dari Beberapa Negara... 10 Grafik 11. Perkembangan Jumlah Pinjaman yang Diterima Indonesia dari Uni Eropa... 10 Grafik 12. Kontribusi Pinjaman dari Uni Eropa terhadap Total Pinjaman yang Diterima Indonesia... 11 iii

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan Rahmat-Nya sehingga terlaksananya penelitian dengan judul Kajian Kerjasama Bilateral Indonesia Uni Eropa Di Bidang Ekonomi Dan Keuangan tahun 2012. Penelitian ini merupakan kerjasama antara Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan Program Studi Kajian Wilayah Eropa Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan sejauh mana kerjasama bilateral Indonesia Uni Eropa di bidang ekonomi dan keuangan hingga tahun 2012 dan mengapa masih rendahnya nilai perdagangan kedua belah pihak serta mengapa Indonesia belum menjadi mitra utama kerjasama di bidang ekonomi dan keuangan oleh Uni Eropa. Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan berupa rekomendasi kepada para pembuat kebijakan terutama Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI. Kami menyampaikan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi sehingga penelitian ini bisa diselesaikan, termasuk pihak-pihak yang telah memberikan masukan/tanggapan pada saat pelaksanaan Focus Group Discussion dan seminar mengenai kajian ini. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif kepada para pengambil kebijakan dan pelaku usaha di Indonesia sehingga pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Jakarta, Desember 2012 Kepala Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Decy Arifinsjah iv

Executive Summary KAJIAN KERJASAMA BILATERAL INDONESIA UNI EROPA DI BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN Hubungan ekonomi Indonesia dan Uni Eropa (EU) tidak cukup berkembang walaupun sudah terhubung melalui kerangka kerjasama Association of the Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan mitra dialogue sejak tahun 1980 dan Asia-Europe Meeting (ASEM) sejak tahun 1996. Kedua negara kurang memanfaatkan peluang-peluang kerjasama ekonomi. Upaya peningkatan hubungan kedua pihak muncul dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan menguatnya perekonomian negara-negara Asia Timur; Laporan Bank Dunia tahun 2008 menunjukkan bahwa sepuluh tahun setelah krisis ekonomi Asia negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur Laut berkembang lebih kuat ketimbang kondisi sebelum krisis. Momentum inilah yang ingin dimanfaatkan Indonesia dan EU untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Partnersip and Cooperation (PCA) pada bulan November 2009. Selanjutnya kajian bersama than 2010-2011 menghasilkan Report of the EU-Indonesia Vision Group on Trade and Investment Relations yang dilaporkan tanggal 28 Juni 2011 merekomendasikan EU dan Indonesia untuk segera memulai negosiasi menuju Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). 1. Perkembangan Hubungan Ekonomi dan Keuangan Indonesia-EU Hubungan ekonomi Indonesia-EU dewasa ini sudah meningkat dibanding dekade sebelumnya namun hubungan tersebut kurang berkembang sebanding dengan potensi yang dimiliki kedua pihak. Indonesia bukan mitra dagang utama EU di Asia Tenggara. Walaupun, neraca perdagangan Indonesia terhadap Uni Eropa menunjukkan nilai yang positif, potensi pasar EU yang masih kurang dieksploitasi oleh Indonesia. Nilai impor Indonesia dari Uni Eropa mengalami peningkatan secara konsisten hingga 2008 sebelum EU mengalami krisis keuangan. Di bidang investasi, hubungan Indonesia dan EU tidak sekuat hubungan perdagangan. Apabila dibandingkan dengan nilai FDI Uni Eropa ke wilayah ASEAN, yang mencakup lebih dari 23% dari total nilai FDI, nilai FDI Uni Eropa ke Indonesia ini sangatlah kecil yaitu hanya 1,6%. Apabila dilihat posisi net FDI, Indonesia memiliki surplus terhadap EU walaupun nilai surplus ini menurun tahun 2009 dan 2010 akibat krisis financial EU. v

Walaupun EU mengalami krisis, negara-negara besar EU adalah sumber pendanaan luar negeri yang penting bagi Indonesia. Negara-negara tersebut merupakan sumber pinjaman luar negeri Indonesia nomor dua terbesar setelah Jepang. Bantuan luar negeri (ODA) EU ke Indonesia juga cukup besar bahkan Indonesia menjadi penerima ODA terbesar kedua EU di Asia setelah Afganistan yang dilanda perang. Sektor utama penerima ODA EU di Indonesia perioden 2007 sampai 2013 adalah pengentasan kemiskinan, stimulus pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan dan investasi, dan peningkatan good governance melalui penegakkan hukum. Peningkatan hubungan ekonomi Indonesia dan EU juga terkendala krisis keuangan di EU sejak tahun 2008 namun terdapat keinginan kedua belah pihak untuk meningkatkan hubungan dagang dan investasi. Sektor-sektor yang menjadi sasaran ODA EU di Indonesia memperlihatkan minat EU untuk meningkatkan hubungan ekonomi terutama perdagangan dan investasi dengan Indonesia termasuk dengan membantu Indonesia menguatkan sistem hukum guna menunjang hubungan ekonomi tersebut. 2. Kekuatan dan Kelemahan Indonesia dan EU sebagai Mitra dalam Kerjasama Ekonomi 2.1. Kekuatan dan kelemahan Indonesia Indonesia memiliki beberapa kekuatan yang menarik EU untuk menjalin hubungan ekonomi yang lebih maju. Kekuatan Indonesia antara lain meliputi: (i) stabilitas makro ekonomi, yang dibuktikan dengan angka pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat stabil dan rasio hutang pemerintah yang rendah -bahkan pengelolaan fiskal Indonesia dianggap terbaik se Asia- Pasifik; (ii) potensi pasar yang besar, yang menurut World Economic Forum menempati ukuran terbesar ke-15 dunia. Besarnya pasar Indonesia ini juga diikuti daya beli yang makin besar dari kelas menengah yang makin berkembang. Namun demikian, Indonesia juga memiliki beberapa kelemahan yang menghambat hubungan ekonomi dengan negara lain, termasuk EU. Pertama, infrastruktur yang buruk dan tidak menunjang kegiatan ekonomi merupakan kekurangan Indonesia yang paling sering dikeluhkan oleh mitra kerjasama ekonomi termasuk EU. Infrastruktur yang dikeluhkan mencakup sarana jalan, fasilitas pelabuhan dan transportasi udara, suplai energy dan jaringan telekomunikasi. Kedua, institusi di Indonesia yang tidak efisien, tidak transparan dan masih kuatnya budaya dan praktek korupsi menjadi hambatan yang menakutkan bagi mitra kerjasama ekonomi. Ketiga, penerapan peraturan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) yang masih lemah di Indonesia. Meskipun Indonesia sudah mempunyai berbagai peraturan hukum HKI namun dalam implementasinya masih sering terjadi pelanggaran HKI dan penegakan hukumnya kurang vi

efektif. Keempat, kualitas barang hasil produksi yang sering di bawah standar keamanan, keselamatan dan kesehatan, atau kalaupun berhasil mencapai standar maka sering tidak konsisten. Kelima, banyaknya hambatan birokrasi terutama masalah perizinan yang memakan waktu sehingga cukup sulit dan rumit untuk melakukan aktifitas bisnis di Indonesia. Keenam, aspek teknologi yang masih merupakan salah satu titik terlemah dalam perekonomian Indonesia. 2.2. Kekuatan dan kelemahan EU Sebagai mitra dalam hubungan ekonomi, EU juga memiliki kekuatan dan kelemahan yang harus diperhitungkan. Kekuatan EU mencakup, pertama, posisi yang kuat dalam organisasi internasional sehingga pengaruh dan leverage EU sangat besar dalam menentukan aturan main yang terkait dengan hubungan ekonomi. Kedua, inovasi dan teknologi maju yang menjadi menggerak perdagangan dan investasi. Ketiga, infrastruktur yang mendukung berbagai aktifitas ekonomi sehingga tercapai efisiensi yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan ekonomi. Keempat, daya saing utama EU terletak di sumber daya manusia yang berkualitas. Meskipun secara umum lebih maju, EU juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, ketidak seimbangan fiskal yang berkepanjangan sehingga mengancam kebangkrutan beberapa negara. Mengingat interdependensi antar anggota EU cukup tinggi terutama 17 negara yang masuk zona Euro, resiko contagion meningkat. Selain itu dalam rangka penanggulangan krisis terdapat resiko kenaikan pajak untuk memperkuat keuangan negara dan meningkatnya suku bunga pinjaman. Kedua, keberagaman negara-negara anggota EU sehingga daya saing, kemajuan sosial dan ekonomi yang tidak merata terjadi antar negara anggota. Ketiga, sistem keuangan EU ternyata rentan akibat penggunaaan Euro yang tidak ditunjang oleh kondisi perekonomian yang setara. Krisis di euro zone memperlihatkan bahwa penyatuan moneter tanpa penyatuan fiskal sangat beresiko dan rentan. Keempat, keberagaman budaya dan bahasa antarnegara anggota EU yang menghambat mobilitas sumber daya. Selain itu, Masing-masing pihak ternyata memiliki kondisi yang menjadi hambatan pihak lain. Beberapa kebijakan EU juga menghambat bagi Indonesia yaitu perluasan anggota EU yang menyebabkan EU menjadi inward-looking karena mendahulukan negara-negara anggota ketimbang pihak luar, standar mutu import yang tinggi, dan potensi pembatasan impor. Kondisi di Indonesia yang menjadi hambatan bagi EU adalah: pertama, kebijakan Pemerintah Indonesia yang berupaya melakukan penguatan daya saing industry dalam negeri. Kedua, gangguan keamanan terutama terkait aksi unjuk rasa yang menandakan berjalannya proses demokrasi tetapi ternyata berujung anarkis membawa dampak negatif bagi kegiatan perekonomian. Ketiga, pasokan energy yang kurang, dan keempat, kurangnya laboratorium nasional yang berstandar internasional. vii

3. Peluang Kerja Sama Ekonomi antara Indonesia dan EU Sebagai satu kekuatan pasar dengan satu perangkat peraturan di bidang perdagangan, kebijakan tarif, dan prosedur administrasi yang diterapkan di negara anggotanya, Uni Eropa memberikan keuntungan dan kemudahan bagi Indonesia untuk mendapatkan akses pasar Eropa. Dengan bertambahnya keanggotaan Uni Eropa, maka pasar Uni Eropa akan semakin besar populasinya dan kekuatan keuangannya. Namun, penjajakan terhadap Uni Eropa sebagai kesatuan atau masing-masing negara Uni Eropa perlu dilakukan secara spesifik. Indonesia berpeluang memperluas pasar untuk komoditas-komoditas yang tidak menetapkan standar secara ketat seperti komoditas kebutuhan masyarakat konsumen menengah ke bawah di EU. Produk ini biasanya diproduksi oleh UKM Indonesia. Dalam sektor pariwisata, pameran budaya dan perjalanan wisata ke Indonesia secara lengkap perlu terus diadakan. Perhatian yang serius Pemerintah Indonesia diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan dan prasarana di daerah wisata Indonesia. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), EU dan Indonesia perlu meningkatkan kerjasama dalam rangka transfer of knowledge. Kerjasama IPTEK tersebut di antaranya peningkatan kualitas produk seperti menghasilkan produk yang tahan lama, dan kerjasama dengan berbagai universitas di Indonesia. 4. Rekomendasi Program dan Kebijakan bagi Kementerian Keuangan terkait Kerjasama Indonesia EU Dari hasil kajian, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi bagi Kementerian Keuangan RI agar Indonesia dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari kerja sama bilateral ekonomi dan keuangan Indonesia-EU, yaitu: a. Rekomendasi Program 1) Perkuat program Trade Support Program (TSP) I dan II Trade Support Program (TSP) I dan II merupakan langkah yang diambil mendorong integrasi Indonesia pada sistem perdagangan internasional. TSP I dan diimplementasikan dari 2005-2008 fokus pada penguatan kapasitas government agencies yang terlibat pada hubungan perdagangan antara UE-Indonesia. Fokus program TSP II adalah peningkatan kualitas ekspor Indonesia untuk memastikan pemenuhan kualifikasi standar internasional. Untuk mengatasi hambatan ini, perlu memaksimalkan fungsi Quality Infrastructure (QI) yang dapat viii

memastikan bahwa proses dan produk yang diekspor dari Indonesia sesuai dengan standar yang berlaku internasional dan meningkatkan traceability. 2) Percepat negosiasi EU-Indonesia Comprehensive Economic Partnerships Agreement (CEPA) Dalam CEPA sebaiknya dibahas tiga elemen penting yang mendukung perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa, yaitu: akses pasar, pengembangan kapasitas, fasilitasi perdagangan dan investasi. Liberalisasi akses terhadap barang telah dilakukan dengan pengurangan hambatan perdagangan (trade barriers) antara UE-Indonesia. Produk yang tidak atau kurang sensitif harus dipercepat proses liberalisasinya, sedangkan produk yang sensitif diliberalisasikan lebih lambat dengan mempertimbangkan kesiapan Indonesia. Liberalisasi terhadap pembatasan kepemilikan asing, akses bisnis, dan persyaratan konten lokal perlu dilakukan secara terukur; penyempurnaan sistem one-stop service perlu dilakukan, dan inisiatif untuk melakukan Perjanjian Investasi Tunggal (BIT) dapat mempromosikan kepastian hukum bagi investor UE dan Indonesia perlu dipertimbangkan. Upaya pengembangan kapasitas dilakukan dengan tidak hanya berorientasi pada hasilproduk, tetapi harus berorientasi pada hasil-proses sehingga memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan, guna menjangkau pasar Uni Eropa. Isu mengenai standar sanitiasi (SPS) dan teknis (TBT) kembali perlu diperhatikan, sehingga diperlukan dialog yang mencakup tiga level, yaitu: (1) Dialog permanen yang meliputi antar bisnis dengan bisnis dan bisnis dengan pemerintah; (2) Dialog dan komitmen teknis yang melibatkan para penyusun undang-undang; dan (3) Kerjasama bidang keuangan yaitu bantuan keuangan UE pada bidang-bidang tertentu untuk membantu Indonesia untuk memenuhi persyaratan ekspor internasional. Penyediaan fasilitas perdagangan dan investasi dapat dilakukan dengan membuka kesempatan investasi dari perusahaan-perusahaan UE pada sektor infrastruktur, pekerjaan umum infrastruktur, dan kerjasama publik/privat (PPP). Namun perlu pengurangan biaya logistik di Indonesia. Baik upaya pengembangan kapasitas maupun upaya penyediaan fasilitas perdagangan dan investasi, harus didahului dengan mengidentifikasi sektor-sektor prioritas dan dilakukan penyelarasan standar, pengujian, penilaian kesesuaian dan akrediasi. Selain itu juga perlu dibahas langkah-langkah konkret dalam mempromosikan elemen hijau dalam kerangka kebijakan perdagangan dan investasi UE-Indonesia. Sasaran-sasaran berkelanjutan (sustainability) juga perlu dipertimbangakan pengembangan fasilitas dan fasilitas perdagangan. ix

b. Rekomendasi Kebijakan secara umum 1) Peningkatan belanja negara untuk perbaikan infrastruktur Salah satu yang menjadi kendala dalam perdagangan baik antara Indonesia dengan EU maupun dengan mitra dagang lainnya adalah buruknya infrastruktur di Indonesia. Infrastruktur yang kurang memadai akan meningkatkan biaya logistik dan mengurangi effisiensi secara keseluruhan. Di samping itu, lemahnya infrastruktur di Indonesia juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan investor asing enggan menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk mengatasi hambatan ini, rekomendasi untuk arah kebijakan Kementerian Keuangan adalah untuk meningkatkan belanja negara untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di Indonesia. Selain itu, tingginya minat investor UE pada pengadaaan infrastruktur di Inonesia dapat dilihat sebagai peluang bagi Indonesia untuk mendanai kebutuhan infrastrukuturnya. Bersama dengan instansi terkait lainnya, perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan dan kerangka hukum yang memberikan kepastian bagi investor UE yang ingin melakukan investasi pada pengadaan infrastruktur di Indonesia 2) Keringanan pajak dengan pertimbangan yang sangat ketat Untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara Indonesia-Uni Eropa, maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan keringan pajak ini bagi investor yang berinvestasi pada industri perikanan, pertanian, barang elektronik, furnitur dan kosmetik. Dengan keringanan pajak pendapatan investasi ini, diharapkan akan meningkatkan investasi pada sektor-sektor tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas ekspor Indonesia ke Uni Eropa. Akan tetapi kami menyarankan agar pemberian kebijakan keringanan pembayaran pajak ini secara cermat dan ketat, misalnya dilihat dari perhitungan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut, jumlah penyerapan tenaga kerja, omset yang mereka peroleh dan penilaian strategis lainnya. 3) Pemberian tax holiday dengan pertimbangan yang cermat dan ketat Pemberian tax holiday bagi industri yang baru muncul atau pelaku usaha yang menjadi pionir pada industrinya. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan stimulus bagi pelaku usaha untuk melakukan inovasi kegiatan usaha pada sektor-sektor yang dianggap akan dapat memberikan eksternalitas positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Industri yang direkomendaasikan mendapatkan tax holiday ini adalah industri yang melakukan inovasi yang mempertimbangkan elemen hijau (green economics). Hal ini didasarkan pada besarnya perhatian Uni Eropa pada isu green economic sehingga inovasi dengan mempertimbangkan elemen hijau ini dapat membuka kesempatan peningkatan ekspor Indonesia ke Uni Eropa. x

4) Pengelolaan utang publik Kebijakan pengelolaan utang publik ini perlu dilakukan untuk meningkatkan investment grade surat-surat berharga Indonesia. Dengan naiknya peringkat surat utang pemerintah Indoneisa diharapkan akan memberikan sinyal positif bagi dunia internasional mengenai potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga akan menarik minat investor asing, termasuk investor Uni Eropa untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 5) Pendampingan/pembinaan bagi eksportir/umkm yang akan mengekspor produknya ke negara-negara di Eropa secara berkelanjutan Pendampingan/pembinaan bagi eksportir/umkm yang akan mengekspor produknya ke negara-negara di Eropa perlu dilakukan secara berkelanjutan dan dapat berupa pelatihanpelatihan yang dilaksanakan secara berkesinambungan melibatkan unsur pemerintah, swasta dan pihak-pihak dari Uni Eropa agar produk-produk Indonesia dapat berkompetisi di pasar Eropa. xi

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Secara bilateral, hubungan Indonesia dengan negara-negara anggota Uni Eropa (European Union/EU) sudah terjalin lama sebelum hubungan EU menandatangi kerjasama antar kawasan dengan Association of the Southeast Asian Nations (ASEAN) tahun 1980. Baik EU maupun Indonesia mempunyai perwakilan tetap di ibu kota masing-masing yang menunjukkan besarnya kepentingan dan perhatian antara kedua pihak. Walaupun terjadi beberapa hambatan dalam bidang politik ASEAN-EU yang menghambat perkembangan hubungan inter-regional ini, hubungan ekonomi Indonesia-EU terus meningkat dewasa ini. Momentum peningkatan hubungan ekonomi secara signifikan terjadi pada November 2009 ketika Indonesia dan EU menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Partnersip and Cooperation (PCA). Perjanjian ini meneguhkan dasar-dasar kerjasama kedua pihak di masa yang akan datang dan menjadi modal untuk peningkatan dan perluasan hubungan di masa yang akan datang. Perjanjian sejenis ini baru pertama kalinya dilakukan EU dengan negara di Asia Tenggara. Pada tahun 2010-2011, kedua pihak juga melakukan kajian bersama tentang pedagangan dan investasi yang dirangkum dalam Report of the EU-Indonesia Vision Group on Trade and Investment Relations yang di-release pada tanggal 28 Juni 2011 dihadapan Komisioner Perdagangan EU Karel de Gucht dan Duta Besar Indonesia di Brussels. Rekomendasi utama dari laporan tersebut adalah perlunya EU dan Indonesia untuk segera memulai negosiasi menuju Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Terutama sejak Perjanjiaan Maastrich 1992, EU merupakan salah satu kekuatan ekonomi dan politik dunia. Institusi regional ini terdiri dari 27 negara dengan perbedaan tingkat ekonomi yang cukup mencolok, dapat dilihat dari Luxemburg yang pada tahun 2010 per capita pendapatan penduduknya paling tinggi hingga Bulgaria yang paling rendah (kurang lebih 1/6 Luxemburg, (Sumber: EuroStatistic 2012). Namun demikian secara umum, EU merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia. Walaupun sedang dilanda krisis keuangan sejak tahun 2009 (terutama di 17 negara yang tercakup dalam Eurozone), EU merupakan mitra yang penting bagi Indonesia. Data yang dikeluarkan European Commission (2010) menunjukkan bahwa sejak tahun 2009 Indonesia adalah sasaran Official Development Assistance (ODA) terbesar kedua EU di Asia setelah Afganistan. Duta Besar Havas Oegroseno di KBRI Brussel pada tanggal 27 Juni 2011 memaparkan bahwa kepentingan Indonesia di EU besar karena EU adalah aktor global dan salah satu kekuatan ekonomi dunia yang sekaligus juga memiliki kekuatan sebagai pembuat

peraturan global (global regulatory power) yang berperan dalam berbagai institusi politik dan ekonomi dunia. Dengan penduduk lebih dari 502 juta jiwa pada tahun 2011 (Euro statistik 2012) dan dengan daya beli yang tinggi, EU adalah pasar yang sangat kuat karena mempunya GDP per capita tahun 2010 sebesar 24.400 sedangkan untuk zona Euro sebesar 27.600 (Eurostat, spring 2012). Data Euro statistik 2012 menyebutkan bahwa tahun 2010 EU merupakan mitra dagang Indonesia keempat setelah Jepang, China dan Singapore. Sumber yang sama mencatat bahwa tahun 2011 Indonesia adalah mitra dagang Eropa ke 29. Tahun 2011, perdangangan kedua pihak mencapai nilai 3.215.053 juta Euro (Euro Stat 2012). Data tersebut memperlihatkan masih kecilnya volume perdagangan EU-Indonesia dewasa ini dibandingkan dengan potensi keduanya. Selain perdagangan, hubungan investasi EU dan Indonesia juga perlu dikembangkan karena EU belum menjadi investor utama di Indonesia. Dengan demikian perlu dikaji peluang dan tantangan peningkatan hubungan ekonomi yang lebih komprehensif antara EU dan Indonesia dalam satu penelitian guna meningkatkan hubungan ekonomi dan finansial yang saling menguntungkan terutama bagi Indonesia. 2. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan data primer maupun sekunder. Data dikumpulkan dan dianalisis melalui: studi pustaka, wawancara, Focus Group Discussion (FGD) dan lokakarya/seminar. Wawancara, FGD maupun lokakarya melibatkan berbagai pihak terdiri dari berbagai stakeholders diantaranya: perwakilan dari beberapa unit di Kementerian Keuangan RI, Kementerian Perdagangan RI, Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian PPN/Bappenas, Direktorat Jendral Imigrasi), unsur bisnis (KADIN, Euro Chamber), dan akademisi, serta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Tengah. 3. Tujuan Penelitian Kajian mengenai kerja sama bilateral Indonesia Uni Eropa di bidang Ekonomi dan Keuangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan kerja sama bilateral Indonesia dan Uni Eropa, khususnya di bidang Ekonomi dan Keuangan, dan rekomendasi kepada Kementerian Keuangan mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kerja sama tersebut sehingga Indonesia bisa mendapatkan lebih banyak manfaat dari kerja sama bilateral di bidang Ekonomi dan Keuangan dengan Uni Eropa. 2

4. Struktur Laporan Hasil Penelitian Laporan hasil penelitian ini terdiri atas beberapa Bab sebagai berikut: Bab I yang merupakan Pendahuluan, antara lain menjelaskan mengenai latar belakang, metodologi dan tujuan penelitian. Bab II memberikan gambaran mengenai situasi dan perkembangan hubungan ekonomi dan keuangan antara Indonesia dan Uni Eropa. Selanjutnya, Bab III membahas tentang analisis mengenai kekuatan, kelemahan, hambatan, dan peluang yang terdapat dalam pelaksanaan kerja sama bilateral ekonomi dan keuangan antara Indonesia dan Uni Eropa. Sedangkan Bab IV, yang merupakan bab terakhir, berisi rekomendasi mengenai pre-kondisi yang dibutuhkan, mitigasi dampak negatif, dan inovasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan keuangan Indonesia dan EU serta rencana tindak (step-by-step action plan) dalam rangka meningkatkan manfaat hubungan tersebut. 3

BAB II HUBUNGAN EKONOMI INDONESIA UNI EROPA Kerjasama antara Indonesia dan Uni Eropa telah terjalin sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam kurun waktu beberapa dasawarsa terakhir, terdapat beberapa kerangka kerjasama yang telah dikembangkan guna meningkatkan kerjasama kedua belah pihak di berbagai bidang, termasuk ekonomi. Kerangka kerjasama pertama adalah Asia Europe Meeting (ASEM), di mana Indonesia berperan aktif dalam setiap pertemuannya. ASEM sendiri bermula dari pertemuan di Bangkok pada tahun 1996 antara negara-negara Uni Eropa, ASEAN, dan beberapa negara Asia Timur. Sampai dengan tahun 2012, ASEM telah mengadakan pertemuan sebanyak sembilan kali. Isu-isu yang dibahas berkaitan dengan berbagai bidang, termasuk ekonomi. Kedua, Uni Eropa telah membentuk delegasi khusus untuk meningkatkan hubungan dengan Indonesia sejak tahun 1988. Dengan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, delegasi tersebut telah menjajaki pembentukan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) untuk semakin mempererat hubungan antara Indonesia dan negara-negara Uni Eropa. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan kerjasama bidang ekonomi antara Indonesia dengan Uni Eropa yang dilihat dari tiga bidang utama, yakni perdagangan, investasi, dan program bantuan /utang luar negeri. 2.1. Hubungan Perdagangan Indonesia dan Uni Eropa Uni Eropa merupakan salah satu kekuatan ekonomi di dunia yang memiliki hubungan perdagangan erat dengan Indonesia. Data dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) menunjukkan bahwa hingga tahun 2010 Uni Eropa secara konsisten merupakan kawasan tujuan ekspor Indonesia peringkat kedua, di bawah ekspor ke negara-negara ASEAN, dan lebih tinggi dibandingkan ekspor Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat, dua partner penting lainnya dalam bidang perdagangan.

Grafik 1. Ekspor Indonesia berdasarkan Negara Tujuan Walaupun tidak mengalami perubahan yang substansial pada paruh pertama dekade 2000- an dan sempat mengalami penurunan di tahun 2006, ekspor Indonesia ke Uni Eropa meningkat relatif tajam pada tahun 2007, yakni sekitar 75%. Ekspor ke Uni Eropa, sebagaimana ekspor ke negara lain, mengalami penurunan pada tahun 2009 sebagai dampak dari krisis global, namun kembali meningkat di tahun 2010. Grafik 2. Perkembangan Ekspor Indonesia ke Uni Eropa Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (2011) Apabila dilihat dari jenis barang, ekspor Indonesia ke negara-negara Uni Eropa terutama didominasi oleh produk pertanian, bahan bakar dan mineral, tekstil, serta barang-barang manufaktur. Detail mengenai ekspor Indonesia ke Uni Eropa dapat dilihat dari grafik 3. 5

Grafik 3. Ekspor Indonesia Ke Uni Eropa berdasarkan Jenis Barang Sumber: Delegation of European Union dan Kementerian Perdagangan (2011) Neraca perdagangan Indonesia terhadap Uni Eropa menunjukkan nilai yang positif, atau dengan kata lain nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa lebih besar dibandingkan dengan nilai impor Indonesia dari Uni Eropa. Uni Eropa sendiri merupakan kawasan asal impor terbesar keempat, setelah negara-negara ASEAN, Jepang, dan Republik Rakyat Cina (SEKI, 2011). Grafik 4. Impor Indonesia berdasarkan Negara Asal Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (2011) Data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) 2011 menunjukkan bahwa walaupun sempat mengalami penurunan dari tahun 2000 hingga tahun 2002, nilai impor Indonesia dari Uni Eropa mengalami peningkatan secara konsisten hingga 2008. Sama seperti nilai ekspor Indonesia terhadap Uni Eropa, nilai impor mengalami penurunan sebagai akibat dari krisis finansial yang melanda dunia, lalu diikuti oleh peningkatan di tahun 2010. 6

Grafik 5. Perkembangan Impor Indonesia dari Uni Eropa Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (2011) Bila jenis barang yang diimpor oleh Indonesia dari Uni Eropa dibandingkan dengan jenis barang yang diekspor Indonesia ke Uni Eropa, dapat dilihat bahwa perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa saling melengkapi. Apabila ekspor Indonesia ke Uni Eropa didominasi oleh produk pertanian, bahan bakar dan mineral, maka komoditas berupa mesin, elektronik, dan elektrikal mendominasi impor Indonesia dari Uni Eropa. Produk lainnya yang banyak diimpor Indonesia masuk ke dalam kategori produk kimia dan peralatan transportasi, atau dengan kata lain produk-produk yang relatif membutuhkan teknologi tinggi. Grafik 6. Impor Indonesia dari Uni Eropa berdasarkan Jenis Barang Sumber: Delegation of European Union dan Kementerian Perdagangan (2011) 2.2. Hubungan Investasi Indonesia dan Uni Eropa Uni Eropa merupakan partner investasi yang penting bagi Indonesia. Apabila dilihat secara rata-rata dari tahun 2005 hingga tahun 2010, posisi negara-negara Uni Eropa sebagai sumber FDI berada di urutan kedua, setelah Singapura. Sebenarnya, pada tahun 2006 Uni Eropa pernah 7

menjadi negara utama asal FDI di Indonesia, dengan porsi 31%. Namun demikian, walaupun bagi Indonesia Uni Eropa merupakan salah satu partner penting, nilai FDI Uni Eropa ke Indonesia hanya mencakup 1,6% dari total FDI Uni Eropa. Apabila dibandingkan dengan nilai FDI Uni Eropa ke wilayah ASEAN, yang mencakup lebih dari 23% dari total nilai FDI, nilai FDI Uni Eropa ke Indonesia ini sangatlah kecil. Grafik 7. Komposisi FDI di Indonesia berdasarkan negara asal Sumber: Delegation of European Union dan Kementerian Perdagangan (2011) Berdasarkan data survey yang dilakukan delegasi Uni Eropa di Indonesia, sektor utama investasi Uni Eropa terutama mencakup bidang elektronik, konstruksi, industri kimia dan farmasi, pembangkit listrik, pertambangan, dan pembuatan produk mineral non metalik (Delegation of European Union dan Kementerian Perdagangan, 2011). Apabila dilihat posisi net FDI, Indonesia memiliki surplus terhadap Uni Eropa. Sejak tahun 2004-2008, surplus FDI Indonesia dibandingkan Uni Eropa memiliki nilai yang signifikan, dan menempati posisi surplus pertama atau kedua apabila dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat, negara-negara ASEAN, dan Australia. Namun, pada 2009 dan 2010, nilai surplus ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. 8

Grafik 8. Posisi FDI per Negara di Indonesia Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (2011) Surplus FDI Indonesia terhadap Uni Eropa mengalami tren yang meningkat dari tahun 2003 hingga tahun 2007, namun mengalami penurunan di tahun 2008 dan tahun 2009. Grafik 9. Perkembangan Posisi FDI Uni Eropa di Indonesia Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (2011) 2.3. Bantuan Ekonomi dan Keuangan Uni Eropa kepada Indonesia Utang luar negeri Indonesia berasal dari pinjaman bilateral dari berbagai negara dan juga utang dari organisasi-organisasi internasional. Utang luar negeri Indonesia paling besar berasal dari Jepang, sedangkan negara-negara Uni Eropa seperti Perancis, Jerman, Austria, Inggris, Belanda, Spanyol, Belgia, Italia, Finlandia, dan Norwegia, menempati peringkat kedua. 9