Profil SDM Konstruksi yang Siap Bersaing untuk Meraih Peluang Investasi Infrastruktur dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

dokumen-dokumen yang mirip

TATA CARA PELAKSANAAN DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL YANG DIBIAYAI OLEH SADAN USAHA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010

BAB I PENDAHULUAN. Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk

Porong Gempol (Relokasi) PT. Jasa Marga. Gempol. Pemerintah - China. Panjang (km) 36,27 40,50 122,55 9,89 13,61 38,48 34,15 31,30 171,80 29,17

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

V E R S I P U B L I K

National Summit 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah menyebabkan

KERJASAMA PEMERINTAH SWASTA. Rencana Proyek Infrastruktur di Indonesia BUKU PPP 2011 PROYEK SIAP UNTUK DITAWARKAN. Angkutan Udara

Kepada yang terhormat, Para Pimpinan Badan Usaha Jalan Tol di seluruh Indonesia (terlampir) SURAT EDARAN TENTANG STANDAR DESAIN GERBANG TOL

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Semarang Demak. Pemalang (K) Batang. Jawa Tengah. Yogyakarta DIY. Porong Gempol (Relokasi) Surabaya - Mojokerto. Gempol. Pasuruan. PT.

... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama JALAN TOL di Indonesia, eksemplar. Mohon Kirimkan. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

Data untuk Pelayanan Publik yang Lebih Baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Jasa Marga (persero) Tbk. A. Sejarah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

REVIEW PERPRES 54/2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

POTENSI PUSAT LOGISTIK BERIKAT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI LOGISTIK NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI

SUPPLY DEMAND MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI DALAM RANGKA MENDUKUNG INVESTASI INFRASTRUKTUR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jalan tol dengan asumsi biaya sekitar Rp miliar per km. Sedangkan lapangan kerja yang tercipta sekitar

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

TANTANGAN DAN PELUANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR INDONESIA

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.

KATA PENGANTAR. Hormat kami. Tim penyusun

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemacetan ini tidak hanya terjadi di jalan-jalan protokol saja, akan tetapi juga

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt

Pengantar Kerjasama Pemerintah-Swasta

BAB V ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini, tahapan analisis yang dilakukan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PUBLIC EXPOSE PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Karena Ikan tidak punya Passport

TOLL ROAD RECENT DEVELOPMENT IN INDONESIA

PROFIL INVESTASI BIDANG PEKERJAAN UMUM

KOORDINASI PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM USDRP

Porong Gempol (Relokasi) Surabaya - Mojokerto. Gempol. PT. Jasa Marga. PT. Jasa Marga. 10 Surabaya. Mojokerto

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

FAQ. bahasa indonesia

Penyediaan Hunian Layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1

ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.

PPJT Tol Probolinggo-Banyuwangi dan Jakarta-Cikampek II Selatan Ditandatangani

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

Tol Ngawi - Wilangan Diresmikan, Menjadi Tulang Punggung Perekonomian Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan umum pembangunan nasional adalah mempercepat

Pembangunan 1000 km Jalan Tol : Kendala dan Tantangan

BAB IV PENYAJIAN DATA

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

MODA TRANSPORTASI IDEAL DALAM PERCEPATAN MP3EI 1. Dr. Harry Azhar Azis, MA. 2

Penyusunan Rencana Umum Jaringan Lintas Angkutan Barang di Wilayah Jabodetabek

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

Pembiayaan Komersial sebagai Upaya Mempercepat Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

Public Hearing ED ISAK 16 Perjanjian Konsesi Jasa (adopsi IFRIC 12 Service Concession Arrangements)

PT Girder Indonesia. PT Citra Wassphutowa

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH BESARNYA TINGKAT INVESTASI TERHADAP LABA PT JASA MARGA (PERSERO) TBK.

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN JALAN TOL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

PPPs PRIORITY PROJECTS

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO

1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

POTENSI UNGGULAN DI PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR. Jakarta, November Tim Studi. Studi Pengembangan Short Sea Shipping Dalam Meningkatkan Kelancaran Arus Barang

Transkripsi:

Profil SDM Konstruksi yang Siap Bersaing untuk Meraih Peluang Investasi Infrastruktur dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Oleh : Ir. Agita Widjajanto, M.Sc Disampaikan pada Seminar Konstruksi Indonesia 2014, dengan Tema : Strategi Peningkatan Kualitas SDM Sektor Konstruksi dalam Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Jakarta, 16 Juli 2014 PUSAT PEMBINAAN SUMBER DAYA INVESTASI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Backward linkage (Industri Hulu) Forward linkage (Industri Hilir) BBM LISTRIK PENGARUH TIDAK LANGSUNG Penambangan Batu Kapur Penambangan Bijih Besi SEWA ALAT BERAT (Bulldozer, AMP, Batching Plan, dll.) PENGARUH LANGSUNG Aspal SEMEN BAJA TULANGAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR Jasa Angkutan Jalan Raya PENGARUH LANGSUNG Jasa Perhotelan Jasa Kesehatan JASA PERDAGANGAN Real Estat. PENGARUH TIDAK LANGSUNG Jasa Pariwisata Jasa Bank Jasa Pendidikan Jasa Perorangan Daya Dorong/Daya Penyebaran (Industri Hulu) Daya Dorong/Derajat Kepekaan (Industri Hilir) MULTIPLIER = PENGARUH LANGSUNG + PENGARUH TIDAK LANGSUNG

Daya Saing Indonesia Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2013-2014 3 120 100 80 60 Rank Infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan daya saing Indonesia, terutama sejak Indonesia dikategorikan sebagai efficiency driven country 40 20 0 GCI overall infrastructure road quality 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rank Year Overall GCI infrastructure road quality 2008-2009 55 96 105 2009-2010 54 96 94 2010-2011 44 82 84 2011-2012 46 82 83 2012-2013 50 92 90 2013-2014 38 82 78 Rank of competitiveness Indonesia 2013-2014: rank 38 2012-2013: rank 50 Singapore 2013-2014: rank 2 2012-2013: rank 2 Malaysia 2013-2014: rank 24 2012-2013: rank 25 Thailand 2013-2014: rank 37 2012-2013: rank 38

Perbandingan Daya Saing Indonesia dengan Negara- Negara di Asia 4 Philippines Cambodia Brunei Darussalam Singapore Malaysia Thailand China Indonesia ASEAN Developing Asia Low Competitiveness in Infrastructure Road (GCI 2013-2014) 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 Backlog in Expressway Development Indonesia 0 0,2 0,4 0,6 0,8 Index Expressway Density Indonesia Malaysia China Philippines Thailand Indonesia Vietnam The Global Competitiveness Index (GCI), yang diterbitkan setiap tahun oleh World Economic Forum, adalah penilaian dan sistem peringkat untuk menunjukkan daya saing dan tingkat produktivitas negara yang dinilai dari berbagai aspek berdasarkan faktor ekonomi mikro dan makro. High land transport costs low connectivity of economic centres Indonesia 0,00 1,00 2,00 3,00 Trip time (hr/100 km) Vietnam Indonesia China Demand growing 8-10% pa to support growth Thailand Malaysia Key centres congested, large areas underdeveloped

Indonesia Logistics Performance Index (LPI) 5 Road infrastructure plays important role in assuring the traffic flow/logistic; Road Infrastructure management has been dedicated to reduce a high economic cost of logistic system; Road infrastructure management has been occupied as an indicator of logistic services level and international competitiveness. 128 109 101 Source : Logistic Performance Index 31 38 46 52 53 59 18 21 26 29 8 1 Singapore Japan Australia Korea China Malaysia New Zealand Thailand India Philippines Vietnam Indonesia Cambodia Laos Papua NG Tracking The World Bank s Logistics Performance Index (LPI) analyzes countries in six components: 1. The efficiency of customs and border management clearance. 2. The quality of trade and transport infrastructure. 3. The ease of arranging competitively priced shipments. 4. The competence and quality of logistics services. 5. The ability to track and trace consignments. 6. The frequency with which shipments reach consignees within scheduled or expected delivery times. Timeless Competence LPI Score 4 3 2 1 0 Shipments Customs Infrastructur e

Investasi Infrastruktur di Indonesia, China, dan India 6 Perbandingan Investasi Infrastruktur di China, India, dan Indonesia (2005-2010) Investasi Pembiayaan Infrastruktur di Indonesia (2010-2014) Sumber: Bappenas Investasi infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan China dan India. Sejak tahun 2009, investasi infrastruktur di India mencapai 7% dari GDP. Di China, investasi infrastruktur mencapai 9-11% dari GDP. Sementara itu, investasi infrastruktur di Indonesia baru mencapai 4,5-5% dari GDP. Sumber: Bappenas

Skema Pendanaan Infrastruktur 7 RENCANA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR (RPJMN) INFRASTRUKTUR PRIVAT Penjaminan Pembiayaan Pemerintah (APBN) Public Private Partnership (PPP) Sektor Swasta Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Blue Book Pembiayaan Domestik (Rupiah) PPP Book Pembiayaan dari luar Untuk membiayai proyek prioritas pemerintah yang memiliki nilai ekonomi dan sosial yang tinggi, misalnya Jalan tol, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PPP Untuk membiayai proyek yang layak secara finansial serta memiliki nilai ekonomi tinggi ; Proyek dengan kebutuhan dukungan pemerintah dan jaminan pemerintah yang minimal.

Paradigma Baru Dalam Penyediaan Infrastruktur 8 Pola Lama 1. Hampir seluruh pembangunan infrastruktur dilaksanakan oleh Pemerintah 2. Pendekatan sentralistis 3. Penyediaan infrastruktur oleh BUMN/BUMD 4. Fungsi ganda regulator - operator 5. Tarif tidak berdasarkan atas azas pemulihan biaya 6. Pelayanan terintegrasi dari hulu hingga hilir Pola Baru 1. Pembangunan infrastruktur yang commercially viable diserahkan kepada swasta, Pemerintah akan berkonsentrasi pada infrastruktur dasar dan non-commercially viable tetapi economically feasible 2. Mengakomodasi peran daerah 3. Penyediaan Infrastruktur terbuka bagi: BUMN/BUMD, Swasta, dan Koperasi 4. Pemisahan peran operator dan regulator, serta pembentukan Badan Pengatur 5. Tarif ditentukan berdasarkan atas azas pemulihan biaya, tarif ditetapkan dengan kontrak guna memberi kepastian atas arus penerimaan dan mengurangi resiko atas proyek 6. Memperkenankan prinsip pemisahan pelayanan (unbundling)

Strategi Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Infrastruktur 9 PPP(KPS) merupakan pembagian pporsi tanggung jawab antara Pemerintah dan swasta, dimana Pemerintah bertugas untuk menyelesaikan masalah makro bisnis infrastruktur dan swasta bertugas untuk menyelesaikan masalah mikro bisnis infrastruktur; Fungsi Pemerintah : memastikan bahwa Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) yang ada disekitar infrastruktur dapat di-delivery secara tepat waktu dan tepat mutu sehingga diharapkan dapat memperkecil risiko permintaan yang akan dihadapi oleh swasta; Fungsi Swasta : memastikan bahwa infarstruktur tersebut dapat di-delivery secara tepat waktu dan tepat mutu sehingga diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah sekitar agar dapat mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja baru;

Strategi Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Infrastruktur 10 Pemerintah mendorong KPS, dengan alasan: a) KPS sebagai katalisator bagi reformasi penyediaan pelayanan publik; b) KPS mampu menambah kapasitas pembiayaan diluar APBN; c) KPS dapat meningkatkan efisiensi dan good governance ; d) KPS memberi value of money dalam penyediaan infrastruktur; Swasta (investor) tertarik pada KPS, dengan alasan: a) Pemerintah memfasilitasi identifikasi dan penyiapan proyek; b) Risiko proyek diluar kendali badan usaha dijamin oleh Pemerintah ; Tidak semua proyek dapat di-kps-kan. Pemerintah menawarkan proyek-proyek KPS kepada mitra dari pihak swasta berdasarkan beberapa alasan; Proyek-proyek tersebut dikumpulkan menjadi satu dalam Buku KPS (PPP Book) milik Pemerintah, diperbaharui oleh P3CU dan diumumkan kepada publik setiap tahun;

11 Tahapan Pelaksanaan KPS

Sinergi dalam Kerjasama Pemerintah Swasta 12 GCA (Government Contracting Agency / pemilik proyek sektor publik) 1 4 Pemodal Bank PT SMI 1 Perjanjian Konsesi 3 Badan Usaha PT IIF Private Equity 2 3 Perjanjian Penjaminan Perjanjian Regresi PII (PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)) 2 Dana Badan Usaha Investor lainnya 4 Perjanjian Pembiayaan

Rencana dan Realisasi Total Investasi Infrastruktur RPJM 2010-2014 13 2000 GAP 323,67 T??? Swasta 269,30 T 1500 1000 500 Total Rp. 1.923,7 T Swasta 344,67 T BUMN 340,85T APBD 355,07 T APBN 559,54 T BUMN 340,50 APBD 445,67 T APBN 825,60 T 0 Kebutuhan Investasi 2010-2014 Perkiraan Pendanaan Total Realisasi Pembiyaan Infrastruktur s/d 2014 Total Pembiayaan s/d 2014 sebesar Rp. 1.870,97 T

Progress Jalan Tol Trans Jawa JALAN TOL TRANS JAWA Serang DKI Jakarta 9 RUAS JALAN TOL LINTAS JAWA PRIORITAS UTAMA 615 KM Cikampek 288 KM 73 KM 177,12 KM 76,77 KM Banten Bogor 1 Palimanan Sukabumi Ciranjang Bandung Keterangan : : Operasi Jawa Barat : Pengadaan tanah dan Konstruksi : Persiapan Pengadaan Total biaya Investasi : Rp 51,41 T Total biaya tanah : Rp 5.09 T Total panjang : 615 Km Kanci Pejagan Pemalang (K) 2 Batang 3 Jawa Tengah Semarang 4 5 Yogyakarta DIY Solo Demak 6 Ngawi 9 Surabaya 7 Mojokerto Kertosono 8 Gempol Pasuruan Pandaan Probolinggo Jawa Timur Malang No Ruas 1 2 3 4 5 6 7 8 Banyuwangi 9 Nama Ruas Cikampek Palimanan Pejagan - Pemalang Pemalang - Batang Batang - Semarang Semarang - Solo Solo - Ngawi Ngawi - Kertosono Kertosono - Mojokerto Mojokerto - Surabaya BUJT PT. Lintas Marga Sedaya PT. Pejagan Pemalang Toll Road PT. Pemalang Batang Toll Road PT. Marga Setia Puritama PT. Trans Marga Jateng PT. Solo Ngawi Jaya PT. Ngawi Kertosono Jaya PT. Marga Harjaya Infrastruktur PT. Marga Nujyasumo Agung Panjang (km)/jumlah Seksi 116/6 58/4 39/2 75/5 73/5 90/4 87/4 41/4 36/5 Biaya Investasi (Rp. Triliun) 12.6 5.52 4.08 7.23 6.21 5.14 3.83 3.48 3.4 Biaya Tanah (Rp. Triliun) 0.55 0.254 0.18 0.584 0.927 0.995 0.864 0.297 0.461 Target Operasi 2014 2014 2014 2015 2014 2014 2014 2014 2014 Konsesi (tahun) 35 (dr PPJT) 45 45 45 45 35 35 35 42 Tanah *) 100,00% 35,21% 1,86% 3,33% 40,61% 87,40% 61,55% 90,70% 74,30% Progres Konstruksi ***) 38,55% - - - 31,43% *) Status per tanggal 27 Juni 2014 ***) Status per tanggal 01 Juli 2014 Total Pmrnth BUJT Total Pmrnth BUJT 11,98% 48% -. - - - 54,70% 42,54%

Progress Jalan Tol Jabodetabek JALAN TOL JABODETABEK Keterangan : : Operasi : Pengadaan tanah dan Konstruksi : Persiapan PPJT : Persiapan Pengadaan Total biaya Investasi : Rp 33,19 T Total biaya tanah : Rp 7,35 T Total panjang : 171 Km 3 2 Ulujami Rawa Buaya 4 1 1 Pluit Tomang 5 8 10 Kemayoran Sunter 4 3 Kp.Melayu 6 TMII Ps.Minggu 5 9 2 6 Akses Tanjung Priok 7 Pulo Gebang 6 Ruas Tol DKI Jakarta No Ruas Panjang (Km) Biaya Investasi (Rp. M) 1 Semanan - Sunter 20,23 11.060 2 3 4 5 6 Sunter Pulo Duri Pulo Kampung Kemayoran Ulujami Tanah Pasar Minggu 9,44 12,65 9,60 8,70 9,16 4.918 8.167 4.934 6.114 5.981 Gebang Melayu Kampung Melayu Abang Casablanca TOTAL 69,77 41.174 No Ruas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Ruas JORR W2 Utara Cengkareng Batu Ceper Kunciran Kunciran Serpong Serpong Cinere Cinere Jagorawi Cimanggis Cibitung Cibitung Cilincing Depok Antasari Bekasi Cawang Kp. Melayu **) Bogor Ring Road BUJT PT. Marga Lingkar Jakarta PT. Marga Kunciran Cengkareng PT. Marga Trans Nusantara PT. Cinere Serpong Jaya PT. Translingkar Kita Jaya PT. Cimanggis Cibitung Tollways PT. MTD CTP Expressway PT. Citra Waspphutowa PT. Kresna Kusuma Dyandra Marga PT. Marga Sarana Jabar Panjang (km)/jumlah Seksi 8/2 14/4 11/2 10/2 15/3 25/4 34/4 22/5 21/2 11/3 Biaya Investasi (Rp. Triliun) 2.229 3.507 2.623 2.219 2.621 4.524 4.22 2.999 7.200 0.983 Biaya Tanah (Rp. Milyar) 610,17 1,219 989 712 930 1,314 288 769 449** 983 Target Operasi 2013 2014 2014 2015 2012 2014 2014 2014 2013 2013 Konsesi (tahun) 40 35 35 35 35 35 40 40 45 45 Progres Tanah *) 91,61% 7,21% 13,26% - 59,21% - 7,51% 22,30% 6,50% 91,03% Konstruksi ***) 98,80% - - - 27,70% - - - - 38,67% *) Status per tanggal 27 Juni 2014 **) Dukungan Pengadaan Tanah Rp. 350 Milyar ***) Status per tanggal 01 Juli 2014

Progress Jalan Tol Non Trans Jawa JALAN TOL NON TRANS JAWA Serang DKI Jakarta Cikampek Banten Bogor 1 Sukabumi Ciranjang Bandung Palimanan Pejagan Kanci (K) Pemalang Batang Semarang Demak 5 6 Keterangan : Jawa Barat : Operasi : Pengadaan tanah dan Konstruksi : Persiapan Pengadaan Total biaya Investasi : Rp 28,86 T Total biaya tanah : Rp 2,94 T Total Panjang : 161 Km No Ruas Jawa Tengah Yogyakarta Nama Ruas Ciawi - Sukabumi Gempol Pandaan Gempol Pasuruan Pasuruan Probolinggo DIY Solo Ngawi Mojokerto Surabaya Kertosono 3 Gempol Pasuruan 2 Pandaan 4 Probolinggo Jawa Timur Malang 1 2 3 4 5 Waru (Aloha) Wonokromo Tj. Perak Banyuwangi 6 Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa BUJT PT. Trans Jabar Tol PT. Jasamarga Pandaan Tol (d.h. PT. Marga Bumi Adhikaraya) PT. Trans Marga Jatim Pasuruan PT. Transjawa Paspro Jalan Tol PT. Margaraya Jawa Tol PT Jasamarga Bali Tol Panjang (km)/jumlah Seksi 54/4 14/1 34/3 31/3 18/4 10/1 Biaya Investasi (Rp. Triliun) 7.775 1.167 2.769 3.551 11.111 2,485 Biaya Tanah (Rp. Milyar) 824 175 256 216 1,425 45,654 Target Operasi 2013 2013 2012 2015 2014 2013 Konsesi (tahun) 45 35 45 45 50 45 Tanah *) 13,57% 99,81% 42,74% - - 100% Progres Konstruksi ***) - 94,10% 44,68% - - 100% *) Status per tanggal 27 Juni 2014 ***) Status per tanggal 01 Juli 2014

Progres KPS Bidang Air Minum 17 NO Jumlah Lokasi Kapasitas (l/s) Perkiraan Jumlah Penduduk Terlayani (ribu jiwa) 1 TELAH DIRESMIKAN 2 3 4 Perkiraan Investasi (Milyar Rupiah) 1 900 360 503,0 Kab. Tangerang PROSES PENGADAAN/ TENDER 2 4.500 1.800 2.987,0 Umbulan (4000 l/s), Bandar Lampung (500l/s) SIAP DITAWARKAN 2 1.200 480 990,0 Semarang Barat (1000 l/s), Lamongan (200 l/s) POTENSI 2 13.500 5.400 * Karian (10.000 l/s), Jatigede (3500 l/s) TOTAL 7 20.100 8.040 4.480,0 * dalam perhitungan Lokasi

Progres B TO B Bidang Air Minum 18 NO Jumlah Lokasi Kapasitas (l/s) Perkiraan Jumlah Penduduk Terlayani (ribu jiwa) Perkiraan Investasi (Milyar Rupiah) Lokasi 1 2 3 4 5 6 TELAH DIRESMIKAN 1 1.000 400 187,0 Aetra Kab. Tangerang DALAM PELAKSANAAN FISIK 4 2.600 1.040 1.268,2 Gresik - 2 lokasi (600 l/s), Kota Tangerang (1500 l/s), Intan Banjar (500 l/s) PENANDATANGANAN PERJANJIAN 3 930 372 252,9 Makassar Moya (600 l/s), Sampit (280 l/s), Subang (50 l/s) PROSES PENGADAAN/ TENDER 7 8.000 3.200 1.972,1 Jatiluhur (5000 l/s), Kota Bekasi (200 l/s),kab Bogor (600 l/s), Tanah Bumbu (150 l/s), Medan (1000 l/s), Medan (800 l/s), Deli Serdang (200l/s), Subang (50 l/s). SIAP DITAWARKAN POTENSI 8 2.180 872 1.299,6 Lombok Utara (50 l/s), Palangkaraya (300 L/s), Pondok Gede Bekasi (300 l/s), Kab. Serang (500 l/s), Kota Bogor (300 l/s), Semarang Selatan (100 l/s), Bitung (130 l/s), Padang (500 l/s). 10 3.025 1.210 * Bekasi Kota (150 l/s), Bekasi Kota (200 l/s), Bekasi Utara (300 l/s), Rembang (30 l/s), Kab. Cirebon (120 l/s), Kab. Karawang (725 l/s), Medan (1000 l/s), Bukit Tinggi (100 l/s), Kendal (200 l/s), Semarang Barat (200 l/s). TOTAL * dalam perhitungan

19 Pemenuhan Kebutuhan Prioritas Pembangunan Nasional Prioritas Pembangunan Nasional (RPJMN) Antara lain: Infrastruktur 1. Pembiayaan Pemerintah (APBN) Pendapatan Negara (Pajak, PNBP) dan Hibah Penerbitan SBN dan SBSN; Pinjaman Dalam Negeri (Perbankan); Pinjaman Luar Negeri 2. Pembiayaan Swasta Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank PMA/PMDN 3. Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) 4. Harmonisasi Program Pemerintah dengan CSR

2011 2012 2013 20 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN HASIL WORKSHOP, BANTEK, DAN MONEV TAHUN 2011-2013 SUMUT-CIPTA KARYA 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 5. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; KALBAR-BINA MARGA 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 5. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; GORONTALO-ASET DAERAH 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 5. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; PAPUA-GREEN ECONOMY & LOCAL WISDOM 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 5. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; ACEH-AIR MINUM 1. Sinkronisasi program antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 2. Pola kelembagaan pengelolaan air minum; 3. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; KEP. RIAU-DAERAH PERBATASAN 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 5. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; KALSEL-AIR MINUM 1. Sinkronisasi kebijakan dukungan investasi air minum; 2. Kebijakan KPS; 3. Klusterisasi pola investasi PDAM; SULUT-BUNDLING KPS 1. Analisa kebutuhan infrastruktur; 2. Strategi pembangunan infrastruktur; 3. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 4. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; SULTENG-AIR MINUM 1. Siknronisasi RTRW 2. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur dalam penyelenggaraan SPAM; 3. Pola kerjasama penyelenggaraan SPAM; 4. Readiness kriteria KPS; SUMATERA BARAT 1. Analisa kebutuhan infrastruktur; 2. Kebijakan KPS; 3. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 4. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; 1. Perkuatan konektivitas nasional & global u/ partisipasi swasta dlm investasi infrastruktur; 2. Pengembangan infrastruktur dlm mendukung MP3EI; 3. Peningkatan kinerja logistik, infrastruktur & daya dukung ekonomi di sekitar Pelabuhan Bitung u/ mewujudkan Bitung sbg 'hub' ; 4. Pengembangan industri berbasis komoditi lokal; MALUKU UTARA-CIPTA KARYA 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; RIAU-TATA RUANG 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; BANGKA BELITUNG 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Kinerja infrastruktur; 3. Identifikasi potensi KPS; 4. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; SUMATERA SELATAN 1. Sinkronisasi RTRW prov/kab/kota; 2. Kebijakan KPS; 3. Analisa kebutuhan infrastruktur; 4. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; LAMPUNG 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Kebijakan KPS; 3. Koord Prov/Kab/Kota dalam meningkatkan konektivitas jalur logistik; 4. Analisa kebutuhan infrastruktur; 5. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 6. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; DKI JAKARTA-JALAN TOL & AIR MINUM 1. Kebijakan KPS; 2. Harmonisasi regulasi, kelenbagaan, program, & pembiayaan KPS; 3. Penyusunan roadmap KPS; 4. Koordinasi instansi terkait; JAWA TENGAH-JALAN TOL 1. Sinkronisasi RTRW Kab/Kota terkait pengembangan kaw. industri sepanjang koridor jalan tol; 2. Analisa penentuan jenis kaw. industri yg dpt ditampung infrastruktur jalan tol; 3. Koordinasi instansi terkait (Kemen. Perindustrian, Kemen. PU, Kemenko, Bappenas, BPJT, BKPM, Kemen. ESDM). JAWA TIMUR-JALAN TOL 1. Konsistensi pengendalian RTRW; 2. Kebijakan KPS; 3. Readiness kriteria KPS; BALI-JALAN TOL 1. Konsistensi pengendalian RTRW; 2. Kebijakan KPS; 3. Readiness kriteria KPS; SULSEL-ASET DAERAH 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; MALUKU-BINA MARGA 1. Sinkronisasi RTRW Prov/Kab/Kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi pembangunan infrastruktur; 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 5. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; NUSA TENGGARA TIMUR 1. Sinkronisasi RTRW prov/kab/kota; 2. Koordinasi antar pemangku kepentingan di daerah; 3. Hubungan Kelembagaan Pusat dan Provinsi dlm rangka pemberian stimulan kepada Kab/kota; 4. Analisa Kebutuhan infrastruktur; 5. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur;

Permasalahan Umum Pelaksanaan Investasi Infrastruktur Berdasarkan Hasil Workshop dan Monev CIPTA KARYA-AIR MINUM 1. Sinkronisasi RTRW 1 prov/kab/kota; 2. Sinkronisasi kebijakan dukungan 2 investasi air minum; 3. Sinkronisasi program antara pemerintah pusat 3 dan daerah; 4 4. Analisa kebutuhan infrastruktur; 5. Strategi penyediaan infrastruktur; 6. Kebijakan KPS; 7. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 8. Pola kelembagaan pengelolaan air minum; 9. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; 10. Klusterisasi pola investasi PDAM; 5 6 BINA MARGA-JALAN TOL 1. Konsistensi pengendalian RTRW; 2. Kebijakan KPS; 3. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 4. Koordinasi instansi terkait (pemerintah pusat dan daerah); 12 5. Analisa penentuan tipologi kawasan industri disekitar aktivitas bisnis jalan tol; 6. Analisa kebutuhan infrastruktur; 7. Strategi penyediaan infrastruktur; 7 8. Pola 8 pembiayaan investasi infrastruktur; 9. Readiness criteria proyek KPS 11 13 14 15 ASET DAERAH, DAERAH PERBATASAN, GREEN ECONOMY & LOCAL WISDOM 1. Sinkronisasi RTRW prov/kab/kota; 2. Analisa kebutuhan infrastruktur; 3. Strategi penyediaan infrastruktur; 16 4. Manajemen pengelolaan aset infrastruktur; 5. Pola pembiayaan investasi infrastruktur; 17

Kondisi Lalu Lintas di ruas Tol Jakarta (2011) dan Potensi Inefisiensi akibat Kemacetan 22 Jam kemacetan pagi hari Jam kemacetan sore hari 1. Potensi Kehilangan Pendapatan Tol seminggu = (Kehilangan Pagi x Jam Tersendat pagi) + (kehilangan Sore x Jam Tersendat sore) = Rp. 108.201.912.000,-/tahun 2. Potensi pemborosan BBM per tahun = 1.424.180.447 liter/tahun 3. Perhitungan Emisi Karbon per tahun = 3.617.418,33 ton CO2/tahun Luas : 740,28 km2 Penduduk : 10.187.595 Kepadatan : 13.761,81/km2 GDP per capita : $ 10.633 Mobil : 1.919.891 Motor : 5.313.995

Kurva Pengembalian Investasi 23 (Investment) Payback Period Enjoyment period Pra Kons Konstruksi Masa Operasi PP Biaya Konstr Max Lock Up Capital Masa Konsesi Investasi Tambahan BEP Pada masa operasi, pendapatan dipergunakan untuk : - Menutup biaya rutin O&M sisa = laba (rugi) usaha - Pengembalian Investasi sisa = laba (rugi) bersih Apabila sudah mulai ada laba usaha, maka max lock up capital terlampaui Apabila pengembalian investasi belum tercapai penuh, maka BEP belum tercapai (investment payback period belum terlampaui) Apabila pengembalian investasi sudah tercapai maka masuk kedalam enjoyment period, dan investor sudah mendapatkan laba investasi (PROFIT ORIENTED) Keuntungan Bisnis Infrastrukturdidapat dari : a) Usaha meminimalkan Biaya Investasi Awal, Investasi Tambahan, Operasi dan Pemeliharaan; b) Usaha memaksimalkan Pendapatan Fare Box dan Non Fare Box, dengan cara pengamanan pendapatan dan upaya peningkatan Demand/Related Bussiness;

24 Whole Life Costing How to reduce hidden costs

Rencana Usaha Investasi Infrastruktur 25 Struktur Investasi COST vs REVENUE COST REVENUE INVESTMENT COST OPERATION COST FARE BOX REVENUE INITIAL INVESTMENT ROUTINE O&M TARIFF VOLUME PROJECT COST ENGINEERING CONSTRUCTION TAXES, OVERHEAD, CONTINGENCY LAND ACQUISITION FINANCIAL COST IDC ADDITIONAL INVESTMENT PERIODIC MAINTENANCE PERIODIC REPLACEMENT ADDITIONAL LANES OPERATION MAINTENANCE LAND TAX (PBB) ADMINISTRATION & GENERAL TAXES LOAN INTEREST LONG TERM LOAN SHORT TERM LOAN INITIAL TARIFF - Formula - Procedure - Ability To Pay - Willingness To Pay PERIODIC TARIFF ADJUSTMENT PASS -- TRIP - Network program - Land use program - Transport policy - Macro economic - Economic growth - Schedule - Formula - Procedure - Ability To Pay - Willingness To Pay NON FARE BOX REVENUE -Pengembangan Kawasan/TIP -Iklan -Sewa FO, dll DURING CONCESSION PERIOD BANKING FINANCING (DEBT/EQUITY) PUBLIC FINANCING

Rantai Pasok Konstruksi untuk Infrastruktur dan Bangunan 26 Pemasok Material Pemasok Peralatan Kontraktor Elektrikal dan Mekanikal Milik Sendiri, Sewa, Lease Kontraktor Umum Kontraktor Utama Kontraktor Spesialis Rantai Pasok Konstruksi termasuk koordinasi antar pemasok, kontraktor dan pengguna baik langsung maupun tidak langsung sebagai upaya memenuhi target proyek Sumber: APPAKSI (2012) Pengguna (Pemilik) Investor

27 Pendapatan BIAYA No Uraian Pekerjaan Kuantitas Harga Satuan (Rp) Selisih Total Selisih (buah) HPS Kontrak Konfirmasi HPS Konf Kontrak Konf HPS Konf Kontrak Konf 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Solar Panel polycristalline 100 Bahan A Wp 34,9 v (u/24 v sistem) 188 3.823.750 4.125.000 2.200.000 1.623.750 1.925.000 305.265.000 361.900.000 2 Armature LED 60 W (60 Ocs LED 94 Bahan B @ 130 lm/lw) 8.889.500 5.325.000 5.830.000 3.059.500 (505.000) 287.593.000 (47.470.000) 3 Baterai tipe VRLA AGM DEEP Bahan C CYCLE, 12 v /100 Ah 188 4.074.450 3.914.000 3.080.000 994.450 834.000 186.956.000 156.792.000 4 Solar Kontroler charge controller 20A IP 67 94 1.121.250 978.920 660.000 461.250 318.920 43.357.500 29.978.480 Jumlah Selisih 823.172.100 501.200.480

Indikasi Sumber Pendanaan Infrastruktur 2015-2019 28 SASARAN INVESTASI INFRASTRUKTUR APBN + APBD +Pinjaman 30% sekitar Rp. 1.466 T 4.886 Triliun sekitar Rp. 1.466 T BUMN 30% (Infrastuktur Strategis Rp. 3.386 Triliun + Infrastruktur Lainnya Rp. 1.500 Triliun) Selisih Pendanaan (Financing Gap) 70% sekitar Rp. 1.044 T sekitar Rp. 1.044 T Off Balance Sheet 20% KPS -20% Creative Financing Scheme Prosentasi APBN + APBD dan Pinjaman berdasarkan kajian awal bahwa kapasitas pendanaan diluar pemerintah adalah maksimum 70% Catatan: Dalam kurun waktu 2010-2013, realisasi investasi infrastruktur telah mencapai Rp.1,401 Triliun (dengan komposisi APBN 43,3%, APBD 24,4%, BUMN 17,9%, dan Swasta 14,4%).

29 Profil SDM Konstruksi yang Siap Bersaing untuk Meraih Peluang Investasi Infrastruktur dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Kompeten di bidangnya; Mempunyai Integritas; Siap untuk Transparan; Dan Mau untuk menjaga Akuntabilitas; Sehingga diharapkan dapat : Melakukan Studi yang Komprehensif dan Integratif serta berusaha untuk Transformasikan Desain ke dalam Implementasi Infrastruktur tersebut secara KONSISTEN; Dari KITA untuk KITA secara KONSISTEN

30 TERIMA KASIH