Mengenal Lebih Dekat Dr. R. Soetomo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

Untuk ayah.. Kisah Sedih.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

REKREASI. "Segala sesuatu ada masanya. Page 1

TRILOGI NOVEL MARITO

En-Publishing Refleksi-refleksi mengenai Rumah Sakit. Perenungan buat dokter, perawat, pasien, keluarga

PERISTIWA PENTING DALAM KELUARGA

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENGUKUHAN PASUKAN PENGIBAR BENDERA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

menghindari pikiran kotor dan perbuatan maksiat?. Saya mohon bantuan anda untuk menemukan solusinya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

"Berusaha... bekerja dengan tanganmu. " Powerpoint Templates Page 1

Kalender Doa TWR Women of Hope Maret 2017 Berdoa Bagi Wanita Agar Berdampak Bagi Kebutuhan Dunia

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

MENGHAYATI PERAN ISTRI

Ayub adalah seorang hamba Allah yang luar biasa. Hal itu tercermin pada riwayat hidupnya di pasal 1 dan perkataannya di pasal

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

yang berhubungan dengan aturan agama Islam. Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan shalat. Shalat merupakan tiang agama Islam

ENKAPSULASI CINTA MEMBUNGKUS LOGIKA...

Adakah ada yang Akan Mendoakan Kita?

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

Seri Iman Kristen (4/10)

Kerja Sama. "Kita adalah anggota satu dengan yang lain."

Dalam Ayub pasal 10, Ayub mengeluh tentang penderitaannya yang dia angggap tidaklah adil. Allah menciptakan dan mendukung segala sesuatu dengan

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Hubungann Kita Dengan Orang Lain

SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

PERCOBAAN BUNUH DIRI PADA PENDERITA DEPRESI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan hal yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan

Potensi Muslimah Muslimah Berpotensi

Kenapa Menolong Sesama dan Menjadi Relawan?*

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol

Batu yang Menjadi Roti

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

SUTI: PEREMPUAN PINGGIR KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tata Upacara Pernikahan Sipil

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

dia tak pernah melepas cadar yang menutupi wajah cantiknya.

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NH MAYA. PETUNJUK KEBENARAN TUHAN Tahun 2010 Jilid 1 (September-Oktober) Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

MENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

6 tips untuk Anda lakukan di lingkungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

Pertama Kali Aku Mengenalnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

Menghormati Orang Lain

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

Thn A Hari Minggu Adven III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 35 : 1-6a. 10

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan. pencapaian kebermaknaan hidup pada ibu dari penyandang cerebral palsy adalah

SOEGIJA DI MATA SAYA. Seminar Mahasiswa Universitas Sanata Dharma 17 Nopember 2012

1. Mengapa bermeditasi?

Oleh: Windra Yuniarsih

KOMUNIKASI & EMPATI. Skill Lab Patch Adams

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

Saudara Tidak Membutuhkan Meja Tulis

Level 2 Pelajaran 12

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

Transkripsi:

Mengenal Lebih Dekat Dr. R. Soetomo Siapa tidak mengenal Dr. R. Soetomo? Beliau adalah salah satu tokoh pendiri Organisasi Budi Utomo, bersama teman teman semasa masih bersekolah di STOVIA (School Tot Opleding Van Inlandsche Artsen). Akibat kegigihan R. Soetomo dan teman-temannya, Indonesia mengalami tonggak baru dalam perjuangan kemerdekaan. Dalam tulisan kali ini, kita belum membahas tentang Organisasi Budi Utomo namun kita akan mengenal lebih dekat tentang Dr. R. Soetomo. Riwayat Dr. R. Soetomo R. Soetomo dilahirkan di Ngepeh, kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 1888. Sejak lahir hingga usia 7 tahun beliau dirawat dengan penuh kasih sayang oleh kakek dan neneknya. Nama pemberian kedua orang tuanya ketika dilahirkan adalah Soebroto. Perubahan nama dari Soebroto menjadi Soetomo, memiliki cerita tersendiri yang cukup unik. Hal tersebut terjadi di Bangil, ketika beliau hendak dimasukkan ke Sekolah Dasar Belanda. Saat itu beliau ditolak, sementara anak pamannya, (sepupu R. Soetomo), Sahil, diterima. Pamannya yang bernama Ardjodipoero, lalu menggunakan akal agar keponakannya bisa diterima masuk ke sekolah tersebut. Esok harinya, sang paman kembali datang ke sekolah tersebut bersama Soebroto dan meminta tempat dengan menyatakan bahwa anak yang dibawa adalah Soetomo, adik dari Sahil yang terlebih dahulu diterima. Anehnya, tanpa mengambil tindakan apapun, pimpinan sekolah tersebut langsung menerima permintaan tersebut, meskipun ia mengerti akan akal Ardjodipoero. Sejak itulah Soebroto berganti nama menjadi Soetomo. Masa kecil merupakan masa yang sangat peka bagi pembentukkan watak dan menyerap pengalaman. Demikian pula dengan R. Soetomo. Kakek dan neneknya sangat memanjakan beliau sehingga muncullah sifat manja tertanam pada diri R. Soetomo kecil. Beliau juga melihat dan menghayati, bagaimana perasaan kasih sayang yang diperlihatkan oleh kakek dan neneknya terhadap sesama manusia, bahkan terhadap hewan, sekalipun. Hal tersebut memunculkan benih-benih rasa kasih dan sayang di hati beliau.

Namun demikian, R. Soetomo mengenal lebih dalam, bahwa sang kakek ternyata seseorang yang keras dan berpendirian sangat kuat. Maka dalam hati beliau kian bersemi perasaan dan pendirian yang sangat kuat. Kakek dan nenek R. Soetomo juga dikenal sebagai orang yang taat dan shaleh dalam menjalankan agama. Hal tersebutpun telah mempengaruhi perkembangan jiwa beliau pada masa-masa selanjutnya. Sementara R. Soewardji, ayah R. Soetomo, memiliki tabiat yang menurut ukuran masyarakat pada waktu itu dianggap sudah dikalahkan oleh modernisasi dimana kesan tersebut disebabkan sikap dan perbuatannya dianggap menyalahi adat istiadat yang berlaku. Sebagai contoh : Tidak berganti nama atau gelar-gelar lain, seperti kebanyakan orang lain sesudah dewasa (nikah) atau sesudah menjabat suatu pangkat Kerap kali lahir perkataannya tentang tidak adanya keadilan sikap dan perlakuan bangsa kita terhadap kaum putri. Ia amat prihatin setelah memiliki anak perempuan, karena takut kelak akan mengalami nasib yang tidak baik. Oleh karena itu anak-anak perempuannya disekolahkan Hal tersebut sudah pasti ikut pula membentuk watak, sikap dan garis perjuangan serta keyakinan R. Soetomo. Sementara paman beliau, Ardjodipoero seorang ahli kebatinan dan gemar tirakat, sehingga kerap R. Soetomo mendapat pelatihan untuk mengekang nafsu, meluruskan jalan fikiran, menyadari kebesaran Tuhan dan memupuk nilai yang tinggi serta mulia. Dalam hal memahami pelajaran di sekolah, kepandaian R. Soetomo selalu dibawah Sahil, juga dalam cabang-cabang olahraga. Guru-guru dan teman-teman murid Belanda tidak pernah menghina beliau namun jika beliau mendengar perkataan penghinaan terhadap murid bangsa Jawa yang lain dari muridmurid Belanda, panaslah telinga dan mendidihlah darahnya. Demikian pula jika ada yang berbuat tidak adil, beliau tidak segan maju, sehingga kerap kali terjadi perkelahian dengan anak-anak sekolah tersebut., khususnya dengan murid-murid bangsa Belanda. Meskipun pada akhirnya kalah karena muridmurid bangsa Belanda memiliki postur tubuh lebih besar dan kekar, namun beliau sangat dicintai tementeman orang Jawa, karena mereka tahu bahwa beliau berada dipihak yang benar dan selalu berkelahi untuk membela keadilan. Ketika berusia 10 tahun, kakek dan neneknya berharap kelak R. Soetomo menjadi pegawai Pangreh Praja atau penguasa lokal pada masa pemerintahan kolonial Belanda untuk menangani daerah jajahannya; pamong praja. Sebaliknya sang ayah berharap kelak R. Soetomo masuk Sekolah Dokter. Kedua belah pihak selalu mempertahankan pendirian masing-masing, sehingga membuat R. Soetomo mulai belajar memecahkan suatu persoalan dan menentukan pilihan yang tepat. Bagaimanapun beliau sangat menyintai kakek dan neneknya sehingga ia merasa tidak mungkin membantah orang-orang yang sangat beliau cintai. Namun disisi lain, beliau sangat menghormati ayahnya, sehingga sukar untuk tidak mendengarkan kehendak sang ayah. Suatu ketika sang ayah mengenalkan seorang murid Sekolah Kedokteran berpakaian jas berwarna putih dan mengenakan peci berwarna putih kepada R. Soetomo, entah mengapa, menurut penglihatan pertama beliau merasa, bahwa mengenakan jas putih serta peci putih, sangat anggun dan menarik sekali. Peristiwa tersebut menimbulkan kecenderungan beliau memilih Sekolah Dokter ketimbang menjadi pegawai Pangreh Praja.

Hal lain yang menyebabkan pilihan R. Soetomo makin yakin bersekolah di Sekolah Dokter adalah karena percakapan antara beliau dan ayahnya sendiri. Ayahnya waktu itu seorang Asisten Wedana dan sering menggerutu tentang buruknya derajat seorang priyayi B.B. (Binnenlands Bestuur : Pangreh Praja) menimbulkan pertanyaan bagi R. Soetomo yang kala itu berusia antara 12-13 tahun. Menurut beliau, mengapa harus menggerutu jika masih tetap menjadi priyayi B.B.? Mengapa tidak mau memilih jabatan lain saja, semisal menjadi guru? Mendengar pertanyaan R. Soetomo, sang ayahpun menjelaskan. Bila pekerjaan ini tidak saya jalani, apakah kau kira, kamu sekalian dapat makan roti dengan mentega? setelah berhenti sesaat, ayahnya kembali melanjutkan penjelasan. Hanya saja, permintaanku, janganlah kiranya anak-anak saya kelak dikemudian hari, ada seorangpun yang menjadi priyayi B.B. Mendengar penjelasan sang ayah, R. Soetomo menjadi semakin hormat. Ia dapat menyimpulkan bahwa ayahnya hanyalah sebagai korban dan dalam hati beliaupun berjanji tidak akan menyecewakan harapan ayahnya. Pilihannya sudah tepat, beliau akan masuk Sekolah Dokter. Direktur STOVIA, dr. H.F. Roll Kurang lebih dua tahun setelah peristiwa tersebut diatas, R. Soetomo yang telah menginjak usia 15 tahun, mendaftarkan diri ke STOVIA (School Tot Opleding Van Inlandsche Artsen) pada tanggal 10 Januari 1903, bersama dengan 13 orang dari berbagai daerah lain. Sebagian dari mereka kelak me njadi teman seperjuangan dan bersama-sama mendirikan Perkumpulan BUDI UTOMO. Mereka antara lain adalah : R.M. Goembrek M. Soeradji M. Goenawan Mangoenkoesoemo M. Mohamad Saleh Soeleiman Selama dua tahun pertama masa belajarnya di STOVIA, R. Soetomo menjadi murid yang serampangan, pemalas, sombong, nakal dan suka berkelahi, sehingga nilai pelajaran yang didapat menurun drastis. Kesadarannya mulai muncul, manakala teringat akan pengharapan sang ayah terhadapnya. Rasa hormat R. Soetomo pada sang ayah, telah merubah sikap dan perangainya yang buruk menjadi lebih baik. Bahkan R. Soetomo berusaha menolong teman-temannya yang lemah. Ia berusaha membangkitkan semangat belajar serta kepercayaan terhadap diri sendiri terhadap teman-teman sekolahnya. Karena

sikap itulah, maka teman-temannya menjadi hormat. Ucapan serta pertimbangan R. Soetomo mulai dihargai, sehingga seolah-olah beliau telah menjadi pemimpin diantara mereka. Namun begitu ketika ayahnya, R. Soewardji meninggal dunia, R. Soetomo mulai menutup diri dari pergaulan bersama teman-teman sekolahnya. R. Soetomo lebih memilih merenung dan berdiam diri di mess. Sebagai anak sulung, beliau merasa tanggung jawab terhadap mendiang ayahnya harus ditepati. Setidaknya beliau memberi contoh yang baik terhadap adik-adiknya. Dalam masa perenungan itulah, R. Soetomo bertemu dengan dr. Wahidin Soedirohoesodo. Pertemuan tersebut memberi bobot yang lebih mantap serta menambah luasnya jangkauan cita-cita. R. Soetomo sempat akan dikeluarkan dari sekolah STOVIA karena dianggap berbahaya dengan adanya organisasi Budi Utomo namun direktur STOVIA, seorang Belanda bernama dr. H.F. Roll, membela beliau saat diadakan rapat dosen. Salah satu pembelaan dr. H.F. Roll yang pada akhirnya berhasil membela R. Soetomo adalah pernyataannya. Apakah diantara tuan-tuan yang hadir disini tidak ada yang lebih merah dari Soetomo waktu tuantuan berumur 18 tahun? Sekelumit Kisah Kasih R. Soetomo dan Everdina Broering R. Soetomo pertama kali bertemu Everdina Broering pada tahun 1917, saat keduanya sama-sama bekerja di sebuah rumah sakit di Blora. kala itu R. Soetomo diperbantukan sebagai dokter di Rumah Sakit tersebut, sementara Everdina yang tengah sedih karena ditinggal mati sang suami, tengah mengisi kekosongan hatinya menjadi tenaga perawat di Rumah Sakit yang sama. "Romannya yang pucat geraknya yang kurang berdaya itu, telah menarik perhatian saya. Saya ingin mengetahui penderitaan apakah yang sedang diderita oleh suster itu. Ternyata suster ini adalah orang yang lagi dirundung malang, sedang hidup dalam kesusahan," kata R. Soetomo dalam buku Kenangkenangan Dokter Soetomo, terbitan Penerbit Sinar Harapan, tahun 1984. Sadar akan kesedihan yang tengah dialami Everdina, R. Soetomo terus berusaha menghibur dan berusaha menghapus kesedihan wanita Belanda tersebut. Pada akhirnya, merekapun menjalin hubungan persahabatan. Hubungan mereka terus berlanjut hingga berubah menjadi hubungan asmara. Keduanya kemudian

sepakat untuk menikah. Namun, keputusan mereka itu mendapat tentangan dari teman sepergerakan R. Soetomo dan keluarga Everdina. Sebagai tokoh pergerakan, R. Soetomo dianggap tak pantas menikahi seorang wanita Belanda. Tentangan dan penolakan itu tak lantas membuat mereka menyerah. Keduanya akhirnya tetap menikah. Kesetiaan, kesederhanaan dan perilaku Everdina kepada suami yang mirip seperti perempuan Jawa membuat R. Soetomo semakin mengagumi sang istri. Pada tahun 1919, R. Soetomo mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda untuk mendalami ilmu penyakit kulit dan kelamin di Belanda. Kesempatan itu tidak disia-siakan, R. Soetomo berusaha menjalin hubungan baik dengan keluarga sang istri. Di Amsterdam, pasangan beda negara itu hidup dengan segala suka duka selama empat tahun lamanya. Meski hidup pas-pasan, Everdina tak pernah mengeluh, padahal saat itu R. Soetomo kerap menjamu pemuda dan mahasiswa Indonesia di rumah kecilnya untuk berdiskusi tentang nasionalisme Indonesia. Bahkan R. Soetomo pernah menjadi ketua Organisasi Mahasiswa Indonesia di negeri Belanda yang bernama Indonesische Vereniging yang berarti Perhimpunan Indonesia. Dalam acara mengunjungi para mahasiswa di negeri Belanda, R. Soetomo menyatakan sumpahnya sebagai berikut : Di Indonesia tempat kita. Disana tempat berjuang kita. Disana harus ditunjukkan keberanian, keperwiraan dan kesatryaan kita, terutama sekali kecintaan kita pada Nusa dan bangsa. Marilah kita bekerja disana, ditanah tumpah darah kita!!! Empat tahun berlalu, R. Soetomo dan Everdina akhirnya kembali ke Indonesia. Meski belum juga dikarunia anak, keduanya tetap harmonis dan bahagia. Setelah kembali ke Indonesia, kegiatan R. Soetomo semakin padat. Hal tersebut tentu berpengaruh kepada kegiatan sang istri yang semakin bertambah banyak dan berat. Namun Everdina menjalaninya tanpa keluhan, R. Soetomopun sering terharu melihat pengorbanan sang istri. Dibalik ketegaran Everdina, akhirnya perempuan Belanda itu jatuh sakit. Mereka harus berpisah untuk sementara waktu karena saat itu Everdina harus tinggal di lokasi sejuk. Dua minggu sekali R. Soetomo menjenguk sang istri di lereng Gunung Penanggungan, Celaket, Malang. Kondisi Everdina terus melemah. Akhirnya pada tanggal 17 Februari 1934, perempuan Belanda tersebut meninggal di pangkuan R. Soetomo. Kematian sang istri menimbulkan kesedihan yang mendalam terhadap diri R. Soetomo. "Saya telah terserang malapetaka yang sangat hebat karena kematian istri saya pada hari bulan 17 Februari 1934." kata Dr Soetomo. Hingga akhir hayatnya pada 29 Mei 1938, Dr Soetomo tidak pernah menikah lagi. Rasa cinta beliau begitu dalam terhadap Everdina. Nara Sumber : Buku Gedung STOVIA Sebagai cagar Sejarah oleh Drs. S.Z. Hadisutjipto Sri, bagian Edukasi dan Informasi, Museum kebangkitan Nasional Penulis : Tri Feriki, Nunik Sumasni