Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol

Transkripsi

1 Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol Nama : Janice Anastasia Lee-Layhadi No. Kandidat : Sesi : Mei 007 Mata Pelajaran : Indonesian A Sekolah : The British International School Jumlah Kata : 500 Buku Referensi : Perempuan di Titik Nol karangan Nawal El-Saadawi : Kunjungan Nyonya Tua karangan Friedrich Durrenmatt

2 Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol Penokohan dalam sebuah novel merupakan unsur penting yang digunakan pengarang untuk mendukung tema dan konflik. Penokohan berguna untuk mengembangkan tema sehingga pesan penulis dapat tersampaikan kepada pembaca dengan jelas. Dengan adanya penokohan yang baik, pembaca akan mempunyai pemahaman yang lebih baik dan membuat mereka seakan-akan mengalami apa yang dirasakan oleh karakter di novel tersebut. Dalam novel Perempuan di Titik Nol, Nawal el-saadawi melukiskan tokoh utama, Firdaus, sebagai seorang wanita yang ditindas dan dihina oleh kaum lelaki. Firdaus yang tumbuh dewasa tanpa bimbingan orang tuanya melewati masa kecilnya bersama pamannya. Firdaus, masih muda dan naïf, sangat menghormati pamannya. Akan tetapi, pamannya merupakan laki-laki biadab yang memperlakukan Firdaus dengan sangat tidak senonoh. Ini semua adalah awal yang membawa Firdaus ke kehidupan yang lebih menyedihkan dan juga membangun wataknya menjadi seorang perempuan yang tegar, tabah dan juga menyimpan dendam yang sangat dalam terhadap lelaki. Nawal el-saadawi menggambarkan Firdaus lewat beberapa cara penokohan, salah satunya ialah, reaksi tokoh dalam suatu kejadian di mana Firdaus membunuh sang germo yang mengancam dan memperlakukan dia dengan sangat kasar. SAYA BUKA PINTU lalu berjalan menuruni tangga ke jalanan Langkah-langkah itu tidak cepat seperti jika saya sedang bergegas melarikan diri dari sesuatu yang menakutkan, juga tidak lamban Ini adalah reaksi Firdaus setelah ia membunuh sang germo. Kutipan ini merupakan suatu titik di mana Firdaus, yang telah lama menyimpan amarah dan kebencian terhadap laki-laki, akhirnya tidak kuat lagi menahan perasaannya dan harga dirinya yang terinjak-injak sehingga ia menikam lelaki yang bertindak Nawal el-saadawi, Perempuan di Titik Nol halaman 40

3 senonoh tersebut. Kutipan ini menggambarkan reaksi Firdaus yang tenang dan tidak takut walaupun ia telah membunuh seorang lelaki. Reaksinya menggambarkan Firdaus sebagai seorang perempuan yang kejam dan tidak punya perasaan diakibatkan oleh dendam dan penderitaan yang telah lama dipendamnya. Melalui percakapan tokoh, sang penulis juga berhasil menyampaikan gambaran tokoh utama Perempuan di Titik Nol. Salah satu contoh ialah percakapan antara Firdaus dan Pangeran Arab. Saya tak dapat percaya bahwa kau mampu membunuh seseorang, jangankan seekor nyamuk pun. Saya tak akan membunuh seekor nyamuk, tetapi saya dapat membunuh seorang lelaki. Percakapan antara Firdaus dan Pangeran Arab yang tertulis di atas menggambarkan watak Firdaus yang sesungguhnya. Saat Firdaus mengatakan bahwa dia tak akan membunuh seekor nyamuk, Firdaus terlihat sebagai wanita yang lemah lembut dan tidak akan tega menyakiti binatang kecil. Akan tetapi, maksud sessungguhnya di balik kutipan tersebut ialah bahwa lelaki, pada umumnya, adalah binatang yang lebih rendah daripada nyamuk dan merupakan makhluk yang tidak berguna. Sindiran ini, tentu saja, dikatakan oleh Firdaus karena banyaknya hinaan yang dia terima, sehingga ia akhirnya terlihat seperti perempuan yang kejam walaupun sebenarnya watak ini terbangun hanya berdasarkan oleh rasa kebencian yang ia miliki terhadap kaum lelaki. Penggambaran penokohan Firdaus oleh sang penulis juga terlihat dari pikiran tokoh. Lewat pikiran tokoh, Nawal el-saadawi berhasil menggambarkan perasaan Firdaus yang sesungguhnya, yang selama ini tersimpan di lubuk hatinya dan tidak pernah ia ucapkan kepada siapa pun. Salah satu contoh pikiran tokoh ialah saat ia merasa putus asa saat ia mengetahui bahwa orang yang ia cintai, telah bertunangan dengan seorang wanita yang lebih terhormat daripada dirinya yang hanyalah seorang pelacur. Barangkali sebagai pelacur saya telah tahu penghinaan yang begitu mendalam sehingga apapun sebenarnya tak berarti. Bila jalanan telah menjadi kehidupan Anda, Anda tak akan mengharapkan sesuatu lagi, tak menginginkan apa-apa Nawal el-saadawi, Perempuan di Titik Nol halaman 45 Nawal el-saadawi, Perempuan di Titik Nol halaman 4

4 Penulis menggambarkan Firdaus sebagai seorang yang putus asa dan tidak memiliki keinginan untuk melakukan apa pun. Peribahasa yang ia gunakan di kutipan ini, Bila jalanan menjadi kehidupan Anda, Anda tak akan mengharapkan sesuatu lagi, tak menginginkan apa-apa menjelaskan kehidupan Firdaus, seorang pelacur jalanan yang sangat menderita dan tidak mampu merubah kehidupannya. Penulis menggambarkan watak Firdaus sebagai perempuan yang sangat tabah untuk menjalani hidupnya walaupun penderitaan dan hinaan yang ia lalui terlampau banyak. Kutipan pikiran tokoh yang tertera di bawah juga menggambarkan watak Firdaus sebagai seorang yang sangat tabah dan kuat dalam menjalani kehidupannya. Mereka tidak takut kepada pisau saya. Kebenaran saya itulah yang menakutkan mereka. Kebenaran yang menakutkan ini telah memberikan saya kekuatan yang besar. Setelah melalui penghinaan dan penderitaan, Firdaus berakhir di penjara atas tuduhan membunuh sang germo. Tetapi apa yang ia dapatkan di akhir ceritanya adalah kekuatan yang sangat besar dan kebebasan yang selalu ia inginkan, melalui kematian. Kebebasan yang tidak pernah dimiliki oleh perempuan lain di negaranya. Sama seperti Nawal el-saadawi, Friedrich Durrenmatt juga menggunakan perempuan sebagai tokoh utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua. Setelah melalui masa lalu yang pahit disebabkan oleh kekasihnya yang tidak mau bertanggung jawab atas kehamilannya, Klara, sang tokoh utama, meninggalkan kota itu dengan persasaan kecewa dan malu. Setelah beberapa tahun, ia kembali dengan kesuksesan yang telah digapainya. Kota Gullen yang miskin menyambutnya dengan penuh harapan. Akan tetapi, dibalik semua itu, ia mencari kesempatan untuk melampiaskan dendamnya. Seiring perjalanan hidup Klara, penulis mengambarkannya sebagai wanita yang kejam dan berkuasa. Semua watak Klara dapat terlihat dari penggambaran fisik, percakapan tokoh dan reaksi tokoh dalam suatu kejadian. Sang penulis menggambarkan tokoh Klara lewat Penggambaran fisiknya. Contoh dari penggambaran fisik Klara sangat ditonjolkan oleh penulis saat Klara sampai di kota Gullen untuk pertama kalinya. Nawal el-saadawi, Perempuan di Titik Nol halaman 50

5 Berambut merah, kalung mutiara, gelang emas yang besar-besar, dandanan norak bergaya jet-set, tapi meski begitu memiliki keanggunan. Kutipan di atas mencerminkan watak sombong dan congkak Klara saat mengunjungi kota Gullen. Kelakuannya menunjukan bahwa dia merupakan seorang wanita yang sombong terhadap pendudukpenduduk Gullen yang miskin. Selain lewat penggambaran fisik tokoh utama, Friedrich menggambarkan penokohan Klara melalui percakapan tokoh. Contohnya, Ketika masih anak-anak, aku suka duduk berjam-jam di atas atap dan meludah ke bawah. Tapi hanya lelaki saja yang kuludahi. dan Lelaki dipelihara untuk dipamerkan, bukan sebagai sesuatu yang praktis. 3 Bagi Klara, kaum lelaki patut dihina dan pandangan ini muncul dari masa lalunya yang pahit di mana Ill tidak mau bertanggung jawab walaupun mempermalukan Klara. Sejak kecil, Klara sudah sangat merendahkan laki-laki dengan cara meludahi mereka dan hingga dewasa pun ia makin membenci lakilaki. Ini terlihat dari perlakuannya terhadap suami-suaminya di mana mereka layaknya budak. Watak Klara sebagai seorang pendendam terlihat dari kutipan tersebut. Contoh lainnya terlihat dari kutipan di bawah. Kini aku mampu menuntutnya. Satu milyar untuk Gullen, jika ada yang mau membunuh Alfred Ill. 4 Kutipan di atas juga menguatkan watak Klara yang kejam dan jahat. Dia terang-terangan memberi tahu penduduk kota Gullen bahwa ia menginginkan kematian Ill dengan memberikan mereka imbalan. Dari kata yang digunakannya, Kini, Klara menegaskan bahwa dirinya sangat berkuasa dan karena itu, ia mampu membeli keadilan yang diinginkannya dengan uang dan harta. Aku menunggu Kutipan di atas merupakan kata-kata yang diucapkan Klara saat penduduk kota Gullen menolak perjanjian yang ditawarkannya. Namun, Klara yakin bahwa dia dapat membalaskan dendamnya. Kutipan ini memperlihatkan Klara yang percaya diri dan kejam. Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman 3,4 Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman 9 3 Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman 97 4 Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman 39 5 Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman 40

6 Selain menggunakan percakapan tokoh untuk membangun watak Klara, Friedrich Durrenmatt juga berhasil menggambarkan watak Klara lewat reaksi tokoh dalam suatu kejadian. Kutipan di bawah adalah contoh dari reaksi tokoh dalam suatu kejadian. (Dengan wajah kaku): Buka selubungnya, Boby Antarkan aku ke kamarku, Boby. Kemaskan koper-koper. Kita ke Capri. Setelah Ill mati, Klara bergegas pergi meninggalkan kota Gullen. Dengan wajah kaku dan tanpa berkutik, dilihatnya jenazah Ill. Ini menggambarkan bahwa ia adalah wanita yang kejam dan tidak berperasaan dan ini disebabkan oleh dendam yang sudah lama ia pendam terhadap Ill. Penokohan dalam novel Perempuan di Titik Nol dan Kunjungan Nyonya Tua dikembangkan dengan cara yang serupa, karena menggunakan seorang wanita sebagai tokoh utama dan juga lewat pandangan kedua tokoh utama terhadap lelaki. Kedua penulis mengembangkan penokohan Firdaus dan Klara dengan cara yang serupa lewat reaksi tokoh dalam suatu kejadian dan percakapan tokoh, dan banyak menggunakan percakapan tokoh untuk membangun penokohan Firdaus dan Klara karena ini adalah cara termudah untuk menyampaikan watak kedua tokoh tersebut kepada pembaca. Salah satu persamaan dari watak kedua tokoh adalah cara pandang mereka terhadap lelaki. Mereka sangat merendahkan lelaki dan ini terlihat dari ucapan dan tindakan mereka. Contohnya, Firdaus menggunakan ungkapan anak anjing untuk menggambarkan laki-laki. Di mata Firdaus, lelaki adalah orang yang tidak mandiri dan selalu mengikuti induknya. Di sisi lain, Klara juga memandang laki-laki sangat rendah. Ini terlihat dari caranya memperlakukan suaminya; Ayo, Moby, beri hormat. adalah perintah yang diberikannya kepada suaminya. Dengan itu, sangat jelas digambaran bahwa Klara hanya menganggap laki-laki sebagai obyek dan bukan manusia yang setaraf dengannya. Watak mereka yang serupa juga terlihat dari dendam yang mereka miliki karena terus-menerus dihina dan dikucilkan oleh orang yang mereka percayai. Firdaus dilecehkan oleh pamannya sendiri. Sementara itu, Klara dikhianati oleh kekasihnya. Keduanya digambarkan sebagai wanita yang berani dan tabah dalam menjalani kehidupannya yang sunggh menderita. Oleh sebab itu, kedua tokoh memiliki banyak Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman

7 persamaan dalam watak. Akan tetapi, penulis juga menggambarkan watak kedua tokoh utama dengan cara yang berbeda dan cukup menonjol. Selain lewat percakapan tokoh dan reaksi tokoh dalam suatu kejadian, El-Saadawi menggunakan pikiran tokoh sedangkan Durrenmatt menggunakan penggambaran fisik untuk membangun watak tokoh utama masing-masing. Durrenmatt tidak menggunakan pikiran tokoh sebagai cara penokohan karena novel tersebut menggunakan struktur drama dengan mayoritas percakapan tokoh sebagai cara menyampaikan penokohan. Dengan memperhatikan cara penokohan oleh penulis dan watak dari kedua tokoh, saya dapat menyimpulkan bahwa kedua penulis berhasil membangun watak tokoh utama dan memberikan pembaca sebuah khasanah kesusasteraan yang mengantar kita kepada pemahaman yang lebih dalam. Nawal el-saadawi, Perempuan di Titik Nol halaman 75 Friedrich Durrenmatt, Kunjungan Nyonya Tua halaman 8